KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan air berbunga (anthophyta) yang

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

HUBUNGAN KERAPATAN LAMUN DENGAN KEPADATAN BIVALVIA DI PESISIR PANTAI ORI KECAMATAN PULAU HARUKU

3. METODOLOGI PENELITAN

Hasil dan Pembahasan

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif. Rimpangnya merupakan batang yang beruas-ruas yang tumbuh

ANALISIS SUMBERDAYA BIVALVIA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DAN PEMANFAATANNYA DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

Identifikasi Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

PRODUKTIVITAS BIOMASSA VEGETASI LAMUN DIPERAIRAN DESA PENGUDANG KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPELAUAN RIAU

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

JENIS-JENIS LAMUN DI PERAIRAN LAGUNA TASILAHA DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

3. METODE PENELITIAN

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI LITIANAK DAN PANTAI OESELI KABUPATEN ROTE NDAO NUSA TENGGARA TENGGARA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

AKUATIK. Volume 6. Nomor. 1. Tahun PENANGGUNG JAWAB Eddy Nurtjahya. REDAKTUR Eva Utami

SIMPANAN KARBON PADANG LAMUN DI KAWASAN PANTAI SANUR, KOTA DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

Biomassa Padang Lamun di Perairan Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

ANALISA DIVERSITAS PADANG LAMUN PADA SATU STASIUN DI PANTAI SANUR KOTA DENPASAR PROVINSI BALI

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN PULAU DUYUNG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Percent cover standards

Transkripsi:

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826 INTISARI Lamun merupakan ekosistem pesisir pantai yang berperan penting untuk menunjang ekosistem lainnya seperti terumbu karang dan mangrove. Oleh karena itu, pelestarian ekosistem ini perlu dipantau dengan baik agar ekosistem sumberdaya pesisir lain yang terkait dengan ekosistem lamun tetap terjaga. Penelitian ini diadakan di pesisir pantai Pulau Serangan Bali. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kelestarian ekosistem lamun dan mengetahui nilai kerapatan jenis, persentase tutupan lamun dan jenis-jenis ekosistem lamun yang terdapat di pesisir pantai Pulau Serangan Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian Konservasi Padang Lamun yaitu dengan metode inventarisasi lamun dan pengamatan lapangan dilakukan dengan metode plot ukuran plot 1mx1m dengan 4 stasiun pengamatan dan 2 ulangan. Manfaat yaitu mengetahui informasi mengenai habitat ekosistem lamun dan tingkat kelestarian ekosistem lamun di pesisir Pantai Pulau Serangan Bali. Jenis lamun yang ditemukan di Pulau Serangan berdasarkan pengamatan adalah Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis. Kerapatan jenis lamun tertinggi terdapat pada stasiun dua dengan jenis lamun Cymodocea rotundata dengan kerapatan sebesar 30 individu/m 2. Sedangkan kerapatan tertinggi semua stasiun yaitu jenis lamun Cymodocea serrulata dengan persentase nilai 750 ind/m 2. Nilai penting tertinggi dari semua stasiun dimiliki oleh spesies Cymodocea serrulata sebesar 179.95%. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem lamun Pulau Serangan didominasi oleh jenis Cymodocea serrulata yang memiliki peran dan pengaruh terbesar terhadap keadaan ekosistem lamun di pesisir pantai Pulau Serangan Bali. Kata kunci : ekosistem, jenis, kerapatan, lamun PENDAHULUAN Padang lamun (seagrass bed) merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang memiliki nilai konservasi tinggi khususnya dalam hal perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati, daerah perikanan yang produktif dan menyumbang produktifitas perairan di wilayah pesisir. Bagi perikanan sendiri, lamun merupakan tempat hidup banyak ikan, kepiting, udang, bulu babi dan hewan lain yang juga mencari makan dan melakukan perkembang biakan di padang lamun. Tingginya peran lamun sebagai penunjang kehidupan banyak organisme membuat ekosistem ini perlu dijaga dan dilestarikan. Lamun (seagrass) adalah satu-satunya tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap efektif untuk berkembang-biak dan mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Lamun juga merupakan tumbuhan yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di 9

laut dangkal. Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran (Hemminga and Duarte, 2000). Padang lamun memiliki produktivitas sekunder dan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan keragaman ikan (Gilanders, 2006). Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya. Ikan baronang, misalnya, adalah salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun (Ambo, 2010). Dalam mempelajari sumberdaya lamun, telaah tentang distribusi, komposisi dan kerapatan merupakan hal yang mendasar sebagai penelitian awal (Mukai et al., 1980). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kelestarian ekosistem lamun yang terdapat di pesisir pantai Pulau Serangan Bali dan mengetahui nilai kerapatan jenis, persentase tutupan lamun dan jenis-jenis ekosistem lamun sehingga dapat dilakukan upaya pengelolaan yang sesuai berdasarkan kondisi ekosistem lamun tersebut dalam rangka konservasi. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013 di Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian Konservasi Ekosistem Lamun yaitu dengan metode inventarisasi lamun dan pengamatan lapangan dilakukan dengan metode plot. Alat dan bahan yang digunakan meliputi plot ukuran 1m x 1m, thermometer, GPS, tali (ukuran 20 m), alat snorkel, alat tulis, indikator ph dan refratokmeter. Langkah awal adalah dengan menempatkan plot di dasar perairan ekosistem lamun kemudian dilakukan pengamatan mengenai jenis lamun, tutupan lamun dan jumlah individu lamun dalam area plot tersebut. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel lamun dan dilakukan pengukuran parameter fisik diantaranya suhu air dan suhu udara dan parameter kimia yaitu salinitas, ph dan jenis substrat. Rumus yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh yaitu D=N/A, dengan D adalah kerapatan jenis (jumlah tegakan/m 2 ). C= (mixfi ) f dengan C adalah persentase tutupan, mi adalah nilai tengah, fi adalah frekuensi dan Ʃf adalah total frekuensi dalam plot. Cr =(Ci / ƩCi) x 100%, dengan Cr adalah penutupan relatif jenis, Ci adalah penutupan jenis i dan ƩCi adalah luas total area penutupan untuk seluruh jenis. F=pi/ Ʃp, dimana F adalah frekuensi jenis i, pi adalah jumlah plot tempat ditemukan jenis i dan Ʃp adalah jumlah plot yang diamati. Fr=(F/ ƩF)x 100%, dengan Fr adalah Frekuensi relatif. NP= (Kr + Fr + Dr), dimana NP adalah Nilai Penting, Kr adalah kerapatan relatif jenis, Fr adalah Frekuensi relatif dan Dr adalah penutupan relatif. 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Secara geografis, Pulau Serangan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Topografi wilayah ini dicirikan oleh dataran rendah dengan ketinggian maksimum 3 m dari permukaan laut dengan iklim panas (28-31 o C) serta curah hujan rata-rata 1.000 mm/tahun. Pulau Serangan secara administratif adalah wilayah Kelurahan Serangan yang memiliki luas 481 ha, terdiri dari tanah tegalan seluas 394 ha, pemukiman seluas 48 ha dan sisanya berupa dangkalan pesisir dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pedungan, sebelah utara berbatasan dengan Selat Badung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sanur Kauh dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung. Gambar 1. Peta lokasi Pulau Serangan, Bali Pulau Serangan secara geologi terbentuk dari formasi endapan ulivium kwarter dan formasi batunya tersusun dari batuan karang pada bagian bawah serta tertutup oleh endapan marin pada bagian atasnya. Bahan endapan marin berasal dari pecahan batuan gamping karang, cangkang binatang laut dan pasir sehingga Pulau Serangan tersusun atas pasir putih (Monografi Kelurahan Serangan, 2012). 11

Adapun jenis lamun yang ditemukan Pulau Serangan berdasarkan pengamatan dengan metode plot adalah Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis. 1. Cymodocea rotundata Spesies merupakan jenis lamun yang tumbuh di wilayah intertidal dan tidak dapat ditemukan pada perairan dalam karena membutuhkan cahaya matahari yang digunakan untuk proses fotosintesis. Tepi daun halus atau licin dan tidak bergerigi. Akar tiap nodus terdiri dari 2-3 helai, tulang daun sejajar dan berjumlah 9-15 buah. Lebar daun sekitar 4 mm dengan jarak nodus 1 cm. tiap tegakan terdiri atas 3-4 helai daun. Klasifikasinya meliputi; kingdom: plantae; divisi: antophyta; kelas: angiospermae; ordo: helobiae; famili: potamogetonaceae; genus: cymodocea; dan spesies: Cymodocea rotundata. Gambar 2. Spesies Cymodocea rotundata 2. Enhalus acoroides Spesies ini memiliki daun yang berwarna hijau dengan panjang dapat mencapai 1 meter. Bentuk fisiknya besar dinding dengan spesies lamun lain. Lebar daun sekitar 3 cm dengan panjang antara 30-150 cm. rimpangnya berdiameter sekitar 1 cm. Klasifikasinya meliputi; kingdom: plantae, divisi: antophyta, kelas: angiospermae, ordo: helobiae, famili: hydrocharitaceae, genus: enhalus, spesies: Enhalus acoroides. 12

Gambar 3. Enhalus acoroides 3. Halodule pinifolia Spesies ini memiliki ciri diantaranya tulang daun tidak lebih dari 3, ujung membulat dan berbentuk seperti gergaji. pertumbuhannya cepat, dan merupakan jenis pionir. Umum dijumpai disubstrat berlumpur dan dapat hidup sampei kedalam 25 meter. Klasifikasinya meliputi: kingdom: plantae, divisi: antophyta, kelas: angiospermae, ordo: helobiae, famili: potamogetonaceae, genus: halodule, spesies: Halodule pinifolia. Gambar 4. Halodule pinifolia 4. Cymodocea serrulata, Spesies ini umum dijumpai di daerah intertidal dekat dengan hutan mangrove. Ciri-ciri morfologinya yaitu tepi daun bergerigi, akar tiap nodus banyak dan bercabang, tulang daun sejajar, lebar daun samping kurang lebih 1 cm, jumlah tulang daun antara 13-17 buah dan satu tegakan hanya terdiri atas 2-3 helai daun. Klasifikasinya meliputi: kingdom: plantae, divisi: magnoliophyta, kelas: liliopsida, ordo: potamogetonales, famili: cymodoceae, genus: cymodocea, spesies: Cymodocea serrulata. 13

Gambar 5. Cymodocea serrulata 5. Syringodium isoetifolium, Spesies ini umum dijumpai di daerah intertidal. Memiliki daun dengan panjang sekitar 5-10 cm. Daunnya bercabang dan melancip pada ujungnya. Klasifikasinya meliputi: kingdom: plantae, divisi: antophyta, kelas: angiospermae, ordo: halobiae, famili: potamogetonaceae, genus: syringodium, spesies: Syringodium isoetifolium. Gambar 6. Syringodium isoetifolium 6. Thalassia hemprichii, Thalassia hemprichii tumbuh pada substrat pasir berlumpur yang berbeda atau pasir medium kasar atau pecahan koral. Daun spesies tersebut bercabang dua, tidak terpisah berbentuk pita dan bertepi rata dengan ujung daun membulat serta memiliki akar yang berbuku-buku pendek. Thalassia hemprichii merupakan spesies yang dominan dan dijumpai hampir di seluruh Indonesia. Klasifikasinya meliputi; kingdom: plantae, divisi: angiospermae, kelas: liliopsida, ordo: hydrocaritales, famili: hydrocaritaceae, genus: thalassia, spesies: Thalassia hemprichii. 14

Gambar 7. Thalassia hemprichii 7. Halodule uninervis. Spesies ini memiliki ciri yaitu tangkai daunnya terdiri atas 1 sampai 2 helai, tiap nodus berakar tunggal dan banyak serta tidak bercabang, rimpangnya berbukubuku, jarak antar nodus kurang lebih 2 cm, ujung daun berbenrtuk gelombang menyerupai huruf W. Jenis ini membentuk padang lamun pada rataan terumbu karang yang rusak. Klasifikasinya meliputi: kingdom: plantae, divisi: antophyta, kelas: angiospermae, ordo: helobiae, famili: potamogetonaceae, genus: halodule, spesies: Halodule uninervis. Gambar 8. Halodule uninervis 15

Tabel 1. Tabel parameter fisik dan kimia kawasan ekosistem lamun di pesisir pantai Pulau Serangan Bali Stasiun Parameter Nilai ph 7,3 Stasiun 4 Salinitas (ppm) 33 Suhu Air ( 0 C) 29 Suhu Udara ( 0 C) 28 Substrat Pasir ph 6.85 Salinitas (ppm) 34 Stasiun 3 Suhu Air ( 0 C) 30.25 Suhu Udara ( 0 C) 29 Substrat Pasir ph 7,6 Salinitas (ppm) 34 Stasiun 2 Suhu Air ( 0 C) 29 Suhu Udara ( 0 C) 27 Substrat Pasir ph 8,2 Salinitas (ppm) 34 Stasiun 1 Suhu Air ( 0 C) 29 Suhu Udara ( 0 C) 28 Substrat Pasir Tabel 2. Tabel data pengamatan ekosistem lamun kelompok 2 Stasiun Ulangan 1 2 3 1 Tutupan Lamun (%) 95% 2 100% 1 65% Spesies Individu Tutupan Lamun (C) Cr D (Ind/M²) Dr (%) Syringodium isoetifolium 88 95 100 88 100 Cymodocea serrulata 95 100 100 95 100 Halodule pinifolia 54 40.34 62.07 54 62.07 Syringodium isoetifolium 33 24.66 37.93 33 37.93 Halodule pinifolia 56 20.55 51.38 56 51.38 2 40% Syringodium isoetifolium 31 11.38 28.44 31 28.44 Thalassia hemprichii 22 8.07 20.18 22 20.18 1 Cymodocea 95% rotundata 30 95 100 30 100 2 5% Halodule uninervis 10 3.33 66.6 10 66. 67 16

4 1 95% 2 85% Enhalus acoroides 5 1.67 33.4 5 33.33 Cymodocea serrulata 750 73.38 77.24 750 77.24 Syringodium isoetifolium 221 21.62 22.76 221 22.76 Cymodocea serrulata 340 44.81 52.71 340 52.71 Syringodium isoetifolium 305 40.19 47.29 305 47.29 10 m 20 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 95% 65% 95% 95% 100% 40% 5% 85% Tabel 3. Persentase tutupan lamun berdasarkan jarak dari bibir pantai Persentase tutupan lamun pada jarak 10 m dari bibir pantai paling tinggi terdapat pada stasiun 1, 3 dan 4 dengan nilai 95%. Sedangkan stasiun 2 paling rendah dengan nilai 65%. Hal yang mempengaruhi persebaran lamun di wilayah perairan, salah satunya adanya kemiringan dan kondisi substrat. Kondisi substrat pada stasiun 2 memang tergolong tidak bagus karena terdapat undakan-undakan tanah/pasir dengan kedalaman yang bervariasi sehingga lamun cenderung jarang ditemukan. Hal ini diakibatkan karena lamun tidak dapat hidup pada perairan yang terlalu dalam akibat proses fotosintesis yang ia lakukan untuk mendapatkan makanan.. Pada jarak 20 m dari bibir pantai, stasiun 3 memiliki tutupan lamun yang sangat rendah yaitu 5% dan tertinggi sebesar 100% terdapat pada stasiun 1. Hal ini diakibatkan oleh nilai parameter kimia air laut yang berbeda. Kualitas air laut pada stasiun 3 cenderung rendah dengan nilai ph 6.85 dan suhu air 30.85 0 C. Padahal dalam keadaan normal, lamun membutuhkan ph dengan nilai 7-8 atau suhu air 27-29 0 C. Kerapatan jenis lamun menunjukkan elemen dan struktur komunitas yang dapat digunakan untuk mengestimasi produksi lamun (Mukai et al. 1980). Kerapatan jenis lamun tertinggi terdapat pada stasiun tiga dengan jenis lamun Cymodocea serrulata dengan kerapatan sebesar 30 individu/m 2. Kerapatan tersebut menunjukkan bahwa jenis lamun Cymodocea serrulata memiliki habitat yang cocok pada perairan pada stasiun 3 yang 17

memiliki kondisi perairan dengan salinitas 34 0 / 00, ph sebesar 7,6, suhu air sebesar 29 0 C dan suhu udara sebesar 27 o C. Kerapatan jenis lamun tertinggi dari seluruh stasiun terdapat pada stasiun 4 dengan jenis lamun Cymodocea serrulata dengan nilai 750 ind/m 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis Cymodocea serrulata memiliki habitat yang sesuai pada stasiun 4 yaitu pada kondisi lingkungan dengan salinitas 34 0 / 00, ph sebesar 8.2, suhu air sebesar 29 o C dan suhu udara sebesar 28 o C dengan jenis substrat dasar berupa pasir. Lamun tinggal dalam perairan dengan kecerahan tinggi, hal ini berhubungan dengan proses fotosintesis yang dilakukan lamun untuk mendapatkan makanan. Tempetur lamun berkisar antara 28-30 0 C dan salinitas optimal 35 0 / 00 (Nyabakken, 1997). Tabel 4. Tabel analisis data ekosistem lamun di seluruh stasiun Stasiun Spesies Pi Fi Rfi (%) NP `1 Syringodium isoetifolium 1 0.5 50 150 Cymodocea serrulata 1 0.5 50 150 2 Halodule pinifolia 2 1 40 153.45 Syringodium isoetifolium 2 1 40 106.37 Halodule pinifolia 1 0.5 20 40.18 3 Cymodocea rotundata 1 0.5 33.33 133.33 Halodule uninervis 1 0.5 33.33 99.97 Enhalus acoroides 1 0.5 33.33 66.7 4 Cymodocea serrulata 2 1 50 179.95 Syringodium isoetifolium 2 1 50 120.05 Nilai Penting berkisar antara 0 sampai 300. Nilai ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan lamun tertentu dalam komunitas ekosistem lamun. Nilai Penting tertinggi di stasiun 3 dimiliki oleh spesies Cymodocea rotundata tertinggi diantara kedua jenis lainnya. Sedangkan nilai penting tertinggi dari semua stasiun dimiliki oleh spesies Cymodocea serrulata sebesar 179.95%. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem lamun Pulau Serangan didominasi oleh jenis Cymodocea serrulata yang memiliki peran dan pengaruh terbesar terhadap keadaan ekosistem lamun di pesisir pantai Pulau Serangan Bali. Nilai Penting juga berhubungan positif dengan ketiga nilai lainnya (Pi, Fid an Rfi). Semakin besar nilai frekuensi relatif jenis, penutupan relatif jenis dan kerapatan relatif jenis, maka Nilai Penting akan semakin besar sehingga peran tumbuhan lamun dalam komunitas lamun semakin besar. Jenis biota yang berasosiasi dengan ekosistem lamun diantaranya adalah bivalvia, alga dan beberapa jenis ikan. Adanya biota yang berasosiasi dengan ekosistem lamun tersebut menunjukkan bahwa ekosistem lamun 18

memilki manfaat bagi berbagai jenis biota diantaranya sebagai habitat bagi biota air atau sebagai tempat perlindungan beberapa jenis biota air. KESIMPULAN Jenis lamun yang ditemukan di Pulau Serangan berdasarkan pengamatan adalah Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis. Kerapatan jenis lamun tertinggi terdapat pada stasiun dua dengan jenis lamun Cymodocea rotundata dengan kerapatan sebesar 30 individu/m 2. Sedangkan kerapatan tertinggi semua stasiun yaitu jenis lamun Cymodocea serrulata dengan persentase nilai 750 ind/m 2. Nilai penting tertinggi dari semua stasiun dimiliki oleh spesies Cymodocea serrulata sebesar 179.95%. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem lamun Pulau Serangan didominasi oleh jenis Cymodocea serrulata yang memiliki peran dan pengaruh terbesar terhadap keadaan ekosistem lamun di pesisir pantai Pulau Serangan Bali. SARAN Sebaiknya pemerintah setempat turut melestarikan ekosistem lamun yang berperan sangat penting bagi penunjang ekosistem pesisir lainnya, dan menghentikan kegiatan reklamasi lahan yang dapat menghilangkan kawasan ekosistem sumberdaya dan biota didalamnya. DAFTAR PUSTAKA Ambo, Rape. 2010. Struktur Komunitas Ikan pada Padang Lamun yang Berbeda di Pulau Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Indonesia. Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Gilanders, B.M. 2006. Seagrasses, Fish, and Fisheries. In: Larkum, A.W.D.,Orth, R.J., Duarte, C.M. (Eds.), Seagrasses: Biology, Ecology, and Conservation. Springer, The Netherland, 503-536pp. Hemminga, M.A. and C.M. Duarte. 2000. Seagrass Ecology. Cambridge University Press, Cambridge, UK. Hena, Abu. 2001. Photosyntesis Of Seagrass Cymodocea serrulata in Field and Laboratory. Universiti Putra Malaysia. Malaysia. Mukai, H., K. Aioi and Y. Ishida 1980. Distribution and biomass of eelgrass (Zostera marina L.) and other sea grasses in Odawa Bay, Central Japan. Aquat.Bot. 8: 337-342. Nybakken, J. W., 1997. Marine Biology. PT. Gramedia, Jakarta. Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. 19