PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

SURAT KEPUTUSAN TENTANG. PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO)

WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

PEDOMAN SISTEM PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLE-BLOWING SYSTEM-WBS)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

1ft- "' t-'-. W PETROKIMIA I~'" PT PETROKIMIA GRESIK PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PD Tan99al Terbitan Revisi No. Copy. 10 Oktober

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)


DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG


PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Whitsleblowing System

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS


PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) SK DIREKSI NO KEP/216/072014

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX.

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM AUDIT INTERNAL

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

Transkripsi:

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran Whistleblowing System (WBS)

Pedoman Pelaporan Pelanggaran WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Head Office Jl. Yos Sudarso 38-40 Tanjung Priok Jakarta - 14320, Indonesia (+62-21) 4301017; 4301703; 4300993 (+62-21) 43936175, 43901973 spi@bki.co.id www.bki.co.id

Daftar Isi

Kata Pengantar 6 Pendahuluan 8 Pelaporan Pelanggaran 15 Lingkup Pengaduan 16 Mekanisme Pelaporan 17 Proses Tindak Lanjut Atas Pengaduan 21 Investigasi 24 Perlindungan Pelapor 26 Kebijakan Perlindungan Pelapor 26 Sosialisasi dan Evaluasi Serta Penegakan 29 LAMPIRAN 32 LAMPIRAN I 33 LAMPIRAN II 34 LAMPIRAN III 36

Kata Pengantar Dalam upaya mewujudkan visi PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) ( Perusahaan ) menjadi Perusahaan Jasa Klasifikasi & Statutory dan Jasa Komersil kelas dunia menuju kehidupan yang berkualitas dengan tetap patuh pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta mempraktekkan bisnis yang bersih dan menjunjung tinggi etika, Perusahaan berkomitmen untuk menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang baik. Atas komitmen ini Perusahaan senantiasa menyeimbangkan antara kepentingan shareholders/para pemangku kepentingan dan sebagai bentuk perlindungan dari hal-hal yang merugikan Perusahaan seperti penyalahgunaan jabatan, kewenangan, penggunaan keuangan Perusahaan yang tidak semestinya, kecurangan dan pelanggaran hukum lainnya Perusahaan menyadari bahwa diperlukan kerjasama semua pihak baik internal maupun eksternal Perusahaan seperti mitra usaha, pemasok, pelanggan, masyarakat untuk melaporkan segala bentuk penyimpangan kepada Perusahaan dengan standar yang baku. Oleh karena itu Perusahaan menyusun Sistem Pelaporan Pelanggaran Whistle Blowing System (WBS) yang mendorong seseorang untuk bersifat terbuka melaporkan adanya 6

penyimpangan tersebut yang dilakukan oleh Insan Perusahaan, dan Perusahaan menjamin kerahasiaan identitas serta memberikan perlindungan kepada pelapor. Laporan yang telah didukung dengan bukti awal yang memadai akan ditindaklanjuti untuk dilakukan investigasi lebih mendalam untuk menetapkan apakah suatu laporan terbukti atau tidak. Hasil investigasi menjadi dasar bagi Manajemen untuk menjatuhkan sanksi terhadap terlapor. Whistle Blowing System (WBS) menjamin setiap pelapor dapat mengetahui status perkembangan dan tindaklanjut atas laporannya. Pelaksanaan Whistle Blowing System (WBS) secara tegas dan konsisten menjadi salah satu upaya untuk menjadikan suatu Perusahaan memiliki persepsi yang kuat bahwa apabila melakukan suatu penyimpangan atau pelanggaran hukum, maka potensi untuk dapat terdeteksi dan dilaporkan semakin besar dan bila terbukti penjatuhan sanksi merupakan suatu hal yang pasti, hal ini dapat mencegah seluruh Insan Perusahaan untuk melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun Perusahaan. 7

Pendahuluan Perusahaan menyadari arti pentingnya implementasi Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) sebagai salah satu alat untuk meningkatkan nilai, perkembangan usaha, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan bisnis jangka panjang secara berkesinambungan tidak hanya bagi Pemegang Saham (shareholders) namun juga segenap Pemangku Kepentingan lainnya dalam arti pengelolaan bisnis yang bukan hanya mengejar keuntungan semata namun juga pengelolaan yang penuh amanah, transparan dan akuntabel. A. LATAR BELAKANG PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero), yang selanjutnya disebut Perusahaan, berkomitmen untuk melaksanakan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan berkesinambungan dalam pengelolaan Perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, Perusahaan senantiasa dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh amanah, transparan dan akuntabel, serta senantiasa memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, nilai-nilai etika, serta peraturan perundangundangan yang berlaku di Perusahaan adalah hal yang harus dihindari oleh seluruh Insan Perusahaan. Oleh karena itu, 8

sebagai wujud komitmen Perusahaan untuk menyediakan sistem bagi penegakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, sehingga menciptakan situasi kerja yang bersih dan bertanggungjawab, Perusahaan menyusun dan menerapkan Sistem Pelaporan Pelanggaran dalam rangka memberikan kesempatan kepada segenap Insan Perusahaan dan pihak eksternal lainnya untuk dapat menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap prinsipprinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, serta nilai-nilai etika yang berlaku kepada Perusahaan, berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan serta dengan niat baik untuk kepentingan Perusahaan. Proses penanganan pelaporan pelanggaran dapat berfungsi dengan baik bila didukung dengan sumber daya yang berkualitas dan dapat dipercaya, baik berupa orang, maupun fasilitas pendukung lainnya. B. KEBIJAKAN UMUM 1. Merupakan bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan praktik good governance. 2. Merupakan suatu cara untuk mengungkap tindakan pelanggaran atau perbuatan yang melawan hukum, perbuatan yang tidak semestinya atau perbuatan lain yang dapat merugikan Perusahaan maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh Insan Perusahaan 9

atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia (confidential). C. RUANG LINGKUP Pedoman ini diberlakukan bagi seluruh Insan Perusahaan dan para pemangku kepentingan Perusahaan (stakeholders) lainnya. D. TUJUAN Sebagai acuan dalam tata cara pengelolaan penanganan pengaduan/penyingkapan bagi Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan serta pihak yang berkepentingan dalam berhubungan dengan Perusahaan, agar setiap laporan yang dikirimkan terjaga kerahasiaannya dan kasus yang dilaporkan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat ditindaklanjuti. Pedoman pelaporan pelanggaran ini sebagai salah satu bentuk peningkatan perlindungan terhadap para pemangku kepentingan dan perlindungan nama baik Perusahaan. E. MANFAAT 1. Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi Perusahaan kepada pihak yang harus segera menanganinya secara aman. 10

2. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, dengan semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadinya pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif 3. Tersedianya sistem deteksi dini (early warning system) atas kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran 4. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat publik ekonomi-sosial bagi masyarakat dan pihak lain yang terkait. 5. Mengurangi risiko yang dihadapi Perusahaan, akibat dari pelanggaran baik dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi. F. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No. 31 tahun 1999 dan telah diperbaharui dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 2. Undang-Undang No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Pelapor 3. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 4. Pedoman Sistem Pelaporan dan Pelanggaran-SPP/ Whistle Blowing System (WBS) Komite Nasional Kebijakan Governance, 2008 11

5. Code of Corporate Governance 6. Surat Keputusan Direksi No. DU. 308/KP.201/KI-08 tanggal 30 Oktober 2008 tentang Peraturan Pokok Kepegawaian PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). G. DAFTAR ISTILAH 1. Perusahaan, adalah PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). 2. Insan Perusahaan, adalah keseluruhan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Karyawan Perusahaan. 3. Pelapor, adalah Insan Perusahaan, mitra kerja Perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya. 4. Terlapor, adalah Insan Perusahaan dan mitra kerja Perusahaan. 5. Tim Investigasi, adalah Tim yang melakukan tugas untuk mengumpulkan data-data/bukti terkait pelanggaran. Tim Investigasi yang dimaksud adalah Tim yang dibentuk oleh Direksi secara internal dan dapat pula berasal dari External Investigator 6. External Investigator, adalah pihak di luar Perusahaan yang ditunjuk oleh Perusahaan untuk melaksanakan investigasi secara khusus terhadap suatu pengaduan/ penyingkapan dugaan pelanggaran di Perusahaan. 7. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest), adalah perbedaan antara kepentingan ekonomi Perusahaan dengan kepentingan ekonomi pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama yang dapat merugikan Perusahaan. 12

8. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut termasuk yang dilakukan dengan menggunakan sarana Perusahaan. 9. Indikasi elektronik atau tanpa sarana elektronik.awal, adalah informasi yang ada di dalam pengaduan/ penyingkapan dan, mengandung diantaranya hal-hal sebagai berikut: permasalahan, siapa yang terlibat, bentuk dan besar kerugian, kapan serta tempat terjadinya. 10. Investigasi, adalah kegiatan untuk menemukan buktibukti terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor, yang telah dilaporkan melalui WBS. 11. Kecurangan, adalah perbuatan tidak jujur atau tipu muslihat meliputi antara lain penipuan, pemerasan, pemalsuan, penyembunyian atau penghancuran dokumen/laporan atau menggunakan dokumen palsu, yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang yang menimbulkan potensi kerugian ataupun kerugian nyata terhadap perusahaan atau orang lain. 12. Korupsi, adalah perbuatan yang dilakukan secara curang atau melawan hukum oleh Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan yang bekerja untuk dan atas nama Perusahaan. 13

13. Perusahaan, yang bertentangan dengan kepentingan Perusahaan atau penyalahgunaan wewenang jabatan/ kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tujuan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan Perusahaan. 14. Kolusi, adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antara Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan atau Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan dengan pihak lain yang bekerja untuk dan atas nama Perusahaan yang dapat merugikan Perusahaan. 15. Nepotisme, adalah setiap perbuatan Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan yang menguntungkan kepentingan Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan beserta keluarganya dan/atau kepentingan pihak terdekat lainnya yang mendasarkan hubungan bukan karena kemampuannya yang dapat merugikan Perusahaan. 16. Pengaduan/Penyingkapan, adalah pelaporan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak semestinya atau perbuatan lain yang dapat merugikan Perusahaan. 17. Saksi, adalah orang yang mengetahui kejadian/peristiwa pelanggaran atau perbuatan yang melawan hukum. 18. Sistem Pelaporan Pelanggaran Whistle Blowing System (WBS), adalah sistem yang mengelola pengaduan/ penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak semestinya secara rahasia, anonim 14

dan mandiri (independen) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan Perusahaan dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi di lingkungan Perusahaan. Sebesar apapun pemberian jika tidak berkaitan dengan jabatan, maka pemberian tersebut bukan gratifikasi. Sebaliknya, sekecil apapun pemberian jika berkaitan dengan jabatan, maka pemberian itu termasuk gratifikasi; sumber KPK. PELAPORAN PELANGGARAN Perusahaan menyadari arti pentingnya implementasi Tata Kelola Perusahaan yang baik/good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu alat untuk meningkatkan nilai, perkembangan usaha, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan bisnis jangka panjang secara berkesinambungan tidak hanya bagi Pemegang Saham (shareholders) namun juga segenap Pemangku Kepentingan lainnya dalam arti pengelolaan bisnis yang bukan hanya mengejar keuntungan semata namun juga pengelolaan yang penuh amanah, transparan dan akuntabel. Sistem Pelaporan Pelanggaran merupakan sistem yang mengelola Pengaduan/Penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan Perusahaan dan pihak 15

lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan Perusahaan. Sistem Pelaporan Pelanggaran digunakan apabila Pengaduan/ Penyingkapan dianggap tidak efektif untuk disalurkan melalui jalur formal (melalui atasan langsung atau fungsi terkait). LINGKUP PENGADUAN Lingkup Pengaduan/Penyingkapan yang akan ditindaklanjuti oleh Sistem Pelaporan Pelanggaran adalah tindakan yang dapat merugikan Perusahaan, meliputi sebagai berikut: 1. Penyimpangan dari peraturan dan perundangan yang berlaku 2. Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan lain di luar Perusahaan 3. Pemerasan 4. Perbuatan curang 5. Benturan Kepentingan 6. Gratifikasi Sistem Pelaporan Pelanggaran merupakan sistem yang mengelola Pengaduan/Penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri (independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta Insan Perusahaan dan pihak lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan Perusahaan. 16

Sistem Pelaporan Pelanggaran digunakan apabila Pengaduan/Penyingkapan dianggap tidak efektif untuk disalurkan melalui jalur formal (melalui atasan langsung atau fungsi terkait). MEKANISME PELAPORAN 1. PELAPOR Mekanisme penyaluran pengaduan/penyingkapan atas terjadinya pelanggaran oleh Pelapor dilaporkan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komisaris Utama, dengan ketentuan yaitu: 1. Pelapor disarankan untuk memberikan informasi mengenai identitas diri, yang sekurang-kurangnya memuat nama/alamat/nomor telepon/handphone/ faksimili/email dan fotokopi identitas diri. 2. Pelaporan pelanggaran harus disertai dokumen pendukung seperti: dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan. 3. Apabila Pelaporan Pelanggaran diajukan oleh perwakilan pemangku kepentingan, maka selain dokumen di atas juga diserahkan dokumen lainnya yaitu: a. Fotokopi bukti identitas pemangku kepentingan dan perwakilan pemangku kepentingan, 17

b. Surat Kuasa dari pemangku kepentingan kepada perwakilan pemangku kepentingan yang menyatakan bahwa stakeholders memberikan kewenangan bertindak untuk dan atas nama pemangku kepentingan, c. Jika perwakilan pemangku kepentingan adalah lembaga atau badan hukum, maka harus dilampiri dengan dokumen yang menyatakan bahwa pihak yang mengajukan Pelaporan Pelanggaran berwenang untuk mewakili lembaga atau badan hukum tersebut. 4. Pelaporan pelanggaran secara tertulis tanpa identitas (anonim) boleh dilakukan, tapi wajib dilengkapi dengan fotokopi/salinan dokumen yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan. 2. DATA PENDUKUNG PELAPORAN a. Pelanggaran yang diadukan, meliputi jumlah kerugian (apabila dapat ditentukan),dan 1 (satu) Pengaduan/ Penyingkapan hanya untuk 1 (satu) pelanggaran agar penanganannya dapat lebih fokus. b. Pihak yang terlibat, yaitu siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut, termasuk saksi-saksi dan pihak yang diuntungkan atau dirugikan atas pelanggaran tersebut. 18

c. Lokasi pelanggaran, yaitu meliputi nama, tempat, unit kerja atau fungsi terjadinya pelanggaran tersebut. d. Waktu pelanggaran, yaitu periode pelanggaran baik berupa hari, minggu, bulan, tahun atau tanggal tertentu pada saat pelanggaran tersebut terjadi. e. Bagaimana terjadinya pelanggaran tersebut dan apakah terdapat bukti-bukti pendukung telah terjadinya pelanggaran. f. Apakah pelanggaran tersebut pernah dilaporkan kepada pihak lain. g. Apakah pelanggaran tersebut pernah terjadi sebelumnya. 3. PENYAMPAIAN PENGADUAN/PENYINGKAPAN OLEH PELAPOR Prinsip Dasar a. Dalam melakukan pelaporan atas suatu pelanggaran harus dilakukan dengan itikad baik bukan karena kepentingan pribadi atau balas dendam. b. Mengedepankan manfaatnya untuk kepentingan bersama seluruh Insan Perusahaan dan para pemangku kepentingan. Pelapor membuat pengaduan/penyingkapan dan mengirimkannya kepada pengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran yang dapat disampaikan kepada 19

Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern (apabila terlapor selain Direksi) melalui sarana/media sebagai berikut: Telephone : 021-4301017 (Ka. SPI) Website : www.bki.co.id Email : spi@bki.co.id Selain itu dapat juga disampaikan melalui amplop tertutup dengan memberi kode Whistle Blowing System (WBS) pada bagian kanan atas amplop tersebut, yang ditujukan kepada Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern dalam hal terlapor selain Direksi, apabila terlapor Direksi dapat ditujukan kepada Komisaris Utama dengan alamat: PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) Jl. Yos Sudarso, 38-40 Tg. Priok Jakarta Utara 14320 4. PENANGGUNG JAWAB TINDAK LANJUT a. Direktur Utama, jika terlapor adalah Insan Perusahaan selain Direksi. b. Dewan Komisaris, jika terlapor adalah Direksi. c. Direktur Utama, jika terlapor anggota Dewan Komisaris. 20

PROSES TINDAK LANJUT ATAS PENGADUAN Tindak lanjut atas pengaduan ini dilakukan mulai diterimanya pengaduan tersebut dengan proses sebagai berikut: 1. Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern atau Komisaris Utama menerima pengaduan/penyingkapan, mencatat dan menuangkan ke dalam format standar. Apabila penerima pengaduan Direktur Utama maka Direktur Utama dapat mendisposisikan proses selanjutnya kepada Kepala Satuan Pengawasan Intern. Sedangkan apabila penerima pengaduan Komisaris Utama dalam hal ini terlapor Direksi maka Komisaris Utama dapat menugaskan Komite Audit untuk proses selanjutnya. 2. Pelaporan yang disampaikan tanpa identitas (anonim) tetap diproses, namun demikian dipertimbangkan terlebih dahulu kesungguhan isi laporan, kredibilitas, dan bukti-bukti yang diajukan, serta kemungkinan untuk melakukan konfirmasi pelaporan. 3. Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern atau Komisaris Utama menerima dan menyaring laporan Pengaduan/Penyingkapan pelanggaran yang diterima, apakah terdapat Indikasi Awal atau sesuai dengan kriteria laporan Sistem Pelaporan Pelanggaran dan dapat ditindak lanjuti? Bila YA laporan Pengaduan/ Penyingkapan diteruskan ke Tim Pelaporan Pelanggaran, bila TIDAK proses Sistem Pelaporan Pelanggaran selesai. 21

4. Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern (terlapor selain Direksi) atau Komisaris Utama atau Komite Audit (terlapor Direksi) melakukan penelaahan awal/ investigasi atas indikasi awal selama 14 (empat belas) hari kerja terhadap pengaduan/penyingkapan tersebut dan membuat ringkasannya. 5. Berdasarkan hasil tersebut, Direktur Utama atau Komisaris Utama memutuskan tindak lanjut: a. Dihentikan, jika tidak memenuhi persyaratan indikasi awal b. Bekerjasama dengan External Investigator melakukan investigasi lanjutan jika substansi pengaduan/ penyingkapan terkait dengan Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan satu tingkat di bawah Direksi atau citra/ reputasi Perusahaan dan/atau menimbulkan kerugian yang besar dan/atau belum pernah ditindaklanjuti oleh Kepala Satuan Pengawasan Intern. c. Bekerja sama dengan unit kerja terkait lainnya atau dilakukan oleh Tim investigasi sesuai dengan substansi pengaduan/penyingkapan. 6. Laporan Hasil Investigasi Internal maupun External diselesaikan dalam waktu selambatnya 60 (enam puluh) hari kerja sejak keputusan untuk melakukan investigasi diterima dari/oleh Tim Investigasi dan kemudian dipresentasikan oleh Tim Investigasi kepada Direktur Utama atau Komisaris Utama. 22

7. Berdasarkan hasil laporan sebagaimana poin 6, Direktur Utama atau Komisaris Utama memutuskan: a. Jika tidak terbukti, laporan penyingkapan ditutup b. Jika terbukti dan terkait dengan tindakan administrative, diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku c. Meneruskan tindak pidana tersebut kepada penyidik untuk proses lebih lanjut, jika terbukti dan terkait dengan tindak pidana umum atau korupsi. Dalam hal ini Penanggung Jawab melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Legal guna memastikan adanya bukti permulaan yang cukup dan jika bukti-bukti cukup maka Penanggung Jawab merekomendasikan kepada Direktur Utama untuk persetujuan. d. Huruf b dan c harus dilakukan melalui rapat Direksi atau Dewan Komisaris. 8. Direktur Utama melalui Kepala Satuan Pengawasan Intern membuat laporan secara periodik, minimal 3 (tiga) bulan sekali, antara lain meliputi jumlah pengaduan/penyingkapan. 9. Kategori pengaduan/penyingkapan dan saluran yang digunakan oleh Pelapor serta menyampaikannya kepada Dewan Komisaris. 10. Komisaris Utama melalui Komite Audit membuat laporan apabila ada anggota Direksi yang terbukti melakukan pelanggaran dan dapat disampaikan kepada Pemegang Saham sebagai bahan evaluasi kinerja Direksi. 23

11. Direktur Utama melaporkan penanganan pengaduan/ penyingkapan yang ditindaklanjuti maupun tidak dapat ditindaklanjuti kepada Dewan Komisaris minimal 3 (tiga) bulan sekali dan dipublikasikan ke dalam media Perusahaan maupun media lainnya. INVESTIGASI 1. Prinsip Dasar Pelaksanaan Investigasi a. Proses investigasi atas suatu laporan harus dilakukan dengan tetap memegang asas praduga tidak bersalah dan objektivitas; b. Proses investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari siapa yang melaporkan ataupun siapa yang terlapor. c. Terlapor harus diberi kesempatan penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti-bukti yang ditemui, termasuk pembelaan bila diperlukan. d. Apabila menggunakan Tim Investigasi dari pihak eksternal dimana terlapor adalah Direksi, Dewan Komisaris dan Karyawan satu tingkat di bawah Direksi atau laporan bersifat material dan mempengaruhi citra Perusahaan, maka Perusahaan harus dapat memilih dan menyediakan auditor/investigator yang berintegritas untuk menjaga objektivitas hasil investigasi sehingga kepercayaan terhadap Whistle Blowing System (WBS) dapat dijaga. Di luar kriteria tersebut, maka Investigasi dilakukan oleh Tim Investigasi Internal. 24

2. Tim Investigasi a. Investigasi dapat dilakukan baik oleh External Investigator maupun oleh Tim Investigasi Internal. Tim Investigasi Internal berasal dari Internal Audit. b. Tim investigasi harus bersifat independen, bebas dari tekanan pihak manapun untuk menjaga proses investigasi dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan dan penilaian hasil temuan secara obyektif. 3. Laporan Hasil Investigasi a. Seluruh proses Investigasi atas Pengaduan/Penyingkapan wajib dibuatkan Berita Acara dan dalam bentuk laporan serta ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses investigasi b. Proses investigasi harus didokumentasikan dengan baik, sehingga jika diperlukan untuk peninjauan ulang dapat dengan mudah dilakukan penelaahan kembali atas sasaran yang ingin dicapai dan juga keputusan-keputusan penting yang diambil selama proses berlangsung. c. Laporan hasil investigasi disertai beberapa bukti pendukung yang merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan investigasi tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa kesimpulan akhir mengenai hasil investigasi yang akan digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan. 25

PERLINDUNGAN PELAPOR Perusahaan menyadari arti pentingnya implementasi Tata Kelola Perusahaan yang baik/good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu alat untuk meningkatkan nilai, perkembangan usaha, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan bisnis jangka panjang secara berkesinambungan tidak hanya bagi Pemegang Saham (shareholders) namun juga segenap Pemangku Kepentingan lainnya dalam arti pengelolaan bisnis yang bukan hanya mengejar keuntungan semata namun juga pengelolaan yang penuh amanah, transparan dan akuntabel. Perusahaan wajib memberikan perlindungan bagi Pelapor dan menjamin atas kerahasiaan identitasnya. Informasi terkait Pelapor terdokumentasikan dengan baik dan hanya boleh diketahui oleh Direktur Utama atau Kepala Satuan Pengawasan Intern dan Komisaris Utama atau Komite Audit, dalam hal ini penerima pengaduan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tindak lanjut pelaporan pelanggaran. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PELAPOR 1. Identitas Pelapor dijamin kerahasiaannya oleh Perusahaan. 2. Perusahaan menjamin perlindungan terhadap Pelapor dari segala bentuk ancaman, intimidasi, ataupun tindakan tidak menyenangkan dari pihak manapun selama Pelapor menjaga kerahasiaan pelanggaran yang diadukan kepada pihak manapun. 26

3. Perlindungan terhadap Pelapor juga berlaku bagi para pihak yang melaksanakan Investigasi maupun pihak-pihak yang memberikan informasi terkait dengan Pengaduan/ Penyingkapan tersebut. Kebijakan perlindungan Pelapor dimaksudkan pula untuk mendorong setiap Insan Perusahaan dan Pelapor lainnya untuk berani melaporkan pelanggaran dan menjamin keamanan Pelapor maupun keluarganya. Perusahaan berkomitmen untuk melindungi Pelapor yang beritikad baik dan Perusahaan akan patuh terhadap segala peraturan perundangan yang terkait yang berlaku dalam penyelenggaraan sistem penyelenggaraan perlindungan Pelapor. Perusahaan memberikan perlindungan kepada Pelapor untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Pemecatan yang tidak adil 2. Penurunan jabatan atau pangkat 3. Pelecehan dan/atau diskriminasi dan/atau tekanan dan/atau intimidasi dalam segala bentuknya 4. Catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record). 27

Selain perlindungan di atas, untuk Pelapor yang beritikad baik, Perusahaan juga akan menyediakan perlindungan hukum, sejalan dengan yang diatur Undang Undang No.15 tahun 2002 jo Undang Undang No.25 tahun 2003 pada Pasal 43 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pasal 13 Undang Undang No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah No.57 tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus bagi Pelapor dan Saksi dalam Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu: 1. Perlindungan dari tuntutan pidana dan/atau perdata 2. Perlindungan atas keamanan pribadi, dan/atau keluarga Pelapor dari ancaman fisik dan/atau mental 3. Perlindungan terhadap harta Pelapor; dan/atau 4. Pemberian keterangan tanpa bertatap muka dengan terlapor, pada setiap tingkat pemeriksaan perkara dalam hal pelanggaran tersebut masuk pada sengketa pengadilan. Dalam hal Pelapor merasa perlu, ia juga dapat meminta bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), sesuai Undang Undang No.13 tahun 2006. 28

SOSIALISASI DAN EVALUASI SERTA PENEGAKAN Perusahaan menyadari arti pentingnya implementasi Tata Kelola Perusahaan yang baik/good Corporate Governance (GCG) sebagai salah satu alat untuk meningkatkan nilai, perkembangan usaha, meningkatkan daya saing, dan pertumbuhan bisnis jangka panjang secara berkesinambungan tidak hanya bagi Pemegang Saham (shareholders) namun juga segenap Pemangku Kepentingan lainnya dalam arti pengelolaan bisnis yang bukan hanya mengejar keuntungan semata namun juga pengelolaan yang penuh amanah, transparan dan akuntabel. A. SOSIALISASI DAN EVALUASI Sistem Pelaporan Pelanggaran ini disosialisasikan dan dievaluasi secara berkelanjutan kepada seluruh Insan Perusahaan, dan secara berkala akan dilaksanakan pemutakhiran dan penyempurnaan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini dalam rangka perbaikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan bisnis Perusahaan. Sosialisasi secara berkelanjutan dimaksudkan untuk memperoleh persepsi dan pemahaman serta meningkatkan keterbukaan bagi Insan Perusahaan untuk melaporkan penyimpangan dan dapat mempergunakan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini sebagaimana mestinya. 29

Pelaksanaan sosialisasi Sistem Pelaporan Pelanggaran dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi penerapan Good Corporate Governance (GCG), kebijakan-kebijakan baru Perusahaan sosialisasi undang-undang yang terkait dengan tindak pidana korupsi, publikasi melalui intranet Perusahaan dan berbagai macam media komunikasi lainnya. B. PENGHARGAAN DAN SANKSI Bentuk sanksi terhadap Terlapor yang telah terbukti melakukan pelanggaran ditentukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Perusahaan. Perusahaan juga memberikan sanksi bagi pelaporan pelanggaran yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan ini, misalnya fitnah atau pelaporan palsu. Selain itu penghargaan diberikan kepada Pelapor apabila kasus yang dilaporkan mengandung kebenaran dan Perusahaan mendapat dampak positif dari adanya laporan tersebut. Jenis dan besarnya penghargaan yang diberikan diatur dengan kebijakan Direksi yang merupakan dokumen tidak terpisahkan dari kebijakan Whistle Blowing System (WBS) ini. 30

31

LAMPIRAN Lihat Lampiran: I Lihat Lampiran: II Lihat Lampiran: III Lihat Peraturan KPK tentang Gratifikasi Penting sekali untuk mencetak sikap dan hati yang baik. Karena dari sikap ini, kebahagian jangka pendek dan jangka panjang untuk semua orang akan menghampiri. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (PERSERO) Head Office Jalan Yos Sudarso Kav 38-40 Tg. Priok Jakarta Utara 14320 Phone: +62 021-4301017 Fax: +62 43936175 www.bki.co.id 32

TANDA TERIMA PELAPORAN PELANGGARAN Dengan ini diterangkan bahwa Nama :... Alamat :...... No. Telepon :... Fax :... HP :... Email :... Nama organisasi / lembaga :... Lampiran : I Telah menyampaikan laporan pelanggaran tentang......... Pelapor, Penerima,...... 33

ALUR SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Alur Whistle Blowing System apabila terlapor Direksi Insan Pemangku Kepentingan Mulai Penerimaan Dugaan Laporan Pelanggaran Pelaporan Dugaan Pelanggaran Membentuk tim investigasi atau menugaskan satuan kerja Hasil Proses Identitas Diri (jika ada) Bukti dokumen pelanggaran Pengarsipan Dokumen Tanda terima pelaporan pelanggaran Laporan hasil investigasi awal Laporan hasil investigasi lanjutan Berita acara Catatan : 1. Dewan Komisaris dapat menugaskan Komite Audit untuk menindaklanjuti pelaporan pelanggaran yang dilakukan oleh Direksi. 2. Dewan Komisaris harus menyampaikan kepada Pemegang Saham apabila anggota Direksi melakukan pelanggaran. 3. Segala keputusan terkait pemberian sanksi ataupun tindak lanjut kepada pihak berwajib harus diputuskan melalui rapat Dewan Komisaris. 34 Tidak Investigasi Awal Penutupan Kasus Selesai

Lampiran : II Direktur Utama Dewan Komisaris Tembusan pelaporan pelanggaran Monitoring Ya Laporan Hasil Investigasi Awal Tidak Keputusan Ya Penjelasan Tim Investigasi kepada Direktur Utama Keputusan Tindak Lanjut Investigasi Lebih Lanjut Laporan Hasil Investigasi Pemberian Tindakan sesuai ketentuan yang berlaku Jika diminta Laporan 35

Alur Whistle Blowing System apabila terlapor selain Direksi Insan Pemangku Kepentingan Mulai Penerimaan Dugaan Laporan Pelanggaran Pelaporan Dugaan Pelanggaran Membentuk tim investigasi atau menugaskan satuan kerja Hasil Proses Identitas Diri (jika ada) Bukti dokumen pelanggaran Pengarsipan Dokumen Tanda terima pelaporan pelanggaran Laporan hasil investigasi awal Laporan hasil investigasi lanjutan Berita acara Catatan : 1. Direktur Utama dalam menerima laporan dapat mendisposisikan kepada Kepala Satuan Pengawasan Intern untuk menindaklanjuti pelaporan pelanggaran tersebut. 2. Direktur Utama harus membuat laporan pelaksanaan Pedoman WBS ini kepada Dewan Komisaris. 3. Segala keputusan terkait pemberian sanksi ataupun tindak lanjut kepada pihak berwajib harus diputuskan melalui rapat Direksi. 36 Tidak Investigasi Awal Penutupan Kasus Selesai

Lampiran : III Direktur Utama Dewan Komisaris Tembusan pelaporan pelanggaran Monitoring Ya Laporan Hasil Investigasi Awal Tidak Keputusan Ya Penjelasan Tim Investigasi kepada Direktur Utama Keputusan Tindak Lanjut Investigasi Lebih Lanjut Laporan Hasil Investigasi Pemberian Tindakan sesuai ketentuan yang berlaku Jika diminta Laporan 37

PEDOMAN PELAPORAN PELANGGARAN Whistle Blowing System (WBS) Doc Id : BKI POLICY Issue No : Issue Date : Page : LEMBAR PEMAHAMAN No. Nama Jabatan Tanda Tangan dan Tgl. Pemahaman Note : -- Pedoman ini telah dibaca dan dipahami -- Lembaran Pemahaman ini dikirimkan kembali kepada Direksi Cq. Divisi Manajemen Resiko 39

Head Office Jl. Yos Sudarso 38-40 Tanjung Priok Jakarta - 14320, Indonesia (+62-21) 4301017; 4301703; 4300993 (+62-21) 43936175, 43901973 spi@bki.co.id www.bki.co.id 42