BAB III PEMBAHASAN. A. Teori Penanganan Pembiayaan Bermasalah. 1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB II LANDASAN TEORI

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB III PEMBAHASAN. jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. 25. tambahan keuntungan yang desepakati. 27

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB III PEMBAHASAN. tambahan keuntungan yang telah disepakati. 1 Dalam teknis perbankan,

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memang bidang utama usahanya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Murabahah. 1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pembiayaan

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB III PEMBAHASAN. penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan,

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN A. Teori Penanganan Pembiayaan Bermasalah 1. Penanganan Pembiayaan Bermasalah Dalam menangani dan menyelasaikan pembiayaan bermasalah KJKS BMT Giri Muria mengambil langkah- langkah sebagai berikut 1 : 1. Rescheduling (Penjadwalan kembali) Yaitu perubahan syarat pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik yang meliputi perubahan besarnya atau tidaknya angsuran. Secara khusus rescheduling bertujuan untuk agar nasabah dapat menyusun dana langsung secara lebih pasti, memastikan pembayaran yang lebih tepat, dan memungkinkan nasabah untuk mengatur pembayaran kepada pihak lain selain kepada KJKS BMT Giri Muria. 2. Reconditioning (Persyaratan Kembali) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat- syarat pembiayaan yang tidak terbatas pada perubahan jadwal penundaan pembayaran bagi hasil dan memperkecil bagi hasil. Hal tersebut dilakukan karena pihak KJKS BMT Giri Muria menilai bahwa mudhorib benar- benar mengalami kesulitan keuangan. Namun 2005, hlm.116 1 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 31

32 pihak BMT tidak membebaskan nisbah bagi hasil kepada nasabah, nasabah tetap dibebankan membayar bagi hasil tetapi jumlahnya diperkecil. Karena BMT sendiri memiliki tanggungan untuk membayar gaji karyawannya serta membayar biaya operasional misalnya biaya telefon, biaya air dan listrik. Padadasarnya setiap lembaga keuangan didirikan ingin memperoleh penghasilan atas usahanya tersebut.upaya penyelamatan pembiayaan dengan Reconditioning ini bertujuan untuk menyesuaikan kemampuan membayar mudhorib dengan kondisi yang terjangkau oleh si mudhorib. 3. Restructuring a. Dengan menambah jumlah pembiayaan, b. Dengan menambah equity: - Dengan menyetor uang tunai - Tambahan dari pemilik 4. Liquidation Yaitu pihak KJKS BMT Giri Muria menyita barang jaminan milik nasabah karena nasabah memiliki kelalaian dalam mengembalikan pembiayaan yang dipinjamnya. Sebelum barang jaminan disita KJKS BMT Giri Muria Kudus memberikan kesempatan kembali kepada mudharib untuk melunasi pembiayaan melalui kegiatan lain. Apabila hasil pelelangan barang jaminan

33 tersebut masih ada sisa dana setelah untuk menutupi pinjaman, maka sisanya akan dikembalikan sepenuhnya kepada mudharib. Seperti telah disebutkan di muka, bahwa perbankan tidak dapat menghindari pembiayaan bermasalah. Suatu pembiayaan yang dikatakan bermasalah pada awalnya ditandai dengan adanya tanda- tanda dari nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan financial dalam mengembalikan pembiayaan sebagaimana mestinya. Secara administratif, pembiayaan yang diselesaikan dengan strategi di atas adalah pembiayaan yang semula tergolong kurang lancar, diragukan dan macet yang kemudian diusahakan untuk diperbaiki sehingga mempunyai kolektabilitas lancar. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegah pembiayaan bermasalah tersebut belum menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah dimasa mendatang. Sebagian besar pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BMT Giri Muria diselesaikan dengan sistem kekeluargaan dan dengan suatu sistem kerjasama. Metode kerjasama dalam menangani pembiayaan bermasalah diumpamakan dengan program rescheduling. Dengan proses tersebut pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BMT Giri Muria sudah dapat teratasi. Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa DSN Nomor 47/DSN- MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang murabahah bagi hasil tidak mampu membayar. Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS boleh melakukan penyelesaian murabahah bagi nasabah yang

34 tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembayarannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan ketentuan : 1. Objek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati. 2. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan. 3. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang, maka LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah. 4. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutangnya tetap menjadi hutang nasabah. 5. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa hutangnya maka LKS dapat membebaskannya. 2. Teori Akad Murabahah Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu herga perolehan kepada pembeli. 2 Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) No: 04/DSN-MUI/IV/2000 dijelaskan bahwa murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang 2 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia(BI), Pedoman Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, 2008

35 lebih sebagai laba. 3 Murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. 4 Menurut Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dan tidak terlalu memberatkan calon pembeli, dan penjual harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 5 Sedangkan dalam profil KJKS BMT Giri Muria diterangkan bahwa murabahah adalah menjual dengan harga awal ditambah dengan keuntungan yang disepakati dan dibayar pada saat jatuh tempo. 6 Dari definisi murabahah yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah jual beli dengan dasar adanya informasi dari pihak penjual terkait dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah. Sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas. Murabahah adalah jual beli dengan harga jual sama dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang disepakati kedua belah pihak. 1. Dasar Hukum Murabahah a. Al-Qur an 3 Tim Penulis DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasiona, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009 4 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm. 101 5 Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 26 6 Abstraksi, Profil KJKS BMT Giri Muria Kudus, 2014, hlm. 1

36 Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan (jual beli) yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (QS. An-Nisa: 29) 7 b. Al-Hadits Dari Suhaib ar-rumi r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah) 8 2. Rukun dan Syarat Murabahah 1) Rukun murabahah a. Penjual (Ba i) Penjual merupakan seseorang yang menyediakan alat komoditas atau barang yang dijual belikan, kepada konsumen atau nasabah. b. Pembeli (Musytari) 7 Al-Qur an dan Terjemahannya, Depag RI, hlm. 69 8 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, hlm. 102

37 Pembeli merupakan seseorang yang membutuhkan barang untuk digunakan, dan bisa didapat ketika melakukan transaksi dengan penjual. c. Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu unsur terpenting demi suksesnya transaksi. Contoh: alat komoditas transportasi, alat kebutuhan rumah tangga dan lainlain. d. Harga (Tsaman) Harga merupakan unsur terpenting dalam jual beli karena merupakan suatu nilai tukar dari barang yang akan atau sudah dijual. e. Ijab Qabul Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak, kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab qabul yang dilangsungkan. Menurut para ulama ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dan transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa, dan akad nikah 9 2) Syarat Murabahah a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 2001. Hlm 94 9 Adiwarman Karim, ekonomi islam suatu kajian kontemporer, Jakarta: Gema Insani,

38 c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan pada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesuai pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 3) Prosedur Pembiayaan Akad Murabahah di KJKS BMT Giri Muria Kudus Cabang Dawe Gambar Skema Pembiayaan Murabahah 10 1. Negosiasi& Persyaratan BANK 2.Akad jual beli 6.Bayar ( secara angsur) NASABAH 3. BeliBarang SUPLIER 4. Kirim 5. Terima barang PENJUAL 10 Widyaningsih, Bank Dan Asuransi Indonesia, Jakarta: Kencana 2005, hlm. 205

39 Keterangan: a. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli Bank dari produsen ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. b. Harga jual dicantumkan dalam akd jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. c. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh. Pembiayaan secara luas berarti financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. 11 a. Pembiayaan konsumtif Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk keperluan konsumsi nasabah yang bersangkutan. Atau dengan kata lain pembiayaan yang tidak berkembang. 11 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, hlm 260

40 b. Pembiayaan modal kerja Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha baik di bidang perdagangan umum, jasa atau industri yang tujuan penggunaan pembiayaannya adalah untuk menambah modal kerja untuk meningkatkan volume yakni untuk menutupi kebutuhan pembelian prsediaan ataupun membiayaai piutang dagang. Untuk menjadi calon nasabah pembiayaan murabahah, KJKS BMT Giri Muria menerpakan prosedur-prosedur tertentu yang harus dipenuhi bagi calon nasabah yaitu dengen membuat persyaratan yang telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Diantaranya, nasabah mengisi formulir pembiayaan dengan melampirkan 12 : a. Fotokopi KTP suami istri b. Fotokopi Kartu Keluarga c. Fotokopi rekening listrik/pam/telepon d. Fotokopi Agunan/Jaminan (BPKB + STNK, sertifikatrumah/ bangunan, Surat Ijin Pasar) e. Surat persetujuan suami istri. Setelah syarat administrasi dipenuhi, selanjutnya nasabah pembiayaan mengajukan permohonan menjadi calon anggota dengan mengisi formulir yang sudah dipersiapkan BMT Giri Muria. Diharapkan calon nasabah mematuhi segala peraturan yang tertera. Dalam pengisian 12 Formulir Pembiayaan KJKS BMT Giri Muria

41 formulir pembiayaan diterangkan bahwa BMT Giri Muria berhak melakukan penilaian kelayakan usaha termasuk menolak permohonan tanpa menyebutkan alasan. Sebelum menyetujui permohonan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah, BMT Giri Muria perlu melakukan penelitian secara mendalam terhadap calon nasabah sehingga dikatakan layak mendapatkan pembiayaan. Sehingga jaminan hanya berfungsi untuk berjaga-jaga atau melindungi pembiayaan apabila macet. Dalam proses persetujuan pembiayaan dilakukan beberapa tahap, diantaranya: a. Tahap survei/kunjungan Tahap ini berfungsi untuk menilai kelayakan calon nasabah serta meneliti dan mencocokan kebenaran dokumen dan data-data yang diserahkan nasabah. Dalam tahap ini dilakukan on the spot atau kegiatan pemeriksaan lapangan dan wawancara untuk meninjau kebenaran usaha dan jaminan. Apabila sesuai, maka marketing officer membuat rangkuman hasil pelaksanaan survei dan kesimpulan hasil pengecekan. b. Tahap Analisis Tahap ini mengacu pada prinsip 5C, yaitu: 1. Character, keadaan atau watak calon nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. 2. Capacity,kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginnya.

42 3. Capital,jumlah modal dana sendiri yang dimiliki calon nasabah. 4. Collateral,barang yang diserahkan oleh nasabah sebagai agunanterhadap pembayaran yang diterimanya. 5. Condition,kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hukum. c. Rapat Komisi Rapat komisi dihadiri oleh manajer, kabag marketing, pembantu lapangan (PL), serta kabag operasional yang mengetahui kondisi keuangan BMT. Dalam rapat ini akan dibahas mengenai pengajuan pembiayaan yang diajukan nasabah dengan pertimbangan data survei dan analisis. Kemungkinan-kemungkinan keputusan yang diterapkan diantaranya: 1. Diterima permohonan pembiayaan 2. Diterima sebagian permohonan pembiayaan 3. Ditolak permohonan pembiayaan d. Administrasi Pembiayaan Untuk tahap selanjutnya setelah permohonan pembiayaan diterima, maka antara nasabah dan BMT Giri Muria melakukan kesepakatan mengenai administrasi pembiayaan. Beberapa hal yang akan ditetapkan diantaranya adalah: 1. Jumlah pembiayaan yang akan dicairkan beserta tanggal pencairannya.

43 2. Besarnya margin pembiayaan murabahah. 3. Tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman pokok beserta marginnya. 4. Biaya administrasi pembiayaan, biaya materai, dan biaya tagih bila nasabah tidak membayar angsuran pada saat jatuh tempo. Setiap nasabah pembiayaan harus punya rekening simpanan di BMT Giri Muria, meskipun tidak dibatasi besar kecilnya dan dapat dilakukan secara fleksibel. Rekening simpananini dimaksudkan untuk memudahkan nasabah bila tidak dapat mengangsur sesuai dengan tanggal jatuh tempo maka dapat dipotongkan saldo simpanan dan harus dengan persetujuan nasabah. e. Tahap Pencairan Proses pencairan pembiayaan ini melibatkan manajer, kabag marketing, kabag operasional, dan teller. Akad pembiayaan akan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun pembiayaan. Pada saat akad juga terjadi pengikatan jaminan. f. Tahap Monitoring Yang dimaksud pada tahap ini adalah BMT Giri Muria ikut memonitor aktifitas nasabah, serta memantau data angsuran jatuh tempo selama masa pembiayaan berlangsung.

44 B. Penilaian Pihak KJKS BMT Giri Muria Kudus Cabang Dawe Terhadap Nasabah Dalam Memberikan Pembiayaan Akad Muabahah Di dalam penjelasan UU No. 21 tahun 2008 disebutkan bahwa, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah pembiayaan untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan pembiayaan, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak atau sifat, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah. Sebelum pembiayaan diberikan, untuk menyakinkan bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya biasanya dalam menyalurkan pembiayaan dilakukan dengan analisis 5C (character, capacity, capital, collateral, condition). KJKS BMT Giri Muria adalah suatu badan usaha, dalam hal ini berbentuk Koperasi Jasa Keuangan Syari ah, yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

45 Prinsip dasar dalam penilaian nasabah merupakan prinsip pemberian pembiayaan yang sudah klasik dikenal dengan 5C, yaitu 13 : 1. Character Bagian pokok dari analisa calon nasabah yang tidak boleh diabaikan, karena karakter marupakan faktor utama yang mempengaruhi prilaku seseorang. Karakter dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi nasabah dan bank lain tentang prilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi. Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. 2. Capacity Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. Bagaimanapun sebuah usaha yang baik akan tercermin dari tingkat efektifitas pengguna modal dan perkembangan modal itu sendiri. 3. Capital Adalah kemapuan perusahaan dalam menghasilkan output produk (baik kualitas maupun kuantitasnya). Untuk dapat melihat nasabah 2005, hlm. 104 13 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada:

46 dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkannya. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Bentuk perwujudan dari itikad baik nasabah untuk mempertanggungjawabkan dana yang diterimanya dengan sebenar-benarnya. Dan penetapan jaminan harus tetap mempertimbangkan tingkat kelancaran. 5. Condition Merupakan bagian terpenting dalam menganalisa calon nasabah, karena dengan melihat kondisi usaha calon nasabah (bila dibaca dan dianalisa dari laporan keuangan yang dibuat oleh calon nasabah) kita bisa tahu tentang keadaan riil dari aktiva dan pasiva usaha nasabah, berikut tingkat keuntungan yang diperolehnya. Sehingga kita mengetahui tingkat keuntungan yang diraih nasabah dan prospek ke depan dari usaha yang akan dibiayai.

47 Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidanh usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga memungkinkan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil. Pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BMT Giri Muria sejauh ini masih dalam tahap sehat, sehat disini dalam artian pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BMT Giri Muria hanya sedikit dan masih bisa ditangani. Dari tahun 2011 sampai 2013 jumlah nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah kurang lebih ada 5% dari jumlah nasabah pembiayaan yang ada 174 nasabah. Hal ini terjadi karena manajemen operasional dan pengelolaan pembiayaan pada KJKS BMT Giri Muriasudah berjalan dengan baik. Serta pihak nasabah sudah memiliki tingkat kesadaran dalam mengembalikan dana yang dipinjamnya. Pada waktu nasabah tidak mengangsur 1 kali pihak KJKS BMT Giri Muria melakukan tindakan dengan menghubungi nasabah melalui telefon. Hal tersebut dilakukan bermaksud agar secara moral antara nasabah dengan BMT masih terjadi komunikasi.

48 Berdasarkan pengalaman selama ini ada dua hal yang menjadi hambatan KJKS BMT Giri Muria dalam menghadapi pembiayaan bermasalah, yaitu 14 : 1. Iktikad tidak baik dari nasabah pembiayaan Kurang adanya kesadaran nasabah dalam menyelesaikan pembiayaan yang dipinjamnya. Biasanya dana yang seharusnya digunakan untuk membayar pembiayaan digunakan untuk kebutuhan lain, kelalaian tersebut dilakukan secara sengaja oleh nasabah. 2. Ketidak tepatan waktu Ketidak tepatan waktu disini adalah suatu keterlambatan nasabah pembiayaan dalam membayar kembali pembiayaan kepada pihak KJKS BMT Giri Muria, sehingga mengakibatkan pembiayaan menjadi berlarut-larut sehingga beban yang ditanggung nasabah pembiayaan menjadi semakin besar. Dalam memberikan pembiayaan pihak KJKS BMT Giri muria telah melakukan analisis menggunakan 5c terhadap nasabah pembiayaan. Meskipun sudah dilakukan analisis pembiayaan tetapi pihak BMT juga masih mengalami risiko pembiayaan bermasalah, hal ini terjadi karena terdapat ketidaktepatan pihak BMT dalam menilai nasabah yang akan diberikan pembiayaan. Namun dengan menggunakan anlisis 5c tersebut dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah. Dan sejauh ini 14 Hasil wawancara dengan bagian pembiayaan (Nining Rahayu) BMT Giri Muria, tanggal 10 April 2014

49 hanya sebagian kecil saja pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BMT Giri Muria. Dalam mengatasi pembiayaan yang bermasalah pada tahap 1 pihak KJKS BMT Giri Muria menggunakan pendekatan kekeluargaan. Sebelum melaksanakan pembiayaan hendaknya pihak BMT harus meneliti dahulu kepada siapa pembiayaan tersebut diberikan, untuk tujuan apa pembiayaan tersebut, apakah nantinya pihak nasabah pembiayaan dapat mengembalikan kewajibannya dan berapa jumlah pembiayaan yang layak diberikan, sehingga pembiayaan yang diberikan cukup aman dari risiko pembiayaan bermasalah. C. Analisis Terhadap Rescheduling Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Murabahah di KJKS BMT Giri Muria Kudus Cabang Dawe Penyelesaian pembiayaan yang ditawarkan oleh KJKS BMT Giri Muria adalah dengan pembayaran pokok dan bagi hasil secara bertahap yang disetujui oleh nasabah. Rescheduling adalah perubahan syarat-syarat pembiayaan yang hanya menyangkut jadwal atau jangka waktu pembayaran pembiayaan. Adapun gambaran umum kasus pembiayaan nasabah yang bermasalah pada KJKS BMT Giri Muria sebagai berikut: Pada kasus pembiayaan yang diberikan si X yang mengalami pembiayaan bermasalah, sehingga nasabah ini sudah tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam hal mengurangi pinjaman pokok maupun bagi hasil. Berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan si X dapat memenuhi

50 kriteria dalam mendapatkan fasilitas pembiayaan. Si X mengajukan pinjaman sebagai modal usaha untuk pembelian mesin penggilingan padi. Pada mulanya si X dapat mengembalikan pinjaman sebesar Rp.6.500.000 dari pinjaman pokoknya Rp.10.000.000 dengan angsuran setiap bulannya adalah angsuran pokok Rp.270.833 bagi hasil Rp.130.000 jadi jumlah angsuran yang harus dibayar X setiap bulan Rp.400.833, setelah pembayaran yang mulanya dilakukan tersebut kemudian selanjutnya tidak ada penyelesaian yang dilakukan nasabah, pembiayaan itu bermasalah pada angsuran ke-16 dari jangka waktu angsuran 24 bulan, akibatnya pinjaman yang semula seharusnya bisa terselesaikan menjadi tertunda. Usaha yang dijalankan si X mengalami penurunan pelanggan dan akhirnya penggilingan padi tersebut sepi. Hal tersebut terjadi karena adanya persaingan usaha penggilingan lain yang lebih bagus, terkadang juga masyarakat disekitar penggilingan padi si X mengalami gagal panen dan juga ketidakmampuan si X membayar pembiayaannya adalah karena kehidupan mewah buat keluarganya. Barang yang dijadikan sebagai jaminan yang diserahkan adalah sertifikat tanah. 15 Setelah pihak BMT melakukan kunjungan langsung kelapangan tindakan yang dilakukan KJKS BMT Giri Muria yaitu dengan cara melakukan pengawasan usaha si X. nasabah sempat akan diberikan pembiayaan lagi guna memajukan uasahanya, namun pihak nasabah menolaknya karena si X berfikir pembiayaan akan semakin bertambah lagi dan kalau usahanya tidak bisa 15 Hasil wawancara dengan pihak Manajer Area (Bapak Ahmad Saeful Anas) KJKS BMT Giri Muria Kudus, tanggal 10 April 2014

51 bangkit malah nanti pembiayaan yang harus dikembalikan semakin banyak dan takut tidak bisa mengembalikan pembiayaannya. Jadi si X berpendirian menunggu usahanya menjadi semula. Penyelesaian yang ditawarkan KJKS BMT Giri Muria kepada nasabah adalah dengan rescheduling. Sehingga pihak BMT melakukan penentuan waktu dalam penyelesaiannya berdasarkan waktu yang telah disepakati antara pihak BMT dengan si X. kemudian dari kesepakatan perpanjangan waktu tersebut akhirnya si X memiliki kemampuan untuk menyelesaikannya. Sehingga jangka waktu angsuran menjadi 36 bulan. Jadi angsuran pokok yang harus dibayar X menjadi Rp.200.000, bagi hasil Rp.100.000, jadi jumlah angsuran X setelah di rescheduling adalah Rp.300.000. Jadi peran rescheduling itu sendiri sangat membantu dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah baik terhadap pihak BMT maupun si nasabah. Beban yang ditanggung nasabah menjadi ringan karena diberi jangka perpanjangan jangka waktu dalam pengembalian pembiayaannya. Pihak KJKS BMT Giri Muria juga merasa tidak dirugikan karena nasabah dapat melunasi pembiayaannya, karena dana yang digunakan untuk pembiayaan tersebut juga berasal dari nasabah yang menabung di BMT tersebut.

52