Pemetaan neraca dan valuasi ekonomi sumber daya pulau kecil

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa


Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMETAAN TERUMBU KARANG DAN NILAI EKONOMI BERDASARKAN TRAVEL COST METHOD: STUDI KASUS DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

PEMETAAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE BERDASARKAN GIS DAN METODE BENEFIT TRANSFER : Studi Kasus di Hutan Mangrove di Wilayah ALKI II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

NERACA DAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /KEPMEN-KP/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

ABSTRAK. Kata kunci : Keramba jaring tancap, Rumput laut, Overlay, SIG.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR UNTUK BUDIDAYA DENGAN MEMANFAATAN CITRA SATELIT DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SEBAGIAN BALI SELATAN

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

Analisa Perubahan Luasan Terumbu Karang Dengan Metode Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Pulau Menjangan, Bali) Teguh Hariyanto 1, Alhadir Lingga 1

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA SPASIAL TERUMBU KARANG PADA PERAIRAN DANGKAL MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI PULAU LANGKAI, KEPULAUAN SPERMONDE

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

III. METODE PENELITIAN

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR

I. Pengantar. A. Latar Belakang

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Transkripsi:

75 Pemetaan neraca dan valuasi ekonomi sumber daya pulau kecil Taufik Hidayatullah 1, Ratnawati Yuni Suryandari 2, Anggoro C. Fitriyanto 1, Irmadi Nahib 1 1 Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Indonesia, 2 Pusat Pengajian Sosial, Pembangunan dan Persekitaran, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia Correspondence: Taufik Hidayatullah (email: taufiktmg@yahoo.com) Abstrak Kajian ini menggunakan citra penderiaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (GIS) bagi mengira nilai ekonomi sumber daya suatu pulau kecil dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi. Citra dan GIS digunakan bagi menganalisis dan menampilkan secara keruangan nilai. Nilai ekonomi ekosistem pulau kecil diperolehi daripada Citra Landsat dan ALOS di mana ianya mempunyai perbezaan masa yang panjang. Masing-masing citra kemudian dikelaskan. Selanjutnya, hasil klasifikasi tersebut dikonversi dalam format shapefile dan diolah dengan menggunakan program GIS bagi menghasilkan peta perubahan atau neraca. Nilai ekonomi sumberdaya alam pulau kecil diperolehi dari kajian atau survei valuasi ekonomi, termasuknya nilai ekonomi daratan dan lautan. Nilai-nilai ekonomi dihubungkan dengan peta neraca sehingga menjadi peta nilai ekonomi pulau kecil. Peta ini sangat berguna bagi pemerintah kerana tidak hanya menampilkan nilai ekonomi akan tetapi ianya juga berfungsi sebagai alat bantu pembuat keputusan. Katakunci: neraca sumber daya, nilai ekonomi, Sistem Informasi Geografi, pemetaan, peta neraca, pulau kecil Mapping the balance and economic valuation of a small island s natural resources The case of the Dewakang Besar, Indonesia Abstract This study uses remote sensing image and Geographic Information System (GIS) to quantify the economic value of a small island s resource based on economic principles. In particular, it analyses and visualizes spatial values. The economic evaluation was derived from Landsat and ALOS image with a long range period. Landsat was classified as initial data and ALOS as end data. The classification of the images was then converted and processed with the GIS to produce the change/balance map. The economic parameters selected for the valuation include the economic values of the land and the sea. These were compared with the balance map and became the small island economic value balance map. The significance of this map is that it not only visualizes the economic values of the island but also aids in decision making. Keywords: balance map, economic valuation, Geographic Information System, natural resources balance, mapping, small island

76 Pendahuluan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki ribuan pulau kecil. Pulau kecil didefinisikan sebagai pulau yang memiliki luas daratan lebih kecil dari 1,000 km 2 dan berpenduduk lebih dari 100,000 jiwa. Selanjutnya yang dimaksud dengan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2,000 km 2 beserta kesatuan ekosistemnya (Undang-undang RI No. 27 Tahun 2007). Pengelolaan pulau kecil diharuskan dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan parameter-parameter utama yang merupakan pembatas dalam pengelolaan pulaupulau kecil, seperti ketersediaan sumber air tawar dan kerentanan terhadap pengaruh yang bersifat eksternal. Oleh itu, prinsip kehatian-hatian harus dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil. Nilai ekonomi atau valuasi ekonomi sumberdaya tersebut sangat diperlukan dalam melakukan pengelolaan sumberdaya secara berterusan. Di dalam ekosistem pulau kecil, ekosistem laut sangat kuat mempengaruhi habitat daratan. Vegetasi di pulau kecil biasanya mempunyai susunan yang sederhana dengan jumlah species sedikit. Pulau kecil sangat tinggi nilainya kerana banyak biota yang sangat bergantung kepada keberadaannya. Beberapa jenis burung sering memanfaatkan pulau kecil sebagai tempat membuat sarang dan sebagai tempat bertelur penyu laut. Pulau merupakan sumber keragaman biologis. Isolasi yang berlangsung lama menyebabkan berlakunya seleksi alami organisme yang boleh hidup di kawasan tersebut. Oleh itu, para ilmuwan sangat tertarik untuk mempelajari pelbagai peranan pulau kecil bagi kehidupan manusia dan selanjutnya boleh dibuat valuasi ekonomi terhadap pulau kecil tersebut. Pulau kecil merupakan salah satu sumberdaya pesisir dan laut yang mempunyai pelbagai fungsi ekologi dan ekonomi. Fungsi-fungsi tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat tempatan sebagai sumber kehidupan dan penghidupan mereka. Kewujudan sumberdaya pulau kecil ini perlu dijaga agar tetap boleh memberikan manfaat ekonomi dan pembangunan masyarakat pulau sehingga boleh menjadi pulau yang berterusan. Oleh itu, karakteristik sumberdaya pulau kecil beserta ekosistem yang berasosiasi dengannya boleh diketahui dengan jelas. Karakteristik sumberdaya pulau kecil ini penting terutama untuk melakukan penilaian sumberdaya, sama ada penilaian ekologis mahupun ekonomi sumberdaya pulau kecil (Fakhrudin, 2008) Objektif kajian Objektif kajian adalah mengevaluasi neraca dan valuasi ekonomi sumber daya alam pulau kecil dengan menggunakan penderiaan jauh dan Sistem Informasi Geografis serta memetakannya. Kawasan kajian Kawasan kajian berlokasi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Ianya dikenal sebagai Kabupaten Pangkep di mana keluasan daratannya terdiri dari 898,29 km 2, manakala keluasan lautnya adalah 11,464.44 km 2 (berdasarkan aturan 4 mil dari garis pantai perbatasan kabupaten) dengan 112 pulau dan 47 pulau tidak berpenghuni. Kawasan laut terdiri dari tiga kecamatan, iaitu Liukang Kalmas, Liukang Tangaya dan Liukang Tupabiring. Sebagai kawasan kajian hanya di Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangaya. Kawasan kajian hampir berada di tengah kawasan Indonesia (Rajah 1).

77 Rajah 1. Kawasan kajian Data dan metod Bahan Materi yang digunakan dalam kajian ini adalah: - Peta Lingkungan Pantai Indonesia / LPI BAKOSURTANAL skala 1:50.000 sebagai peta dasar - Citra satelit Landsat TM tahun 1999. Citra Landsat TM digunakan sebagai sumber data awal (aktiva). Sedangkan Citra ALOS AVNIR-1B tahun 2007 sebagai sumber data akhir (pasiva). - Data statistik deret masa (time series), termasuknya data banci perikanan Kabupaten Pangkep (data perikanan, data produksi, data harga ikan dan sebagainya). Statistik umum Kabupaten Pangkep daripada pejabat banci tempatan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkep). - Data sosial-ekonomi yang diperolehi daripada responden secara langsung (nelayan yang mengambil spesies ikan karang) adalah: data kos (bot / perahu, peralatan memancing, penjagaan, operasi) dan data pemasukan (produksi harga ikan dan ikan). Data pendukung lainnya merupakan karakteristik dari nelayan (umur, jantina, pendidikan, bilangan isi rumah dan sebagainya). Software - Software pengolah citra ER Mapper 7.0 - Software Sistem Informasi Geografi (GIS) ArcView 3.3 - Software untuk memperolehi data lapangan ArcPad 6.0.3 Peta neraca sumber daya pulau kecil Peta neraca sumber daya pulau kecil didapati daripada analisis GIS hasil interpretasi Citra Landsat TM sebagai aktiva dan ALOS sebagai pasiva. Terdapat dua jenis interpretasi bagi keduadua citra satelit. Interpretasi pertama adalah interpretasi visual dengan dibantu proses transformasi Lyzenga di mana hasil interpretasinya adalah kelas sumber daya alam laut, seperti: terumbu karang, padang lamun dan pasir. Interpretasi kedua adalah interpretasi visual penutup tanah di mana hasil klasifikasi adalah mangrove, perkebunan, tanah terbiar dan hutan tanah kering. Semua hasil klasifikasi kemudian digabung dan dikonversi ke dalam file vektor (shape file). File yang berupa shape file tersebut diolah dengan menggunakan proses Union Geoprocessing di dalam ArcView 3.3 software. Hasil daripada proses tersebut adalah peta neraca sumber daya pulau kecil.

78 Metode penilaian ekonomi - Data primer, iaitu data yang diperolehi dari pengamatan langsung di lapangan, dengan metode temubual secara mendalam kepada responden berdasarkan borang kaji selidik yang telah disusun sesuai dengan objektif kajian. - Data sekunder, iaitu data yang dikumpulkan daripada kerajaan tempatan, Pejabat Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pangkep, Badan Statistik Negara dan lembaga-lembaga yang terkait dengan bahan penelitian, serta data-data penerbitan dan penyelidikan yang pernah dilakukan. Data-data tersebut kemudian dogolongan kepada data kependudukan, pemasaran produksi perikanan, infrastruktur, polisi kerajaan, serta kegiatan ekonomi di kawasan kajian. Struktur kajian dimuatkan dalam Rajah 2 di bawah ini. Rajah 2. Struktur kajian Hasil dan perbincangan Berdasarkan analisis neraca sumber daya pulau kecil Kecamatan Liukang Tangaya dan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep didapati bahawa: di Kecamatan Liukang Kalmas and Tangaya, terumbu karang berkurangan sebanyak 17.68 ha, iaitu daripada 45,660.14 ha pada tahun 1999 berkurangan menjadi 45.642,46 ha pada tahun 2007. Lamun meningkat sebesar 637.74 ha, iaitu daripada 10,509.92 ha pada tahun 1999, bertambah menjadi 11,147.66 ha tahun 2007. Pasir mengalami pengurangan yang signifikan iaitu lebih kurang mencapai 620.08 ha, daripada 12,583.16 ha pada tahun 1999 berkurangan menjadi 11,963.08 ha pada tahun 2007. Kebun kelapa meningkat sebesar 164.79 ha, iaitu daripada 518,475 ha menjadi 683,265 ha. Berdasarkan analisis ekonomi terhadap sumber daya yang tersedia di kawasan kajian, maka didapati bahawa jumlah nilai ekonomi sumber daya alam pulau kecil di Kecamatan Liukang Kalmas and Liukang Tangaya adalah Rp 478,027,242 per hektar per tahun pada tahun kajian berlangsung. Nilai ekonomi yang ditampilkan adalah hasil analisis ekonomi saat dikaji dan dimuatkan dalam bentuk jadual. Peta neraca nilai ekonomi sumber daya Pulau Dewakang Besar dimuatkan pada Rajah 3 di bawah ini.

79 Rajah 3. Peta neraca dan valuasi ekonomi Pulau Dewakang Besar Kesimpulan Diperlukan upaya nyata bagi menjaga keadaan sumber daya alam pulau kecil yang masih baik melalui kesedaran semua stakeholder (masyarakat, nelayan, pengusaha dan sebagainya) untuk membangun kembali terumbu karang, mangrove dan tanah yang telah rosak dengan melibatkan berbagai sektor seperti masyarakat tempatan, instansi terkait, perguruan tinggi dan NGO. Potensi sumber daya pulau kecil di kawasan kajian perlu dikembangkan untuk wisata bahari kerana ianya boleh menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan daerah. Kombinasi RS-GIS dan metode penilaian ekonomi boleh membantu kita untuk menganalisis dan memvisualisasikan nilai sumber daya alam pulau kecil. Rujukan Bappeda Kabupaten Pangkep (2007) Kabupaten dalam angka 2007. Bappeda BPS, Kabupaten Pangkep. Cesar H (1996) Economic analysis of Indonesian coral reefs. World Bank Environment Department Paper Department, Environmentally Sustainable Development Vice Presidency. December 1996. The World Bank. Fauzi A (2000) Against value perception resource economics. Center Studies Coastal and Marine Resource IPB - Coastal Project Coastal Resources Center University of Rhode Island.

80 Fauzi A (2004) Ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan: Aplikasi dan teori. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 259 pp. Fakhrudin A et. al. (2008) Uji aplikasi model valuasi ekonomi sumberdaya pulau-pulau kecil. Bogor. 137 pp. Lyzenga RD (1978) Shallow water using combined bathymetri liabilities LIDAR and multispectral scanner data. Int'l. Journal of Remote Sensing 6 (1). Muller K (1999) Diving Indonesia: A guide to the world's greatest diving. Periplus Edition, Singapore. 332 p. Noveria M, Aswatini, Harfina D, Pranoto A (2007) Kondisi sosial COREMAP location II: Studi kasus Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. CRITC-LIPI, Jakarta. Suriadi AB et. al. (2003) Spesifikasi teknis invetarisasi sumber daya alam laut dan pesisir. Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut BAKOSURTANAL, Cibinong. 113 p.