PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal, dan informal (ayat 3) (Kresnawan, 2010:20).

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak pun dijelaskan bahwa diantaranya yakni mendapatkan hak pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

PIDATO SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN TRAINING ESQ DI JAKARTA SABTU, 13 FEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini industri konstruksi di Indonesia berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian M.Anas Hendrawan, 2014 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kesiapan Kerja Pegawai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB. I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, kedisiplinan, kemandirian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. disebutkan :

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

LEMBAR PENGESAHAN. 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang. Dosen Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor (BB-Pascapanen) sebagai institusi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai

BAB IV ANALISIS PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MINHAJ WONOSEGORO BANDAR BATANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

Tentang IQ dan EQ. By : ZR

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman dimana pertukaran budaya, seni dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era ini. Salah satunya adalah memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas tidak hanya dari segi IQ (Intelligence Quotient) melainkan juga EI (Emotional Intelligence) serta berdayasaing tinggi. Menurut Kuncoro (2008) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada peringkat 107 dari 177 negara yang menggambarkan bahwa pembangunan manusia di Indonesia masih sangat rendah. Setiap individu, pada dasarnya dituntut untuk memiliki beragam keterampilan yang dapat menunjang kemampuan agar berdayasaing tinggi. Terampil tidak hanya dalam bekerja (bagian dari IQ) tetapi juga secara emosi (bagian dari EI). Di negara Indonesia ternyata kedua hal ini belum mendapat dukungan yang maksimal oleh sistem pendidikan yang ada. Selama ini para siswa ditekankan untuk mengerti dan memahami materi pelajaran hanya agar dapat menjawab soal ujian dengan benar. Padahal sesungguhnya, dalam dunia kerja tidak hanya kecerdasan inteligensi yang dibutuhkan melainkan juga kemampuan-kemampuan secara psikis seperti memiliki kepribadian yang baik, tangguh, disipilin, beretos kerja, profesional, mandiri, bertanggung jawab, dan produktif. Hartono (2006) menjelaskan bahwa pondok pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki fokus tidak hanya pada ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu agama. Selain itu sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren juga tidak sama dengan sekolah umum biasa. Hal itu terlihat bahwa pondok pesantren lebih menekankan sistem pengajaran yang berlandaskan kekeluargaan. Hal ini dilakukan karena sebagian besar santrinya berusia belasan tahun atau biasa dikenal dengan masa remaja dimana dipenuhi oleh gejolak emosi yang meluap-luap dan sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain. Kehidupan di pesantren sangat dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian santrinya (Hartono 2006). Kepatuhan digambarkan sebagai sikap dari seorang santri untuk mengikuti, dengan kesadaran sendiri, peraturan-peraturan yang ada di pondok. Sedangkan kemandirian merupakan kemampuan santri untuk mandiri

2 tidak hanya secara emosi melainkan juga tingkah laku dan nilai dalam membangun pandangan hidup. Sebagian besar santri dapat dikatakan berasal dari keluarga dengan adat dan budaya yang berbeda-beda, sehingga tugas kiai atau ustad/ustadzah adalah sebagai orangtua pengganti, yang berkewajiban menjaga, memberi kasih sayang dan mendidik para santri selama berada di pondok pesantren. Pesantren mengajarkan santri bahwa mereka harus memiliki disiplin dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun, sehingga nantinya mereka dapat memahami manfaat dari apa yang telah mereka lakukan. Hal itu terlihat jelas dari beberapa peraturan dan sanksi di pondok pesantren yang secara sengaja diadakan untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian santri dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing santri dan kecerdasan emosi yang dimilikinya. Kepatuhan dan kemandirian merupakan bagian dari kehidupan pesantren yang mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral kepada santri serta menyiapkan mereka untuk hidup sederhana dan bersih hati. Santri remaja terkenal dengan sebutan fase mencari jati diri dan fase perkembangan yang amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana hubungan kecerdasan emosi dengan kepatuhan dan kemandirian para santri remaja di pondok pesantren. Perumusan Masalah Data HDI (Human Development Index) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 107 dari 177 negara (Kuncoro 2008). Berdasarkan data di atas maka pembangunan manusia di Indonesia dapat dikatakan berada pada tingkat medium atau sedang. Hal ini merupakan petunjuk sekaligus tanda bahwa pembangunan manusia di Indonesia masih sangat perlu ditingkatkan. Individu yang mulai memasuki masa remaja akan menghadapi masa yang penuh konflik. Hal ini menimbulkan keresahan dan kontradiksi pada diri remaja. Kemandirian dan kepatuhan yang merupakan bagian dari tugas-tugas perkembangan remaja dirasa mulai perlu diperhatikan. Hal ini juga berlaku bagi santri remaja yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Para santri dituntut untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri mulai dari merapikan lemari pakaian, kamar, meja belajar, mengelola uang saku, mengatur jadwal kegiatan sehari-hari bahkan sampai mencuci pakaian mereka sendiri.

3 Santri tidak bisa mengandalkan orang lain karena setiap santri mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa para santri tidak saling peduli satu sama lain. Terlepas dari latar belakang keluarga yang berbeda, seluruh santri dihadapkan pada sejumlah peraturan yang harus dipatuhi dan sanksi-sanksi jika ada yang melanggar. Kepatuhan pada taraf tertentu diduga dapat menghambat perkembangan kemandirian dari seorang santri (Hartono 2006). Hal ini dikarenakan kepatuhan menuntut santri untuk mengikuti peraturan yang ada tanpa memikirkan manfaat yang akan diperolehnya. Meskipun demikian, peraturan sebenarnya sengaja diadakan agar santri mematuhi dengan kesadaran sendiri dan memiliki kemandirian untuk dapat menjalankan kehidupannya kelak dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2006) menunjukkan bahwa kepatuhan santri remaja di pesantren sudah berada pada tingkat yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik remaja yang cenderung menyesuaikan tingkah laku dengan norma yang berlaku di dalam lingkungannya sehingga santripun cenderung untuk melaksanakan perintah (aturan pondok pesantren) atau permintaan kiai yang dianggapnya sebagai pimpinan dari pondok pesantren. Akan tetapi kemandirian santri masih dalam tingkat sedang dan rendah yang berarti santri belum benar-benar mandiri baik dalam hal emosi, tingkah laku maupun nilai untuk membangun kepercayaan dan pandangan hidup yang sesuai dengan nilainya sendiri. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, terdapat pertanyaan yang ingin ditemukan jawabannya melalui penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana karakteristik santri dan keluarganya? 2. Bagaimana santri mempersepsikan pola asuh emosi di pondok pesantren? 3. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional santri di pondok pesantren? 4. Bagaimana kepatuhan santri terhadap aturan sekolah dan aturan pondok pesantren? 5. Bagaimana kemandirian santri (baik secara emosi, tingkah laku maupun nilai) dalam menjalankan tugas?

4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan kepatuhan dan kemandirian santri di pondok pesantren. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi karakteristik anak (usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran) dan karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan besar keluarga) 2. Mengukur tingkat kecerdasan emosional contoh (kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial) 3. Mengidentifikasi kepatuhan contoh (patuh terhadap aturan di sekolah dan pondok pesantren) dan kemandirian contoh (tingkah laku, emosi dan nilai dalam membangun pandangan hidup) 4. Mengukur persepsi contoh terhadap pola asuh emosi di pondok pesantren 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan keluarga dengan tingkat kecerdasan emosional 6. Menganalisis hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan kepatuhan dan kemandirian contoh Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana berlatih untuk mempelajari fenomena yang ada di masyarakat sehingga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah agar bermanfaat bagi orang banyak. 2. Bagi para orangtua dan generasi muda, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu sarana kajian mengenai kecerdasan emosional dan hubungannya dengan kepatuhan dan kemandirian yang dimiliki remaja. 3. Bagi institusi pendidikan, khususnya pondok pesantren, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan kualitas yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, kepatuhan dan kemandirian santri. 4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, kepatuhan

5 dan kemandirian santri, sehingga masyarakat diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai hal ini.