GEMPABUMI AKIBAT UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA AWAL 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Gempabumi akibat Pemusnahan Ranjau Laut di Teluk Kendari. Oleh:

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL UAS SEISMOLOGI TAHUN

Karakteristik Gangguan Medan Magnet Bumi Akibat Ledakan Bom Hidrogen di Korea Utara

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

Gambar 1.1 Cincin Newton didesain interferensi optik yang menunjukkan interferensi optik pada lensa udara dan udara kaca (Schuster, 2008).

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

BAB III METODA PENELITIAN

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

PICKING DATA MIKROSEISMIK

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

BAB II STUDI PUSTAKA

BMG SELAMAT DATANG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN GEOFISIKA GOWA

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

berhubungan dengan jumlah energi total seismic yang dilepaskan sumber gempa. Magnitude ialah skala besaran gempa pada sumbernya.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALHAZEN Journal of Physics ISSN Volume 2, Nomor 1, Issue 1, Juli 2015

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

Gelombang. Rudi Susanto

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BAB. 1. METODE SEISMIK REFRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi

Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Latar belakang

β = kecepatan gelombang S = μ / ρ, μ =

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKALA GEMPA. Er Prabawayudha, S.Si, M.Sc

Wahyuni Sofianti 1, Dr.Eng Idris Mandang, M.Si 2 1 Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman

Gambar 1. Perubahan nilai kandungan elektron di atmosfer sebelum terjadi Gempabumi Yogyakarta 26 Mei 2006 ( I Made Kris Adi Astra, 2009)

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

Petunjuk Penggunaan Modul

EKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

Buku 2: RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke II

Kaitan Antara Teori Gelombang dan Jalur Rekahan Gempa Bumi Melalui Array Response Function

BAB III TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

MERANCANG SEISMOMETER DENGAN MENGGUNAKAN LVDT

Analisa Shakemap dan Jenis Sesar Studi Kasus: Gempa bumi Terasa di Purworejo Jawa Tengah

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

Bencana Gempabumi. Salahuddin Husein. Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report)

STUDI AWAL CODA Q-FACTOR WILAYAH SESAR OPAK

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika

Transkripsi:

GEMPABUMI AKIBAT UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA AWAL 216 Supriyanto Rohadi, Bambang Sunardi, Pupung Susilanto, Jimmi Nugraha, Drajat Ngadmanto Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG s.rohadi@yahoo.com The Democratic People's Republic of Korea, (DPRK) atau lebih dikenal Korea Utara telah beberapa kali melakukan ujicoba nuklir, yaitu pada tahun 26, 29, 213, dan 216. Ledakan nuklir tersebut terdeteksi oleh jaringan seismograf di dunia, seperti jaringan milik the Comprehensive Test Ban Treaty Organization (CTBTO) dan juga jaringan seismograf Indonesia. Sebuah televisi Korea Utara menyiarkan bahwa mereka telah sukses melakukan uji bom hidrogen pertama pada 6 Januari 216. Bom hidrogen atau bom-h adalah senjata yang membangkitkan energi besar yang berasal dari reaksi fusi nuklir isotop hidrogen. Sebagai gambaran, bom hidrogen yang diuji oleh Amerika pada tahun 1954 kekuatannya adalah 1 kali kekuatan bom nuklir Hiroshima. Gempabumi atau ledakan di bawah tanah akan membangkitkan gelombang elastik yang merambat melalui bumi yaitu gelombang badan (body wave) dan juga sepanjang permukaan bumi yaitu gelombang permukaan. Gelombang badan (body wave) terdiri dari gelombang P (longitudinal) dan gelombang S (transversal). Gelombang permukaan terdiri dari gelombang Love (L) dan gelombang Rayleigh (R). Gelombang permukaan pada dasarnya bukan merupakan bentuk gelombang tersendiri, tetapi gelombang ini terbentuk dari hasil superposisi gelombang badan. Gelombang permukaan biasanya memiliki periode yang lebih panjang dan amplitudo yang lebih besar daripada gelombang badan. Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana untuk membedakan apakah getaran yang terekam berasal dari gempabumi atau ledakan. Terdapat beberapa cara untuk membedakan sumber dari gelombang yang terekam seismograf, diantaranya menggunakan impuls awal gelombang, keberadaan gelombang permukaan, dan perbandingan magnitudo gelombang permukaan (Ms) dengan magnitudo gelombang badan (Mb). Karakter impuls awal dari sinyal gelombang yang berasal dari ledakan adalah kompresi atau berarah keatas pada awal fase gempabumi yang terekam sedangkan sinyal gelombang gempabumi memiliki impuls awal bervariasi bisa kompresi atau dilatasi (berarah kebawah) bergantung posisi relatif stasiun terhadap sumber gempabumi. Apabila dilihat dari tipe gelombang yang dihasilkan, ada pendapat bahwa ledakan nuklir tidak membangkitkan gelombang permukaan, berbeda dengan gempabumi, dengan kekuatan yang sama dan jarak sumber menuju stasiun yang sama, mampu membangkitkan gelombang permukaan. Oleh karena itu, selain dilihat dari keberadaan gelombang permukaan, suatu ledakan dapat diidentifikasi menggunakan perbandingan magnitudo gelombang permukaan dan magnitudo gelombang badan.

Pada kasus ujicoba nuklir Korea Utara tahun 216, terlihat bahwa semua rekaman seismograf adalah kompresi sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1. Bila dilihat dari karakteristik ini, jelas bahwa rekaman gelombang seismik pada tanggal 6 Januari 216 sekitar pukul 1.3.1 UTC berasal dari ledakan. Namun uniknya rekaman seismograf dari ujicoba nuklir 216 ini mencatat gelombang permukaan yang besar. Hal ini dapat dilihat secara visual pada waveform, spektral dari waveform serta spektrogram sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 1. Posisi sumber ujicoba nuklir Korea Utara 216 yang terekam dengan magnitudo 5,1 (lingkaran merah), stasiun seismograf (segitiga merah) dan sinyal rekaman seismograf yang menunjukan kompresi (tanda garis warna merah). Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh ahli seismologi sekaligus Deputi Geofisika BMKG Dr. Masturyono bahwa secara teori mekanisme ledakan nuklir menghasilkan gelombang S yang lemah karena dominasinya kompresi. Penjelasam lebih rinci disampaikan ahli seismologi STMKG, Ibnu Purwana menyatakan ledakan nuklir meskipun sumbernya sangat dangkal, tidak dapat menghasilkan gelombang permukaan yang kuat. Ini berkebalikan dengan gempabumi dengan mekanisme sesar yang dapat menghasilkan gelombang permukaan kuat jika sumbernya dangkal. Hal ini disebabkan karena gelombang permukaan (gelombang Love) merupakan interferensi konstruktif gelombang SH, sedangkang untuk gelombang permukaan Rayleigh merupakan kombinasi antara gelombang P dan SV. Persyaratan untuk membangkitkan gelombang permukaan diperlukan stress geser yang bersumber dari mekanisme sesar, sedangkan ledakan nuklir didominasi oleh stress kompresi, sehingga magnitudo gelombang permukaan Ms lebih kecil daripada magnitudo gelombang badan (Mb). Ahli seismologi lain yang juga analis kegempaan di BMKG, Nova Herdiyanto menambahkan bahwa shear wave yang kuat hanya bisa ditimbulkan oleh terjadinya slip pada sumber.

Power Amplitude Volt IC MDJ Station 1 x 1-4 26 2 22 24 26 28 3 32 34 36 38 4 1 x 1-4 29 2 22 24 26 28 3 32 34 36 38 4 1 x 1-4 213 2 22 24 26 28 3 32 34 36 38 4 1 x 1-4 Gelombang Permukaan 216 2 22 24 26 28 3 32 34 36 38 4 Time (s) @Puslitbang BMKG Power Spectrum IC MDJ Station.6 26.4.2 1-3 1-2 1 1 1 1 1 2.6 29.4.2 1-3 1-2 1 1 1 1 1 2.6 213.4.2 1-3 1-2 1 1 1 1 1 2.6 216.4 Gelombang Permukaan.2 1-3 1-2 1 1 1 1 1 2 Frequency (Hz) @ Puslitbang BMKG Gambar 2. Atas adalah seismogram rekaman gempabumi yang diduga sebagai uji coba ledakan nuklir Korea Utara, dari atas ke bawah masing-masing ledakan nuklir tahun 26 (biru), 29 (hijau), 213 (biru muda), dan 216 (merah). Gambar bawah adalah spektral untuk masing-masing rekaman gempabumi tersebut.

Gambar 3. Spektral daya (spektogram) dari rekaman ujicoba nuklir Korea Utara, masing-masing dari atas ke bawah adalah spektogram dari ledakan nuklir pada tahun 26, 29, 213, dan 216. Penjelasan para ahli seismologi tersebut diatas secara teoritis adalah benar, namun mengapa rekaman seismograf dari ujicoba nuklir Korea Utara tahun 216 kali ini memperlihatkan gelombang permukaan yang besar? Hal ini cukup menarik karena bertentangan dengan pendapat bahwa ledakan tidak dapat menimbulkan gelombang permukaan ataupun jika menimbulkan gelombang permukaan tidak akan terlalu besar. Gelombang permukaan terutama Rayleigh (ground roll) dapat terbentuk oleh ledakan dinamit pada seismik refleksi untuk eksplorasi. Oleh karena itu, analogi dengan kasus tersebut, apabila kekuatan sumber makin besar tentu juga dapat membangkitkan gelombang permukaan yang semakin besar pula. Dugaan atau spekulasi lain, yaitu kemungkinan gelombang permukaan tercatat cukup besar akibat adanya gempabumi induksi yang menyertai ujicoba nuklir itu sendiri, tentu ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ujicoba nuklir terdeteksi pada lokasi yang tidak jauh berbeda atau pada area yang sama, ledakan yang terjadi kemungkinan akan mempengaruhi struktur geologi dan kekuatan batuan di wilayah tersebut. Ujicoba nuklir yang dilakukan pada kedalaman tertentu dengan energi yang sangat besar kemungkinan membentuk cavity atau rongga bawah tanah, dengan adanya perubahan volume ini berarti pula terjadi displacement statik uniform pada sumber ledakan. Pergeseran atau slip memungkinkan terbentuk sebagai konsekuensi ujicoba nuklir Korea Utara tahun 216, displacement statik inilah yang menjadi kunci mengapa gelombang permukaan terbentuk dengan cukup besar. Spekulasi lain adalah tidak harus terjadi slip di lokasi sumber untuk membangkitkan gelombang permukaan, namun superposisi atau interferensi kontruksif gelombang badan pada kondisi ruang tententu menjadi penentu terbentuknya gelombang permukaan. Terbentuknya gelombang permukaan kemungkinan juga bisa dipengaruhi oleh adanya wave guide berupa tunel atau terowongan bawah yang mampu mengamplifikasi gelombang. Lokasi ledakan terutama kedalaman sumber menjadi rahasia pihak Korea Utara tentu saja. Hal ini yang menjadi sulit bagi para ahli untuk memperkirakan seberapa kuat sebenarnya ujicoba nuklir yang terjadi.