Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Akuntansi Biaya. Just In Time and Backflushing. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi 4 Ganjil 2015/2016 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dewasa ini ditandai dengan kemajuan di berbagai bidang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB III LANDASAN TEORI

Addr : : Contact No :

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi adalah perubahan tuntutan customer terhadap kualitas produk dan

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merancang Jaringan Supply Chain

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

Just in time dalam Manajemen Logistik

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Deskripsi Mata Kuliah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

Pembahasan Materi #2

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

Prepared by Yuli Kurniawati

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

SIKLUS PRODUKSI. A. Definisi Siklus Produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

Pembahasan Materi #1

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin sederhana proses produksi, semakin mudah sistem JIT ini dilakukan. JIT menekankan pengurangan persediaan melalui proses pengurangan faktor-faktor yang tidak menentu dalam proses produksi, misalnya mesin, pekerja, dan salur proses produksi itu sendiri.pendekatan JIT dalam hal perencanaan dan pengawasan dsapat dilihat sebagai penyelesaian urutan proses produksi yang mengedepankan kualitas sehingga produksi dapat selesai tepat waktu. JIT menekankan pada keterlibatan pekerja, mengurangi ketidakpastian, dan perbaikan secara terus menerus. Pada industri busana ini, penerapan JIT dilakukan dengan memastikan bahan baku yang akan digunakan, kontrol kualitas yang dimulai dari bahan baku dan setiap bagian proses produksi. PENDAHULUAN Supply Chain Management mengemukakan dua perbedaan sistem dasar, yaitu push system dan pull system. Push system terjadi saat perusahaan dapat memproduksi barang dalam jumlah besar (mencapai economics of scale) yang nantinya akan didstribusikan kepada konsumen. Sedangkan pull system terjadi saat perusahaan menginginkan tingkat efisiensi yang tinggi. Perusahaan tidak memproduksi barang/jasa sampai terjadi pesanan konsumen terhadap produk perusahaan. Dengan kata lain, pull system menghendaki produksi barang/jasa dan penambahan nilai suatu produk terjadi saat permintaan konsumen sudah ada, sehingga perusahaan tidak memerlukan persediaan (inventory). Sistem Tarik (Pull dimulai dari perkiraan tingkat output yang akan diperlukan, kemudian ditarik kebelakang untuk menentukan berapa barang yang diproduksi, kebutuhan bahan baku, sumberdaya yang diperlukan serta kebutuhan tenaga kerjanya. Konsep sistem tarik inilah yang menjadi dasar penerapan Just in Time (JIT). Penelitian ini ingin mengetahui apakah sistem JIT dapat diterapkan pada industri busana dalam rangka meningkatkan kualitas produk yang lebih baik, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses bahan baku, pengerjaan proses produksi, hingga barang tersebut sampai di tangan konsumen. Filosofi Just in Time: Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus Konsep Just in Time dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas produksi dengan menggunakan barang sediaan (inventory) berupa bahan baku minimal yang kemudian diproses menjadi barang jadi. Konsep ini juga didasarkan pada asumsi bahwa

tidak ada barang yang diproduksi sampai produksi barang itu dibutuhkan (Davis Mark M, 1999: 398). Intinya adalah menyediakan informasi yang tepat, pada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat sehingga mereka (perusahaan dan supplier) dapat langsung merespon pasar segera setelah informasi (order) diterima. Untuk mendapatkan proses produksi yang terus menerus dan stabil, diperlukan keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan keluaran. Untuk itu, perencanaan agregat sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan menetapkan tingkat keluaran secara menyeluruh di dalam jangka waktu pendek atau menengah dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Untuk mendapatkan proses produksi yang terus menerus dan stabil, diperlukan keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan keluaran. Untuk itu, perencanaan agregat sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan menetapkan tingkat keluaran secara menyeluruh di dalam jangka waktu pendek atau menengah dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Sistem JIT ini membutuhkan kerjasama dan usaha yang besar antara perusahaan dan supplier, karena perusahaan akan melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier setiap terjadi order/permintaan konsumen, sehingga kapabilitas supplier yang besar sangat diperlukan untuk selalu siap melakukan pengiriman bahan baku. Alasan yang mendorong diterapkannya sistem JIT adalah (Hanna, 2001: 575): Ketidakpastian supplier yang dapat menyediakan bahan baku sesuai pesanan tepat waktu Ketidakpastian/kerumitan operasional produksi (dalam hal set-up mesin, proses produksi yang terlalu panjang) Just in time pertama kali ditemukan oleh Taiichi Ohno yang diterapkan dalam sistem produksi Toyota Motor Company di Jepang. Taiichi Ohno mendefinisikan just in time sebagai berikut: bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Sistem just in time berusaha menghilangkan segala pemborosan dan segala sesuatu yang tidak memberi nilai tambah dengan menyediakan sumber daya pada tempat dan waktu yang tepat. Sistem ini akan mengakibatkan persediaan lebih sedikit, jumlah pekerja lebih sedikit, dan biaya produksi yang lebih rendah serta produk dapat diserahkan ke pelanggan tepat waktu. Kualitas yang sangat tinggi merupakan hasil dari suatu sistem pengendalian mutu yang sangat baik. Pengendalian kualitas dilakukan sejak bahan baku diperoleh perusahaan dari supplier, kemudian melewati tahapan proses produksi, dan menjadi bahan jadi yang siap didistribusikan kepada konsumen. Pengendalian yang baik sangat diperlukan agar bahan baku produksi selalu tersedia secara tepat waktu, sumber pemborosan dapat dihilangkan serta tingkat sediaan yang rendah. Dengan sistem ini, tingkat sediaan ditekan serendah mungkin (zero inventories) dan kualitas produksi senantiasa dijaga dengan menekan kerusakan serendah mungkin (zero defect).

Tantangannya adalah bagaimana membina hubungan yang baik dan kuat dengan supplier sehingga supplier selalu siap menerima informasi pesanan perusahaan kemudian menyediakannya tepat waktu. Tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah persediaan yang rendah adalah untuk meminimalkan investasi dalam persediaan, bereaksi cepat terhadap perubahan permintaan yang mungkin terjadi, dan menghindari kualitas persediaan yang kurang baik. Terdapat tiga prinsip utama just in time dalam pengendalian kualitas, yaitu output yang bebas cacat adalah lebih penting daripada output itu sendiri, segala kesalahan dan kerusakan dapat dicegah, dan tindakan pencegahan adalah lebih murah daripada pekerjaan mengulang (Suparjo). PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME Sistem Just in Time membutuhkan desain pengerjaan produksi dengan proses produksi yang minimum. Setiap unit kerja dipandang sebagai keseluruhan fungsi proses produksi, yang masing-masing dapat melakukan dan bertanggung jawab terhadap kontrol kualitas. Implikasinya adalah bahwa desain sistemnya harus dapat menghubungkan sistem logistik terhadap output hasil produksi. Pengendalian kualitas dalam just in time dilakukan sepanjang proses, mulai dari penentuan pemasok sampai barang diterima konsumen. Setiap barang diharapkan memenuhi standar kualitas saat diterima konsumen. Setiap mesin produksi diharapkan siap dipakai saat akan memproduksi barang, dansetiap pengantaran pesanan diharapkan tiba tepat waktu. Oleh karenanya, proses produksi adalah hal yang sangat signifikan dalam sistem ini. Perusahaan akan memberi perhatian utama pada kualitas, tindakan pencegahan kesalahan dan kerusakan, dan membangun kerjasama yang baik terhadap setiap elemen pengerjaan produksi. Beberapa hal yang ingin dieliminasi/dihilangkan dalam proses produksi adalah (Beasley): Produksi yang terlalu berlebihan, dikarenakan memproduksi melebihi yang sebenarnya dibutuhkan Waktu menunggu, yaitu saat seorang pekerja harus menunggu terlalu lama untuk mengerjakan bagiannya karena pekerja sebelumnya tidak menyelesaikan bagiannya tepat waktu Transportasi/distribusi barang dalam suatu pabrik Waktu proses produksi yang terlalu lama Persediaan barang Barang produksi yang gagal/rusak Dalam operasi perusahaan terdapat empat jenis pemborosan, yaitu sumberdaya produksi yang terlalu banyak, jumlah produksi yang berlebihan, jumlah sediaan yang terlalu banyak, dan investasi modal yang tidak perlu. Untuk mencapai pengurangan biaya, produksi harus cepat dan fleksibel sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan pasar tanpa kelebihan waktu yang tidak berguna.

JIT merupakan sistem produksi yang tepat pada perusahaan yang: Mempunyai suatu standart produk Mempunyai jumlah produksi yang terjangkau untuk dapat dilakukan Mempunyai produk yang berkualitas baik Mempunyai tingkat fleksibilitas sekaligus kediplinan yang tinggi terhadap jam kerja Membutuhkan waktu yang singkat dalam instalasi mesin poduksi Element dalam JIT antara lain: Mengadakan pertemuan secara teratur Mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan mencari solusi Terbuka terhadap konsultasi dan kerjasama dalam tim Memodifikasi mesin, misalnya mengurangi waktu instalasi Mengurangi persediaan Mengemukakan permasalahan daripada menutupinya Menghindari kesalahan Dengan demikian maka just in time dapat lebih menghemat biaya karena tidak ada pemborosan. Perusahaan akan mampu menciptakan produk yang berkualitas tinggi sesuai permintaan pelanggan, karena telah melewati quality control yang ketat pada setiap lininya. Selain kualitas yang baik, pelanggan akan terpuaskan karena produk dapat diserahkan tepat waktu, karena telah melewati serangkaian standar waktu yang telah ditetapkan pada setiap lininya. Dan yang tidak kalah pentingnya, kinerja perusahaan akan lebih efisien dan efektif karena tidak ada sumberdaya yang menganggur serta mampu memberikan hasil yang optimal kepada pemilik perusahaan (share holder). Manfaat pelaksanaan JIT adalah: Kualitas produk yang lebih baik Meningkatkan tanggung jawab setiap pekerja terhadap hasil produksi Mengurangi pengulangan pekerjaan karena kesalahan produksi Mengurangi waktu penyiapan/penginstalan mesin Mengurangi barang persediaan Menghemat biaya (karena kesalahan produksi berkurang) Pekerja ahli lebih banyak, karena setiap pekerja dituntut mengerjakan semuanya secara benar Membina hubungan yang baik dengan supplier Davis, Mark M (1999: 417) menegemukakan hubungan antara Just in Time dengan Penjaminan Kualitas (Quality Assurance): Kesadaran tinggi terhadap penyebab kegagalan produk Imbal balik kegagalan produk Sedikit material yang terbuang Pengawasan persediaan JIT Pengawasan kualitas

PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME PADA INDUSTRI BUSANA Just in Time pada industri busana penting untuk dilakukan dengan tujuan pencapaian efektivitas dan efisiensi produksi. Proses produksi dalam industri busana mempunyai prasyarat kondisi yang mendukung untuk penerapan JIT, sebab mempunyai komponen mesin, serangkaian proses tahapan produksi (flow chart), dan mempunyai standart kualitas produksi. Mempunyai persediaan (inventory) yang menumpuk akan menyebabkan ketidakefisienan, karena perubahan pasar mode yang selalu terjadi setiap saat, sehingga perusahaan tidak dapat memproduksi pakaian dengan mode yang sama dalam jumlah yang banyak. Proses produksi dimulai dengan adanya informasi order/pesanan dari konsumen yang disampaikan kepada bagian pemasaran. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pesanan bahan baku/material kepada supplier. Dalam sistem JIT industri busana, pihak supplier harus mempunyai kesiapan dalam menerima pesanan perusahaan, baik kesiapan dalam hal jenis bahan baku (kain) maupun jumlah bahan baku yang diperlukan. Supplier harus memenuhi order sesuai informasi (right information), sesuai jenis bahan baku yang diperlukan (right thing) dan tepat waktu saat dibutuhkan (right time). Setelah bahan baku dikirim, pengawasan kualitas dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan baku. Kemudian sampling dibuat dan dikirimkan kepada bagian produksi sebelum nantinya dibuat produksi nyatanya. Sampling ini sangat penting karena sampel yang dihasilkan merpakan standart produk yang akan dibuat, oleh karenanya kontrol kualitas sangat diperhatikan. Setelah mendapat persetujuan dari bagian produksi, maka produksi segera dilakukan untuk menghasilkan produksi yang tepat waktu kepada konsumen. Di setiap bagian produksi (marking, cutting, sewing dan finishing) pengawasan kualitas dilakukan terus menerus, dengan implikasi setiap pekerja ahli dibidangnya, sehingga tidak ada hasil produksi yang gagal/rusak. Setiap pekerja bertanggung jawab pada proses produksi yang dikerjakannya, karena kesalahan yang terjadi akan mengakibatkan pengulangan, membuat pekerja lain dalam proses produksi selanjutnya menunggu lebih lama dan menunda pengiriman pesanan kepada konsumen tepat pada

waktunya. Selain itu membuat kesalahan dalam proses produksi akan berdampak pada pemborosan barang persediaan, sehingga meminimalkan kesalahan adalah suatu keharusan.. KESIMPULAN Banyak keuntungan yang akan didapat ketika perusahaan industri busana menerapkan sistem JIT. Namun untuk mencapai keberhasilan dalam JIT, dibutuhkan implementasi dan komitmen yang baik pada setiap bagian produksi. Setiap bagian dalam proses produksi (termasuk pekerja dan mesin produksi) harus selalu dalam keadaan siap untuk dipakai dan berproduksi, karena kepuasan konsumen adalah hal yang sangat menentukan baik tidaknya kinerja perusahaan dalam mengimplementasikan sistem JIT ini. Apalagi dengan selalu berkembangnya mode pakaian dalam industri ini, yang membuat perusahaan harus selalu siap mengantisipasi perubahan mode. Hal lain adalah adanya hubungan yang baik, kuat dan saling menguntungkan antara supplier dan perusahaan sehingga pengiriman pesanan bahan baku (kain) dapat dilakukan tepat waktu dan memenuhi standart bahan baku yang disyaratkan. Dalam hal ini supplier dianggap sebagai mitra kerja, lebih daripada hubungan supplier itu sendiri. Akhirnya, jika setiap bagian merasa sebagai komponen penting dalam sistem JIT dan terpaut hubungannya satu sama lain, maka perwujudan JIT sebagai penjaminan mutu pada industri busana akan tercapai. DAFTAR PUSTAKA Davis, Mark M et. Al, 1999. Fundamentals of operation Management. Third Ed. USA: McGraw Hill Index.html Hanna, Mark D & Newman, W. Rocky, 2001. Integrated Operation Management. First Ed. New Jersey: Prentice Hall. Inc