ABSTRAK Vivi Mahrani Tarigan. 100511375. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dan Model Pembelajaran Investigasi Pada Materi Statistika Kelas XI MAS Al-Washliyah Petatal Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen yaitu membandingkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Yaitu model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dikelas IPA yang merupakan kelas Eksperimen, dan model pembelajaran Investigasi dikelas IPA yang merupakan kelas Kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat bukti secara empiris tentang perbedaan hasil belajar siswa pada materi Statistika MAS Al- Wasliyah Petatal Tahun Ajaran 2014/2015. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa/siswi kelas XI MAS Al-Washliyah Petatal yang berjumlah 60 orang yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IPA 31 orang siswa dan kelas IPA 29 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah IPA dan IPA. Instrumen penelitian ini berupa tes berbentuk uraian sebanyak 6 butir soal. Proses analisis data terdiri dari pengujian persyaratan analisis data dan pengujian hipotesis. Pengujian persyaratan analisa data meliputi uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata dan simpangan baku siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) X = 86, 4 dan S = 6, 8. Rata-rata dan simpangan baku siswa yang diajar dengan model pembelajaran Investigasi X = 78, 5 dan S = 6,1. Dari hasil penelitian hipotesis diperoleh harga t = 5, 27. Dengan membandingkan harga ini pada tabel, dengan dk = 58, diperoleh t tabel = 2,00, ternyata t hitung > ttabel. Hal ini berarti bahwa H 0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan diajar dengan model pembelajaran Investigasi pada materi Statistika kelas XI MAS Al-Washliyah Petatal Tahun Ajaran 2014/2015. hitung Kata Kunci : Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT), Model Pembelajaran Investigasi, Statistika.
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis 2.1.1 Pengertian belajar Belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Ernest R. Hilgard (dalam Nurhayati 2013:6) : Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari yang ditimbulkan oleh lainnya. Selanjutnya Djahari (dalam Nuryati 2013:6) menyatakan : Belajar adalah internalisasi atau dialog dari antar interaksi, antar potensi internal siswa (pikiran, perasaan, pengalaman, dan lain-lain) dengan internalnya sendiri atau dengan potensi aksternal lainnya (guru, siswa, kondisi, fakta, dan konsep) sehinnga lahir tanggapan sebagaimana yang diharapkan (conditioned/desired respon), sehingga melahirkan suatu/sejumlah perubahan sebagaimana yang diharapkan (desired out cames). Menurut Slameto (2003:2) : Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata perubahan yang bararti bahwa seorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilannya maupun sikapnya. Dimyati (2006:156) berpendapat : Belajar adalah proses melibatkan manusia secara perorangan sebagai satu organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan perubahan dalam kebiasaan, kecakapan kecakapan (skill) atau dalam tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau
proses yang mengakibatkan perubahan infut secara fungsional. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10 ) mengemukakan : Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar dilakukan untuk suatu usaha dari individu yang belajar itu sendiri. Hasil belajar adalah suatu puncak proses belajar, hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:20). Cara belajar yang efektif adalah kegiatan belajar yang harus dilakukan secara serta teknik-teknik belajar yang didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi dan ilmu kesehatan dan didukung oleh alat-alat dan perlengkapan secukupnya. Dalam proses pembelajaran, Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih di anggap sulit di pahami oleh siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Matematika di perlukan adanya suatu model pembelajaran yang bervariasi. Artinya dalam proses belajar-mengajar guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang tidak harus sama untuk semua materi, karena belum tentu materi yang satu dengan yang lain dapat cocok dengan model pembelajaran yang sama. Akhirnya yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih tergolong rendah jika di bandingkan dengan mata pelajaran lain. Dari uraian diatas, ahli pendidikan melakukan berbagai uji coba penerapan model pembelajaran. Beberapa percobaan dilakukan menunjukkan hasil yang memuaskan dalam peningkatan motivasi dan hasil belajar, sehingga berbagai model pembelajaran terus di tingkatkan. Misalnya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), dan model pembelajaran Investigasi, motivasi dan hasil belajar siswa lebih meningkat dibanding model pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru. 2.1.2 Hasil belajar Seseorang dikatakan telah belajar apabila adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yaang menetap. Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2009:3) : Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengetahuan yang luas, mencakup bidang kognitif, apektif, dan psikomotorik. Banyak faktor yang ada dalam diri seseorang yang mempengaruhi usaha dan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang tidak dapat diperoleh tanpa adanya proses pembelajaran. Apabila proses pembelajaraan yang baik maka akan menghasilkan yang baik sebaliknya, apabila proses pembelajaran yang tidak baik tentu akan menghasilkan yang tidak baik pula. Kualitas dari proses balajar-mengajar adalah indikator strategis dari keberhasilan pelaksanaan dari suatu sistem kurikulum, sebagai tolak ukur dan tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah belajar matematika dan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang sudah dipelajari. Dalam hal ini hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan, tugas, dan soal-soal tes. Soal-soal yang diberikan adalah soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2.1.3 Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu type pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Type ini dikembangkan oleh Kagen dalam (Mulyabato Tenge, 2011:6) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang terdapat dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran yang diajarkan. Sedangkan Johnson-Johnson dalam (Mulyabato Tenge, 2011:6) mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif type Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam kelompok heterogen beranggotakan tiga sampai lima orang dalam menangani suatu masalah.
Menurut Kagen dalam (Mulyabato Tenge, 2011:6-7) : Pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan menjadi empat langkah struktur sebagai berikut: 1) Penomoran (numbering). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 5 orang dan memberikan nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. 2) Pengajuan pertanyaan (questioning). Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. 3) Berpikir bersama (head together). Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4) Pemberian jawaban (answering). Dari definisi di atas terlihat bahwa cara Numbered Head Together (NHT) menuntut kerjasama yang baik antara anggota kelompok. Model pembelajaran ini juga menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama tim siswa mulai bekerja sama dan melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh mereka berhasil bekerja sama. Menurut Kagen dalam (Nurleni 2013:7 ) : Ada 3 tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran Numbered Head Together (NHT) antara lain : (1) Hasil belajar akademik struktural, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. (2) Pengakuan adanya keragaman, yang bertujuan agar siswa menerima teman-temannya dari berbagai latar belajar yang berbeda. (3) Pengembangan keterampilan sosial, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain : berbagi tugas, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan pendapat, dan bekerja dalam kelompok. 2.1.4 Model pembelajaran Investigasi Investigasi merupakan kegiatan belajar-mengajar yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan. Kegiaatan belajar dimulai dengan memberikan masalahmasalah oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka,
artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksanaannya mengacu kepada berbagai teori Investigasi. Menurut Joyle, Weil dan Calhoun (2000:53) : Model ini sangat mudah disesuaikan dan komprehensip yang menggabungkan tujuan-tujuan akademik Investigasi, Integrasi sosial, dan Proses pembelajaran sosial, serta dapat digunakan dalam semua bidang studi, dalam semua tingkat usia. Jadi model pembelajaran Investigasi adalah model pembelajaran yang perencanaannya disesuaikan agar siswa bekerja dalam kelompok, dengan menggunakan penemuan secara kooperatif. Dalam model pembelajaran Investigasi, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang Matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Istilah Investigasi mulai diperkenalkan dengan diterbitkannya laporan dari Cockroff (dalam Evan, 1987) menyatakan bahwa : Pembelajaran matematika harus melibatkan aktifitasaktifitas berikut ini : 1. Ekspositori ( pemaparan ) guru. 2. Diskusi antara siswa dengan siswa, atau siswa dengan guru. 3. Kerja praktek. 4. Pemantapan dan latihan pengerjaan soal. 5. Pemecahan masalah. 6. Investigasi. Krismanto (2003:7) : Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru. Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Jika
digambarkan pada diagram yang mencerminkan kegiatan di kelas akan terlihat prinsip dari model pembelajaran Investigasi sebagai berikut: Pengamatan dari: Gambar 2.1 Diagram Kegiatan Siswa Dengan Model Pembelajaran Investigasi. Keterangan: A, B, C, D, E = siswa. Menurut Setiawan (2006:10) Fase-fase yang harus ditempuh dalam model pembelajaran Investigasi adalah : a. Fase membaca, menerjemahkan dan memahami masalah Pada fase ini siswa harus memahami permasalahannya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya, yang kemudian mungkin perlu didiskusikan dengan kelompok lain. Jadi pada fase ini siswa memperlihatkan kecakapannya bagaimana ia memulai pemecahan suatu masalah, dengan: Menginterpretasikan soal berdasarkan pengertiannya. Membuat suatu kesimpulan tentang apa yang harus dikerjakan. b. Fase pemecahan masalah. Pada fase ini mungkin saja siswa menjadi bingung apa yang harus dikerjakan pertama kali, maka peran guru sangat diperlukan, misalnya memberikan saran untuk memulai dengan suatu cara, hal ini dimaksudkan untuk memberikan tantangan atau menggali pengetahuan siswa, sehingga mereka terangsang untuk mencoba mencari cara-cara yang mungkin untuk digunakan dalam pemecahan soal tersebut, misalnya dengan membuat gambar, mengamati pola atau membuat
catatan-catatan penting. Pada fase yang sangat menentukan ini siswa diharuskan membuat konjektur dari jawaban yang didapatnya, serta mengecek kebenarannya. Secara terperinci siswa diharap melakukan hal-hal sebagai berikut: Mendiskusikan dan memilih cara atau strategi untuk menangani permasalahan. Memilih dengan tepat materi yang diperlukan. Menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin. Mencobe ide-ide yang mereka dapatkan pada fase 1. Memilih cara-cara yang sistematis. Mencatat hal-hal penting. Bekerja secara bebas atau bekerja bersama-sama (atau keduanya). Bertanya kepada guru untuk mendapatkan gambaran strategi untuk penyelesaian. Membuat konjektur atau kesimpulan sementara. Mencek konjektur yang didapat sehingga yakin akan kebenarannya. c. Fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban Setelah memecahkan masalah, siswa harus diberikan pengertian untuk mengecek kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh itu cukup komunikatif atau dapat difahami oleh orang lain, baik tulisan, gambar ataupun penjelasannya. Pada fase ini siswa dapat terdorong untuk melihat dan memperhatikan apakah hasil yang dicapainya pada masalah ini dapat digunakan pada masalah lain. Jadi intinya pada fase ini siswa diharapkan berhasil: Mengecek hasil yang diperolehnya. Mengevaluasi hasil pekerjaannya. Mencatat dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh dengan berbagai cara. Mentransfer keterampilannya untuk diterapkan kepada persoalan yang lebih kompleks. (Alfina : 2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Investigasi adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, dan menentukan strategi untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan, yang selanjutnya hasil perolehan tersebut dikomunikasikan dan dibandingkan dengan perolehan siswa lainnya. Model pembelajaran Investigasi menekankan pada permasalahan yang belum terformulasikan dengan jelas sehingga memungkinkan perolehan siswa beragam (divergen). Model pembelajaran Investigasi dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan melalui tiga fase yaitu: fase membaca, menerjemahkan, dan memahami masalah, fase pemecahan masalah, fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban. 2.1.5 Materi bahan ajar 2.1.5.1. Pengertian Statistik, Statistika, Populasi, dan Sampel. a. Statistik adalah nilai-nilai ukuran data sehingga menjadi satu nilai yang mudah dimengerti. b. Statistika adalah cabang dari matematika yang mempelajari caracara pengumpulan data dan penyusunan data, pengolahan dan pengartisaan data, serta penyajian data berdasaarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan. c. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. d. Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar akan diteliti. Sampel harus mewakili (resrensentatif) gambaran yang benar dari populasi. 2.1.5.2. Statistika Deskriptif. a. Ukuran terkecil dan ukuran terbesar. Nilai data yang paling kecil setelah data diurutkan disebut ukuran terkecil, sedangkan nilai data yang paling besar setelah diurutkan disebut ukuran terbesar. b. Rataan Hitung (Mean) Mean adalah nilai rata-rata dari suatu data.
Mean = 1. Rataan hitung dari data tunggal. = Keterangan : = = = Rataan hitung dari data, dengan notasi x Banyaknya data = Jumlah nilai seluruh data Data ke-i 2. Rataan hitung dari data kelompok. = c. Median (Me) Keterangan : = Rataan hitung dari data kelompok. = Kelas interval. = Frekuensi kelas ke-i. = Nilai tengah kelas ke-i. Median adalah ukuran yang paling tengah setelah data diurutkan. 1. Median data tunggal. Me = x ( ) Keterangan : x = Datum ke- n = Banyaknya datum 2. Median data kelompok Me = L + P Keterangan : L p = Tepi bawah kelas yang memuat median. = Panjang kelas (panjang interval kelas). fk = Frekuensi kumulatif sebelum kelas median.
f d. Modus (Mo) = Frekuensi kelas median. n = Banyaknya datum. Modus adalah data/ukuran yang paling sering muncul atau data yang frekwensinya paling besar. 1. Modus data tunggal. Modus dari data,,,..., didefinisikan sebagai nilai datum yang paling sering muncul (nilai datum yang memiliki frekuensi terbesar). 2. Modus data kelompok. Mo = L + P Keterangan : P = Panjang kelas. L = Tepi bawah kelas modus. = Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sebelum kelas modus. = Selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sesudah kelas modus 2.2 Kerangka Konseptual Model pembelajaran dapat diartikan sebegai sudut pandang kita terhadap proses belajar mengajar di sekolah, yang mengarah pada terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan model pembelajaran Investigasi pada materi Statistika dikelas XI MAS Al-Washliyah Petatal tahun ajaran 2014/2015. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan model pembelajaran Investigasi ini siswa diharapkan akan lebih mengenal dan paham tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang diajarkan oleh guru. Dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi ini di harapkan keefektifan pembelajaran akan tercapai yaitu dengan tercapainya ketuntasan hasil belajar siswa, minimal dapat menggunakan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Hipotesis Penelitian Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: : Tidak ada perbedaan Hasil belajar siswa yang diberi dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi pada materi Statistika kelas XI MAS Al-Washliyah Petatal tahun ajaran 2014/2015. : Ada perbedaan Hasil belajar siswa yang diberidengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi pada materi Statistika kelas XI MAS Al-Washliyah Petatal tahun ajaran 2014/2015.