TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Tata Cara Penelitian. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2017 hingga Juli 2017 di Kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACE VAR ITALICA)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. Survei tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah disuatu daerah,

11. TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan yang

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015 hingga April 2015 di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2016 sampai April 2017 di

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Kata kunci: lahan kering, kedelai

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993 dalam Cibro, 2012).

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan

TINJAUAN PUSTAKA. Survai Tanah. lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum C untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemetaan Tanah.

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. ketinggian 15 m.dpl. Wilayah Desa Petangkuran berupa lahan kering dengan luas

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

Transkripsi:

6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang menjadi syarat tumbuh tanaman pisang untuk dapat berproduksi dengan optimal, yaitu : 1. Iklim a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang ber-air tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. b. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. c. Curah hujan optimal adalah 1.520 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. 2. Media Tanam a. Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. b. Air harus selalu tersedia dan tidak boleh menggenang. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100-200 cm dan di daerah kering 50 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%. 6

7 3. Ketinggian Tempat Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 mdpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl. (Prihatman, 2000). B. Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu (Hardjowigeno, 2007). Pengertian Evaluasi Lahan Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Berbeda dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan pada umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas seperti penggunaan untuk pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Penilaian kesesuian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Hardjowigeno, 2007). Klasifikasi kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976 dalam Hardjowigeno, 2007) dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Klasifikasi lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik lahan secara kuantitatif (dengan angka-angka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi (biaya dan pendapatan), dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan (Hardjowigeno, 2007).

8 Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik lahan secara kualitatif (tidak dengan angkaangka) dan tidak ada perhitungan-perhitungan ekonomi. Biasanya dengan cara memadankan (membandingkan) kriteria masing-masing kelas kesesuaian lahan dengan karakteristik (kualitas) lahan yang dimilikinya. Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor fisik (karakteristik/kualitas lahan) yang merupakan faktor penghambat terberat (Hardjowigeno, 2007). Kaidah Evaluasi Kesesuaian Lahan Kaidah klasifikasi kesesuaian lahan adalah aturan yang harus diikuti dalam evaluasi lahan. Aturan tersebut disusun menjadi suatu sistem dalam evaluasi lahan. Sistem yang ditetapkan merupakan kesepakatan tentang kaidah yang akan dipakai dalam evaluasi lahan. Kaidah-kaidah tersebut dapat diubah, tetapi harus didasarkan pada alasan-alasan yang tepat dan disepakati oleh para pakar evaluasi lahan yang berasal dari beberapa disiplin ilmu seperti perencanaan pertanian, ahli tanah, ahli agronomi, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2007). Selanjutnya (Hardjowigeno, 2007) menyebutkan beberapa kaidah yang perlu ditetapkan dalam evaluasi lahan sebagai berikut: a. Jumlah kelas kesesuaian lahan; b. Pengharkatan masing-masing kelas kesesuaian lahan; c. Jumlah dan parameter yang dinilai; d. Pengharkatan terhadap parameter yang dinilai; e. Kisaran produksi yang diharapkan dari masing-masing kelas kesesuaian lahan pada tingkat pengelolaan tertentu, serta produksi optimalnya;

9 f. Sistem dan prosedur dalam evalusi lahan; g. Asumsi-asumsi (data, tingkat pengelolaan, dan lain-lain). Dalam evaluasi lahan perlu ditetapkan asumsi-asumsi yang menjelaskan tentang ruang lingkup, kondisi dan tingkat manajemen yang akan ditetapkan serta arah dari evaluasi (Hardjowigeno, 2007). Beberapa hal yang perlu diterapkan dalam evaluasi lahan semi detil yaitu: a. Prosedur evaluasi lahan: secara fisik kuantitatif atau yang lainnya; b. Data: merupakan data tapak, atau rata-rata dari Satuan Peta Tanah (SPT); c. Kependudukan, sosial budaya: tidak diperhitungkan; d. Prasarana dan aksesibilitas: tidak diperhitungkan; e. Pemilikan tanah: tidak diperhitungkan; f. Tingkat pengolahan tanah: dibedakan atas rendah, sedang, dan tinggi; g. Diterangkan kriteria masing-masing tingkat dan usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk mencapai kesesuaian lahan potensial; h. Aspek ekonomi: hanya dipertimbangkan secara garis besar, termasuk dalam aspek ekonomi adalah aspek pemasaran, nilai input-output, serta keuntungan bersih. Prosedur Evaluasi Lahan Menurut FAO (1976) dalam Sitorus (2004) kegiatan utama dalam evaluasi lahan adalah sebagai berikut: a. Konsultasi pendahuluan: meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan,

10 asumsi yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian, serta intensitas dan skala survey; b. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan- persyaratan yang diperlukan; c. Deskripsi satuan peta lahan (land mapping units) dan kemudian kualitas lahan (land qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembataspembatasnya; d. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan sekarang. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data lahan, penggunaan lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisa secara bersama-sama; e. Hasil dari butir d adalah klasifikasi kesesuaian lahan; f. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan Kerangka evaluasi lahan menurut FAO (1976), dalam Sitorus (2004) ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri atas kategori-kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang bersifat menurun yaitu: Kesesuaian lahan pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu:

11 a) Ordo S : Sesuai (Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan. b) Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas : a) Lahan yang tergolong Sesuai (S) dibedakan antara lahan yang Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2), dan Sesuai Marjinal (S3) : 1. Kelas S1, Sangat Sesuai: lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktifitas lahan secara nyata; 2. Kelas S2, Cukup Sesuai: lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan (input) masukan. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri; 3. Kelas S3, Sesuai Marginal: lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan input yang lebih besar dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan

12 modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan pemerintah atau pihak swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak mampu mengatasinya; b) Lahan yang tergolong Tidak Sesuai Kelas N, Tidak Sesuai: lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. Kesesuaian Lahan pada tingkat sub kelas: kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas terberat bergantung peranan faktor pembatas pada masing-masing sub kelas. Kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini dapat diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan input atau masukan yang diperlukan. Contoh S3oa yaitu termasuk kelas sesuai marginal dengan sub kelasnya oa atau ketersediaan oksigen tidak memadai. Dengan perbaikan drainase yang sesuai akan menaikkan kelasnya sampai kelas terbaik. Kualitas lahan dan karakteristik lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Hidayat, 2006). Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang dapat diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada

13 umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976 dalam Hidayat, 2006). Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contohnya lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif dan sebagainya. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumberdaya lahan, karakteristik lahan dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanah. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu (Djaenudin dkk, 2011). Persyaratan penggunaan lahan/tumbuh tanaman Semua jenis komoditas tanaman yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang kemudian antara satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut terutama yang terdiri atas energi radiasi, temperatur/suhu, kelembaban, oksigen, dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan (FAO, 1983 dalam Hardjowigeno, 2007). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya yang tergolong sebagai kualitas lahan adalah media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah serta kedalaman efektif. Tabel 1. Kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter Simbol Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Tc Temperatur (temperature crop) 1. Temperatur rerata ( o C) atau elevasi (m) Wa Ketersediaan air (water 1. Curah Hujan (mm) availability) 2. Kelembaban udara Oa Ketersediaan oksigen (oxygen availability) 1. Drainase

14 Rc Nr Xc Media perakaran (root crop) Retensi hara (nutrition retention) Toksisitas 1. Tekstur 2. Bahan Kasar (%) 3. Kedalaman tanah 1. KTK Liat (cmol(+)/kg) 2. Kejanuhan Basa (%) 3. ph H 2 O 4. C-Organik 1. Alumunium 2. Salinitas/DHL (ds/m) Xn Sodisitas 1. Alkalinitas (%) Eh Bahaya erosi (erotion 1. Lereng (%) harmful) 2. Bahaya erosi Fh Bahaya banjir (flood harmful) 1. Genangan Lp Penyiapan lahan (land prepare) 1. Batuan di permukaan (%) Sumber : (Djaenudin dkk. 2011) Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas (pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan) mempunyai batasan kisaran minimum, optimum, dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, maka persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan (Hardjowigeno, 2007). Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik tanah/lahan yang dipakai sebagai parameter dalam evaluasi lahan tersebut antara lain: temperatur udara, drainase, tekstur, alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. a. Temperatur rerata Temperatur udara diduga berdasarkan ketinggian tempat (elevasi dari permukaan laut). Pendugaan dilakukan dengan menggunakan rumus Braak (Djaenudin dkk, 2011).

15 Drainase tanah Kelas drainase tanah akan ditentukan dengan cara melakukan pengamatan secara visual terhadap profil tanah di lapangan (Djaenudin dkk, 2011). Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut: 0. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (lempung) permanen sampai pada lapisan permukaan; 1. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (lempung) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan; 2. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (lempung) pada lapisan sampai 25 cm;

16 3. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (lempung) pada lapisan sampai 50 cm; 4. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (lempung) pada lapisan sampai 100 cm; 5. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (lempung); 6. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (lempung). Tekstur

17 Tekstur adalah merupakan gabungan komposisi fraksi tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur ditentukan di lapangan berdasarkan Tabel 3. Kedalaman efektif Kedalaman tanah efektif diukur dengan mengukur kedalaman profil tanah mengggunakan meteran/penggaris. Kedalaman tanah dibedakan menjadi: Sangat dangkal Dangkal Sedang Dalam : <20 cm : 20 50 cm : 50-75 cm : > 75 cm (Djaenudin dkk, 2011)

18 Tabel 2. Kelas tekstur berdasarkan sifat fisik tanah No Kelas Tekstur Sifat Tanah 1 Pasir / Sand (S) Sangat kasar, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat. 2 Pasir berlempung / Loam sand (LS) 3 Lempung berpasir / Sandy loam (SL) 4 Lempung / Loam (L) 5 Lempung berdebu / Silt loam (SiL) Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat. Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat. Rasa tidak kasar dan licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan menkilat, dan melekat. Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat. 6 Debu / Silt (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat. 7 Lempung berliat / Clay loam (CL) 8 Lempung liat berpasir / Sandy clay loam (SCL) 9 Lempung liat berdebu / Silt clay loam (SiCL) 10 Liat berpasir / Sandy clay (SC) 11 Liat Berdebu / Silt clay (SiC) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat. Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, serta melekat. Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat. Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat. Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat. 12 Liat / Clay (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat. (Djaenudin dkk, 2011) Batuan permukaan Metode yang digunakan dalam penentuan bahan kasar adalah dengan melakukan pengamatan secara visual terhadap lahan di lapangan. Jumlah persentase kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi:

19 Sedikit : <15% Sedang : 15 35% Banyak : 35 60 % Sangat banyak : > 60% (Djaenudin dkk, 2011) Bahaya erosi dan lereng Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan, erosi alur, dan erosi parit dan pengukaran kemiringan diukur menggunakan klinometer. Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi ditentukan berdasarkan Tabel 4. Tabel 3. Tingkat bahaya erosi Tingkat Bahaya Erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) Sangat ringan (sr) < 0,15 Ringan (r) 0,15-0,9 Sedang (s) 0,9 1,8 Berat (b) 1,8 4,8 Sangat berat (sb) > 4,8 (Djaenudin dkk, 2011) Bahaya banjir Bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Data (x) dan (y) diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan.

20 Tabel 4a. Pengaruh kedalaman banjir dan lamanya banjir Kedalaman banjir (x) Lamanya banjir (y) < 25 cm < 1 bulan 25 50 cm 1 3 bulan 50 150 cm 3 6 bulan > 150 cm > 6 bulan Bahaya banjir diberi symbol F x,y kelas bahaya banjir akan ditentukan berdasarkan Tabel 5. Tabel 5b. Kelas bahaya banjir Simbol Kelas Bahaya Banjir Kelas bahaya banjir berdasarkan kombinasi kedalaman dan lamanya banjir (F x,y ) F0 Tanpa - F1 Ringan F1.1, F2.1, F3.1 F2 Sedang F1.2, F2.2, F3.2, F4.1 F3 Agak berat F1.3, F2.3, F3.3 F4 Berat F1.4, F2.4, F3.4, F4.2, F4.2, F4.4 (Djaenudin dkk, 2011) Berikut ini merupakan Tabel Kriteria Kesesuaian Lahan untuk tanaman pisang dari Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dalam Djaenudin (2011).

21 Tabel 6. Tabel kesesuaian lahan untuk tanaman pisang Persyaratan penggunaan / Kelas kesesuaian lahan karakteristik lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temperatur ( o C) rerata Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 25-28 1.000-1.500 Kelembaban udara 24-80 baik, (%) Ketersediaan oksigen (oa) 28-34 20 25 800-1.000 1.500-2.000 20 24 80-90 agak Drainase sedang terhambat 34 38 15 20 600 800 > 2.000 <20 >90 terhambat, agak cepat > 38 <15 <600 sangat terhambat, cepat Media perakaran (rc) Tekstur halus, agak halus, agak kasar sangat halus Kasar sedang Bahan Kasar (%) <15 15-35 35 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) >75 >75 50 75 <50 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) > 16 <16 Kejenuhan basa (%) >35 20-35 < 20 ph H 2 O 6,0-6,6 5,5-6,0 > 6,6 <5,5 C-organik (%) >1,2 0,8-1,2 < 0,8 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <8 sangat rendah 8-16 rendah - sedang 16-30 berat > 30 sangat berat Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan F0 - - >F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 5-15 15 40 >40 Singkapan batuan (%) <5 5-15 15 25 >25 (Djaenudin dkk, 2011)

22