RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN I-1

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

KARAKTERISTIK ERGONOMIS RANCANG BANGUN WHEELBARROW

DISAIN SISTEM LOADING DAN UNLOADING UNTUK ALAT ANGKUT MATERIAL DENGAN RODA TUNGGAL BERBASIS MEKANISME EMPAT BATANG

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB V HASIL DAN ANALISA

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

Bab 3. Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS)

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

PERBAIKAN STASIUN KERJA SERUT BERDASARKAN ASPEK ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

MODUL I DESAIN ERGONOMI

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITAN

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang merupakan hasil budi daya manusia (made-man). Hal ini. menaklukkan alam lingkungannya. Tujuan pokok manusia

PERANCANGAN KERETA DORONG ALAT ANGKUT GALON AIR MINERAL SECARA ERGONOMIS DI UD.ENNY JAYA KRIAN-SIDOARJO SKRIPSI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERBAIKAN RANCANGAN PERALATAN DAN FASILITAS KERJA PEMBUATAN GELAMAI (Studi Kasus : Usaha Galamai X)

Transkripsi:

PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow dilakukan mengingat kegunaannya yang sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas pembangunan sarana fisik. Selain itu, pada penggunaan wheelbarrow ditemui adanya keluhan pada para pengguna, diantaranya handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian telapak tangan, saat unloading pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan tertentu sehingga pengguna butuh energi yang cukup besar, pengguna harus membungkuk atau jongkok terlebih dahulu pada saat akan menggunakan wheelbarrow. Masalah lain yang ditemui pada wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi. Oleh karena itu dilakukanlah perancangan ulang untuk mendapatkan wheelbarrow yang lebih ergonomis dan ekonomis dan dapat dibuat prototipenya. Proses perancangan ulang dilakukan dalam enam fase yaitu, fase pemunculan ide, fase kajian ergonomis, fase kajian teknis dan ekonomis, fase desain, fase proses produksi rancangan dan fase perbandingan. Perubahan yang dilakukan pada wheelbarrow rancangan adalah perubahan sistem penyangga, penggunaan rem, penggunaan handle yang lebih panjang dengan bahan busa dan perubahan bentuk bak. Kelebihan yang dimiliki oleh wheelbarrow rancangan dibandingkan dengan wheelbarrow saat ini adalah dapat mengurangi resiko cedera, dapat mempermudah penggunaan wheelbarrow, dapat mengurangi konsumsi energi dan dapat diproduksi oleh IKM (Industri Kecil Menengah). Dengan adanya wheelbarrow yang ergonomis, maka diharapkan operator dapat bekerja dengan ENASE, sehingga kesulitan dan keluhan yang dirasakan dapat diminimasi Kata Kunci: wheelbarrow, alat angkut manual, ergonomi, rancang ulang. PENDAHULUAN Pengembangan produk pada suatu industri muncul karena adanya berbagai persoalan dan keinginan yang timbul dari lingkungan penggunanya. Selain itu juga disebabkan industri harus menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang minimum. Salah satu produk yang penting untuk dirancang ulang adalah wheelbarrow, yang lebih dikenal dengan nama gerobak sorong. Jika ditinjau dari segi struktur, maka dapat diketahui bahwa wheelbarrow saat ini, seperti terlihat pada gambar 1, masih belum memenuhi kaidah ergonomi. Ketidakergonomisan wheelbarrow dapat dilihat pada handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian telapak tangan. Selain itu, ketidakergonomisan juga terlihat dari proses pembongkaran material (unloading). Untuk unloading material dari wheelbarrow, pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan pengguna harus mengeluarkan energi yang cukup besar.

PKMT-2-1-2 Panjang wheelbarrow Lebar handle Tinggi handle wheelbarrow Tinggi Gambar 1. Sekarang. Penggunaan wheelbarrow ini juga memperhatikan kapasitas angkut. Kapasitas angkut wheelbarrow ini tergantung pada volume bak dan kekuatan bahan wheelbarrow itu sendiri. Semakin besar volume bak wheelbarrow maka semakin banyak material yang bisa diangkut. Namun, meningkatnya jumlah beban yang diangkat mengakibatkan pengguna lebih mudah merasa nyeri dan hal ini tentunya akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja pengguna (Sumanth 1984). Jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kondisi kronis pada bagian-bagian tubuh pengguna, misalnya tulang punggung dan pangkal lengan (Nurmianto 1996). Masalah lain yang ditemui pada wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari wawancara dengan pedagang, diketahui bahwa harga rata-rata 1 unit wheelbarrow yang paling banyak terjual di pasaran yaitu Rp 175.000,00. Hal ini menunjukkan tingginya harga pokok produksi wheelbarrow, yang secara langsung dipengaruhi oleh metode produksi, material dan lain-lain. Berdasarkan informasi kelemahan wheelbarrow yang didapatkan dari hasil wawancara singkat dengan pengguna dan juga adanya data-data pendukung maka perlu dilakukan rancang ulang wheelbarrow sebagai produk yang ergonomis dan ekonomis. Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah menghasilkan rancangan wheelbarrow yang ergonomis dan ekonomis dan membuat prototipe wheelbarrow rancangan. Manfaat yang diharapkan dengan penyelesaian program ini adalah dihasilkannya wheelbarrow rancangan baru yang dapat dipatenkan dan dihasilkannya produk yang dapat diproduksi oleh Industri Kecil dan Menengah. METODE PENELITIAN Program ini dilakukan di Kampus Fakultas Teknik Universitas Andalas Air Tawar. Program ini dimulai pada bulan Februari 2005 dan selesai pada Januari 2006. Lamanya waktu penyelesaian program sangat dipengaruhi oleh waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan prototipe wheelbarrow. Pelaksanaan program ini dilakukan dalam 6 fase, yaitu: 1. Fase pemunculan ide Data-data awal yang dikumpulkan dalam tahapan ini meliputi :

PKMT-2-1-3 a. Data umum operator wheelbarrow Operator yang diwawancarai pada survei awal adalah lima orang operator saat menggunakan wheelbarrow pada aktivitas membangun rumah. Data umum tentang operator yang diperlukan adalah jenis kelamin, usia rata-rata, dan keadaan fisik operator. b. Fungsi produk Analisis fungsi dilakukan untuk mengetahui kegunaan dari produk yang akan dirancang. Fungsi dari wheelbarrow yang akan dirancang adalah sebagai alat yang digunakan untuk mengangkut dan memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. c. Data tentang lingkungan kerja Perancangan wheelbarrow mempertimbangkan kondisi jalan pada saat menggunakannya. digunakan di jalan yang kemiringannya datar dan tidak datar dan permukaan jalan kasar dan halus baik itu di alam terbuka maupun di tempat terlindung untuk pekerjaan mengangkut dan memindahkan bahan bangunan, pertanian dan bahan perkebunan. d. Data keinginan operator Data pilihan dan keinginan operator diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan para pengguna. Dari hasil wawancara langsung dengan pengguna wheelbarrow, dapat disimpulkan bahwa wheelbarrow saat ini sebaiknya dirancang sesuai dengan antropometri tubuh manusia, sesuai dengan kondisi fisik lingkungan kerja pada saat menggunakan wheelbarrow dan mempunyai kemungkinan adanya penambahan bagian tertentu untuk mempermudah pada saat menggunakan wheelbarrow. e. Tujuan sistem, bentuk sistem dan batasan desain Tujuan dari wheelbarrow adalah dapat mengangkut bahan bangunan dari satu tempat ke tempat lain dengan efektif dan efisien. Adapun bentuk wheelbarrow yang diinginkan adalah sesuai dengan antropometri dan kondisi kerja operator yang akan menggunakannya. Sedangkan yang menjadi batasan desain adalah kapasitas wheelbarrow tidak boleh lebih dari beban maksimum wheelbarrow senilai 120 kilogram, karena jika melebihi kapasitas angkut tersebut, wheelbarrow bisa rusak. f. Data wheelbarrow saat ini Untuk memudahkan dalam perancangan wheelbarrow diperlukan data awal mengenai ukuran wheelbarrow yang ada saat ini. yang menjadi acuan program adalah yang paling banyak dijual di pasaran. Dengan asumsi, wheelbarrow yang paling banyak terjual merupakan wheelbarrow yang paling baik dan dapat dijadikan standar. Adapun gambar wheelbarrow dapat dilihat dari gambar 2 berikut ini.

PKMT-2-1-4 Gambar 2. Sekarang. g. Data kesulitan dan keluhan operator wheelbarrow Data mengenai kesulitan dan keluhan operator wheelbarrow diperoleh melalui proses wawancara langsung dengan para operator wheelbarrow. Dari proses wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bagian wheelbarrow yang sering mengalami kerusakan, dan kesulitan serta keluhan yang sering dialami oleh operator wheelbarrow pada saat menggunakan wheelbarrow. Untuk bagian wheelbarrow yang paling sering mengalami kerusakan adalah roda. Pada umumnya setiap operator mengalami keluhan pada hampir seluruh bagian tubuh, namun yang terutama adalah pada bagianbagian tertentu, yaitu telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, punggung, leher, betis dan telapak kaki (Monasari 2006). h. Data antropometri Dalam proses perancangan wheelbarrow ini, data antropometri yang diambil adalah data antropometri mahasiswa dari Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Data antropometri yang diolah adalah pengurangan data antropometri tinggi siku berdiri dengan panjang lengan bawah, panjang jari tengah dan pangkal ke tangan. Data antropometri ini digunakan untuk mengetahui ketinggian whelbarrow dari permukaan tanah. i. Posisi kerja Posisi kerja yang dievaluasi adalah posisi saat pengangkatan awal wheelbarrow, posisi saat mendorong wheelbarrow dan posisi saat unloading material. Dari ketiga posisi saat menggunakan wheelbarrow, dilakukan analisa gaya pada setiap bagian tubuh yang terlibat pada saat menggunakan wheelbarrow dengan menerapkan prinsip biomekanika statis melalui pendekatan hukum Newton. Dari hasil evaluasi posisi pengangkatan awal dapat disimpulkan bahwa segmen punggung dan paha mengeluarkan gaya yang paling besar dibandingkan dengan segmen lain. Sedangkan yang memiliki momen terbesar terjadi pada bagian betis dan telapak kaki. Jadi, ketiga segmen inilah yang terasa sakit dan lelah pada pengangkatan awal wheelbarrow, karena adanya pengeluaran gaya yang besar dibandingkan dengan segmen lainnya.

PKMT-2-1-5 Dari evaluasi posisi saat mendorong wheelbarrow dapat disimpulkan bahwa segmen telapak tangan dan lengan bawah mengeluarkan gaya dan momen yang paling besar dibandingkan dengan segmen lain, sehingga kedua segmen terasa sakit dan lelah pada saat mengangkat dan mendorong wheelbarrow. Evaluasi posisi saat unloading wheelbarrow dapat disimpulkan bahwa segmen telapak tangan dan lengan bawah mengeluarkan gaya yang paling besar dibandingkan dengan segmen lain. Momen terbesar juga terjadi pada bagian telapak tangan dan lengan bawah. Jadi, dapat diketahui bahwa kedua segmen inilah yang terasa sakit dan lelah pada saat melakukan aktivitas saat unloading material dari wheelbarrow, karena adanya pengeluaran gaya dan momen yang besar dibandingkan dengan segmen lainnya. Hasil perhitungan gaya setiap segmen tubuh (Meriam 1991) yang terlibat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang ulang wheelbarrow yang ada saat ini. Di bawah ini adalah gambargambar dari posisi kerja yang dievaluasi. Posisi pengangkatan awal Posisi mendorong Posisi saat unloading material Gambar 3. Posisi-posisi kerja menggunakan wheelbarrow. 2. Fase prioritas perbaikan Setelah dilakukan tahap pengumpulan data, selanjutnya adalah menentukan bagian-bagian yang akan diperbaiki terhadap wheelbarrow saat ini. Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan matrik Manufacturing System Design Decompotition (MSDD). Hasil yang ada dari matrik MSDD diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para pengguna wheelbarrow. Berikut ini adalah bentuk dari matrik MSDD tersebut. Hasil matrik MSDD diterjemahkan ke dalam bentuk desain konseptual wheelbarrow rancangan. 3. Fase kajian ergonomis Dalam fase ini, ditentukan data antropometri yang digunakan untuk menentukan ketinggian tangkai wheelbarrow dari permukaan tanah agar pada saat mengangkat wheelbarrow, operator tidak perlu membungkuk terlebih dahulu. Adapun data antropometri statis yang dikumpulkan yaitu : a. tinggi siku berdiri, diukur dengan cara subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar. Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah.

PKMT-2-1-6 b. panjang lengan bawah dengan cara subjek berdiri tegak, tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan c. panjang jari tengah dengan cara posisi jari tengah subjek merentang lurus dan sejajar. Ukur jarak dari pangkal ruas jari sampai ujung jari tengah. d. pangkal ke tangan dengan cara posisi lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus. Kemudian ukur jarak dari pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Data-data antropometri di atas diambil dari data praktikum di Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas. 4. Fase kajian teknis dan ekonomis Pada fase ini, data yang dikumpulkan adalah data harga penjualan dari wheelbarrow yang ada di pasaran, untuk pengumpulan data ini dilakukan dengan survey ke beberapa toko yang menjual wheelbarrow. Data lainnya yaitu data ketersediaan material yang dibutuhkan untuk produksi wheelbarrow. 5. Fase desain dan proses produksi rancangan Dari data yang terkumpul dari fase-fase di atas, maka dibuat suatu rancangan wheelbarrow yang telah memenuhi kaidah ergonomis dan ekonomis. Setelah diperoleh desain produk, maka desain tersebut diwujudkan dalam bentuk nyata berupa sebuah wheelbarrow yang ergonomis dan ekonomis. Perbaikan yang dilakukan pada wheelbarrow sekarang adalah : a. Perubahan ketinggian tangkai dari lantai Perubahan ketinggian tangkai ini dilakukan untuk meminimasi aktivitas operator yang membungkuk atau jongkok saat akan mengangkat wheelbarrow. Di sisi lain, efek akibat perubahan ketinggian tangkai dari lantai, pada saat operator mengangkat dan mendorong wheelbarrow, operator dapat bekerja nyaman karena posisi kerja yang disarankan yaitu tubuh bagian atas berada dalam keadaan yang relax, posisi leher lurus, posisi batang tubuh lurus dan posisi kaki lurus dengan postur tubuh yang seimbang dapat diakomodir (Sari 2004). Ketinggian tangkai dari lantai pada saat wheelbarrow saat ini adalah 58 cm, sedangkan pada wheelbarrow rancangan ketinggian tangkai menjadi 67,5 cm dengan mempertimbangkan data antropometri pengguna wheelbarrow menggunakan persentil 50 (rata-rata). b. Perubahan desain dan ukuran bak Perubahan desain dan ukuran bak ini bertujuan agar pada saat mengangkat dan mendorong wheelbarrow, beban dapat tersebar merata di seluruh bagian wheelbarrow. Hal lain yang diharapkan adalah agar beban dapat bertumpu di roda pada saat mengangkat dan mendorong wheelbarrow, sehingga gaya dan energi yang dikeluarkan oleh operator lebih sedikit. Untuk bak yang berubah adalah ketinggian bak bagian belakang (dekat dengan penyangga), ukuran bak dan titik berat bak.

PKMT-2-1-7 c. Penambahan rem pada handle kanan wheelbarrow Penambahan rem ini membantu saat mengangkat wheelbarrow pada kondisi jalan menurun. Hal ini bertujuan agar ketika menggunakan wheelbarrow di jalan menurun, wheelbarrow mudah dikontrol sehingga wheelbarrow tidak akan meluncur. d. Perubahan bentuk dan ukuran penyangga 1 Perubahan bentuk dan ukuran penyangga 1 wheelbarrow ini bertujuan agar pada saat wheelbarrow diletakkan, posisinya datar sehingga pada saat akan mengangkat wheelbarrow, aktivitas membungkuk atau jongkok dapat diminimasi, sehingga energi yang dikeluarkan operator akan menjadi lebih sedikit dibandingkan pada saat penggunaan wheelbarrow yang ada saat ini. Bentuk dan ukuran penyangga 1 ini didesain dengan ukuran panjang yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga dapat mengakomodir berbagai posisi pengangkatan. Penyangga 1 ini dilengkapi dengan pegas dan poros sehingga ketinggian dari penyangga 1 ini dapat berubah-ubah sesuai dengan masing-masing posisi pengangkatan. Penyangga 1 wheelbarrow ini didesain agar bisa fleksibel. Penyangga 1 ini terdiri dari dua buah kaki, yaitu kaki atas yang bersifat kaku dan kaki bawah yang bersifat fleksibel. Tujuan kaki bawah didesain fleksibel adalah pada saat wheelbarrow diletakkan di atas tanah, kaki bawah dapat menopang kaki atas, dan pada saat wheelbarrow diangkat dan didorong, kaki bawah bisa memendek dan tidak menyentuh tanah. Bentuk posisi penyangga 1 ini jika tidak menyentuh tanah dapat dilihat pada tabel 1. e. Memperpanjang handle pada tangkai wheelbarrow Memperpanjang handle pada tangkai wheelbarrow artinya adalah memberikan busa tambahan yang lebih lembut pada tangkai wheelbarrow, yang dapat memudahkan pengguna menegendalikan wheelbarrow di jalan mendaki. Hasil rancangan wheelbarrow dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Hasil Rancangan

PKMT-2-1-8 Fase perbandingan Fase ini merupakan tahap perbandingan untuk membandingkan produk yang ada dengan produk hasil rancangan. Fase ini dilakukan dengan membandingkan struktur wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada kaki penyangga terhadap wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan, proses produksi antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan dan biaya produksi antara antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan. Untuk lebih jelasnya, hasil perbandingan kedua wheelbarrow dapat dilihat berikut ini. a. Perbandingan perubahan struktur fisik Setelah dilakukan perbaikan maka tampak perbedaan antara wheelbarrow sekarang dengan rancangan. Secara lebih jelas, perbandingan dapat dilihat pada gambar 4. Sekarang Rancangan Gambar 4. Perbandingan Sekarang dengan Rancangan. Perbandingan komponen-komponen yang berubah dari wheelbarrow sekarang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan per Komponen Sekarang dengan Rancangan Komponen Pembanding Ketinggian tangkai Sekarang Rancangan Penyangga 1 58 cm 67.5 cm Bak Penambahan rem Tidak ada Handle

PKMT-2-1-9 b. Perbandingan Gaya Angkat Aspek ergonomis rancangan juga dapat dilihat dari perbandingan gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada kaki penyangga. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan gaya ini dapat dilihat pada tabel 2. Jenis Sekarang Rancangan Tabel 2. Perbandingan Gaya Gaya Roda (N) Kondisi Diam Gaya Penyangga 1 (N) Gaya Roda (N) Kondisi Diangkat Gaya Angkat (N) 411,72 989,28 681,62 899,23 831,75 589,06 1148,35 272,46 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa gaya yang dihasilkan pada saat mengangkat wheelbarrow rancangan lebih sedikit jika dibandingkan dengan gaya saat mengangkat wheelbarrow saat ini. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan ukuran pada wheelbarrow rancangan. Sedangkan pada roda, gaya yang dihasilkan saat diangkat bernilai lebih besar, karena beban bertumpu pada roda saat diangkat dengan wheelbarrow rancangan. c. Perbandingan Proses Produksi Dari proses produksi, ada beberapa perbedaaan antara wheelbarrow sekarang dengan wheelbarrow hasil rancangan. Namun, pada dasarnya mesin-mesin yang digunakan pada pembuatan wheelbarrow saat ini juga digunakan dalam pembuatan wheelbarrow rancangan.perbedaan jumlah total proses produksi ini terlihat dari adanya penambahan beberapa bagian pada wheelbarrow rancangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Proses Produksi Jenis Sekarang Rancangan Proses Produksi Proses Assembly Jumlah Total Operasi 33 7 40 36 8 46 Keuntungan dari wheelbarrow hasil rancangan ini adalah tidak perlu menambah banyak investasi untuk membeli mesin baru karena semua prosesnya masih bisa menggunakan mesin yang sudah ada. Investasi yang dibutuhkan hanya berupa investasi untuk pembuatan cetakan bak. Selain itu tidak perlu penambahan investasi tenaga kerjakarena tidak membutuhkan keterampilan khusus untuk memproduksi wheelbarrow rancangan. Namun, yang menjadi kelemahannya adalah adanya

PKMT-2-1-10 penambahan sedikit biaya produksi karena terdapat penambahan komponen pada wheelbarrow rancangan. d. Perbandingan Aspek Ekonomis Dari aspek ekonomis, wheelbarrow rancangan memiliki material yang mudah diperoleh, teknologi yang digunakan dalam memproduksi wheelbarrow rancangan sederhana dan mesin yang digunakan sama seperti memproduksi wheelbarrow saat ini sehingga tidak perlu penambahan investasi yang besar, begitupun dengan tenaga kerja yang terlibat sehingga dapat diproduksi oleh Industri Kecil dan Menengah. HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN Program ini mengahasilkan suatu rancangan dan prototipe wheelbarrow. Tabel 4. menunjukkan ukuran wheelbarrow dirancang. Ukuran inilah yang nantinya digunakan saat pembuatan prototipe. Tabel 4. Dimensi Bagian Rancangan No Bagian Rancangan p (cm) l (cm) t (cm) dia (cm) Bak 91 67,5 1 - Bagian depan (dekat roda) 28,5 - Bagian belakang 19 2 Tangkai 43,3 3,2 3 Roda 36 4 Penyangga 1 - Kaki atas 24 3 - Kaki bawah 18 3 5 Penyangga 2 2,5 26 6 Penghubung penyangga 1 33 2,5 7 Handle 35 3,8 8 Penahan bak 72,7 3,2 9 Penghubung roda dan penahan bak 3,5 5 6 Penghubung 10 poros 33 2,5 penyangga 1 11 Pegas 12 Rem 13 Pulley Untuk masing-masing bentuk wheelbarrow rancangan dan prototipe dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6.

PKMT-2-1-11 Gambar 5. Rancangan Gambar 6. Prototipe Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan antara rancangan dengan prototipe yang dihasilkan. Secara lebih rinci, perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Perbandingan per Komponen Rancangan dengan Prototipe Komponen Pembanding Penyangga 1 Rancangan Prototype Bak Rem Pegas Pulley Dari gambar dan tabel dapat dilihat adanya perbedaan antara wheelbarrow rancangan dengan prototipe yang dihasilkan. Perbedaan-perbedaan itu terdapat pada : 1. Bentuk bak Bak prototipe memiliki ujung siku sedangkan di rancangan bak mempunyai ujung landai. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya cetakan seperti rancangan. Dari data bengkel diketahui bahwa cetakan bisa disediakan dengan dana lebih kurang Rp. 5.000.000,00. Dan karena dana yang diperoleh tidak mencukupi maka pembuatan prototipe tidak menggunakan cetakan. 2. Sistem pulley Di lapangan, sistem pulley diganti dengan sistem pegas karena proses pembuatannya lebih mudah dan sederhana dan hasil yang didapatkan dianggap sama.

PKMT-2-1-12 KESIMPULAN 1. rancangan lebih ergonomis karena ada beberapa perubahan diantaranya : a. Perubahan ketinggian tangkai dari tanah untuk meminimasi membungkuk pada saat akan mengangkat wheelbarrow b. Perubahan bentuk dan ukuran penyangga untuk mengakomodasi berbagai posisi pengangkatan. c. Perubahan bentuk dan ukuran bak agar pada saat mengangkat dan mendorong wheelbarrow, beban lebih bertumpu ke bagian depan sehingga energi yang dikeluarkan pengguna dapat diminimasi. d. Penambahan rem untuk memudahkan pengguna mengontrol arah gerakan wheelbarrow di jalan menurun. e. Perubahan handle untuk memudahkan pengguna membawa wheelbarrow di jalan mendaki. 2. Prototipe yang dihasilkan berbeda dengan rancangan karena terdapatnya keterbatasan dana. Namun fungsi yang didapatkan dari prototipe tidak berbeda dengan rancangan. DAFTAR PUSTAKA Meriam, J.L. 1991. Mekanika Teknik : Statika. Jilid I Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Monasari, Mia. 2006. Analisis Karakteristik Berdasarkan Kriteria Konsumsi Energi dan Resiko Cedera. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Guna Widya Sari, Emelia. 2004. Analisis dan Perancangan Ulang Leaf Trolys yang Memenuhi Kaidah-Kaidah Ergonomi di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh danau Kembar, Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Sumanth, David; J. Phd. 1984. Productivity Engineering and Management. Mc. Graw-Hill Book Company