5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Sel Darah Merah (erytrocyte) 1.1 Morfologi Adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh manusia.bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang.lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel).eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen(o 2 ) di paru-paru. Dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti 5
6 CO 2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO 2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.guna mengetahui pertahan sel darah merah dapat kita periksa bentuk sel darah merah, apakah masih berbentuk normal atau telah mengalami perubahan, atau dapat juga kita melihat adanya reaksi tranfusi pada pasien yang sedang atau telah menjalani proses tranfusi darah. Karena salah satu factor terjadinya reaksi tranfusi darah adalah telah terjadinya perubahan bentuk sel darah merah sehingga akan mempengaruhi fungsi dari sel darah merah tersebut.penghancuran sel darah merah terjadi setelahumur rata-rata 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstra vaskuler oleh makrofag sistem retikuloendotelial (RE), teristimewa dalam sumsum tulang, tetapi juga terjadi dalam hati dan limpa. (Iyan darmawan,1984).metabolisme sel darah merah perlahan lahan memburuk karena enzim tidak diganti, sampai sel menjadi tidak mampu, tetapi alasan yang tepatmengapa sel darah merah mati tidaklah jelas. Sel darah merah yang pecah membebaskan besi untuk sirkulasi melalui transferin plasma ke eritroblas sumsum, dan protoporfirin yang dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin beredar ke hati dimana ia di konjugasikan dengan glukoronida yang di ekskresike dalam usus melalui empedu dan dikonversi menjadi sterkobilinogen dan sterkobilin (diekskresi didalam feses).
7 1.2 Daya hidup eritrosit Daya hidup sel darah merah yang berasal dari berbagai donormembuktikan adanya perbedaan daya hidup yang bermakna diantara sel darah merah yang diambil dari donor yang berbeda. Dari seorang donor, ia mendapatkan daya hidup 24 jam post transfusi (24 hour survival), ialah 91%, 87 % dan 79 %, sedangkan dari seorang donor lain 73 %, 70 % dan 62%. C.A. Finch juga mendapatkan bahwa walaupun hampir semua darah donor normal yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD mempunyai daya hidup 24 jam post transfusi 70 85 %, ada juga yang hanya 60 65 %.(born et al,1966) Perbedaan Antara Sel Darah Muda & Sel Darah Yang Sudah Purna (Matang)100 % darah yang disimpan dalam periode pendek (kurang dari 2 minggu) akan mengalami penghancuran dalam 24 jam, sisanya mempunyai daya hidup yang normal dengan penghancuran 1 % per hari. Sedangkan sel darah merah yang telah disimpan selama 28 hari, dalam 24 jam 25 % akan rusak dan keluar dari sirkulasi, sedangkan sisanya akan mengalami kerusakan lebih dari 1 % per hari. Ini diduga karena setelah penyimpanan jangka panjang sel darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari pada sel darah merah yang telah sempurna pembentukannya.
8 1.3.OFT ( Osmotic fragility of the erytrocytes) Daya tahan osmotik dari eritrosit adalah tes sedarhana untuk mengetahui perbandingan permukaan terhadap volume eritrosit dan kemampuan fungsi membran eritrosit (resistensi osmotik fragiliti osmotik) (e.n kosasih, 2004) Pada sferositosis daya tahan osmotik menurun, begitu pula pada proses tranfusi darah akan mengalami penurunan daya tahan osmotik apabila terlalu lama pada suhu ruangan. Retikulosit dan sel muda eritrosit lebih tahan terhadap lisis osmotik daripada sel eritrosit yang lebih tua. 1.3.1. Daya tahan osmotik tanpa inkubasi Sejumlah eritrosit diletakkan dalam larutan garam dengan konsentrasi yang berbeda-beda mulai dari 0,9% (fisiologik) sampai konsentrasi hipoton. Pada tabung dengan larutan hipoton terjadi osmosis sehingga volume eritrosit mengembang karena mengalirnya air kedalam eritrosit. Eritrosit menjadi sferikdan setelah melewati volume tertentu mulailah terjadi kebocoran sel, antara lain hemoglobin dikeluarkan melalui membran sel. Hemoglobin keluar dari sel pada masing- masing tabung dengan larutan nacl yang kadarnya berbeda-beda. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diletakkan pada kertas grafik, dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada sterositosis sudah terjadi hemolisis pada larutan Nacl dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari eritrosit normal. Nilai normal : mulai hemolisis 0,40 0,45 NaCl Hemolisis sempurna 0,30 0,35 NaCl
9 1.3.2 Daya tahan osmotik setelah inkubasi Adalah tes seperti tes daya tahan osmotik tanpa inkubasi, diulang setelah inkubasi 37 0 c dalam keadaan steril (e.n kosasih 2004). Eritrosit dari pasien dengan sferositosis herediter dan beberapa anemia hemolitik herediter non sfferosit (misalnya defisiensi pyruvat kinase) akan mengalami penurunan yang lebih besar dari daya tahan osmotik dibandingkan dengan eritrosit normal.
10 Proses penghancuran eritrosit gambar 1. Eritrosit normalgambar 2. Eritrosit mulai hancur. Gambar 3. Eritrosit mengalami penghancuran
11 2. Faktor - faktor yang mempengaruhi morfologi eritrosit dan daya tahan osmotic pada kantong darah 1.1. Suhu Suhu pada kantong darah dapat di asumsikan sebagai upaya mempertahankan keutuhan komposisi sel darah agar dapat berfungsi dengan baik pada saat ditransplantasikan kedalam tubuh recipient. (masri rustam, 1978). Darah bukanlah suatu kesatuan fisiologik yang statis, akan tetapi darah adalah hasil dari suatu dynamic equilibrium yang terdiri dari : Hemopoesis dan penghancuran sel darah Protein synthetis dan protein cata-boloisme Lipid synthesis dan lipid catabolisme, dan lain lain (masri rustam, 1978) Didalam tubuh yang normalhal itu berlangsung dengan baik, dalam hal ini erythrocyte mengalami penghancuran dan peremajaan berjalan kontinyu.umur erythrocyte didalam tubuh adalah 120 hari, sehingga tiap hari lebih kurang 1% erythrocyte musnah dan dibentuk yang baru. Didalam kantong darah maka darah tidak mengalami equilibrium, yang ada hanya penghancuran sel-sel, tanpa adanya peremajaan, dan karena kondisi-kondisi lainpun tidak sama sehingga penghancuran sel terjadi lebih cepat. Berdasarkan keterangan diatas dapat dirasakan pentingnya penyimpanan darah / blood storage dengan tujuan memperlambat penghancuran sel darah merah agar ketiadaan peremajaan dapat diatasi. Salah
12 satu cara yang penting utuk itu ialah menyimpan darah kantong pada suhu rendah (4 0 C), sehingga metabolism dapat diperhambat, disamping pemberian cadangan kalori dextrose.suhu maximum untuk menyimpan darah adalah 10 0 C, diatas suhu tersebut perusakan erythricite berlangsung cepat. Pada suhu 0 0 C akan merusak struktur sel darah karena terjadi pembekuan air, yang dapat merusak sel membrane. Alat pendingin yang optimal yaitu special blood refrigerator yang dilengkapi dengan thermometer pencatat suhu automatic, alarm, kipas biasanya mempunyai doubele door (masri rustam, 1978). Dari uraian diatas maka yang selayaknya diperhatikan adalah a. Segera darah setelah di aftap harus dimasukkan dalam alat pendingin sebab untuk mencapai suhu 5 0 C masih membutuhkan waktu lebih kurang 2 3 jam dalam alat pendingin yang baik. b. Darah kantong jangan sering dikeluar masukkan, atau almari es jangan diisi dengan barang- barang selain darah kantong, seperti teh panas dll. Apabila darah yang sudah dingin dikeluarkan dan diletakkan pada suhu kamar maka dalam waktu 45 60 menit, suhu sudah melampaui 10 0 C, dan ini adalah suhu batas yang menentukan cepat atau lambatnya viabilityerythrosit menurun. c. Pendinginan yang pelan-pelan tetapi progresive tadi (lebih kurang 2,5 jam) sangat berguna dalam mempertahankan natural ability dari darah dalam
13 mengatasi kontaminasi microorganism. Tidak dianjurkan meletakkan darah kantong ke dalam freezer (-30 0 C) meskipun setelah mencapai suhu 4 0 C. d. Prinsip sterilitas aseptis dalam proses pengambilan darah memiliki peranan penting terhadap baik tidaknya darah yang disimpan. 1.2.Waktu simpan Waktu simpan darah kantong berdasarkan jenis pengawetnya NO JENIS PENGAWET LAMA SIMPAN 1 ACD (Acid Citrat Dextrose) 21 hari 2 CPD(Citrat Phospat Dextrose ) 21 hari 3 CPD-A(Citrat Phospat Dextrose Adenin) 35 hari Ciitrat sebagai anticoagulan akan mempertahankan darah tetap dalam keadaan cair dengan cara mengikat ca +2 dalam darah
14 2. Kerangka teori Suhu Daya hidup Nutrisi : - ACD - CPD - CPD-A Ketahanan eritrosit - OFT - morfologi Waktu simpan 2 jam 27 0 C 3. Kerangka konsep : suhu Ketahanan sel darah merah - OFT - morfologi 4. Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh suhu simpan terhadap ketahanan sel eritrosit Ha : Ada pengaruh suhu simpan terhadap ketahanan sel eritrosit