Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Lapis Antara (AC-BC) Budi Raharjo 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

dokumen-dokumen yang mirip
Efek Pengaruh Temperatur Pemadatan Pada Campuran Untuk Perkerasan Lapis Aus. Ponco Sugiarto 1) Priyo Pratomo 2) Rahayu Sulistyorini 3)

Variasi Jumlah Tumbukan Terhadap Uji Karakteristik Marshall Untuk Campuran Laston (AC-BC) Antonius Situmorang 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

Pengaruh Suhu Tumbukan pada Campuran Aspal Beton dengan Jenis Lapis AC-WC Gradasi Halus. Wahyudi 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

Studi Karakteristik Marshall Pada Campuran Aspal Dengan Penambahan Limbah Botol Plastik. Suhardi 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

Variasi Temperatur Pencampuran Terhadap Parameter Marshall pada Campuran Lapis Aspal Beton. Sarkis Enda Raya S 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pemanfaatan PET pada Laston Lapis Pengikat Terhadap Parameter Marshall. Putri Ajeng Prameswari 1) Priyo Pratomo 2) Dwi Herianto 3)

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Kepadatan Campuran dengan Variasi Tumbukkan Terhadap AC-WC Gradasi Halus. Yuliansyah 1) Hadi Ali 2) Priyo Pratomo 3)

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

Teguh Dwi Istanto 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

STABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

NASKAH SEMINAR INTISARI

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi.

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH SUHU PEMADATAN CAMPURAN UNTUK PERKERASAN LAPIS ANTARA (AC-BC) (Skripsi) Oleh BUDI RAHARJO

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk melayani bebanlalu lintas. Agregat yang dipakai dapat berupa

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ANALISA KEHANCURAN AGREGAT AKIBAT TUMBUKAN DALAM CAMPURAN ASPAL ABSTRAK

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

Transkripsi:

JRSDD, Edisi Maret 2016, Vol. 4, No. 1, Hal:43 50 (ISSN:2303-0011) Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Lapis Antara (AC-BC) Budi Raharjo 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3) Abstract The main objective of this study was to determine the influence of variations of temperature changes on the asphalt compaction process heat (hot mix asphalt) layer between (AC - BC) against Marshall parameter with reference to the specifications of Highways in 2010. Based on the analysis of data processing obtained that the value content of asphalt used for middle limit is 6.1 % and the lower limit of 6.85 %. Based on the analysis of data processing obtained that the value content of asphalt used for middle limit is 6.1 % and the lower limit of 6.85 %. From the test results Marshall at a temperature of 135ºC, 145ºC and 155ºC in the middle limit has met all the parameters Marshall. Only at a temperature of 125ºC and 115ºC that do not meet the parameters Marshall Void in value due Mix (VIM) and the Marshall Quotient (MQ) do not enter Specifications Highways Marshall 2010. While testing the lower limit on the temperature 115ºC, 125ºC and 135ºC does not meet all the parameters Marshall, because the value of Marshall Quotient (MQ) did not enter the specifications of Highways in 2010. Keywords : Solidification temperature, Specification for Highways 2010, Marshall, Asphalt Concrete - Binder Course (AC - BC) Abstrak Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi perubahan suhu pada proses pemadatan aspal panas (asphalt hotmix) lapis antara (AC-BC) terhadap parameter Marshall dengan acuan kepada Spesifikasi Bina Marga 2010. Berdasarkan analisa pada pengolahan data diperoleh bahwa nilai kadar aspal yang digunakan untuk batas tengah yaitu 6,1% dan batas bawah 6.85%. Berdasarkan analisa pada pengolahan data diperoleh bahwa nilai kadar aspal yang digunakan untuk batas tengah yaitu 6,1% dan batas bawah 6.85%. Dari hasil pengujian Marshall pada suhu 135ºC, 145ºC, dan 155ºC pada batas tengah telah memenuhi semua parameter Marshall. Hanya pada suhu 125ºC dan 115ºC yang tidak memenuhi parameter Marshall dikarenakan nilai Void in Mix (VIM) dan nilai Marshall Quotient (MQ) tidak masuk Spesifikasi Bina Marga 2010. Sedangkan pengujian Marshall batas bawah pada suhu 115ºC, 125ºC, dan 135ºC tidak memenuhi semua parameter Marshall, dikarenakan nilai Marshall Quotient (MQ) tidak masuk Spesifikasi Bina Marga 2010. Kata kunci : Suhu pemadatan, Spesifikasi Bina Marga 2010, Marshall, Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC) 1) Mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Soemantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar lampung. 35145. surel: budir78@gmail.com 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Soemantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar lampung. 35145. 3) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan Prof. Soemantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar Lampung. 35145.

Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Buktin, Lapis Ahmad Antara Suhardi, Zakaria, (AC-BC) Priyo Ofik Prtatomo, Pratomo,... Taufik Purwadi. Hadi Ali. 1. PENDAHULUAN Pembangunan dan pengembangan perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada sarana dan prasarana. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong distribusi barang dan jasa sekaligus mobilitas penduduk. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi. Pada saat ini, konstruksi perkerasan jalan di Indonesia semakin berkembang, mulai dari konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (Hot Mix) dan kemudian jenis yang lain seperti Latasir, Lataston, Laston, dan lain-lain. Kerusakan jalan kadang terjadi akibat proses pemadatan campuran aspal yang dilakukan dilapangan tidak pada temperatur yang tepat karena terjadinya perubahan suhu. Untuk menghindari hal-hal tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap pengaruh perubahan suhu pemadatan lapis aspal beton, termasuk lapis antara yaitu Asphalt Concrete-Binder Course (AC-BC). Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi masalah yaitu mengenai bagaimana pengaruh suhu pada proses pemadatan terhadap campuran aspal panas (asphalt hotmix) dengan parameter Marshall pada lapisan aspal beton (AC-BC) gradasi halus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi perubahan suhu pada proses pemadatan aspal panas (asphalt hotmix) terhadap parameter Marshall pada lapisan aspal beton (AC-BC) gradasi halus dengan mengacu kepada Spesifikasi Bina Marga 2010. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah bagian dari jalur lalu lintas, yang bila kita perhatikan secara struktural pada penampang struktur dalam kedudukan yang paling sentral dalam suatu badan jalan. Saat ini perkerasan jalan menjadi suatu komponen yang sangat penting untuk kepentingan dan kelancaran pergerakan lalu lintas yang terdiri dari lapis permukaan (surface course), lapis pondasi atas (base course), lapis pondasi bawah (subbase course), lapisan tanah dasar (subgrad). 2.2. Campuran Aspal Panas (Asphalt Hot Mix) Campuran aspal panas merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk mencampurnya, maka kedua material harus dipanaskan dulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka seringkali disebut sebagai hot mix. 2.2.1. Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berbentuk padat sampai agak padat pada suhu ruang. Jika dipanaskan sampai suhu tertentu aspal akan mencair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau masuk ke dalam pori-pori yang ada pada waktu penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya yang disebut dengan sifat thermoplastis (Sukirman, 1995). 244

Budi Raharjo, Priyo Pratomo, Hadi Buktin Ali. 2.2.2. Agregat Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir. Pada campuran beraspal agregat memberikan kontribusi sampai 90 % - 95 % terhadap campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari kinerja campuran tersebut. 2.3. Lapis Aspal Beton (Laston) Laston atau lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Material agregatnya terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus, dan filler yang bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang didapat terutama berasal dari sifat mengunci (interlocking) agregat dan juga sedikit dari mortar pasir, filler, dan aspal. Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal dikeluarkan oleh Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah bersama-sama dengan Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston AC. Laston Sifat Sifat Campuran Lapis aus Lapis antara Pondasi halus kasar Halus kasar halus kasar Kadar Aspal Efektif (%) 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5 Penyerapan Aspal (%) Max 1,2 Jumlah Tumbukan Perbidang 75 112 (1) Rongga Dalam Campuran (%) (2) Min 3,5 Max 5,0 Rongga Dalam Agregat (VMA)(%) Min 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min 65 63 60 Stabilitas Marshall (Kg) Min 800 1800 (1) Max - - Pelelehan (Mm) Min 3 4,5 (1) Marshall Quotient (Kg/Mm) Min 250 300 2.4. Gradasi Ukuran butiran agregat dan persentase berat dari setiap jenis agregat yang diperlukan, ditentukan dalam persyaratan teknisnya. Menurut Sukirman (2003), gradasi adalah susunan butiran agregat sesuai ukurannya. Ukuran butir agregat akan dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel 2 berikut ini. Pada penelitian ini digunakan campuran Laston AC-BC gradasi halus. 45

Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Buktin, Lapis Ahmad Antara Suhardi, Zakaria, (AC-BC) Priyo Ofik Prtatomo, Pratomo,... Taufik Purwadi. Hadi Ali. Ukuran Ayakan (mm) Tabel 2. Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal. % Berat yang Lolos Terhadap Total Agregat dalam Campuran Gradasi Halus Lapis Aspal Beton (AC) Gradasi Kasar WC BC Base WC BC Base 37,5 - - 100 - - 100 25-100 90-100 - 100 90-100 19 100 90 100 73 90 100 90 100 73 90 12,5 90 100 74 90 61 79 90 100 71 90 55 76 9,5 72 90 64 82 47 67 72 90 58 80 45 66 4,75 54 69 47 64 39,5 50 43 63 37 56 28 39,5 2,36 39,1 53 34,6 49 30,8 37 28 39,1 23 34,6 19 26,8 1,18 31,6 40 28,3 38 24,1 28 19 25,6 15 22,3 12 18,1 0,600 23,1 30 20,7 28 17,6 22 13 19,1 10 16,7 7 13,6 0,300 15,5 22 13,7 20 11,4 16 9 15,5 7 13,7 5 11,4 0,150 9 15 4 13 4 10 6 13 5 11 4,5 9 0,075 4-10 4 8 3 6 4-10 4-8 3-7 2.5. Suhu / Temperatur Aspal mempunyai kepekaan terhadap perubahan suhu / temperatur, karena aspal adalah material yang termoplastis. Aspal akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau cair bila temperatur bertambah. Setiap jenis aspal mempunyai kepekaan terhadap temperatur berbeda-beda, karena kepekaan tersebut dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu. Pemeriksan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur perlu dilakukan sehingga diperoleh informasi tentang rentang temperatur yang baik untuk pelaksanaan pekerjaan. 2.6. Karakteristik Campuran Beraspal Tujuan karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan atau durabilitas, kelenturan atau fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (fatique risistance), kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap air, dan kemudahan pelaksanaan (workability). 2.7. Volumetrik Campuran Aspal Beton Volumetrik campuran beraspal yang dimaksud adalah volume benda uji campuran yang telah dipadatkan. 2.8. Kadar Aspal Rencana Kadar aspal rencana merupakan perkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan pemilihan dan pengabungan pada tiga fraksi agregat. 2.9. Metode Marshall Metode Marshall ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari suatu perkerasan lentur. Metode marshall ini terdiri dari Uji Marshall dan Parameter marshall yaitu Stabilitas, flow, MQ, VIM, VMA dan VFA. 446

Budi Raharjo, Priyo Pratomo, Hadi Buktin Ali. 3. METODE PENELITIAN Untuk melakukan uji variasi suhu pemadatan campuran, penulis terlebih dahulu melakukan penelitian campuran aspal kovensional guna mendapatkan nilai kadar aspal optimum yang selanjutnya akan dilakukan uji variasi suhu pemadatan. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium inti jalan raya fakultas teknik universitas lampung. Setelah penelitian selesai di lakukan perhitungan hasil dari percobaan pada masing-masing karakteristik marshall. Yaitu stabilitas, Flow, MQ, VIM (rongga dalam campuran), VFA (rongga terisi oleh aspal) dan VMA (rongga yang terisi oleh agregat). Setelah perhitungan selesai dilakukan pengamatan suhu yang memenuhi karakteristik marshall. Kemudian menarik kesimpulan dari perhitungan dan pengamatan yang telah dilakukan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan tugas akhir ini, penulis melakukan studi tentang karakteristik marshall pada campuran aspal AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Coarse) pada gradasi batas tengah dan gradasi batas bawah dengan menggunakan spesifikasi Bina Marga 2010. perhitungan kebutuhan agregat dilakukan dengan metode JMF ( Job Mix Formula) dengan kadar yang telah di lakukan perhitungan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak komposisi agregat yang dibutuhkan pada masing-masing gradasi. Seperti pada gradasi batas tengah berikut ini: Tabel 3. Berat Masing-masing Agregat untuk Batas Tengah. % % Kadar Aspal (%) Saringan Lolos Tertahan 4,5 5 5,5 6 6,5 25 100 0 0 0 0 0 0 19 95 5 60 59 58 57 57 12,5 82 13 155,0 153,0 151,1 149,2 147,3 9,5 73 9 107,3 105,9 104,6 103,3 102,0 4,75 55,5 17,5 208,6 206,0 203,4 200,8 198,3 2,36 41,8 13,7 163,3 161,3 159,2 157,2 155,2 1,18 33,15 8,65 103,1 101,8 100,5 99,3 98,0 0,6 24,35 8,8 104,9 103,6 102,3 101,0 99,7 0,3 16,85 7,5 89,4 88,3 87,2 86,1 85,0 0,15 8,5 8,35 99,5 98,3 97,0 95,8 94,6 0,075 6 2,5 29,8 29,4 29,1 28,7 28,3 Pan 0 6 71,5 70,6 69,7 68,9 68,0 Berat Total Agregat (gr) 1192,2 1177,1 1162,2 1147,6 1133,2 Berat Aspal (gr) 56,2 62,0 67,6 73,2 78,8 Berat Total Benda Uji (gr) 1248,3 1239,0 1229,9 1220,8 1211,9 BJ Teori Max 2,5258 2,5070 2,4885 2,4702 2,4522 Setelah dilakukan Job Mix Formula, tahap selanjutnya yaitu melakukan proses pemcampuran semua proporsi yang telah dihitung sebelumnya, kemudian dilakukan pemadatan pada masing-masing benda uji dengan menggunakan compector. Pada tahap selanjutnya dilakukan pengujian terhadap benda uji yang telah dipadatkan dan diuji dengan alat Marshall. Hasilnya berupa karakteristik-karakteristik marshall. Berikut ini adalah data hasil percobaan yang telah dilakukan perhitungan: 47

Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Buktin, Lapis Ahmad Antara Suhardi, Zakaria, (AC-BC) Priyo Ofik Prtatomo, Pratomo,... Taufik Purwadi. Hadi Ali. Tabel 4. Hasil pengujian sampel pada batas tengah. Batas Tengah Kadar Aspal VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ % % % (%) (KG/mm) (mm) (Kg/mm) 4,50 15,7 7,79 50,38 712,76 2,93 242,991 5,00 15,47 6,35 58,94 787,72 3,27 241,503 5,50 15,92 5,66 64,45 830,21 3,27 254,232 6,00 15,94 4,71 70,42 937,08 3,5 268,155 6,50 16,79 4,24 74,73 1108,35 4,03 275,403 Tabel 5. Hasil pengujian sampel pada batas bawah. Batas Atas Kadar Aspal VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ % (%) (%) (%) (KG/mm) (mm) (Kg/mm) 4,0 12,97 7,56 41,76 654,13 2,5 262,97 4,5 14,06 7,53 46,47 820,89 2,8 293,55 5,0 14,85 7,19 51,6 880,74 3,1 287,17 5,5 15,49 6,93 55,25 969,23 3,3 294,59 6,0 16,11 6,19 61,58 1.084,25 3,67 295,89 6,5 16,31 5,44 66,64 976,09 3,53 276,83 7,0 16,38 4,07 75,15 1.068,48 3,77 283,6 Berdasarkan pada tabel diatas didapat hasil nilai dari penelitian untuk mencari nilai kadar optimal untuk batas tengah dan batas bawah sebesar 6,1 % dan 6,85 %. Nilai tersebut di dapat dengan menggunakan metode bar chart (diagram pita) dari hubungan grafik Stabilitas, VIM, VMA, VFA, Flow dan MQ. Yaitu dengan cara mengambil nilai minimum dan nilai maksimum pada batas tengah dan pada batas atas yang memenuhi sepsifikasi bina marga 2010. kemudian ditarik garis kebawah sehingga didapat nilai minimum dan maksimum. Nilai tersebut dirata-ratakan atau diambil nilai tengah sehingga di dapatkan nilai kadar aspal optimum. Setelah nilai kadar aspal optimum didapatkan, dilakukan penelitian dengan variasi suhu pada saat pemadatan pada gradasi batas tengah dan batas bawah dengan mengacu pada spesifikasi Bina Marga 2010. Berikut ini adalah hasil dari pengujian yang telah dilakukan perhitungan: 648

Budi Raharjo, Priyo Pratomo, Hadi Buktin Ali. Tabel 6. Hasil pengujian sampel pada batas tengah. Variasi Suhu VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ C % % % (Kg) (mm) (Kg) 15.45 3.97 74.31 1203.912 3.40 354.092 155 15.87 4.44 72.02 1199.693 3.70 324.241 15.14 3.61 76.13 1186.120 4.30 275.842 Rata Rata 15.49 4.01 74.15 1196.575 3.80 318.058 16.02 4.61 71.21 1163.587 3.50 332.453 145 15.74 4.29 72.73 1127.277 4.10 274.946 15.34 3.84 74.97 1127.873 4.30 262.296 Rata Rata 15.70 4.25 72.97 1139.579 3.97 289.898 16.04 4.63 71.13 1082.323 3.80 284.822 135 16.29 4.92 69.81 1088.250 4.50 241.833 15.56 4.09 73.73 1115.702 4.40 253.569 Rata Rata 15.96 4.55 71.55 1095.425 4.23 260.075 16.90 5.61 66.80 999.198 4.10 243.707 125 16.58 5.25 68.33 1015.989 4.40 230.906 16.10 4.71 70.77 1055.603 4.80 219.917 Rata Rata 16.53 5.19 68.64 1023.597 4.43 231.510 16.99 5.71 66.38 917.914 3.80 241.556 115 16.81 5.51 67.21 904.791 4.80 188.498 16.48 5.13 68.85 992.669 4.90 202.585 Rata Rata 16.76 5.45 67.48 938.458 4.50 210.880 Berdasarkan dari Tabel 34 diketahui bahwa suhu 115 o C 155 o C hanya pada suhu 145 o C dan 155 o C yang memenuhi parameter marshall. sedangkan pada suhu 115 o C - 135 o C tidak memenuhi parameter marshall. Hal ini dikarenakan nilai VIM yang semakin meningkat, pada suhu pemadatan rendah aspal sulit menyelimuti agregat sehingga aspal dan agregat tidak dapat menyampur secara homogen. Tabel 7. Hasil pengujian sampel pada batas bawah. Variasi Suhu VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ C % % % (Kg) (mm) (Kg) 16.00 4.00 74.98 1305.26 3.90 334.68 155 16.17 4.19 74.07 1317.02 4.30 306.28 15.70 3.66 76.70 1339.43 4.40 304.42 Rata Rata 15.96 3.95 75.25 1320.57 4.20 315.13 16.20 4.23 73.90 1248.27 4.50 277.39 145 15.93 3.92 75.41 1229.03 3.90 315.14 16.36 4.41 73.04 1233.99 4.70 262.55 Rata Rata 16.16 4.18 74.12 1237.10 4.37 285.03 16.84 4.96 70.56 1183.52 4.80 246.57 135 16.78 4.89 70.84 1171.92 4.50 260.43 16.53 4.60 72.15 1124.15 4.70 239.18 Rata Rata 16.72 4.82 71.18 1159.86 4.67 248.72 16.99 5.13 69.82 1073.20 5.10 210.43 125 17.21 5.38 68.73 1040.27 4.80 216.72 17.24 5.41 68.59 1050.55 4.50 233.46 Rata Rata 17.14 5.31 69.05 1054.67 4.80 220.20 17.17 5.34 68.92 882.81 5.30 166.57 115 17.49 5.70 67.40 893.13 4.90 182.27 17.40 5.60 67.81 917.64 5.20 176.47 Rata Rata 17.35 5.55 68.04 897.86 5.13 175.10 49

Pengaruh Suhu Pemadatan Campuran Untuk Perkerasan Buktin, Lapis Ahmad Antara Suhardi, Zakaria, (AC-BC) Priyo Ofik Prtatomo, Pratomo,... Taufik Purwadi. Hadi Ali. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa variasi temperatur pada proses pemadatan terhadap Laston AC-BC dari suhu 115 o C 155 o C terdapat beberapa suhu yang memenuhi parameter marshall. Memenuhi atau tidaknya sampel dikarenakan nilai VIM yang berubah seiring suhu pemadatan semakin besar suhu pemadatan maka nilai VIM akan semakin menurun atau kecil. Pada suhu pemadatan rendah aspal sulit menyelimuti agregat sehingga aspal dan agregat tidak dapat menyampur secara homogen. 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisa pada pengolahan data diperoleh bahwa nilai kadar aspal yang digunakan untuk batas tengah yaitu 6,1% dan batas bawah 6.85%. Dari hasil pengujian Marshall pada suhu 135ºC, 145ºC, dan 155ºC pada batas tengah telah memenuhi semua parameter Marshall. Hanya pada suhu 125ºC dan 115ºC yang tidak memenuhi parameter Marshall dikarenakan nilai Void in Mix (VIM) dan nilai Marshall Quotient (MQ) tidak masuk Spesifikasi Bina Marga 2010. Sedangkan pengujian Marshall batas bawah pada suhu 115ºC, 125ºC, dan 135ºC tidak memenuhi semua parameter Marshall, dikarenakan nilai Marshall Quotient (MQ) tidak masuk Spesifikasi Bina Marga 2010. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991, Metode Pengujian Aspal, SNI. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional Indonesia. Anonim, 2010, Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6 Perkerasan Aspal. Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia Jakarta. Sugiarto, RE., 2003, Pengaruh Variasi Tingkat Kepadatan Terhadap Sifat Marshall Dan Indek Kekuatan Sisa Berdasarkan Spesifikasi Baru Beton Pada Laston (AC-WC) Menggunakan Jenis Aspal Pertamina Dan Aspal Esso Penetrasi 60/70. Semarang: Universitas Dipenegoro. Sukirman, Silvia,1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung. Nova. Sukirman, Silvia, 2003, Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta. Granit. 850