BANJIR MANADO APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN OLEH SIAPA. Dr. Eng. Ir. A. K. Torry Dundu, MAgr. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

12/12/2013 L/O/G/O.

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

Tindakan Persiapan Menghadapi Badai Topan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PROMISE INDONESIA. Program for Hydro-Meteorological Risk Disaster Mitigation in Secondary Cities in Asia

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kesiapsiagaan Petugas dalam Menghadapi Bencana Banjir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Banjir bukan masalah yang ringan. 2008). Sedikitnya ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BANJIR JAKARTA 9-10 FEBRUARI 2015

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LAPORAN ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN BIMA, DOMPU DAN KOTA BIMA, JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

2015 DAMPAK BANJIR CILEUNCANG TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI TANGGAL 14 FEBRUARI 2017

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 4 Surakarta dengan alamat Jalan Ahmad Yani. Tempurejo RT.05 RW.II, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

L/O/G/O.

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BANJIR MANADO APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN OLEH SIAPA Dr. Eng. Ir. A. K. Torry Dundu, MAgr. Dosen Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Banjir merupakan bencana alam yang sudah sering terjadi di kota-kota diseluruh Indonesia termasuk Kota Manado. Kota Manado setiap tahunnya mengalami banjir pada daerah-daerah tertentu yang berdekatan dengan badan air (lowland area). Untuk mengurangi resiko akibat bencana pada daerah tersebut perlu dilakukan perencanaan dan sosialisasi tentang apa saja yang dapat dilakukan pada saat sebelum banjir, sedang banjir dan setelah Pengetahuan tentang apa yang dilakukan oleh siapa merupakan salah satu hal yang harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam manajemen untuk mengurangi resiko Kata kunci : Penanggulangan Banjir, Apa yang dilakukan oleh siapa. PENDAHULUAN Kota Manado merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara mengalami banjir yang sejak tahun 1996 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1. Akibat Banjir di Kota Manado Bulan/Tahun Luas Genangan Korban Damage (ha) meninggal Kerusakan Cost (Rp. Juta) 1996 1,676 15 250 N.A Dec, 2000 1,500 27. 2,686 300 Apr, 2001 200 N.A 40 N.A Nov, 2001 N.A 11 70 N.A Feb, 2004 400 N.A Thousands N.A Mar, 2004 N.A N.A 17539 People N.A Feb, 2006 N.A 39 N.A 180 Feb, 2013 132 7 11,935 N.A Dan terjadi lagi banjir pada awal tahun 2014 yang luas genangannya lebih besar lagi dan dampak yang diakibatkan lebih besar pula. Dalam 2 tahun berturut-turut ini (Februari 2013 dan Januari 2014) terjadi banjir di Kota Manado dengan daerah genangan yang berbeda luasannya. Gambar 1. Peta Terdampak di Kota Manado tahun 2013 Gambar 2. Peta Terdampak Banjir Kota Manado tahun 2014 Dari data-data di atas dapat disampaikan bahwa kejadian banjir di Kota Manado sering terjadi banjir dan terjadi antara bulan November hingga April dan periode ulang banjir tidak melebihi 5 tahun. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran tentang hal-hal yang harus dilakukan dan oleh siapa agar resiko akibat banjir dapat diminimalisir dan masyarakat serta pihak yang terlibat dalam pengelolaan resiko akibat banjir dapat lebih siap karena banjir dapat datang kapan saja. GAMBARAN UMUM BANJIR KOTA MANADO TAHUN 2014 Banjir di Kota Manado yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2014, Berdasarkan data curah hujan UPT BMKG dan pos kerjasama di wilayah kota Manado yang terkena dampak banjir terlihat bahwa curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 14/15 Januari 2014. Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado mencatat nilai curah hujan ekstrim 145 mm (kriteria curah hujan TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 38

ekstrim >100 mm/hari). Sementara di kecamatan Tombariri, Minahasa yang merupakan wilayah DAS dan menjadi daerah langganan banjir mencatat jumlah curah hujan ekstrim 215 mm. Intensitas curah hujan yang terekapitulasioleh BMKG Sulawesi Utara menunjukkan di beberapa tempat mengalami curah hujan ekstrim (> 100 mm/hari) dengan sebaran yang variatif. Hal ini yang membuat hujan terjadi hampir sepanjang hari dengan intensitas sedang hingga sangat lebat yang berefek pada terjadinya banjir di Sulawesi Utara. (BMKG Sulut). Tabel 2. Distribusi Curah Hujan Pos Hujan Kerjasama 15 Januari 2014, BMKG Sulut. Dari data curah hujan seperti pada tabel 2 diatas menjelaskan bahwa hanya pada 3 stasiun pengukuran yang curah hujannya melebihi 100 mm yaitu Kalawat, Minahasa Utara, Sam Ratulangi Manado, dan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Gambar 4. Keadaan Banjir tanggal 15 Januari 2014 di Kota Manado, BMKG Sulut METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan tulisan ini, dilakukan dengan survey lapangan dan studi literatur. Survey lapangan dilakukan dengan melihat lokasi terdampak banjir di kota Manado serta membuat foto-foto dari pesawat terbang untuk melihat perubahan tata guna lahan didaerah pendukung diatas kota manado. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebab Banjir Kota Manado Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa banjir diakibatkan oleh meluapnya air dari pembuangan air disuatu wilayah. Pertanyaan selanjutnya adalah dari mana air tersebut berasal, mengapa air tersebut melebihi kapasitas? dan mengapa hal ini terjadi? Banjir kota Manado diakibatkan oleh berbagai faktor seperti: o Siklus Hidrologi o Perubahan tata guna lahan di kota Manado dan daerah pendukungnya. o Pengecilan kapasitas tampung sungai o Pelaksanaan aturan dan peraturan yang tidak tegas. o Kesadaran masyarakat dalam membuang sampah dan memelihara lingkungan yang masih sangat rendah. a. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah peredaran air secara umum dari laut ke atmosfer melaui penguapan, kemudian jatuh kepermukaan bumi sebagai hujan, mengalir diatas permukaan dan didalam tanah sebagai sungai yang menuju ke laut. Secara umum siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Siklus pendek Penguapan terjadi dipermukaan laut, terjadi kandensasi, kemudian membentuk awan dan akhirnya terjadi hujan yang jatuh ke laut lagi. 2. Siklus sedang Penguapan terjadi dipermukaan laut, terjadi kandensasi uap air terbawa angin, kemudian terbentuk awan diatas daratan, terjadi hujan didaratan, dan mengalir lagi ke laut melalui sungai dipermukaan. 3. Siklus panjang Penguapan terjadi dipermukaan laut, terjadi kandensasi, uap air terbawa angin dan membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan tinggi, kemudian jatuh sebagai salju, terbentuk gletser, mengalir ke sungai dan kembali lagi ke laut. TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 39

intensitas yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 14/15 Januari 2014. Gambar 5. Siklus hidrologi Dari laporan BMKG provinsi Sulawesi Utara, Berdasarkan gambar satelit cuaca pada tanggal 14 Januari 2014 yang diambil mulai pukul 12.00 UTC (20.00 WITA) sampai dengan tanggal 15 Januari 2014 pukul 00.00 UTC (08.00 WITA) memperlihatkan kejadian banyaknya awan-awan hujan yang terjadi di wilayah Sulawesi Utara. Sebaran awan mulai terlihat pada pukul 12.00 UTC, dan kemudian mengalami pertumbuhan dengan ketebalan yang cukup signifikan pada jam-jam berikutnya. Gambar 7. Distribusi curah hujan 15 Januari 2014 b. Perubahan tata guna lahan dikota Manado dan daerah pendukungnya. Perubahan terhadap tata guna lahan pada suatu daerah akan menyebabkan berubahnya aliran permukaan yang diakibatkan oleh berkurangnya air yang tereap oleh tanah. Gambar 8 memberikan perbedaan prosentase aliran permukaan untuk beberapa kondisi tata guna lahan. Gambar 6. Gambar Satelit Cuaca yang terekam pada tanggal 14 Januari 2014 Dan dari analisis angin yang dilakukan oleh BMKG provinsi Sulawesi Utara untuk tanggal 14 Januari 2014 terlihat adanya pusat daerah tekanan rendah di utara Sulawesi Utara. Angin yang bertiup dari utara berbelok dan bertemu angin baratan di atas wilayah Sulawesi Utara dan kemudian bergerak memasuki pusat daerah tekanan rendah. Hal inilah yang memberi dampak terbentuknya daerah konvergensi di atas wilayah Sulawesi Utara sehingga terjadi pengumpulan awan yang cukup banyak. Berdasarkan data curah hujan UPT BMKG dan pos kerjasama di wilayah kota Manado yang terkena dampak banjir terlihat bahwa curah hujan dengan Gambar 8. Prosentase run-off akibat perubahan tataguna lahan Perubahan tata guna lahan di kota Manado dan daerah pendukungnya, diakibat oleh kebutuhan akan hunian yang meningkat sehingga pembangunan perumahan, pembangunan beberapa fasilitas seperti jalan ring-road yang berdampak pada semakin banyak pembangunan di daerah sekitarnya seperti gedung kantor, gudang, dan lain sebagainya. Gambar 9 memperlihatkan beberapa daerah yang mengalami perubahan tata guna lahan di kota Manado dan daerah pendukungnya yang difoto dari pesawat udara. TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 40

Pelaksanaan aturan dan peraturan yang tidak tegas masih dapat dilihat, seperti telah ada aturan untuk dilarang menebang pohon di hutan, namun tidak dapat dipungkiri masih sering terjadi penebangan pohon di hutan. Demikian juga dengan larangan untuk membangun di daerah milik sungai, masih saja ada masyarakat yang membangun didaerah tersebut dan pemerintah tidak melakukan tindakan untuk hal tersebut. e. Kesadaran masyarakat dalam membuang sampah dan memelihara lingkungan yang masih sangat rendah. Hal lain adalah sudah ada peraturan daerah yang melarang membuang sampah di sembarangan tempat, tetapi masih saja banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan pemerintah tidak melakukan tindakan terhadap pelanggaran tersebut. Gambar 9. Perubahan tata guna lahan di kota Manado dan daerah pendukungnya c. Pengecilan kapasitas tampung sungai Memperkecil kapasitas tampung sungai akan menyebabkan elevasi permukaan air akan meningkat. Hal ini akan memberikan peluang yang lebih besar untuk air melimpas pada daerah lowland. Gambar 11. Sampah di Sungai Sario Kota Manado Dari gambar 11 diatas terlihat banyaknya sampah dari plastic botol air mineral. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyrakat dalam membuang sampah dan memelihara lingkungan. MENGATASI BANJIR Gambar 10. Pengecilan kapasitas tampung sungai di kota Manado Gambar 10 menunjukkan bahwa di kota Manado banyak terdapat pengecilan kapasitas tampung sungai dan saluran yang dilakukan oleh masyarakat. d. Pelaksanaan aturan dan peraturan yang tidak tegas. Banjir tidak dapat diatasi, namun yang dapat dilakukan adalah mengurangi resiko akibat Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Jadi untuk tidak terjadi banjir, secara sederhana dapat dikatakan bahwa: Jangan tergenang, Air jangan meluap, dan jangan terjadi kerugian fisik, social, dan ekonomi. a. Jangan Tergenang Mengapa tergenang? TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 41

Suatu daerah akan tergenang karena daerah tersebut memiliki topografi yang memungkinkan tergenang dan berdekatan dengan badan air (lowland), serta adanya air yang masuk melalui suatu tempat tertentu. Bagaimana agar tidak tergenang? Jangan ada air yang masuk kedaerah tersebut, dan atau mengeluarkan air yang ada dengan sesegera mungkin dari daerah tersebut. Mungkinkah tidak tergenang? Tidak mungkin dan Mungkin. Tidak mungkin karena sumber dan volume air tidak dapat ditentukan dengan pasti. Mungkin melalui rekayasa kondisi daerah tersebut. Namun, mungkin hal ini tidak mungkin karena banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut seperti sosial kemasyarakatan, anggaran pemerintah, dan mungkin kebijakan pemerintah. b. Jangan meluap Mengapa meluap? Kapasitas tampung air lebih kecil dari volume air. Ada apa dengan kapasitas tampung? Volume air yang direncanakan lebih kecil dibandingkan volume air yang terjadi. Hal ini dimungkinkan jika system perencanaan hanya mengambil data yang pernah terjadi sedangkan masih dimungkinkan terjadi yang lebih besar serta penambahan volume air akibat tidak mematuhi peraturan dan perundangan; Pengecilan kapasitas tampung dengan tidak mematuhi peraturan dan perundangan yang ada. Bagaimana agar tidak meluap? Melakukan rekayasa baik secara structural maupun non structural dengan tujuan agar volume air dapat dikontrol untuk tidak melebihi kapasitas, menerapkan prinsip zero delta q pada setiap pembangunan gedung atau fasilitas umum dengan mengaplikasikan pembuatan sumur resapan sebagai pengganti luas daerah resapan yang hilang akibat pembangunan dan Melaksanakan peraturan dan perundangan yang ada sesuai dengan peraturan dan perundangan termasuk menindak tegas pelanggar peraturan dan perundangan tersebut. Mungkinkan tidak meluap? Mungkin dan mungkin tidak mungkin. Mungkin, jika pemerintah baik yang menguasai daerah hulu, pertengahan dan hilir bersama-sama melakukan tindakan dengan melakukan upaya-upaya rekayasa struktur dan non struktur serta pemerintah dan masyarakat melakukan tindakan yang tidak melanggar peraturan dan perundangan yang ada. Mungkin dan tidak mungkin karena banyak keterbatasan dari pemerintah dan masyarakat baik dari segi biaya, kebutuhan dan kebijakan. c. Apa yang akan dilakukan dan oleh siapa Penanggulangan bencana adalah berbagai upaya yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam rangka mengurangi resiko bencana baik yang dilakukan sebelum terjadinya bencana, pada saat terjadi maupun setelah terjadi bencana. 1. Sebelum terjadi bencana Yang dilakukan masyarakat: a) Mentaati Peraturan dan Perundangan yang ada. b) Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya baik dengan menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur resapan. c) Membantu penyusunan peta zonasi/risiko d) Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan. e) Membuat rumah lebih tinggi dari muka air f) Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari g) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat, dll. h) Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air, panel,meteran dan peralatan listrik) serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di tempat yang tinggi (tidak terjangkau bencana banjir) i) Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi. j) Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim penghujan (seperti radio, obat obatan, makanan, minuman, baju TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 42

hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobil atau barangbarang yang bisa mengapung, tali dan korek api. k) Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat yang lebih tinggi l) Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman. m) Mengembangkan alat sistem peringatan dini banjir yang dibuat oleh warga masyarakat sendiri berdasarkan prosedur tetap tertentu. Yang dilakukan Pemerintah: a) Mentaati Peraturan dan Perundangan yang ada. b) Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi. c) Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obatobatan, air bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi, dll. d) Menyiapkan lokasi tujuan evakuasi. e) Perbaikan dan peningkatan sistem drainase. f) Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sudetan, memperbesar penampang basah sungai. g) Relokasi pemukiman di bantaran sungai. h) Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf banjir berupa: tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder. i) Perbaikan kondisi DaerahAliran Sungai (DAS). j) Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko bencana. k) Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang berkelanjutan. l) Mengembangkan peta zonasi m) Mengembangkan sistem asuransi n) Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir. o) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir melalui pendidikan dan pelatihan. p) Mengembangkan building code bagi daerah q) Memasang tanda ancaman pada fasilitas public seperti jembatan yang rendah agar tidak dilalui masyarakat pada saat r) Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi s) Mengadakan sistem peringatan dini banjir yang terintegrasi dengan berbagai instansi dan masyarakat. Dan informasi dari peringatan dini disampaikan kepada semua komponen yang terlibat lama sebelumnya. Melalui kegiatan pendidikan dapat dilakukan : a. Mewujudkan budaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam memahami fenomena banjir dan menjaga kapasitas/kelestarian daya serap Daerah Aliran Sungai (DAS). b. Mewujudkan budaya masyarakat untuk berperan serta dalam menjaga fungsi sistem pembuangan air (drainase) dan pengendalian c. Mewujudkan budaya masyarakat yang tidak membuang sampah/sedimen/limbah ke sungai, saluran dan bangunan air lainnya. d. Melakukan gerakan penghijauan/penanaman kembali tumbuh tumbuhan di lahan kosong dan memeliharanya dengan baik. e. Mengarus-utamakan upaya pengurangan risiko bencana banjir kedalam kurikulum pendidikan. Pada fase ini perlu dibuatkan Rencana Mitigasi, Rencana kontinjensi, dan Rencana tindak, dimana Rencana mitigasi memuat rencana-rencana yang berhubungan dengan upaya-upaya atau kegiatankegiatan yang berada pada fase sebelum terjadinya bencana yaitu mitigasi. Sementara rencana kontinjensi merupakan salah satu upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang memuat rencanarencana yang berhubungan dengan upaya-upaya atau kegiatan-kegiatan peringatan dini dan tanggap darurat saat terjadi bencana. Sementara rencana TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 43

tindak memuat keseluruhan rencana baik rencana mitigasi maupun rencana kontinjensi. 2. Saat terjadi Bencana Pada saat banjir, upaya-upaya yang dilakukan masyarakat adalah: a. Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi atau ke tempat pengungsian yang sudah ditetapkan di wilayahnya. b. Membawa perlengkapan darurat (survival kit). c. Menyelamatkan dokumen dan barang-barang berharga sehingga tidak rusak atau hilang terbawa d. Jika dalam keadaan tertentu tidak dapat meninggalkan rumah, usahakan berada di tempat yang tinggi di rumah. e. Matikan peralatan listrik/sumber listrik dari meterannya. Jangan menyentuh peralatan listrik jika kita dalam keadaan basah atau berdiri di air. f. Tutup lubang sanitasi. g. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah. h. Jika memiliki kendaraan bermotor tutuplah knalpot dan lubang-lubang yang memungkinkan air masuk kedalam mesin kendaraan dan mengikatnya pada tempat yang dianggap kuat. i. Jangan menganggap enteng peringatan dini dan arahan yang dikeluarkan oleh yang berwewenang. j. Melakukan evakuasi ke tempat evakuasi dengan rute yang telah ditentukan sebelumnya k. Hindari berjalan di dekat saluran air atau lokasi yang berarus deras agar terhindar dari seretan arus banjir l. Jika bertemu genangan banjir, segera berhenti dan cari jalan lain yang aman m. Pilih tempat berjalan yang tinggi. Walaupun genangan banjir hanya setinggi mata kaki, genangan banjir tetap perlu dihindari. Genangan banjir setinggi 15 cm dapat membuat terjatuh. Genangan banjir setinggi 70cm dapat menghanyutkan mobil. Ada kemungkinan tiang listrik roboh akibat Air adalah penghantar yang baik bagi arus listrik, sehingga dapat terjadi sengatan arus listrik pada orang yang melalui genangan. Sengatan listrik tersebut dapat mengakibatkan kematian. Jangan bermain di genangan banjir (bermain air, berenang dan lain lain). n. Berhati hati terhadap benda benda yang terbawa aliran sungai, termasuk hewan liar yang mungkin berbahaya (ular, kalajengking dan lainnya) o. Dilarang meminum air dari genangan banjir p. Dilarang memakan makanan yang terkena banjir q. Jangan berkendaraan dalam wilayah Jika aliran banjir mengelilingi kendaraan, tinggalkan mobil dan pindah ke tempat yang lebih tinggi. Kita dan kendaraan bisa tersapu dengan cepat. r. Saat setelah dilokasi tujuan evakuasi kita harus tetap memantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya. s. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum t. Terlibat dalam pendistribusian bantuan u. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan v. Menggunakan air bersih dengan efisien Pada saat banjir, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah adalah: a. Pengerahan Tim Reaksi Cepat untuk memberikan informasi, arahan dan pelaksanaan evakuasi dan hal lainnya. b. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi dan penampungan sementara. c. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi di tempat pengungsi/ penampungan sementara. d. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan di tempat pengungsi/ penampungan sementara. e. Pengerahan sarana transportasi untuk menjangkau daerah pengungsi. 3. Setelah Bencana Tindakan yang harus dilakukan masyarakat setelah terjadi banjir adalah : TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 44

a. Kembali ke rumah dari tempat pengungsi setelah ada pengumuman dari pemerintah bahwa daerah kita telah Aman dari b. Membersihkan rumah dan lingkungan dengan menggunakan desinfektan. c. Mengecek sistem kelistrikan rumah sebelum menyalakan listrik rumah. d. Buka pintu dan jendela agar udara dalam rumah tidak pengap. e. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air bersih atau desinfektan, sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah menggunakan wc, setelah membersihkan lingkungan yang terkena banjir dan setelah memindahkan perabotan yang terendam air. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah : a. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai. b. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana. sumberdaya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan. c. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air. d. Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana e. Evaluasi karakteristik banjir untuk menyesuaikan prediksi banjir dimasa datang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Banjir kota Manado tahun 2014 merupakan bencana yang disebabkan oleh factor alam yang memiliki dampak terbesar dari segi luas genangan dan kerusakan fasilitas dibandingkan dengan banjirbanjir sebelumnya. Periode ulang banjir berdasarkan data yang ada tidak melebih 5 tahun. Hal ini berarti pemerintah dan masyarakat sudah harus sesegera mungkin untuk mengantisipasi banjir yang dapat datang dalam waktu yang tidak terlalu lama. Mitigasi dan Kontijensi merupakan hal yang harus sesegera mungkin dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.. Pemerintah harus melaksanakan Integrated Water Resources Management (IIWRM) dengan meninggalkan ego-sektoral yang saat ini masih terlihat demi kepentingan masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan dan peraturan yang ada harus dilakukan oleh pemerintah baik melalui pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi serta sosialisasi dimasyarakat. Pelaksanaan aturan yang tegas bahkan memberikan efek jera perlu dilaksanakan. Semua uraian diatas sudah sering disampaikan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan bencana banjir, namun sudahkah semua pihak melaksanakan apa yang diuraikan tersebut? Saran Pemerintah membuat peraturan-peraturan yang belum ada dan melaksanakan peraturan-peraturan tersebut. Sementara masyarakat harus mematuhi peraturan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anthony Raymond Kemur, 2006, Pentingnya dan Peran Penataan Ruang dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan, Prosiding PIT XXII HATHI, Manado. Bambang Sulistiono, 2006, Model Pemanfaatan Sumber Air Sungai Berkeadilan,, Prosiding PIT XXII HATHI, Manado. BMKG Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, 2014, Analisis Kejadian Banjir Dan Tanah Longsor Di Sulawesi Utara, 15 Januari 2014, Manado. PROMISE Indonesia, 2009, Banjir dan Upaya Penanggulangannya, Program for Hydro- Meteorological Risk Disaster Mitigation in Secondary Cities in Asia, Bandung. Keith Kennedy, et.al, 2009, IWRM Implementation in Basins, Sub-basins and Aquifers: State of the Art Review, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, ISBN 978-92-3-104105-1, Paris. Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008, 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Jakarta. TEKNO SIPIL / Volume 12 / No.60 / April 2014 45