DAYA TAHAN HIDUP PSEUDOMONAD

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN Bacillus ISOLAT LOKAL UNTUK MENEKAN PENYAKIT LINCAT TEMBAKAU TEMANGGUNG

SELEKSI PSEUDOMONAD FLUORESEN SECARA LANGSUNG DI LAPANGAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT LINCAT PADA TEMBAKAU

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

KAJIAN INTRODUKSI RHIZOBAKTERIA PSEUDOMONAD FLUORESCENS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI DI LAPANG ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

POTENSI TIGA GENUS BAKTERI DARI TIGA RIZOSFER TANAMAN SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LINCAT

FORMULASI BAKTERI PERAKARAN (PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA-PGPR)

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Manfaat Penelitian... 2

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

SKRIPSI. Oleh : IKA NURFITRIANA NPM :

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

SKRINING BAKTERI ANTAGONIS RALSTONIA SP., PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PISANG DI LAMPUNG

ANTAGONISME BAKTERI Pseudomonad fluorescens TERHADAP JAMUR PATOGEN Fusarium oxysporum f. sp. melonis DI RIZOSFER PERKECAMBAHAN MELON SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAHAN DAN METODE. Bahan

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

FORMULASI Streptomyces sp. DAN Trichoderma sp. BERBAHAN DASAR MEDIA BERAS JAGUNG, BEKATUL DAN KOMPOS

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

II. MATERI DAN METODE

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

Sifat-Sifat Fenotipik Pseudomonas fluoresen, Agensia Pengendalian Hayati Penyakit Lincat pada Tembakau Temanggung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

EKSPLORASI BAKTERI YANG BERPOTENSI SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI Fusarium solani DAN Meloidogyne incognita PADA LADA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Potensi Biopestisida Berbasis Pseudomonas fluorescens P60 Dalam Formula Pupuk Kandang Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

ABSTRAk DAN RINGKASAN EXECUTIVE

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

solanacearum pada Tanaman Kentang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

IV. KULTIVASI MIKROBA

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 01. Maret 2016 ISSN :

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PERBANYAKAN DAN PENGUJIAN EFEKTIVITAS AGENSIA HAYATI (PSEUDOMONAD FLUORESEN) UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU BAKTERI NILAM

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

Seleksi Bakteri Antagonis Asal Rizosfer Tanaman Cabai (Capsicum sp) untuk Menekan Penyakit Layu Fusarium secara in vitro

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang pada bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

KAJIAN BEBERAPA ISOLAT Pseudomonad fluorescens DAN METODE APLIKASI TERHADAP PENYAKIT LAYU DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

POTENSI CENDAWAN RHIZOSFER DALAM MENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

UJI KOMPATIBILITAS DAN KEMAMPUAN DUA AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLOURESEN DAN ACTINOMYCETES DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN RALSTONIA SOLANACEARUM

Pemanfaatan Pseudomonas fluorescens P60 Dalam Formula Cair Organik Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU BAKTERI NILAM MENGGUNAKAN Bacillus spp. DAN Pseudomonad fluoresen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

Potensi Bakteri Pseudomas fluorescence dan Bacillus subtillis untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri pada Kedelai (Pseudomonas syringae pv.

Transkripsi:

DAYA TAHAN HIDUP PSEUDOMONAD FLUORESEN DI DALAM MATRIKS ORGANIK PILEN TEMBAKAU SURVIVAL OF FLUORESCENT PSEUDOMONAD IN ORGANIC MATRIX OF COATED TOBACCO-SEED Oleh: Triwidodo Arwiyanto Fakultas Pertanian UGM Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp./Fax. 24 523926 Email: tarwiyanto@yahoo.com (Diterima: 2 April 2; Disetujui: 28 April 2) ABSTRACT Strain Pf-2 of Pseudomonas putida and pseudomonad fluoresent isolate Pf- 33 are the biological control agents of tobacco bacterial wilt caused by Ralstonia solanacearum. The method of delivery of the biological control, however, is inefficient and laborious due to the need a lot of bacterial suspension for dipping the seedlings before transplanting. The use of cattle manure as a main substance for coating of tobacco seed was reported here. The cattle manure was sieved to.9 mm then mixed with.1% CMC and suspension of Pf-2 and Pf-33. Prior coating, the seeds were surface sterilized with 1% sodium hypochloride for 3 seconds then air dried. The sterilized seeds were coated with the matrix until the size is 1.5-2. mm. The results indicated that fluorescent pseudomonad could survive longer in the coated seed when strain Pf-2 of P. putida and fluorescent pseudomonad isolate Pf-33 were used together in one formulation. Fluorescent pseudomonad could survive in the coated seed for 4 weeks. Seed germination, however, was not affected by coating with the materials stated above. PENDAHULUAN Penyakit layu bakteri yang d i s e b a b k a n o l e h R a l s t o n i a solanacearum menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada pertanaman tembakau (Semangun, 2). Pada tahun 14, dilaporkan penyakit ini menyebabkan kematian tanaman t e m b a k a u c e r u t u s a m p a i 5 % (Arwiyanto, 15). Di Temanggung, pa-togen yang sama menyebabkan penyakit lincat bersama-sama dengan nematoda Meloidogyne incognita (Dalmadiyo, 24). Penyakit lincat menyebabkan kerugian pada tembakau temanggung yang dikenal sebagai tembakau saus untuk rokok keretek. Pengendalian terhadap penyakit layu bakteri harus dilakukan secara terpadu, meskipun sampai sekarang belum diperoleh metode yang efektif untuk menekan penyakit tersebut. Pengendalian hayati dengan menggunakan bakteri rizosfer merupakan salah satu cara pengendalian yang d a p a t d i p a d u k a n d e n g a n c a r a pengendalian yang lain, seperti pengolahan tanah yang benar, pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan, dan pemataharian tanah. Pseudomonas putida strain Pf- 2 dilaporkan mampu menekan R. s o l a n a c e a r u m d i l a b o r a t o r i u m (Arwiyanto, 19), menekan penyakit layu di rumah kaca (Arwiyanto dan Hartana, 19), dan penyakit layu di lapang (Arwiyanto dan Hartana, 21). Aplikasi agensia hayati di lapang sangat repot dan mahal karena semai yang akan ditanam harus dicelup terlebih dahulu dalam suspensi bakteri antagonis. Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. No. 1, April - Juli 2: 61-6 ISSN. 1411-925

62 Pseudomonas putida pernah d i f o r m u - l a s i d a l a m b e n t u k penyelubung benih (coated seed) pada tembakau, namun tidak memberi-kan pengaruh pengendalian sebaik kalau semai dicelup dalam suspensi (Wuryandari et al., 24). Tulisan ini melaporkan pemanfaatan pupuk kandang sebagai bahan utama medium pembawa bakteri antagonis layu bakteri, untuk penyelimutan benih tembakau. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan bahan tersebut, bakteri antagonis dapat bertahan sampai empat minggu dengan kerapatan 2x1 u p k / b e n i h. D i s a m p i n g i t u, perkecambahan benih tembakau tidak terpengaruh oleh penyelimutan tersebut. di dalam cawan Petri dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 hari. P e n g a m a t a n d i l a k u k a n d e n g a n m e n g h i t u n g p e r s e n t a s e perkecambahan. Volume Penyelimutan Berat Volume Benih. Pupuk Formula bakteri kandang steril kandang suspensi sapi pupuk dikeringanginkan air Isolat/ strain kemudian (ml) diayak (g) dengan (ml) bakteri ayakan berdiameter,9 mm. Formulasi yang F1 2 8 - Pf-2 digunakan adalah: F2 3 - Pf-2 F3 2 8 - Pf-33 F4 3 - Pf-33 F5 2 8 -Pf-2 & Pf-33 F6 3 -Pf-2 & Pf-33 F - 8 2 - F8-3 - METODE PENELITIAN Benih Tembakau. Benih tembakau varietas Klemoko digunakan dalam penelitian ini. Benih bernas dan berukuran seragam didisinfeksi dengan 1% NaOCl selama Bakteri dan Kondisi Kultur. P. 3 detik kemudian dikeringanginkan. putida strain Pf-2 dan pseudomonad Benih diletakkan pada cawan Petri, berpendar isolat Pf-33 merupakan kemudian digoyang agar benih terpisah koleksi Laboratorium Bakteriologi satu sama lainnya. Suspensi bakteri Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM. 8 dalam,1% CMC (kerapatan 1 S e b e l u m d i g u n a k a n, b a k t e r i upk/ml) disemprotkan pada permukaan ditumbuhkan pada medium King s B benih, kemudian dengan cepat ditaburi pada suhu kamar selama 24 jam. Koloni pupuk kandang. Campuran yang tunggal yang tumbuh kemudian terbentuk ditekan perlahan dengan dipindah ke agar miring medium kuas dengan arah melingkar atau King s B. Setelah inkubasi kembali memutar. Benih yang terselimuti pada suhu kamar selama 24 jam, kemu-dian diambil hati-hati dan bakteri siap digunakan. dikeringanginkan. Kegiatan tersebut Pengujian Perkecambahan Benih diulang sampai mendapatkan butiran Tembakau. Benih tembakau yang akan dengan ukuran 1,5-2 mm. Butiran digunakan diuji terlebih dahulu daya yang terbentuk berupa benih tembakau kecambahnya dengan cara sebagai yang diselimuti dengan bahan tersebut berikut. Benih yang bernas dan di atas dan disebut sebagai pilen. berukuran seragam didisinfeksi dengan Pengujian Kebernasan atau Daya 1% NaOCl selama 3 detik kemudian Isi Pilen. Sebanyak 1 butir pilen dikeringanginkan. Benih kemudian diletakkan di atas kertas saring basah diletakkan dengan rapi di atas kertas Daya Tahan Hidup Pseudomonad... (T. Arwiyanto)

63 Persentase daya isi pilen = Jumlah pilen isi benih x 1% Jumlah pilen yang diamati Persentase pilen berisi satu benih dihitung dengan rumus: Persentase pilen berisi satu benih = Jumlah pilen berisi satu benih x 1% Jumlah pilen berisi benih mikroliter suspensi dituang pada permukaan medium King s B, kemudian diratakan dengan drigalski. Setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu kamar, koloni yang berpendar dihitung. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Tembakau Sebelum Diselimuti Benih tembakau yang dipakai Pengujian Perkecambahan Benih dalam penelitian ini menunjukkan dalam Pilen. Pilen diletakkan di atas persen perkecam-bahan yang sangat kertas saring basah dalam cawan Petri baik karena mencapai %. Pada hari kemudian diletakkan pada suhu kamar ketiga, benih yang berkecambah s e l a m a 1 h a r i. P e r s e n t a s e mencapai 91%, kemudian pada hari perkecambahan kemudian dihitung kesepuluh mencapai % (Tabel 1). dengan rumus seperti tersebut di atas. Penyelimutan benih dengan bahan P e n g a m a t a n P o p u l a s i organik maupun anorganik akan memengaruhi kegigasan benih tersebut (Unit Tembakau, 12; Wuryandari et a l., 2 4 ), s e h i n g g a s e b e l u m penyelimutan dilakukan, kualitas benih yang diukur dari persen perke- cambahnnya, sangat perlu diketahui terlebih dahulu. Persen perkecambahan benih yang tinggi sebelum penyelmutan akan menghasil-kan pilen dengan persen perkecambahan yang tinggi pula Pseudomonad Berpendar dalam Pilen. Sebanyak satu pilen dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi satu ml bufer fosfat ph,. Tabung digojok sampai homogen, kemudian didiamkan selama lima menit. Suspensi yang terjadi kemudian diencerkan per sepuluh kali dengan menggu-nakan bufer fosfat ph,. Pada tingkat pengenceran tertentu, sebanyak 1 Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Tembakau Varietas Klemoko Pengamatan hari ke- 1 2 3 4 5 6 8 9 1 Ulangan 1 16 8 Persen benih berkecambah Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 16 66 1 68 88 9 92 1 82 91 94 Ulangan 5 19 84 9 Rerata 14,2 6, 91,8 93,4,6,2,4,4,4 Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. No. 1, April - Juli 2: 61-6 ISSN. 1411-925

64 Tabel 2. Kebernasan Pilen dan Persentase Pilen Berisi Satu Benih Formula* F1 F2 F3 F4 F5 F6 F F8 Kebernasan (%) 6,3 5,3 56,6 58,6 4, 44, 52,3 3,6 Pilen berisi satu benih (%) 6,3 83,6 82,3 2,1 9,9 85,5 55,4 69,6 * formula ada di Metode Penelitian yang baik yaitu kalau daya isi pilennya rendah (Wuryandari et al., 24). lebih dari atau sama dengan 9% (Unit Daya Kecambah Pilen Tembakau, 12). Daya isi pilen yang Penyelimutan benih dengan rendah ini mungkin disebabkan bahan dalam penelitian ini tidak penyelimutan masih sangat sederhana. menghambat per-kecambahan benih. Sementara itu, pilen yang berisi satu Pada semua formula yang diteliti paling banyak ditemukan pada formula menunjukkan persen perkecambahan F5, sedangkan yang paling rendah yang tinggi (Tabel 3). Hal ini ditemukan pada formula F. Meskipun menunjukkan bahwa bahan yang demikian, kebernasan pilen dan persen digunakan dalam penye-limutan benih pilen berisi satu tidak tergantung pada merupakan bahan yang tidak bersifat formula, namun lebih pada metode yang merusak terhadap benih, demikian pula digunakan dalam penyeli-mutan. P. p u t i d a s t r a i n P f - 2 d a n P e n e l i t i a n p e n y e l i m u t a n b e n i h pseudomonad berpendar isolat Pf-33 sebelum-nya dengan menggunakan y a n g d i c a m p u r d a l a m b a h a n bahan anorganik juga memperoleh hasil penyelimutan tersebut tidak bersifat yang sama, yaitu keber-nasan yang patogen terhadap tanaman (Arwiyanto Tabel 3. Perkecambahan Pilen pada Berbagai Formulasi Formula F1 F2 F3 F4 F5 F6 F F8 F9 Persen pilen yang berkecambah Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 9 89 9 86 91 89 86 4 91 82 86 88 94 92 89 Rerata 88,3 93,3 91, 83, 93,3 88, 88, 93,, Daya Tahan Hidup Pseudomonad... (T. Arwiyanto)

65 tanaman, tetapi dapat memacu lebih sedikit memungkinkan bakteri pertumbuhan tanaman (Cook and menyebar lebih merata ke dalam pupuk Baker, 13). kandang dengan kepadatan lebih Populasi Pseudomonad Berpendar pada rendah. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut karena dengan populasi Pilen awal yang rendah ternyata bakteri P o p u l a s i p e s u d o m o n a d dapat bertahan lebih lama di dalam berpendar pada pilen beragam pilen. tergantung pada rasio volume suspensi Pada formula F3, F4, F5, dan F6, bakteri yang ditambahkan per berat pseudomonad berpendar masih dapat pupuk kandang dan tergantung pada dideteksi sampai empat minggu setelah jumlah pseudomonad berpendar yang penyelimutan. Pada minggu pertama, ditambahkan (Gambar 1). Pilen yang jumlah bakteri menurun karena bakteri bahan penyelimutan benihnya hanya m e m e r l u k a n w a k t u u n t u k menggunakan pupuk kandang tanpa menyesuaikan diri, sehingga terjadi tambahan bakteri antagonis, populasi kematian yang cukup banyak. Pada pseudomonad berpendar hanya formula F3 dan F4, penurunan populasi terdeteksi pada saat setelah selesai di bakteri berlangsung sampai tiga minggu selimutkan, yaitu pada formula F, untuk kemudian naik pada minggu 5 sebesar 9x1 upk (unit pembentuk keempat. Pada formula F3 dan F4 ini, koloni)/pilen dan F8 sebesar 9 x1 bakteri yang digunakan adalah upk/pilen. Mulai satu minggu kemudian, pseudomonad berpen-dar isolat Pftidak terdeteksi lagi adanya bakteri 3 3, a d a k e m u n g k i n a n t e r j a d i pseudomonad berpendar. antagonisme antara pseudomonad Meskipun demikian, hal yang berpendar yang ada dalam pupuk sama diperoleh pada formula F1 yang k a n d a n g d e n g a n p s e u d o m o n a d ditambahkan P. putida strain Pf-2 berpendar isolat Pf-33. Pada periode sebanyak tiga ml, ter-nyata populasi minggu ketiga sampai keempat, p s e u d o m o n a d b e r p e n d a r t i d a k pseudomonad berpendar isolat Pf-33 terdeteksi lagi setelah satu minggu mampu memanfaatkan nutrisi yang ada, penyelimut-an. Pupuk kandang yang sehingga populasinya kemudian naik. P. digunakan dalam penelitian ini tidak putida strain Pf-2 ternyata dalam disterilkan terlebih dahulu dan pupuk kandang tidak mampu bertahan mengandung juga mikroba seperti lama. jamur dan bakteri (Arwiyanto, 2, Ada kecenderungan apabila dalam penerbitan). Beberapa isolat dalam pilen ditambahkan dua isolat bakteri yang ada dalam pupuk kandang b a k t e r i, m a k a k e b e r - a d a a n tersebut ada yang bersifat antagonis pseudomonad berpendar akan mampu terhadap P. putida strain Pf-2. bertahan lebih lama dengan populasi Kemungkinan P. putida tersebut tinggi. Hal ini ditunjukkan pada formula m e n g a - l a m i p e n g h a m b a t a n F5 dan F6, meskipun terjadi penurunan pertumbuhan oleh mikroba yang ada populasi pseudomonad berpendar pada dalam pupuk kandang. Namun, ketika awalnya, pada akhir pengamatan yaitu volume suspensi bakteri yang pada minggu keempat populasi ditambah-kan ke dalam pupuk kandang pseudomonad berpendar masih tinggi, sebanyak dua ml, bakteri masih mampu yaitu 2x1 upk/pilen. Pada kedua bertahan sampai tiga minggu dalam formula ini, bakteri yang ditambahkan formulasi (F2). Jumlah suspensi yang Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. No. 1, April - Juli 2: 61-6 ISSN. 1411-925

66 12. Log Populasi bakteri 1. 8. 6. 4. 2. F1 F2 F3 F4 F5 F6 F F8. 1 2 3 4 Minggu ke Gambar 1. Dinamika populasi pseudomonad berpendar pada pilen dalam berbagai pemformulaan. terpacu pertumbuhannya dengan adanya eksudat akar yang kaya dengan KESIMPULAN nutrisi, untuk kemudian tumbuh P s e u d o m o n a d b e r p e n d a r melakukan pengkolonian pada akar. bertahan hidup pada pilen sampai Akar yang sudah terkoloni oleh agensia empat minggu setelah penyelimutan hayati akan menyebabkan tanaman benih apabila dua baketri antagonis menjadi lebih tidak mudah diganggu digunakan secara bersamaan dalam oleh patogen tumbuhan (Bull et al., satu formula. 11; Kim et al., 19). Kegigasan p i l e n b e n i h t e m b a k a u, y a n g DAFTAR PUSTAKA penyelimutannya menggunakan bahan anorganik, masih tinggi sampai lebih Arwiyanto, T. 15. Strategy of dari satu tahun setelah diselimuti Integrated Control on Tobacco Bacterial Wilt. Paper presented at (Hartana, komunikasi pribadi). Pada the Expose Tembakau Deli. penelitian ini, hasil akhir yang ingin December 15. Medan, Indonesia. diperoleh adalah bertahannya bakteri In Indonesian. agensia hayati pada pilen tanpa melihat. 19. Biological Control of periode waktu bertahannya bakteri Tobacco Bacterial Wilt: 1. Isolation dalam pilen tersebut. Apabila bakteri of Antagonistic Bacteria. Journal of Indonesian Plant Protection 3:54- hanya bertahan satu bulan setelah 6. diselimuti, maka pesemaian tembakau Arwiyanto, T. dan I. Hartana. 19. harus dilakukan dalam periode satu Pengendalian hayati penyakit layu bulan setelah penyelimutan. bakteri tembakau (Ralstonia Daya Tahan Hidup Pseudomonad... (T. Arwiyanto)

6. 21. Percobaan lapangan Yogyakarta. 123p. pengendalian hayati penyakit layu Kim, D.S., D.M. Weller and R.J. Cook. bakteri tembakau (Ralstonia 19. Population dynamics of solanacearum). Mediumgama 3:- Bacillus sp L324-92R12 and 14. Pseudomonas fluorescens 2-9 Bull, C.T., D.M. Weller, and L.S. RN1 in the rhizosphere of wheat. Thomashaw. 11. Relation Phytopathology :559-564. between Root Colonization and Semangun, H. 2. Penyakit- Suppression of Gaeumannomyces Penyakit Tanaman Perkebunan di g r a m i n i s v a r. t r i t i c i b y Indonesia. Gadjah Mada University Pseudomonas fluorescens strain Press, Yogyakarta. 2-9. Phytopathology 81:4-9. Unit Tembakau. 12. Teknologi Pembibitan Tembakau dengan Cook, R.J. and K.F. Baker. 13. The Benih Pilen. PT Perkebunan Nature and Practice of Biological Nusantara X, Jember. Control of Plant Pathogens. APS Press, St. Paul, Minnesota. Wuryandari, Y., T. Arwiyanto, B. Hadisutrisno, dan I. Hartana. 24. Dalmadiyo, G. 24. Kajian Interaksi Daya tahan hidup Pseudomonas Infeksi Nematoda Puru Akar putida strain Pf-2 dalam (Meloidogyne incognita) dengan b e b e r a p a i n o k u l u m. J u r n a l Bakteri Ralstonia solanacearum Perlindungan Tanaman 1(1):33- pada Tembakau Temanggung. 41. Disertasi. Fakultas Pertanian UGM, Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. No. 1, April - Juli 2: 61-6 ISSN. 1411-925