KAJIAN EKONOMI REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

ii Triwulan I 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Triwulan IV iii

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung

Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i ii v vii xi Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... xii xiv xvi BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL... 1 1. Kondisi Umum... 1 2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 2.1. Konsumsi... 3 2.2. Investasi... 6 2.3. Ekspor Impor... 7 a. Ekspor... 7 b. Impor... 9 3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran... 11 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI... 22 1. Kondisi Umum... 22 2. Faktor-faktor Penyebab... 23 2.1. Inflasi Bulanan (mtm)... 23 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq)... 27 2.3. Inflasi Tahunan (yoy)... 28 ii

Daftar Isi 3. Ekspektasi Inflasi... 29 4. Perkembangan Harga Nominal Komoditas Bahan Pokok di Bandar Lampung dibandingkan Kota Lainnya di Sumatera... 29 Boks I. Pelaksanaan Workshop Nasional Sistem Resi Gudang di Provinsi Lampung... 32 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN... 35 1. Perkembangan Umum Perbankan... 35 2. Bank Umum... 38 2.1. Kelembagaan Bank Umum... 38 2.2. Perkembangan Aset Bank Umum... 38 2.3. Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum... 41 2.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum... 42 2.5. Kualitas Kredit... 44 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum... 45 2.7. Intermediasi Bank Umum: LDR dan Kredit Baru... 46 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)... 47 2.9. Kredit Usaha Rakyat (KUR)... 48 3. Bank Perkreditan Rakyat... 50 4. Perkembangan Bank Syariah... 53 5. Perkembangan Sistem Pembayaran... 55 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal... 59 5.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)... 56 5.3. Penemuan Uang Palsu... 58 5.4. Perkembangan Kliring Dan Real Time Gross Settlement (RTGS)... 58 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 61 1. Pendapatan Daerah... 61 2. Belanja Daerah... 63 iii

Daftar Isi 3. Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung... 64 BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH... 66 1. Ketenagakerjaan... 66 2. Nilai Tukar Petani... 68 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH... 71 1. Prospek 71 2. Prospek Inflasi... 73 3. Prospek Perbankan... 73 LAMPIRAN... 75 DAFTAR ISTILAH... 76 iv

Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 9 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit... 11 Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB... 12 Tabel 1.5 Prognosa Luas Lahan Panen Komoditas Tanaman Bahan Makanan.. 13 Tabel 1.6 Jenis Industri yang Mengalami Pertumbuhan Tahunan Maupun Triwulanan... 16 Tabel 1.7 Realisasi dan Prediksi Arus Penumpang... 19 Tabel 2.1 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Juli 2012... 23 Tabel 2.2 Prognosa Pengadaan Beras oleh BULOG... 24 Tabel 2.3 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Agustus 2012... 24 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada September 2012... Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar pada Triwulan III 2012... 26 27 Tabel 2.6 Harga Komoditas di Lampung... 30 Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumatera Selatan... 30 Tabel 2.8 Harga Komoditas di Sumatera Barat... 31 Tabel 2.9 Harga Komoditas di Riau... 31 Tabel 3.1 Aset Perbankan... 36 Tabel 3.2 Dana Pihak Ketiga Perbankan... 36 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan... 37 Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September 2012... 38 Tabel 3.5 Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... 39 Tabel 3.6 Indikator Bank Umum... 40 v

Daftar Tabel Tabel 3.7 DPK Bank Umum... 41 Tabel 3.8 Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... 42 Tabel 3.9 Kredit Bank Umum... 44 Tabel 3.10 Porsi Kredit Bank Umum Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... 44 Tabel 3.11 Aset dan DPK BPR... 51 Tabel 3.12 Indikator Perbankan Syariah... 53 Tabel 3.13 Perkembangan Penukaran Uang di Bank Indonesia Provinsi Lampung... 57 Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung... 58 Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung... 62 Tabel 4.2 Belanja Daerah Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III-2012. 64 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III- 2012... 65 Belanja dan Transfer Negara di Provinsi Lampung sampai dengan Triwulan III-2012...... 65 Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung... 66 Tabel 5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 67 Tabel 5.3 Penduduk 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama... 74 Tabel 5.4 Perbandingan NTP Tiap Wilayah... 77 Tabel 5.5 Garis Kemiskinan di Provinsi Lampung... 80 Tabel 6.1 Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Triwulan IV-2012... 83 vi

Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)... 2 Sumbangan Komponen Permintaan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II - 2012... 3 Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Swasta... 4 Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Pemerintah... 4 Grafik 1.5 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung... Grafik 1.6 Volume Penjualan Listrik 5 Grafik 1.7 Volume Impor Barang Konsumsi Tahan Lama... Grafik 1.8 Jumlah Penumpang Berangkat Menggunakan Pesawat Udara.... 5 Grafik 1.9 Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani... 5 Grafik 1.11 Indeks Tendensi Konsumen... 5 Grafik 1.12 Pendapatan Riil Masyarakat.... 5 Grafik 1.13 Pmbentukan Modal Tetap Bruto... 6 Grafik 1.14 Volume Barang Modal Kecuali Angkutan.... 6 Grafik 1.15 Kredit Investasi 7 Grafik 1.16 Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung.... 7 Grafik 1.17 Ekspor 8 Grafik 1.18 Porsi Negara Tujuan Ekspor... 9 Grafik 1.19 Impor... 10 Grafik 1.20 Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2011... 10 Grafik 1.21 Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2012... 10 Grafik 1.22 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II - 2012... 12 Grafik 1.23 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan III - 2012... 12 Grafik 1.24 PDRB Sektor Pertanian (ADHK Tahun 2000)... 14 Grafik 1.25 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... 15 5 5 vii

Daftar Grafik Grafik 1.26. 15 Grafik 1.27 Volume Impor Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama.... 15 Grafik 1.28 Volume Impor Bahan Baku Belum Diolah Untuk Industri... 15 Grafik 1.29 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (ADHK Tahun 2000)... 17 Grafik 1.30 Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik PT. PLN Wilayah Lampung... 17 Grafik 1.31 PDRB Sektor PHR (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... 18 Grafik 1.32 Kredit Sektor Perdagangan... 18 Grafik 1.33 PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (ADHK Tahun 2000).. 19 Grafik 1.34 Kredit Sektor Angkutan... 19 Grafik 1.35 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (ADHK Tahun 2000)... 20 Grafik 1.36 Perkembangan Laba Rugi Perbankan... 20 Grafik 1.37 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian (ADHK)... 21 Grafik 1.38 PDRB Sektor Bangunan (ADHK)... 21 Grafik 1.39 Grafik 1.40 PDRB Sektor Jasa-Jasa (ADHK)... Saldo Bersih Realisasi Kegiatan Dunia Usaha... Grafik 1.41 Lifting Migas Provinsi Lampung... 21 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung Vs Nasional.. 22 21 21 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun 2012... 27 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun 2012... 28 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Tahun 2012... 29 Grafik 2.5 Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD... 29 Grafik 3.1 Rasio LDR dan NPL Perbankan Lampung... 37 Grafik 3.2 DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung... 42 Grafik 3.3 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Syariah... 42 viii

Daftar Grafik Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Bunga Bnak Umum... 46 Grafik 3.5 Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum... 46 Grafik 3.6 Perkembangan Intermediasi Bank Umum... 47 Grafik 3.7 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi... 47 Grafik 3.8 Perkembangan Kredit MKM... 48 Grafik 3.9 Perkembangan KUR... 49 Grafik 3.10 Perbandingan NPLs... 49 Grafik 3.11 Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung... 55 Grafik 3.12 Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan Triwulan (qtq)... 54 Grafik 3.13 Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung 55 Grafik 3.14 Perkembangan Aliran Uang Kartal... 56 Grafik 3.15 Perkembangan PTTB dan Inflow di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung... 57 Grafik 3.16 Komposisi Penemuan Uang Palsu... 58 Grafik 3.17 Perkembangan Cek dan BG yang Ditolak... 59 Grafik 3.18 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai... 60 Grafik 4.1 Struktur Dalam APBD Murni Tahun 2012... 62 Grafik 4.2 Struktur Dalam APBD Perubahan Tahun 2012... 62 Grafik 4.3 Rata-rata Jumlah Objek PKB dan BBN-KB... 63 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani provinsi Lampung... Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Perbandingan Rata-rata Nilai Tukar petani nasional dan Provinsi Lampung... 68 69 69 Grafik 5.4 Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung... 70 Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2012... 71 Grafik 6.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Triwulan IV-2012... 73 Grafik 6.3 Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan DPK Triwulan IV-2012... 73 ix

Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perkiraan Curah Hujan... 26 x

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan III-2012 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga.perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin kecil. Terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Diskusi dan evaluasi terhadap perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar di sumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%, sedangkan dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Dalam hal inflasi, tekanan harga kembali mengalami trend peningkatan. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung juga terus xi

Kata Pengantar menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari komponen asset, DPK, maupun kredit perbankan yang menunjukkan peningkatan. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, November 2012 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Gandjar Mustika Direktur xii

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO 2010 II III IV I II III IV I II III Indeks Harga Konsumen * 126.55 132.10 135.50 137.00 137.21 140.37 141.24 141.68 143.60 146.44 Laju Inflasi (y-o-y) 7.39 6.92 9.95 10.99 8.42 6.26 4.24 3.42 4.66 4.32 PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3,920.33 3,895.93 3,107.43 4,009.03 4,123.69 3,978.78 3,225.14 4,288.77 4,310.35 4,275.71 Pertambangan & Penggalian 176.20 182.60 183.13 179.88 183.22 188.06 190.88 193.84 196.78 196.39 Industri Pengolahan 1,287.09 1,307.58 1,349.84 1,344.73 1,396.18 1,385.01 1,345.56 1,337.99 1,372.33 1,453.21 Listrik, Gas & Air Bersih 35.55 36.30 38.41 39.27 39.93 40.51 40.68 40.61 41.46 43.69 Bangunan 458.26 474.79 466.44 476.38 496.99 512.85 507.11 501.75 527.12 537.63 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,510.80 1,603.59 1,482.76 1,497.47 1,585.95 1,672.30 1,661.14 1,615.02 1,700.73 1,762.01 Pengangkutan & Komunikasi 680.96 741.88 733.02 741.94 779.01 828.46 828.91 835.69 886.43 936.29 Keuangan, sewa & Jasa Pershn 951.96 1,010.30 1,028.81 1,018.22 1,038.22 1,074.62 1,047.52 1,033.16 1,184.28 1,194.39 Jasa-jasa 722.81 759.96 754.86 744.32 812.09 915.88 828.53 793.00 904.38 865.87 Pertumbuhan PDRB (y-o-y) 4.25 6.23 6.95 6.85 6.83 5.85 6.02 5.43 6.46 6.25 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 565.56 693.01 761.63 713.69 994.75 778.04 755.47 810.79 728.43 1,138.17 Volume Ekspor (ribu ton) 668.67 957.98 1,740.00 1,427.52 1,846.13 1,439.71 2,268.00 1,993.10 1,759.16 2,232.33 Nilai Impor (USD Juta) 167.00 182.06 171.91 238.99 233.66 288.68 363.93 260.80 208.36 171.36 Volume Impor (ribu ton) 247.52 295.27 260.98 402.03 351.94 324.92 459.24 333.63 335.42 214.15 *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) 2011 2012 b. Sistem Pembayaran 3 INDIKATOR 2010 2011 2012 II III IV I II III IV I II III Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) 0.93 0.42 0.23 0.60 0.33 0.18 0.62 0.63 0.70 0.36 Inflow (Rp Triliun) 0.68 1.67 1.35 1.50 1.29 2.93 1.83 2.23 0.83 2.42 Outflow (Rp Triliun) 1.14 1.68 1.48 0.70 1.42 2.01 1.46 0.69 1.93 2.48 Pemusnahan Uang (Juta Rp) 785,909.33 1,119,688.88 1,224,823.86 1,344,843.04 924,353.57 1,473,868.29 1,464,165.17 1,157,651.11 104,629.83 11,024.60 Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) 36.51 36.65 37.83 29.80 32.68 32.76 27.13 22.45 31.44 27.45 Volume Transaksi RTGS (lembar) 35,785 35,478 37,862 28,628 31,690 32,101 32,282 27,917 35,825 37,303 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) 588.89 591.05 600.49 480.64 535.68 528.46 423.86 356.38 507.15 449.99 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 577 572 601 462 520 518 504 443 578 612 Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) 0.35 0.35 0.29 0.35 0.37 0.39 0.41 0.40 0.42 0.43 Volume Kliring Kredit (lembar) 25,175 24,607 20,461 23,626 25,409 25,793 27,635 26,141 26,893 27,601 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 5.64 5.65 4.68 5.65 6.10 6.28 6.24 6.31 6.85 7.05 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 406 397 330 381 417 416 425 415 434 452 Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) 4.95 5.38 4.48 5.64 5.90 6.41 6.12 6.06 6.63 6.89 Volume Kliring Debet (lembar) 159,879 159,986 134,602 167,343 173,532 172,865 173,701 176,729 184,001 180,034 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) 0.08 0.09 0.07 0.09 0.10 0.10 0.09 0.10 0.11 0.11 Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2,579 2,580 2,171 2,699 2,845 2,788 2,672 2,805 2,968 2,951 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) 0.06 0.07 0.07 0.07 0.08 0.09 0.11 0.11 0.11 0.11 Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,576 2,805 2,219 2,754 2,918 2,984 3,199 3,302 3,328 3,269 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Mili 0.95 1.16 1.06 1.17 1.32 1.40 1.63 1.73 1.78 1.75 Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) 42 45 36 44 48 48 49 52 54 54 Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.73 0.85 0.97 0.80 0.09 xiii

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung c. Perbankan INDIKATOR 2010 2011 2012 PERBANKAN II III IV I II III IV I II III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Triliun Rp) 23.14 31.20 32.47 33.38 37.59 36.20 38.47 39.66 42.03 43.47 DPK (Triliun Rp) 15.72 16.12 16.75 17.45 18.60 19.22 19.75 20.47 22.06 22.50 - Giro 4.00 3.69 3.32 4.22 4.50 4.31 3.48 5.08 5.30 5.32 - Tabungan 7.38 7.91 9.10 8.72 9.36 9.94 11.25 10.37 11.18 11.76 - Deposito 4.34 4.52 4.33 4.51 4.74 4.97 5.01 5.03 5.58 5.42 Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek 24.05 25.22 24.74 27.88 29.35 31.22 35.02 36.01 36.70 36.99 - Modal Kerja 11.15 12.03 11.73 13.22 13.13 13.90 15.47 15.63 16.91 17.07 - Investasi 6.24 6.55 6.35 6.86 7.72 7.96 9.69 10.23 9.09 8.62 - Konsumsi 6.66 6.64 6.66 7.80 8.50 9.36 9.86 10.14 10.70 11.30 - LDR 158.44 156.40 147.71 159.77 157.82 162.39 177.36 175.87 166.40 164.40 Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) 17.55 18.38 18.94 19.83 21.32 22.62 23.56 24.58 26.64 27.76 - Modal Kerja 8.81 9.78 10.02 10.43 10.81 11.22 11.48 11.80 13.15 13.45 - Investasi 3.83 3.78 3.58 3.77 4.36 4.51 5.43 5.83 5.95 6.08 - Konsumsi 4.91 4.83 5.34 5.63 6.15 6.41 6.65 6.95 7.53 8.22 - LDR (%) 111.62 113.99 113.12 113.60 114.65 115.17 119.30 120.07 120.77 123.34 Kredit UMKM (Triliun Rp) 7.53 8.16 8.08 8.54 8.72 9.14 9.80 10.16 11.12 11.15 Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) 1.58 1.68 1.63 1.75 1.92 2.03 2.22 2.31 2.39 2.72 - Modal Kerja 0.46 0.53 0.53 0.60 0.74 0.85 0.88 0.92 1.00 1.26 - Investasi 0.30 0.31 0.24 0.23 0.21 0.21 0.26 0.26 0.24 0.21 - Konsumsi 0.82 0.84 0.85 0.92 0.97 0.97 1.09 1.13 1.15 1.25 Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) 6.71 6.95 7.33 7.74 8.17 8.60 8.95 9.28 10.16 10.44 - Modal Kerja 2.65 2.79 2.93 3.02 3.01 3.08 3.27 3.21 3.57 3.35 - Investasi 0.97 1.16 0.87 0.91 1.00 1.04 1.07 1.18 1.22 1.29 - Konsumsi 3.10 3.00 3.53 3.81 4.16 4.48 4.61 4.89 5.37 5.81 Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) 3.57 3.78 4.00 4.43 4.26 4.51 4.91 5.21 5.78 5.79 - Modal Kerja 2.48 2.62 2.68 2.88 2.81 2.92 3.19 3.23 3.84 3.72 - Investasi 0.67 0.75 0.82 0.91 0.96 1.05 1.14 1.36 1.25 1.31 - Konsumsi 0.42 0.42 0.50 0.64 0.50 0.54 0.59 0.62 0.70 0.75 Total Kredit MKM (Triliun Rp) 12.80 12.42 12.96 13.92 14.35 15.14 16.08 16.80 18.33 18.95 NPL MKM Gross (%) 2.97 3.02 3.04 3.21 3.57 3.58 2.91 3.18 3.24 3.45 BPR Total Asset (Triliun Rp) 3.36 3.41 3.62 3.79 3.89 4.08 4.52 4.66 4.68 4.81 Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) 2.23 2.31 2.46 2.59 2.65 2.77 2.95 3.05 3.03 3.15 - Tabungan 0.35 0.37 0.40 0.43 0.46 0.47 0.50 0.52 0.55 0.59 - Simpanan Berjangka 1.88 1.93 2.06 2.16 2.18 2.30 2.45 2.53 2.49 2.55 Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek 2.68 2.74 2.84 3.02 3.07 3.27 3.37 3.68 3.65 3.56 - Modal Kerja 0.79 0.80 0.79 0.85 0.85 0.52 0.53 0.99 0.58 0.99 - Investasi 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.10 0.08 0.01 - Konsumsi 1.84 1.88 2.01 2.11 2.15 2.56 2.78 2.59 2.99 2.56 Kredit UMKM (Milyar Rp) 876.38 904.12 871.65 945.62 944.72 565.64 601.97 1,169.79 700.13 721.29 Rasio NPL Gross(%) 2.72 2.19 1.80 1.93 1.49 1.69 1.51 1.65 1.78 1.68 LDR (%) 124.72 124.26 119.77 120.93 120.83 118.01 120.62 127.50 128.71 124.64 xiv

Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan III / 2012 Perkembangan Ekonomi Ekonomi mengalami Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar disumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Peningkatan kontribusi pada komponen net ekspor sejalan dengan masa panen komoditas perkebunan utama Lampung pada periode laporan meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar dunia. Dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Sektor angkutan & komunikasi dan sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi seiring dengan pelaksanaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada periode ini. Inflasi Secara triwulanan, tekanan inflasi Inflasi Provinsi Lampung triwulan III-2012 mencapai 1,98% (qtq), mengalami trend kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq). Sedangkan secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 menjadi sebesar 4,32% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan inflasi triwulan II-2012 yang mencapai 4,66% (yoy). Berdasarkan disagregasi, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III- 2012 sebesar 1,98% (qtq), disumbang oleh inflasi inti yang xv

Ringkasan Eksekutif mencapai 1,04% dan inflasi volatile foods sebesar 0,92%, sedangkan sumbangan inflasi administered cukup minimal, yaitu sebesar 0,02%. Beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar yang disebabkan oleh kembali menurunnya supply pasca panen Tahap I pada triwulan lalu. Komoditas lain yang menjadi penyumbang inflasi periode triwulan III-2012 adalah SLTP, Kembung, Daging Sapi, Emas Perhiasan, Nasi, Tempe, Daun Singkong, Seragam Sekolah Anak, dan Sawi Hijau. Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan cukup baik... Transaksi sistem pembayaran tunai menunjukkan net outflow... Kinerja perbankan di Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Fungsi intermediasi masih menunjukan peningkatan diiringi dengan kualitas kredit yang terus membaik. LDR tercatat pada level 123,50 %, sedangkan NPL sebesar 2,60%. Sejalan dengan peningkatan perkembangan sektor perbankan, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 juga menunjukkan perkembangan positif. Transaksi sistem pembayaran tunai antara Bank Umum di Lampung dengan Bank Indonesia masih menunjukkan net outflow. Peningkatan jumlah aliran uang keluar, terkait dengan meningkatnya kebutuhan uang menjelang perayaan hari raya yang terjadi selama bulan Juli dan Agustus 2012, serta masih terdapatnya panen hasil perkebunan seperti kopi dan lada di sebagian wilayah Lampung. Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam APBD Perubahan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 42,37% dan 44,54% Berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2012 mengenai Rancangan APBD Perubahan Provinsi Lampung tahun 2012, anggaran pendapatan Provinsi Lampung mengalami perubahan menjadi sebesar Rp4,00 triliun, sedangkan anggaran belanja mengalami perubahan menjadi sebesar Rp4,10 triliun. Sampai dengan triwulan III, penerimaan Provinsi Lampung telah mencapai Rp2,74 triliun atau 68,40% dari target dalam APBD xvi

Ringkasan Eksekutif Perubahan, sedangkan realisasi belanja daerah berdasarkan SP2D belanja daerah Provinsi Lampung mencapai Rp2,21 triliun atau 53,98% dari target belanja sebesar Rp4,10 triliun. Realisasi belanja tertinggi berasal dari komponen Belanja Pegawai yang mencapai Rp587,67 miliar atau 89,75% dari target belanja daerah, sedangkan realisasi belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing terealisasi sebesar 35,94% dan 39,66%. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat Lampung pada triwulan III-2012 masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terindikasi melalui peningkatan Nilai Tukar Petani dan UMP Riil. NTP Provinsi Lampung mencapai 126,34, mengalami peningkatan sebesar 0,87% (qtq) atau 2,13% (yoy). Sementara itu, UMP riil di Provinsi Lampung tercatat mengalami kenaikan sebesar 9,31% (yoy). Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan sebesar 0,60% (yoy). Prospek Perekonomian Ekonomi Lampung diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan... Pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan IV-2012 diperkirakan mencapai 6,14%±1% (yoy), atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 6,25%±1% (yoy). Sementara itu, ekonomi kumulatif diperkirakan tetap mampu tumbuh hingga mencapai 6,1%±1% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 terdorong oleh percepatan output yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah dan net ekspor, sedangkan konsumsi swasta tumbuh melambat setelah pada triwulan III-2012 mengalami percepatan seiring dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Belanja pemerintah pada triwulan IV-2012, khususnya belanja modal dan pembangunan diprediksi mengalami percepatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 karena penyelesaian pembangunan proyek pemerintah Tahun Anggaran 2012 yang didukung oleh peningkatan realisasi xvii

Ringkasan Eksekutif penerimaan pemerintah. Dari sisi penawaran, sub sektor industri pengolahan makanan dan minuman diperkirakan masih menjadi pendorong utama sektor industri pengolahan pada triwulan IV- 2012 sebagai persiapan dunia usaha dalam merespon kenaikan permintaan masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru serta adanya beberapa hari libur. Inflasi meningkat karena tekanan permintaan Kinerja perbankan diperkirakan terus Inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan IV-2012 atau kumulatif tahun 2012 diperkirakan mencapai 4,57%±1% (yoy) dan cenderung akan mendekati batas atas. Tekanan inflasi terbesar pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih bersumber dari kelompok volatile foods dan inflasi inti karena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap sejumlah komoditas kebutuhan pangan dan sandang menjelang HBKN dan Tahun Baru, serta adanya persiapan Pemilukada Lampung. Pada triwulan IV-2012, kinerja perbankan diperkirakan masih mengalami peningkatan. Hal ini terkonfirmasi melalui hasil Survei Kredit Perbankan triwulan III-2012 yang menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha memperkirakan Penghimpunan Dana (DPK) dan Kredit akan tumbuh sebesar 1%-10% pada triwulan IV- 2012. Pelaku perbankan masih optimis bahwa DPK akan tumbuh karena fasilitas jasa perbankan yang meningkat, sedangkan penyaluran kredit meningkat karena prospek usaha nasabah yang membaik dan kondisi ekonomi yang membaik. xviii

Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL -2012. Akselerasi output hanya terjadi pada kegiatan net ekspor, meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar 1. KONDISI UMUM Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,25% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang mencapai 6,46% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode ini berada lebih rendah dibandingkan proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung sebesar 6,52% (yoy). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar di sumbang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Peningkatan kontribusi pada komponen net ekspor sejalan dengan masa panen komoditas perkebunan utama Lampung pada periode laporan meskipun terjadi trend penurunan harga komoditas di pasar dunia. Sementara itu dari sisi penawaran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagaimana triwulan sebelumnya memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor angkutan & komunikasi sebesar 1,04%, serta sektor industri pengolahan sebesar 0,77%. Sektor angkutan & komunikasi dan sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi seiring dengan pelaksanaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada periode ini. Hal tersebut juga terlihat dari perkembangannya secara triwulanan. Bila dibandingkan triwulan II-2012, ekonomi Lampung pada triwulan III-2012 tumbuh hingga mencapai 1,17% (qtq) yang disumbang oleh sektor industri pengolahan (0,58%), sektor perdagangan, hotel & restoran (0,55%), dan sektor angkutan & komunikasi (0,50%). 1

Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.1. Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) % 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 5.43 6.46 6.25 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai PDRB-axis kiri growth (yoy)-axis kanan growth (qtq)-axis kanan 20 10 0-10 Sumber: BPS Provinsi Lampung 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Secara tahunan, komponen dari sisi permintaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB), yaitu sebesar 9,01% (yoy), ekspor barang dan jasa sebesar 8,53% (yoy), dan konsumsi rumah tangga sebesar 5,99% (yoy). Sementara itu secara triwulanan, hampir seluruh komponen juga mengalami pertumbuhan, kecuali komponen konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan sebesar 0,01% (qtq). Dari sisi permintaan, kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) berasal dari komponen konsumsi rumah tangga sebesar 3,33%, net ekspor sebesar 2,90%, dan komponen PMTDB sebesar 1,45%. Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 Konsumsi Swasta 5.62 5.24 5.43 5.74 6.48 6.41 3.39 Konsumsi Pemerintah (1.01) 4.08 1.43 2.05 3.11 2.95 (1.11) Pembentukan Modal Tetap Bruto 13.15 13.01 9.88 9.30 6.83 9.68 1.45 Perubahan Stok (60.77) (96.60) (62.13) (107.10) (30.77) 81.34 (0.37) Ekspor Netto 38.68 14.37 (13.60) (5.27) 5.79-13.51 2.90 Ekspor 42.92 45.82 27.96 26.24 12.29-17.75 4.75 Impor 45.40 67.38 60.05 40.21 15.70-21.99 1.85 2

Kondisi Makro Ekonomi Regional % 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 - (0.50) (1.00) (1.50) Grafik 1.2. Sumbangan Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Triwulan III-2012 3.38 Konsumsi Swasta (1.11) Konsumsi Pemerintah 1.45 PMTDB (0.37) Perubahan Stok 2.90 Ekspor Netto Sumber: BPS Provinsi Lampung 2.1. Konsumsi Konsumsi swasta yang memiliki porsi terbesar dalam struktur ekonomi Lampung dari sisi permintaan tumbuh sebesar 5,97% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2012 sebesar 6,42% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 5,48% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, komponen konsumsi swasta masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi, yaitu mencapai 3,39%. Hal ini didukung oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat mengalami pertumbuhan hingga sebesar 5,99% (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga ini didorong oleh kenaikan pengeluaran rumah tangga seiring dengan pelaksanaan HBKN pada Juli-Agustus 2012 yang turut didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat karena adanya Tunjangan Hari Raya. Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga ini antara lain terindikasi oleh perkembangan beberapa indikator, seperti meningkatnya konsumsi listrik masyarakat, kenaikan volume impor barang konsumsi, kenaikan kredit konsumsi perbankan, kenaikan tingkat konsumsi makanan, kenaikan jumlah penumpang pesawat udara, serta kenaikan jumlah pelanggan PDAM. Konsumsi listrik seluruh jenis pelanggan mengalami kenaikan 14,03% (yoy), volume impor barang konsumsi setengah tahan lama meningkat 29,45% (yoy), kredit konsumsi perbankan tumbuh 25,65% (yoy), indeks tingkat konsumsi makanan pada triwulan III-2012 berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, jumlah penumpang pesawat udara meningkat 26,43% (yoy), sedangkan jumlah pelanggan PDAM meningkat 1,90% (yoy). Peningkatan pada beberapa indikator tersebut, terdorong oleh kenaikan daya beli masyarakat yang tercermin oleh kenaikan UMP riil sebesar 9,31% (yoy), kenaikan NTP sebesar 2,13% (yoy), 3

Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Kondisi Makro Ekonomi Regional dan terkonfirmasi oleh nilai indeks pendapatan rumah tangga triwulan III-2012 yang dirilis BPS Provinsi Lampung yang masih berada pada level optimis, yaitu sebesar 107,80. Di sisi lain, secara tahunan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan II-2012 maupun periode yang sama tahun 2011. Pada periode ini, konsumsi pemerintah yang mencakup seluruh pengeluaran baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah di Lampung turun 0,01% (qtq) dan 8,66% (yoy). Penurunan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tertahan untuk mencapai level yang lebih tinggi. 8,000 6,000 4,000 2,000 - Grafik 1.3. Perkembangan Konsumsi Swasta miliar Rp % 5.57 5.48 6.42 5.97 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Konsumsi Swasta qtq - axis kanan yoy - axis kanan 9 4-1 -6 miliar Rp % 2,000 1,500 1,000 500 0 Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi Pemerintah I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 40 20 - (20) (40) (60) Konsumsi Pemerintah yoy-axis kanan qtq-axis kiri Sumber : BPS Provinsi Lampung Unit 34,400 34,200 34,000 33,800 33,600 33,400 33,200 33,000 Grafik 1.5. Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Provinsi Lampung 2011 2012 Grafik 1.6. Volume Penjualan Listrik juta Kwh 300 250 200 150 100 50 - Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep TW IV 2011 TW I 2012 TW II 2012 TW III 2012 Sumber : PDAM Way Rilau Sumber : PT PLN Wilayah Lampung 4

Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Trw I Trw III Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Kondisi Makro Ekonomi Regional kg 200,000 150,000 100,000 50,000 0 Grafik 1.7. Volume Impor Barang Konsumsi Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 1.8. Jumlah Penumpang Berangkat menggunakan Pesawat Udara Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2011 2012 Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Grafik 1.9. Kredit Konsumsi miliar Rp % 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000-2010 2011 2012 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Indeks 130 125 120 115 110 105 100 Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Tukar Petani Kredit Konsumsi yoy-axis kanan 2010 2011 2012 Sumber : LBU dan LBUS Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.11. Indeks Tendensi Konsumen Kaitan inflasi dengan konsumsi 112.86 Rp 700,000 650,000 Grafik 1.12. Pendapatan Riil Masyarakat 600,000 Tingkat Konsumsi 103.92 550,000 500,000 Pendapatan Rumah Tangga 107.8 2008 2009 2010 2011 2012 95 100 105 110 115 Ket : Di hitung berdasarkan UMP dan IHK Umum Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 5

Kondisi Makro Ekonomi Regional 2.2. Investasi Pada triwulan III-2012, komponen PMTDB yang mencerminkan pembuatan atau pembelian barang modal baru (investasi) dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan, yaitu masing-masing sebesar 1,33% (qtq) dan 9,01% (yoy). Dengan demikian, komponen investasi memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 sebesar 1,45%. Pertumbuhan komponen PMTDB pada triwulan laporan sejalan dengan kegiatan dunia usaha yang mengalami peningkatan karena demand domestik maupaun luar negeri yang masih terjaga (hasil liaison). Indikator peningkatan investasi diantaranya kenaikan volume barang modal (kecuali angkutan) sebesar 35,55% (yoy), kenaikan kredit investasi sebesar 35,51% (yoy), serta kenaikan realisasi pengadaan semen sebesar 3,94% (ctc). Hal ini juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa kegiatan investasi akan mengalami peningkatan pada periode ini (SB seluruh sektor positif, yaitu 50,00) dan hasil liaison yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan investasi pada triwulan III-2012, baik investasi baru maupun investasi rutin, seperti perawatan mesin. Di sisi lain, data Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung menunjukkan bahwa dari Januari hingga Oktober 2012, investasi Modal Asing di Lampung mencapai Rp2,40 triliun, sedangkan investasi Modal Dalam Negeri di Lampung mencapai Rp303 miliar. Grafik 1.13. Pembentukan Modal miliar Rp Tetap Bruto % 2,000 14 12 1,500 10 8 1,000 6 4 500 2 0-2 0-4 I II III IV I II III IV I II III 2009 2010 2011 PMTB yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.14. Volume Barang Modal ton Kecuali Angkutan 25000 20000 15000 10000 5000 0 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2011 2012 Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 6

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Kondisi Makro Ekonomi Regional miliar Rp Grafik 1.15. Kredit Investasi % 7,000 60 6,000 35.51 50 5,000 40 4,000 30 3,000 2,000 20 1,000 10 - - Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw III Sumber : LBU dan LBUS 2011 2012 Kredit Investasi yoy-axis kanan ton 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Grafik 1.16. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Lampung Sumber : berbagai sumber (diolah) 2011 2012 2.3. Ekspor-Impor a. Ekspor Berdasarkan data PDRB, ekspor Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 16,59% (qtq) atau 8,53% (yoy). Sementara itu, sumbangan ekspor netto terhadap pertumbuhan ekonomi periode ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2012, yaitu dari sebelumnya -0,78% menjadi 2,90%. Peningkatan komponen ekspor tercermin dari pelayanan muat peti kemas di Pelabuhan Panjang yang meningkat 43,63% (yoy). Berdasarkan data Bank Indonesia, secara triwulanan, hampir seluruh komoditas mengalami peningkatan nilai ekspor, dan nilai ekspor secara agregat masih terdorong oleh meningkatnya nilai ekspor komoditas utama. Nilai ekspor kopi, teh, dan rempah-rempah mendominasi dengan pertumbuhan mencapai 218,07% (qtq), kemudian diikuti oleh nilai ekspor lemak hewani dan nabati yang meningkat 64,20% (qtq). Meskipun komoditas kopi mengalami masa panen puncak pada triwulan II-2012, namun masa panen selingan serta proses pengolahan hingga menjadi produk siap ekspor berlangsung hingga triwulan III-2012, sehingga terjadi peningkatan nilai ekspor kopi pada periode ini. Nilai ekspor kopi pun diperkirakan terdorong oleh harga kontrak ekspor yang masih tinggi meskipun perkembangan harga rata-rata dunia pada periode ini mengalami trend penurunan. Selain itu, sebagian besar pelaku usaha di perdagangan kopi menyatakan bahwa adanya krisis ekonomi di Eropa dan Amerika tidak berdampak pada kinerja ekspor perusahaan. Ekspor perusahaan tetap ditujukan ke Amerika Serikat maupun negara-negara di Eropa antara lain Jerman dan Perancis. Hingga akhir tahun 2012, diperkirakan bahwa penjualan akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011, selain didukung oleh membaiknya kondisi cuaca juga disebabkan masih tingginya permintaan konsumen. 7

Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, ekspor karet mengalami penurunan sebesar 46,20% (qtq). Hal ini juga sejalan dengan data produksi manufaktur Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik yang mengalami penurunan mencapai 3,5% (qtq). Berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa pada periode Juli-Agustus merupakan masa musim gugur daun karet, sehingga produksi kurang optimal. Namun demikian, seluruh pelaku usaha di bidang perkebunan karet menyatakan bahwa produksi tahun 2012 masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. Berdasarkan penggolongan ISIC, komoditas industri manufaktur ekspor Lampung yang memiliki porsi sebesar 49,81% dari keseluruhan ekspor Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 35,77% (qtq) atau 9,78% (yoy), sedangkan sektor pertanian mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 127,18% (qtq) atau 145,34% (yoy). Sementara itu, sektor pertambangan & penggalian tercatat mengalami penurunan sebesar 5,30% (qtq) atau 52,76% (yoy). Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, 5 (lima) negara yang memegang porsi terbesar dari total ekspor Lampung pada triwulan III-2012 yaitu Italia (11,20%), Amerika Serikat (11,00%), Belanda (10,30%), India (8,4%), dan Jepang (7,9%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011, telah terjadi shifting negara tujuan ekspor, dimana Italia menggantikan posisi India sebagai negara tujuan ekspor terbesar Lampung. Grafik 1.17. Ekspor miliar Rp % 7,000 60 6,000 50 5,000 40 30 4,000 16.59 20 3,000 10 2,000 8.53 0 1,000-10 0-20 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2010 2011 2012 Ekspor qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 8

Kondisi Makro Ekonomi Regional Eropa 35.7% Grafik 1.18. Porsi Negara Tujuan Ekspor Afrika 3.3% Amerika 12.2% Asia 47.2% Australia 1.7% Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi MoneterBank Indonesia Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Komoditas Utama Ekspor Trw III-11 Trw IV-11 Trw I-12 Trw II-12 Trw III-12 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 116,492 14.97 71,543 9.47 74,680 9.21 125,946 9.21 400,602 35.20 2. Bubur Kayu / Pulp 43,715 5.62 55,999 7.41 47,758 5.89 38,708 5.89 43,836 3.85 3. Ikan dan Udang 44,983 5.78 57,014 7.55 49,585 6.12 44,021 6.12 40,048 3.52 4. Lemak & Minyak Hewan / Nabati 271,770 34.93 231,942 30.70 354,946 43.78 212,306 43.78 348,607 30.63 5. Bahan Bakar Mineral 75,162 9.66 145,071 19.20 117,169 14.45 110,742 14.45 116,682 10.25 6. Karet dan Barang dari Karet 42,145 5.42 26,401 3.49 31,347 3.87 50,932 3.87 27,399 2.41 7. Kayu, Barang dari Kayu 7,105 0.91 5,652 0.75 3,724 0.46 5,942 0.46 3,764 0.33 8. Hasil Penggilingan 3,972 0.51 35 0.00 37 0.00 28 0.00 10 0.00 9. Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 53,149 6.83 47,950 6.35 39,667 4.89 45,841 4.89 41,870 3.68 10. Ampas / Sisa Industri Makanan 9,566 1.23 9,444 1.25 12,586 1.55 11,478 1.55 13,771 1.21 11. Berbagai Makanan Olahan 2,884 0.37 3,126 0.41 3,321 0.41 4,023 0.41 4,711 0.41 12. Minuman 14,417 1.85 9,040 1.20 10,588 1.31 5,048 1.31 5,385 0.47 13. Berbagai Produk Kimia 4,611 0.59 5,340 0.71 3,870 0.48 6,055 0.48 3,929 0.35 14. Kaca & Barang dari Kaca 137 0.02 148 0.02 108 0.01 151 0.01 70 0.01 15. Olahan dari Tepung 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 6 0.00 16. Bahan Kimia Organik 13,531 1.74 12,154 1.61 14,321 1.77 16,021 1.77 23,853 2.10 17. Gula dan Kembang Gula 9,944 1.28 11,340 1.50 4,133 0.51 7,156 0.51 8,538 0.75 18. Kakao / Coklat 19,866 2.55 19,251 2.55 7,990 0.99 14,695 0.99 20,718 1.82 19. Buah-buahan 3,130 0.40 4,205 0.56 2,780 0.34 2,118 0.34 1,505 0.13 20. Sari Bahan Samak & Celup 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 21. Lak, Getah dan Damar 0 0.00 0 0.00 681 0.08 464 0.08 410 0.04 22. Sayuran 10 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 23. Sabun dan Preparat Pembersih 966 0.12 1,350 0.18 1,174 0.14 668 0.14 760 0.07 24. Perekat, Enzim 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 25. Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 653 0.08 35 0.00 97 0.01 11 0.01 0 0.00 26. Lain-lain 39,829 5.12 38,428 5.09 30,227 3.73 26,072 3.73 31,699 2.79 Total 778,036 100 755,469 100.00 810,787 100.00 728,429 100.00 1,138,173 100.00 Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia b. Impor Berdasarkan data PDRB, impor Lampung pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 12,60% (qtq) atau 4,55% (yoy). Menurut penggolongan SITC, pakan ternak dan binatang hidup memiliki porsi terbesar dari keseluruhan impor Lampung. Impor pakan ternak mengalami peningkatan sebesar 85,65% (qtq) atau 18,72% (yoy), sedangkan impor binatang hidup mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun tahunan, yaitu masing-masing sebesar 9

Kondisi Makro Ekonomi Regional 29,45% (qtq) atau 44,71% (yoy). Hal ini sejalan dengan hasil liaison kepada perusahaan penggemukan sapi yang menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi kandang hingga akhir tahun 2012 diprediksi terus mengalami penurunan hingga 50% sehubungan dengan adanya pemberlakuan pembatasan kuota impor sapi bakalan. Sementara itu, impor pupuk yang pada triwulan sebelumnya menjadi komoditas impor terbesar Lampung, pada triwulan III-2012 tercatat mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan, masing-masing sebesar 88,07% (qtq) dan 88,04% (yoy). Penurunan impor pupuk ini diperkirakan terjadi karena musim tanam tanaman bahan makanan yang sudah dimulai pada triwulan II-2012. Impor Lampung terbesar triwulan III-2012 masih berasal dari RRC yaitu dengan porsi sebesar 27,8%, diikuti Amerika Latin (16,6%), dan Amerika Serikat (12%). Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011, telah terjadi shifting impor, dimana RRC menggantikan posisi Kanada sebagai eksportir terbesar ke Povinsi Lampung. Grafik 1.19. Impor miliar Rp % 6,000 80 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 4.55395784 8 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai Impor qtq-axis kanan yoy-axis kanan 60 40 20 0-20 -40-60 Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.20. Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2011 Grafik 1.21. Porsi Negara Pengimpor Triwulan III-2012 Eropa 11.1% Australia 11.4% Afrika 0.3% Amerika 31.1% Australia 12.2% Eropa 6.0% Afrika 1.4% Amerika 28.9% Asia 46.0% Asia 51.5% Sumber : Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 10

Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Utama Impor Tabel 1.3. Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Trw Trw Trw Trw Trw Trw Trw Trw IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 US$ US$ US$ 1. Pupuk 6,261,796 45,063,601 55,834,781 71,785,914 45,889,884 59,062,209 71,957,997 8,584,707 2. Binatang Hidup 30,558,375 27,605,877 17,609,343 36,487,330 49,489,171 51,320,824 28,593,642 20,171,887 3. Ampas / Sisa Industri Makanan 11,156,835 15,726,540 19,311,770 28,802,562 17,300,071 24,374,262 18,418,319 34,194,252 4. Besi dan Baja 101,418 328,445 1,931,670 2,662,619 2,073,731 757,332 830,489 131,473 5. Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 26,042,325 9,375,854 44,469,462 56,427,655 64,169,507 35,475,891 28,952,171 31,870,371 6. Gula dan Kembang Gula 35,633,512 53,391,344 37,873,448 34,944,481 16,427,535 15,118,091 0 125,948 7. Hasil Penggilingan 3,691,587 4,083,850 2,144,259 3,961,521 2,035,975 4,726,727 1,657,319 1,849,443 8. Mesin / Peralatan Listik 3,762,353 1,794,048 11,429,429 13,730,816 14,841,929 4,512,287 4,872,303 3,686,174 9. Plastik dan Barang dari Plastik 602,061 1,275,138 1,560,707 910,568 832,000 763,680 654,454 380,051 10.Benda-benda dari Besi dan Baja 1,033,856 512,538 2,386,956 8,366,087 17,195,137 2,191,316 1,727,324 653,583 11.Berbagai Makanan Olahan 2,616,744 2,735,799 2,643,496 2,886,833 1,918,172 1,950,824 1,707,300 1,561,962 12.Garam, Belerang, Kapur 2,120,977 1,599,726 2,725,886 1,777,188 2,678,218 335,438 1,957,930 1,576,400 13.Bahan Kimia Organik 2,131,822 2,577,967 3,237,415 1,902,186 1,407,833 3,521,185 4,604,976 4,854,287 14.Bahan Kimia Anorganik 1,172,844 891,072 682,181 1,135,785 854,300 688,295 1,299,083 850,691 15.Berbagai Produk Kimia 472,077 342,640 691,577 429,802 871,025 1,094,400 732,954 328,209 16.Kain Perca 605,968 359,464 1,230,518 648,100 329,296 1,360,832 773,696 1,534,146 17.Gandum-ganduman 29,515,870 47,985,673 15,050,459 14,234,413 64,647,285 19,446,228 3,380,400 9,056,404 18.Berbagai Barang Logam Dasar 780,696 1,475,458 5,334,509 1,241,613 2,622,753 2,853,096 672,463 355,142 19.Bahan Bakar Mineral 2550 0 0 59222.2 10450.8 20901.76 0 17184 20.Biji-bijian berminyak 7,943,253 13,762,006 22,629,500 10,123,670 20,208,086 12,613,304 21,630,005 14,693,477 21.Kendaraan dan Bagiannya 489,002 983,486 1,431,796 1,364,411 1,537,200 1,524,942 1,725,209 1,000,385 22.Kaca & Barang dari Kaca 515,791 1,018,040 743,533 1,329,441 684,079 595,183 859,984 843,948 23.Lemak & Minyak Hewan / Nabati 13,443 606,846 435,509 612,237 960,395 1,047,241 569,076 317,866 24.Perekat, Enzim 153,978 169,841 160,993 311,909 107,993 70,821 52,848 76,146 25.Produk Hewani 99,925 115,202 65,794 30,287 95,113 66,199 86,250 20,050 26.Lain-lain 4,433,023 5,219,538 9,819,257 31,893,580 39,538,345 13,850,900 10,640,923 32,625,427 Total 171,912,084 238,999,994 261,434,247 328,060,229 368,725,485 259,342,408 208,357,114 171,359,613 Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) US$ US$ US$ US$ US$ 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pada triwulan III-2012, 6 (enam) sektor mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan output sebesar 0,94% (qtq), sektor pertambangan dan penggalian yang menurun sebesar 0,20% (qtq), serta sektor jasa-jasa yang turun 4,26% (qtq). Penurunan output yang terjadi pada sektor pertanian disebabkan oleh masa puncak produksi tanaman bahan makanan yang telah berlangsung pada triwulan II-2012. Sementara itu secara tahunan, seluruh sektor mengalami pertumbuhan, dimana sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang tertinggi, yaitu sebesar 15,17% (yoy), diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,37% (yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) terutama disumbang oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu mencapai 1,48%, diikuti sektor pertanian sebesar 1,41%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,04%, sektor industri pengolahan sebesar 0,77%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,71%. Pada triwulan III-2012, struktur ekonomi Provinsi Lampung masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, meskipun porsinya menurun dibandingkan triwulan II-2012. Di sisi lain, adanya 11

Kondisi Makro Ekonomi Regional pelaksanaan HBKN telah menyebabkan porsi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel & restoran, serta sektor pengangkutan & komunikasi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.4. Pertumbuhan PDRB (%) Sektor Q I 2012 (qtq) Q I 2012 (yoy) Q II 2012 (qtq) Q II 2012 (yoy) Q III 2012 (qtq) Q III 2012 (yoy) Pertanian 32.98 4.56 0.64 3.37 (0.94) 3.62 Pertambangan dan Penggalian 1.55 7.76 1.52 7.40 (0.20) 4.43 Industri Pengolahan (0.56) 0.50 3.80 0.48 4.64 5.98 Listrik, Gas & Air Bersih (0.17) 6.47 2.09 6.92 5.37 11.05 Bangunan (1.06) 6.84 5.06 8.53 1.99 4.77 Perdagangan, Hotel dan Restoran (2.78) 7.03 5.28 5.67 3.63 4.48 Pengangkutan & Komunikasi 0.85 12.67 5.30 13.65 6.37 13.37 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (1.37) 3.04 14.20 14.03 1.23 15.17 Jasa-jasa (4.29) 10.42 14.05 16.58 (4.26) 6.28 PDRB dengan Migas 9.97 5.43 4.66 6.46 1.17 6.25 Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 1.22. Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II-2012 Grafik 1.23. Pangsa PDRB Sektoral Triwulan III-2012 Pengangkutan & Komunikasi 11.1% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.1% Jasa-jasa 8.9% Pertanian 38.2% Pengangkutan & Komunikasi 11.5% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.0% Jasa-jasa 8.7% Pertanian 37.5% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.3% Bangunan 3.3% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertambangan & Penggalian 1.9% Industri Pengolahan 14.8% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.5% Bangunan 3.3% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertambangan & Penggalian 1.8% Industri Pengolahan 15.2% Sumber: BPS Provinsi Lampung 12

Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERTANIAN Secara triwulanan, output sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 0,94% (qtq), sedangkan secara tahunan tercatat masih mengalami pertumbuhan, yaitu sebesar 3,62% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 mencapai 1,41%, atau merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Penurunan yang terjadi pada output sektor pertanian secara triwulanan disebabkan oleh masa puncak panen sebagian besar komoditas tanaman bahan makanan telah berlangsung pada triwulan II-2012. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, terlihat bahwa pada periode triwulan III-2012 diperkirakan terjadi penurunan luas panen yang cukup signifikan pada sejumlah komoditas tanaman bahan makanan, seperti padi, jagung, ubi jalar, kedelai, dan kacang hijau. Penurunan output sub sektor tanaman bahan makanan terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III-2012 yang menunjukkan saldo bersih negatif, yaitu sebesar -100. Tabel 1.5. Prognosa Luas Lahan Panen Komoditas Tanaman Bahan Makanan Luas Panen (ha) NO Komoditi Jan-Apr Mei-Agt Sep-Des Jan-Des I PADI 293,891 253,792 62,073 609,756 II JAGUNG 104,057 323,106 38,313 465,477 III UBI JALAR 1,387 3,540 772 5,699 IV KEDELAI 4,463 3,173 1,950 10,126 VI KACANG HIJAU 1,339 4,059 1,070 6,467 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Sementara itu, pertumbuhan produksi sektor pertanian secara tahunan, juga sejalan dengan prognosa hasil panen yang dipublikasikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa luas panen sejumlah komoditas tanaman bahan makanan pada tahun 2012 akan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011. Luas panen padi diperkirakan meningkat 4,89% (yoy), luas panen jagung meningkat 18,85% (yoy), luas panen kedelai meningkat 14,64% (yoy), luas panen kacang tanah meningkat 57,91% (yoy), luas panen kacang hijau meningkat 50,64% (yoy), sedangkan luas panen ubi jalar meningkat 17,58% (yoy). 13

Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, pertumbuhan output pada sub sektor perkebunan juga terdorong oleh peningkatan produksi pada sub sektor perkebunan kopi dan kelapa sawit. Berdasarkan hasil liaison ke salah satu industri pengolahan kopi, diperoleh informasi bahwa kegiatan produksi akan meningkat pada periode Mei hingga Oktober sering masa puncak panen dan panen selingan kopi. Grafik 1.24. PDRB Sektor Pertanian (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) miliar Rp % 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 40 30 20 10 0-10 -20-30 Nilai PDRB-axis kiri qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Secara triwulanan maupun tahunan, output sektor industri pengolahan menunjukkan peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 4,64% (qtq) atau 5,98% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 sebesar 6,25% (yoy) mencapai 0,77%. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 0,06%, maupun periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 0,63%. Berdasarkan Indeks Produksi Manufaktur Besar dan Sedang yang dirilis oleh BPS Provinsi Lampung, sub sektor industri yang mengalami kenaikan secara triwulanan adalah industri makanan (8,45%), industri minuman (1,06%), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (9,11%), industri industri kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya (2,80%), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (6,84%), dan industri kertas dan barang dari kertas (0,64%). Peningkatan output pada industri makanan dan minuman tidak terlepas dari trend kenaikan permintaan konsumen dalam rangka pelaksanaan HBKN. Indikator peningkatan output sektor industri pengolahan secara triwulanan, antara lain tercermin dari kenaikan volume impor barang konsumsi setengah tahan lama sebesar 52,64% (qtq), volume bahan baku belum diolah untuk industri sebesar 141,61% (qtq), indeks tingkat konsumsi komoditas yang berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, serta penyaluran kredit perbankan kepada sektor industri yang tumbuh sebesar 30,02% (yoy). 14

Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Di sisi lain, peningkatan output sektor ini secara tahunan terdorong oleh output pada industri makanan, industri tekstil, industri kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, serta industri furnitur. Grafik 1.25. PDRB Sektor Industri Pengolahan (ADHK Tahun 2000) miliar Rp % 1,450 1,400 1,350 1,300 1,250 1,200 1,150 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 Grafik 1.26. Kredit Sektor Industri miliar Rp 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBU ton 2500 2000 1500 1000 500 0 Grafik 1.27. Volume Impor Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2011 2012 ton 100000 80000 60000 40000 20000 0 Grafik 1.28. Volume Impor Bahan Baku Belum Diolah untuk Industri Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2011 2012 Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 15

Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.6. Jenis Industri yang Mengalami Pertumbuhan Tahunan maupun Triwulanan Pertumbuhan Jenis Industri Tahunan (%, yoy) Industri Makanan 11.95 Industri Tekstil 12.84 Industri Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 9.49 Industri Kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 22.14 3.45 8.05 Industri Furnitur 17.72 Jenis Industri Pertumbuhan Triwulanan (%, qtq) Industri Makanan 8.45 Industri Minuman 1.06 Industri Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki Industri Kayu, barang dari kayu, barang dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri kertas dan barang dari kertas 9.11 2.8 6.84 0.64 Sumber : BPS Provinsi Lampung SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Output sektor listrik, gas, dan air bersih pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 5,37% (qtq) atau 11,05% (yoy). Dengan demikian, sumbangan sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,04%, dimana seluruhnya merupakan sumbangan dari sub sektor listrik. Peningkatan output pada sub sektor listrik didukung oleh data PLN Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pelanggan dan nilai penjualan listrik PLN mengalami peningkatan masing-masing sebesar 7,17% (yoy) dan 14,45% (yoy). Seiring dengan hal tersebut, pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan Lampung pada triwulan III-2012 rata-rata mencapai 275 juta Kwh, mengalami peningkatan sebesar 3,20% dibandingkan triwulan III-2011. Pasokan listrik tersebut sebagian besar berasal dari interkoneksi Sumatera Selatan maupun pembelian dari pihak lain, sedangkan sisanya berasal dari PLTD, PLTA, dan PLTU yang ada di Provinsi Lampung ditambah PLTD sewa. Pada tahun 2012 ini, energi listrik untuk Provinsi Lampung diperkirakan akan meningkat sejalan dengan rencana operasi PLTP Ulubelu pada Semester II-2012. 16

Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.29. PDRB Sektor Listrik, Air Bersih, miliar Rp dan Gas (ADHK Tahun 2000) % 50 16 40 12 30 20 8 10 4 0-10 I II III IV I II III IV I II III 0 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan juta Rp 170,000 165,000 160,000 155,000 150,000 145,000 140,000 135,000 Grafik 1.30. Jumlah Pelanggan dan Volume Penjualan Listrik PT. PLN Wilayah Lampung ribu orang Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III 2011 2012 Nilai Penjualan (juta Rp)-axis kiri Jumlah Pelanggan (ribu orang)-axis kanan 1,320 1,300 1,280 1,260 1,240 1,220 1,200 1,180 1,160 Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : PT. PLN Provinsi Lampung SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Pada triwulan III-2012, sektor PHR mengalami pertumbuhan sebesar 3,63% (qtq) atau 4,48% (yoy). Dengan pertumbuhan tahunan sebesar 6,25% (yoy), kontribusi sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,71%. Dari kontribusi sebesar 0,71% tersebut, sebesar 0,59% berasal dari sub sektor perdagangan, sedangkan sisanya berasal dari sub sektor restoran sebesar 0,12%. Secara triwulanan, peningkatan output yang terjadi pada sub sektor perdagangan terdorong oleh adanya kenaikan permintaan masyarakat saat pelaksanaan HBKN. Hal ini terindikasi dari indeks tingkat konsumsi makanan dan bukan makanan yang berada pada level optimis yaitu sebesar 103,92, indeks tingkat pengeluaran masyarakat (hasil Survei Konsumen) yang pada Agustus 2012 merupakan indeks tertinggi serta hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan Saldo Bersih realisasi kegiatan usaha sub sektor perdagangan bernilai positif, yaitu sebesar 40. Selain itu, penyaluran kredit perbankan sektor PHR mengalami pertumbuhan 29,75% (yoy) atau menjadi Rp8,71 triliun. Di sisi lain, sub sektor perhotelan tidak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil liaison ke salah satu usaha perhotelan yang menunjukkan bahwa pada Juli dan Agustus 2012 tingkat hunian mengalami penurunan karena bertepatan dengan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. 17

Jan-10 Mar-10 Mei-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.31. PDRB Sektor PHR miliar Rp (ADHK Tahun 2000) % 1,800 15 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 10 5 0-5 -10 miliar Rp 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Sumber : LBU dan LBUS Grafik 1.32. Kredit Sektor Perdagangan SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pada periode laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan 6,37% (qtq) atau 13,37% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 1,04%, terbesar ketiga setelah sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan dan sektor pertanian. Kontribusi terbesar pada sektor ini berasal dari sub sektor pengangkutan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% (yoy), sehingga memberikan kontribusi terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 0,56%. Peningkatan output pada sub sektor ini diantaranya terdorong oleh tumbuhnya output pada angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, dan angkutan laut yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (yoy), 21,33% (yoy), dan 17,10% (yoy). Pertumbuhan output yang terjadi pada sektor ini tidak terlepas dari kenaikan jumlah pengguna angkutan, dari dan ke luar Lampung pada saat perayaan HBKN. Hal ini terkonfirmasi oleh data Dinas Perhubungan Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa sejumlah penumpang pengguna jasa angkutan mengalami kenaikan saat HBKN 2012 dibandingkan tahun 2011 (lihat Tabel 1.7). 18

Jan-11 Mar-11 Mei 11 Jul 2011 Sept 2011 Nov 2011 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.7. Realisasi dan Prediksi Arus Penumpang Realisasi 2011 Prediksi 2012 Moda Angkutan Realisasi 2010 Total Puncak H Total Puncak H Jalan Raya 185.444 270.352 40.287 H-2 297.387 44.316 H -3 H-7 s/d H+7 31,41% 10% 10,0% ASDP 1.534.128 1.568.314 152.957 H+4 1.615.363 157.546 H+3 H-7 s/d H+7 3% 3,0% Kereta Api 49.839 33.333 2.898 H+3 22.833 1.985 H -2 H-7 s/d H+7-49,52% -31,50% -31,50% Udara 33.242 46.437 3.771 H+4 53.403 4.337 H -2 H-7 s/d H+7 28,41% 15% 15,00% Total 1.802.653 1.918.436 199.913 1.988.986 208.183 Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung saat Rapat Kordinasi Menghadapi Idul Fitri 2012 Grafik 1.33. PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi miliar Rp % 1,000 25 800 20 600 15 10 400 5 200 0 0-5 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.34. Kredit Sektor Angkutan miliar Rp 1,100 1,000 900 800 700 600 500 Sumber : LBU dan LBUS SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Pada triwulan III-2012, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 1,23% (qtq) atau 15,17% (yoy). Dengan demikian, kontribusi `sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 1,48%, atau merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Pada sektor ini, kontribusi sub sektor bank memberikan kontribusi yang tertinggi, yaitu sebesar 1,08%. Perkembangan sektor ini secara 19

Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr 11 Mei 11 Jun 11 Jul 2011 Agt 2011 Sept 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Kondisi Makro Ekonomi Regional tahunan sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Lampung, antara lain dicerminkan oleh laba rugi perbankan yang meningkat sebesar 77,40% (yoy). Grafik 1.35. PDRB Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan miliar Rp % 1,500 1,000 500 0 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan 40 30 20 10 0-10 juta Rp 2,000 1,500 1,000 500 - (500) Grafik 1.36 Perkembangan Laba Rugi Perbankan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS SEKTOR LAIN-LAIN Pada triwulan III-2012, sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan 0,20% (qtq), namun secara tahunan mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,08%, dimana kontribusi terbesar terjadi pada sub sektor migas. Data Distamben Provinsi Lampung menunjukkan bahwa produksi minyak bumi di Lampung pada triwulan III-2012 mencapai 933,54 ribu barrel atau mengalami peningkatan sebesar 3,03% (qtq), sedangkan produksi gas mencapai 3,4 juta MMTBU atau mengalami peningkatan sebesar 3,36% (qtq). Sementara itu, sektor bangunan pada triwulan III-2012 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,99% (qtq) atau 4,77% (yoy). Dengan demikian, kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan III-2012 mencapai 0,23%. Hal ini sejalan dengan data konsumsi semen di Provinsi Lampung yang meningkat sebesar 8,52% (ctc). Di sisi lain, sektor jasa-jasa mengalami penurunan sebesar 4,26% (qtq) meskipun secara tahunan tumbuh 6,28% (yoy), sehingga kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 0,48%. Peningkatan pada sektor ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan III-2012 yang menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan output terutama pada sub sektor jasa swasta (SB = 33,33). 20

Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.37. PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian miliar Rp % 200 10 190 5 180 0 170-5 160-10 150-15 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan 600 500 400 300 200 100 0 Grafik 1.38. PDRB Sektor Bangunan miliar Rp % I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 -8 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 1.39 miliar Rp PDRB Sektor Jasa-Jasa % 1,000 20 800 15 10 600 5 400 0 200-5 0-10 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Nilai qtq-axis kanan yoy-axis kanan -40 Grafik 1.40. Saldo Bersih Realisasi Kegiatan Dunia Usaha Jasa - Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertanian, Perkebunan, 12.5 33.33 33.33-60 -40-20 0 20 40 Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : SKDU KPw BI Lampung Trw III-2012 ribu MMBTU 3,500 3,400 3,300 3,200 3,100 3,000 Grafik 1.41. Lifting Migas Provinsi Lampung Trw I Trw II Trw III 2012 Minyak (Barrel)-axis kanan Gas (MMBTU)-axis kiri Barrel 940,000 930,000 920,000 910,000 900,000 890,000 880,000 Sumber: Distamben Provinsi Lampung 21

Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep % Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI -2012 mencapai 1,98% (qtq), mengalami trend kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq). Beras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar yang disebabkan oleh kembali menurunnya supply pasca panen Tahap I pada 1. KONDISI UMUM Berdasarkan disagregasi, inflasi Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 sebesar 1,98% (qtq) dominan disumbang oleh inflasi inti yang mencapai 1,04% dan inflasi volatile food sebesar 0,92%, sedangkan sumbangan inflasi administered cukup minimal, yaitu sebesar 0,02%. Sementara itu, berdasarkan komoditas, 10 (sepuluh) penyumbang inflasi terbesar pada triwulan III- 2012 yaitu Beras, SLTP, Kembung, Daging Sapi, Emas Perhiasan, Nasi, Tempe, Daun Singkong, Seragam Sekolah Anak, dan Sawi Hijau. Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi Provinsi Lampung secara tahunan pada triwulan III-2012 menjadi 4,32% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan inflasi triwulan II-2012 yang mencapai 4,66% (yoy). Bila dibandingkan 66 kota se-indonesia yang disurvei oleh BPS, inflasi Lampung yang direpresentasikan oleh inflasi kota Bandar Lampung, pada triwulan III-2012 berada pada peringkat ke 39, mengalami penurunan dari peringkat 33 pada triwulan II-2012. Namun bila dibandingkan kota lainnya di Sumatera, inflasi kota Bandar Lampung berada pada peringkat 6 dari 16 kota. 14 12 10 8 6 4 2 0 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional 4.31 4.32 2009 2010 2011 2012 Nasional (yoy) Bdl (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung 22

Perkembangan Inflasi 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Pada Juli 2012, inflasi kota Bandar Lampung mencapai 0,52% (mtm), mengalami penurunan dibandingkan inflasi Juni 2012 sebesar 0,79% (mtm). Berdasarkan disagregasi, penyumbang inflasi terbesar periode Juli 2012 berasal dari kelompok inflasi inti sebesar 0,37% dan kelompok volatile foods sebesar 0,15%, sedangkan kelompok administered tidak memberikan andil terhadap inflasi. Sementara itu, berdasarkan komoditas, penyumbang inflasi terbesar pada periode ini diantaranya Telur Ayam Ras, Seragam Sekolah Anak, Daging Ayam Ras, Sewa Rumah, Gula Pasir, Semangka, Bedak, Celana Panjang Jeans, Daging Sapi, dan Bawang Putih. Kenaikan harga beberapa komoditas volatile foods disebabkan oleh adanya trend kenaikan permintaan terhadap sejumlah pangan pokok ditengah kondisi supply yang masih memadai. Hal ini terkonfirmasi oleh data Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Lampung yang menunjukkan trend permintaan sejumlah kebutuhan pokok pada Juli 2012 yang rata-rata mengalami peningkatan sebesar 45% dibandingkan bulan normal (tidak terdapat HBKN). Sementara itu, berdasarkan hasil liaison ke 2 (dua) perusahaan feedlotter terbesar di Provinsi Lampung menunjukkan bahwa penurunan kuota impor daging sapi yang diterima sepanjang 2012 sebesar 30%, dan diiringi dengan peningkatan permintaan daging sapi untuk kebutuhan HBKN tahun 2012 sebesar 30%-50% menyebabkan kenaikan harga daging sapi di tingkat feedlotter mengalami kenaikan 4-10% dibandingkan harga normal. Di sisi lain, dimulainya tahun ajaran baru sekolah mendorong kenaikan harga pada sejumlah komoditas terkait dengan jasa pendidikan, diantaranya seragam sekolah dan buku pelajaran. Tabel 2.1. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Juli 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung Selanjutnya, adanya momen Idul Fitri pada Agustus 2012 ditambah masih berlanjutnya tekanan harga terhadap sejumlah komoditas terkait jasa pendidikan, telah menyebabkan inflasi kota Bandar Lampung pada Agustus 2012 meningkat signifikan hingga mencapai 1,12% (mtm). 23

Perkembangan Inflasi Penyumbang terbesar inflasi periode ini berasal dari kelompok volatile foods dan kelompok inflasi inti dengan andil masing-masing sebesar mencapai 0,66% dan 0,47%, sedangkan kelompok administered price memberikan andil deflasi sebesar 0,01%. Komoditas pendorong inflasi pada kelompok volatile foods diantaranya Beras, Daging Sapi, Bawang Putih, dan Daging Ayam Ras. Sementara itu, komoditas pendorong inflasi pada kelompok inflasi inti diantaranya biaya jasa SLTP, SD, dan SLTA. Sedangkan pendorong deflasi pada kelompok administered adalah bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan pantauan survei harga yang dilakukan oleh Disperindagkop UMKM Provinsi Lampung, harga beras IR-64 berbagai jenis mengalami kenaikan sebesar 2%-3% (mtm). Penyebabnya adalah penurunan pasokan pasca puncak panen pada Mei 2012. Hal ini tercermin dari trend penurunan pengadaan beras lokal oleh BULOG, seiring dengan menurunnya produksi gabah petani pada periode tersebut. Sementara itu, harga daging sapi terpantau kembali mengalami kenaikan karena terdapat perayaan Idul Fitri, merupakan periode tertinggi kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi, selain adanya pembatasan impor sapi secara nasional yang belum diimbangi dengan ketersediaan sapi lokal dipasaran. Tabel 2.2. Prognosa Pengadaan Beras oleh BULOG Tahun Prognosa Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des Jumlah Divre Lampung 30,000 - - 138 2,164 4,378 1,143 940 407 307 321 - - 9,798 L. Tengah 65,000 - - 3,804 11,939 12,033 6,099 1,898 247-12 - - 36,031 L. Utara 40,000 - - 261 2,681 3,182 1,119 277 75 111 193 - - 7,899 L. Selatan 55,000 - - 84 4,268 7,659 1,941 828 137 102 146 - - 15,164 Total 190,000 - - 4,286 21,051 27,252 10,302 3,943 866 520 671 - - 68,892 Sumber : BULOG Divre Lampung Di sisi lain, berdasarkan informasi dari sejumlah pedagang besar bawang di Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa kurang lancarnya transportasi melalui pelabuhan laut menyebabkan terlambatnya pengiriman bawang sehingga berdampak pada penurunan kualitas produk. Tabel 2.3. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada Agustus 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 24

Perkembangan Inflasi Pada September 2012, inflasi masih terjadi meskipun tekanan dari sisi permintaan masyarakat sudah kembali normal. Inflasi pada periode ini mencapai 0,32% (mtm) dan dominan disebabkan oleh tekanan harga pada kelompok inflasi inti (0,20%). Sementara itu, sumbangan kelompok volatile foods menurun signifikan hingga menjadi sebesar 0,10%, sedangkan kelompok administered memberikan andil inflasi sebesar 0,01%. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada kelompok inflasi inti diantaranya nasi, emas perhiasan, roti manis, dan daun singkong. Naiknya harga nasi yang merupakan produk turunan beras tentunya dipicu oleh kenaikan harga beras. Sementara itu, kenaikan harga emas perhiasan di tingkat lokal mengikuti pergerakan harga emas dunia yang meningkat sebesar 6,77% (mtm) menjadi $1,740.69/OZ. Di sisi lain, inflasi kelompok volatile foods dipicu oleh naiknya harga sejumlah komoditas sayuran seperti sawi hijau, tomat buah, kangkung, dan wortel yang disebabkan oleh musim kering yang berlangsung pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Lampung yang diperkirakan terjadi hingga pertengahan Oktober 2012 (BMKG). Sedangkan inflasi kelompok administered disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar rumah tangga. 25

Perkembangan Inflasi Gambar 2.1. Perkiraan Curah Hujan Sumber : BMKG Provinsi Lampung Tabel 2.4. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar pada September 2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 26

%, mtm Perkembangan Inflasi Grafik 2.2 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Bulanan Tahun 2012 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0-0.2-0.4-0.6 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Core 0.29 0.10-0.03 0.12 0.02 0.27 0.37 0.47 0.20 Volatile Food 0.34-0.22-0.34 0.20 0.15 0.50 0.15 0.66 0.10 adm price 0.00 0.00 0.16 0.06 0.00 0.02 0.00-0.01 0.02 Inflasi Bulanan 0.63-0.11-0.21 0.38 0.17 0.79 0.52 1.12 0.32 Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, inflasi kota Bandar Lampung pada triwulan III-2012 mencapai 1,98% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,36% (qtq), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 2,30% (qtq). Dibandingkan triwulan II-2012, andil inflasi kelompok inti dan volatile foods mengalami kenaikan yang disebabkan oleh adanya fenomena Idul Fitri yang memicu kenaikan permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan dan sandang, serta dimulainya tahun ajaran baru yang menyebabkan penyesuaian terhadap beberapa komoditas terkait jasa pendidikan. Sementara itu, inflasi kelompok administered masih minimal. Tabel 2.5. Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulanan Terbesar pada Triwulan III-2012 Sumber : BPS Provinsi Lampung 27

%, qtq Perkembangan Inflasi Grafik 2.3 Sumbangan Tiap Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Triwulanan Tahun 2012 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5 Trw I Trw II Trw III Core 0.36 0.43 1.04 Volatile Food -0.22 0.86 0.92 adm price 0.17 0.07 0.02 Inflasi Triwulanan 0.31 1.36 1.98 Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.3. Inflasi Tahunan (yoy) Bila dibandingkan triwulan III-2011, harga komoditas barang dan jasa secara umum mengalami peningkatan sebesar 4,32% (yoy), dimana penyumbang inflasi terbesar masih berasal dari kelompok inflasi inti (2,04%), diikuti kelompok volatile foods (1,76%) dan kelompok administered price (0,53%). Pada kelompok inflasi inti, penyumbang terbesar inflasi tahunan adalah komoditas Kontrak Rumah, Gula Pasir, Roti Manis, SLTP, dan Tarip Air Minum Pikulan. Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok volatile foods adalah Beras, Bawang Putih, Daging Sapi, Tomat Buah, dan Daging Ayam Ras. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok administered diantaranya Rokok Kretek Filter dan Tarip Parkir, yang mengalami kenaikan setelah adanya penyesuaian tarif berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 167/PMK.011/2011 (perubahan harga pita cukai) dan Peraturan Walikota tahun 2011 yang mulai berlaku pada April 2012 (biaya parkir yang berlaku secara progresif). 28

Indeks %, yoy Perkembangan Inflasi 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0-1.0 Grafik 2.4 Sumbangan Kelompok Disagregasi terhadap Inflasi Tahunan Tahun 2012 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sept Core 2.19 1.93 1.96 1.91 1.91 2.07 2.31 2.20 2.04 Volatile Food 0.34-0.05 0.45 0.95 1.25 1.68 1.46 2.01 1.76 Adm price 1.50 1.32 1.01 1.06 0.98 0.91 0.58 0.56 0.53 Inflasi Tahunan 4.03 3.20 3.41 3.92 4.14 4.66 4.34 4.77 4.32 Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 3. EKSPEKTASI INFLASI Tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan III-2012 sejalan dengan ekspektasi pelaku usaha. Hal ini terindikasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Lampung triwulan II-2012 yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih seluruh sektor bernilai positif (SB = 23,26). Alasan yang mendasari ekspektasi tersebut adalah kenaikan biaya produksi. Selain itu, inflasi pada periode ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang menunjukkan bahwa konsumen berkeyakinan bahwa pada triwulan III-2012 harga barang secara umum mengalami kenaikan. Grafik 2.5. Indeks Balance Score Keyakinan Konsumen terhadap Perubahan Harga 3 Bulan YAD 210 190 170 150 130 110 90 189 195 184 190 193 177 Ambang optimis Jan Feb Mar Apr May Jun 2012 Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung 4. PERKEMBANGAN HARGA NOMINAL KOMODITAS BAHAN POKOK DI BANDAR LAMPUNG DIBANDINGKAN KOTA LAINNYA DI SUMATERA Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi menunjukan perubahan harga barang/komoditas yang dinyatakan 29

Perkembangan Inflasi dalam presentase. Kenaikan harga barang dapat menjadi suatu indikator ekonomi yang buruk bagi suatu daerah karena dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Meskipun inflasi suatu daerah lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya, namun harga nominal untuk suatu komoditas di suatu daerah pada waktu tertentu dapat lebih rendah, dan sebaliknya. Berikut ini harga nominal beberapa komoditas pada periode akhir triwulan III-2012 di beberapa wilayah Sumatera. Tabel 2.6 Harga Komoditas di Lampung Tabel 2.7 Harga Komoditas di Sumsel No. Komoditas Satuan Rp 1 Tepung Cakra kg 12,750 2 Beras IR 64 KW1 kg 9,250 3 Beras IR 64 Slip kg 8,000 4 Gula Pasir Lokal kg 12,500 5 Minyak Bimoli Botol Biasa 1 Liter L 13,500 6 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 11,000 7 Daging Ayam Broiler kg 25,000 8 Daging Ayam Kampung kg 55,000 9 Daging Sapi Murni kg 75,000 10 Telur Ayam Kampung per Butir Butir 1,750 11 Telur Ayam Ras kg 15,500 Susu Bubuk Bendera 400 gr 12 400 gr 28,000 Susu Bubuk Indomilk 400 gr 13 400 gr 27,500 14 Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 9,000 15 Susu Kental Manis Indomilk 397 gr 397 gr 8,000 16 Jagung Pipilan kg 5,000 Garam Beryodium Bata per buah 17 buah 1,000 18 Garam Beryodium Halus kg 2,000 19 Tepung Segitiga Biru kg 7,400 20 Kedelai Impor kg 8,750 21 Kedelai Lokal kg 8,750 22 Indomie Kari Ayam bks 1,600 23 Cabe Merah Besar Keriting kg 16,000 24 Cabe Merah Besar/Biasa kg 16,000 25 Ikan Asin Teri kg 35,000 26 Kacang Hijau kg 12,500 27 Kacang Tanah kg 17,500 28 Ketela Pohon kg 2,500 29 Bawang Merah kg 8,000 30 Semen Batu Raja 50 kg 50 kg 59,000 31 Semen Holcim zak 59,000 32 Semen Padang zak 56,000 33 Semen Tiga Roda zak 59,000 34 Pupuk NPK kg 5,000 35 Pupuk SP 36 kg 5,000 36 Pupuk Urea kg 6,000 37 Pupuk Za kg 2,500 38 Kunci kg 9,500 No Komoditas Satuan 1 Beras iliran kg 7,300.00 2 Beras IR 64 kg 7,300.00 3 Gula Pasir kg 12,500.00 Minyak Bimoli Botol 4 Biasa 1 Liter L 12,000.00 Minyak Tanpa 5 Merek/curah(sawit) kg 11,000.00 6 Daging Ayam Broiler kg 23,000.00 Daging Ayam Kampung 7 per ekor ekor 40,000.00 8 Daging Sapi Murni kg 85,000.00 Telur Ayam Kampung 9 per Butir Butir 2,000.00 10 Telur Ayam Ras kg 14,000.00 Susu Kental Manis 397 11 gr 397 gr 9,000.00 12 Jagung kg 4,000.00 13 Garam Halus kg 500 14 Garam Kasar Kg 1,000.00 15 Tepung Terigu kg 7,000.00 16 Kacang Kedelai kg 7,000.00 17 Mie Instant bks 1,300.00 Cabe Merah Besar 18 Keriting kg 25,000.00 Rp 19 Cabe Merah Besar/Biasa kg 23,000.00 20 Ikan Asin Teri No.1 kg 30,000.00 21 Ikan Asin Teri No.2 kg 25,000.00 22 Kacang Hijau kg 14,000.00 23 Kacang Tanah kg 11,000.00 24 Ketela Pohon kg 2,500.00 25 Bawang Merah kg 14,000.00 26 Bawang Putih kg 17,000.00 27 Semen Padang zak 58,000.00 28 Semen Tiga Roda zak 59,000.00 29 Sayur kol kg 4,000.00 30 Pupuk Urea kg 5,500.00 Sumber : http://sipaw.kemendag.go.id 30

Perkembangan Inflasi Tabel 2.8 Harga Komoditas di Sumbar Tabel 2.9 Harga Komoditas di Riau No. Komoditas Satuan Rp No. 1 Beras Bukit Tinggi kg 10,313 2 Beras IR-42 C (KW-1) kg 11,250 3 Beras IR-42 Muaro Labuh (KW-I) kg 8,750 4 Beras IR-42 Padang kg 8,750 5 Beras IR-42 Pariaman kg 8,750 Beras IR-42 Pesisir 6 Selatan kg 7,000 7 Beras Sokan kg 10,313 8 Gula Pasir Lokal kg 13,000 Minyak Bimoli Botol 9 Biasa 1 Liter L 16,000 10 11 Minyak Bimoli Kemasan Isi ulang 1 liter L 14,000 Minyak Tanpa Merek/curah(sawit) kg 10,500 12 Daging Ayam Broiler kg 29,000 13 Daging Ayam Kampung kg 38,000 14 Daging Sapi Murni kg 80,000 15 Telur Ayam Kampung kg 24,500 16 Telur Ayam Ras kg 16,000 17 Susu Bubuk Bendera 400 gr 400 gr 30,000 18 Susu Bubuk Dancow 400 gr 400 gr 30,000 19 Susu Bubuk Indomilk 400 gr 400 gr 27,000 20 Susu Kental Manis Bendera 397 gr 397 gr 8,300 21 Susu Kental Manis Indomilk 390 gr 390 gr 8,000 22 Jagung Pipilan Kering kg 5,500 23 Garam Beryodium Bata per buah buah 500 24 Garam Beryodium Halus 250 gr 1,500 25 Garam Kasar gr 2,000 26 Tepung Lencana Merah kg 7,000 27 Tepung Segitiga Biru kg 7,500 28 Kacang Kedelai kg 8,500 29 Mie Instant bks 1,500 30 Cabe Merah Keriting kg 17,000 31 Ikan Asin Teri No.2 kg 40,000 32 Kacang Hijau kg 14,000 33 Kacang Tanah kg 19,000 34 Ketela Pohon kg 2,500 35 Bawang Merah kg 11,000 36 Bawang Putih kg 18,000 37 Semen Padang zak 56,000 38 Semen Tiga Roda zak 53,000 39 Pupuk Kcl kg 5,200 40 Pupuk NPK kg 6,500 41 Pupuk TSP kg 6,400 Sumber : http://sipaw.kemendag.go.id Komoditas Satuan Rp 1 Beras Dolog kg 9,500 2 Beras MDAS kg 9,100 3 Beras Sokan kg 8,500 4 Gula Pasir Impor kg 14,800 5 Gula Pasir Lokal kg 13,000 Minyak Bimoli Kemasan Isi 6 ulang 1 liter Minyak Tanpa 7 Merek/curah(sawit) L 12,500 kg 10,500 8 Daging Ayam Broiler kg 19,500 9 Daging Ayam Kampung kg 50,000 10 Daging Sapi Murni kg 85,000 11 Telur Ayam Broiler per butir butir 1,000 12 Telur Ayam Kampung per Butir Butir 1,600 13 Blue Band kg 35,000 14 Susu Bubuk Bendera 400 gr 400 gr 26,500 15 Susu Bubuk Indomilk 400 gr 400 gr 23,000 16 Susu Kental Manis 397 gr 397 gr 8,000 Susu Kental Manis Bendera 17 397 gr 397 gr 8,000 Susu Kental Manis Bendera 18 400 gr 400 gr 8,500 19 Susu Kental Manis Indomilk 390 gr 8,000 20 390 Jagung gr Pipilan Kering kg 6,500 Garam Beryodium Bata per 21 buah buah 2,000 22 Garam Beryodium Halus kg 3,500 23 Tepung Segitiga Biru kg 8,500 24 Tepung Terigu kg 8,500 25 Kacang Kedelai kg 8,000 26 Kedelai Impor kg 8,000 27 Indomie Kari Ayam bks 1,600 28 Cabe Merah Keriting kg 17,000 29 Ikan Asin Teri No.1 kg 71,000 30 Ikan Asin Teri No.2 kg 65,000 31 Kacang Hijau kg 14,000 32 Kacang Tanah kg 18,500 33 Bawang Merah kg 17,500 34 Bawang Putih kg 17,500 35 Semen zak 57,000 36 Semen Padang 50 kg 50 kg 57,000 37 Sayur kol kg 3,000 38 Sayur Tomat kg 3,000 31

Perkembangan Inflasi Box I. Pelaksanaan Workshop Nasional Sistem Resi Gudang di Provinsi Lampung I. Latar Belakang Stabilisasi harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil sangat penting untuk dicapai karena merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan yang tinggi diharapkan mengurangi pengangguran, sedangkan laju inflasi yang rendah akan mengurangi kemiskinan. Inflasi yang rendah dan stabil akan berdampak positif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan terjaganya daya beli. Mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil perlu dukungan dari Pemerintah baik pada tingkat pusat maupun daerah yang mempunyai kewenangan dalam rangka mengatasi gangguan dari sisi penawaran (supply). Gangguan pasokan yang mengakibatkan inflasi pada kelompok volatile foods pada gilirannya juga dapat mempengaruhi inflasi komoditas lainnya sehingga dapat mempersulit upaya pengendalian inflasi. Dalam rangka meningkatkan peran Pemerintah Daerah untuk mendukung stabilitas harga terutama komoditas pangan diperlukan upaya koordinasi yang mendukung stabilitas harga melalui penguatan ketahanan pangan. Untuk memperkuat cadangan pangan telah diamanahkan melalui Rakornas TPID 2012 mengenai salah satu sistem yaitu penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) yang diharapkan mampu menciptakan pengelolaan komoditas pangan secara efisien dan efektif serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Resi gudang adalah surat berharga berupa dokumen sebagai bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Diwujudkannya SRG adalah dalam rangka memberikan manfaat dan meningkatkan akses masyarakat terhadap kepastian hukum, melindungi masyarakat dan memperluas akses mereka untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan. Secara umum SRG merupakan instrumen yang dapat membantu berbagai pihak baik masyarakat petani, pelaku usaha, pemerintah, maupun lembaga keuangan dalam memperoleh manfaat. Namun, banyak pihak yang belum menyadari arti pentingnya dan manfaat SRG di daerah. Di Provinsi Lampung, melalui Dana Alokasi Khusus tahun 2011, telah terbangun gudang SRG di 5 (lima) Kabupaten, diantaranya di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Tulang Bawang. Sedangkan melalui alokasi DAK Tahun 2012 saat ini sedang dibangun gudang SRG di Kabupaten Lampung Barat. 32

Perkembangan Inflasi II. Tujuan Tujuan pelaksanaan workshop adalah untuk mengawal komitmen pemerintah serta meningkatkan awareness stakeholders terkait mengenai manfaat dan pentingnya implementasi SRG di Lampung, sekaligus mendukung percepatan pemanfaatan gudang SRG yang telah dibangun. III. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan pada 10 Oktober 2012, dengan pembicara dari Biro Pasar Fisik dan Jasa-Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Kemenko Perekonomian, PT. Bank Jabar Banten, dan PT. BRI. Sementara itu peserta kegiatan terdiri dari pemerintah di 12 kabupaten, perwakilan kelompok tani, perbankan di Provinsi Lampung, PT. Pertani, Sucofindo, dan Media Massa. IV. Hasil Pelaksanaan Kesimpulan : 1. Implementasi SRG harus menjadi komitmen Pemda Provinsi Lampung dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan stabilitas harga daerah, sekaligus sebagai insentif petani untuk meningkatkan produksinya. 2. Perlu komitmen Pemda dari segi penyediaan infrastruktur dengan optimalisasi pergudangan yang sudah ada dan pendanaan dalam penganggaran belanjanya untuk pemeliharaan serta peningkatan sarana-prasarananya termasuk pasar komoditas. 3. Dengan melihat potensi yang ada di Provinsi Lampung maka implementasi SRG dapat segera dilakukan di tahun 2013 4. SRG merupakan solusi pencapaian ketahanan pangan dan kestabilan harga komoditas sekaligus sebagai sarana monitoring stok pangan daerah. 5. SRG dapat meningkatkan pendapatan petani dan produsen yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. 6. SRG menjamin kepastian pasokan bahan makanan dan mempengaruhi stabilitas harga 7. Dengan lengkapnya payung hukum SRG maka tidak ada alasan untuk tidak dapat menjalankan skema ini di daerah. 33

Perkembangan Inflasi Rencana Tindak Lanjut : 1. Pemerintah Kabupaten Mesuji berkomitmen untuk dapat ikut serta dalam program SRG dengan pertimbangan potensi komoditas padi dan karet. Untuk itu dalam waktu dekat Kabupaten Mesuji akan membuat proposal pengajuan kepada Bappebti agar pembangunan gudang dapat dilakukan pada tahun 2013 atau 2014 melalui DAK. 2. Bappebti akan membantu mengatasi kendala-kendala dan permasalahan implementasi resi gudang di Provinsi Lampung secara langsung, diantaranya dengan berkoordinasi dengan perbankan dan pihak pengelola gudang termasuk pemberian bantuan teknis. 3. Lampung Selatan menyatakan siap untuk implementasi SRG setelah menunggu hasil inspeksi dan kelayakan gudang karena sejak Maret 2012 sudah dilakukan sosialisasi. 4. BRI akan segera melakukan sosialisasi kepada petugas-petugas bank yang berdekatan dengan lokasi gudang agar siap dapat melayani calon debitur. 5. Bank Lampung siap berpartisipasi dalam skema kredit SRG. 6. Dinas Pertanian bersedia untuk bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menjamin mutu komoditas yang dihasilkan oleh petani agar memenuhi standar komoditas yang dipersyaratkan dalam SRG. 34

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Di triwulan III tahun 2012 kinerja perbankan di Provinsi Lampung masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik, fungsi intermediasi masih menunjukan peningkatan dimana LDR tercatat pada level yang cukup tinggi yakni 123,50 %. Sementara itu kualitas kredit yang baik pertumbuhan kredit secara triwulanan yang tumbuh 3,72 % dengan net performing loan sebesar 2,60%. Sejalan dengan peningkatan perkembangan sektor perbankan, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Propinsi Lampung pada triwulan III-2012 juga menunjukkan perkembangan positif. Transaksi sistem pembayaran tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia masih menunjukkan net outflow. Sementara itu, kegiatan transaksi pada sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Perbankan Lampung pada triwulan III-2012 secara umum menunjukkan kinerja yang baik, sebagaimana tercatat dari indikator utama seperti aset, pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Kinerja yang baik ini sejalan dengan tren positif kondisi perekonomian Propinsi Lampung yang secara umum kondusif. Jumlah aset perbankan secara triwulanan tetap menunjukan peningkatan meskipun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 3,37% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,37% (qtq). Sedangkan secara tahunan aset tumbuh dari 12,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,87% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,23% (qtq) atau 16,60% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 5,32% (qtq) atau 18,69% (yoy), giro tumbuh sebesar 0,51% (qtq) atau 23,42% (yoy) sedangkan deposito mengalami penurunan sebesar 1,14% (qtq) meskipun secara tahunan mencatat pertumbuhan positif sebesar 9,58% (yoy). 35

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Trw III-2011 (miliar Rp) Tabel 3.1. Aset Perbankan Trw II-2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III -2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 40,278.56 46,707.27 48,282.96 100.00 3.37 19.87 1 Bank Umum 36,199.09 42,028.22 43,468.41 90.03 3.43 20.08 2 BPR 4,079.47 4,679.05 4,814.55 9.97 2.90 18.02 B Jenis Usaha Bank 40,278.56 46,707.27 48,282.96 100.00 3.37 19.87 1 Konvensional 38,591.54 44,460.59 45,917.56 95.10 3.28 18.98 2 Syariah 1,687.01 2,246.68 2,365.41 4.90 5.28 40.21 Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.2. DPK Perbankan No Uraian Trw III- 2012 Trw III- 2011 Trw II-2012 Posisi (miliar Pangsa (miliar Rp) (miliar Rp) qtq (%) yoy (%) Rp) (%) A Jenis Bank 21,996.83 25,089.76 25,649.21 97.82 2.23 16.60 1 Bank Umum 19,222.30 22,055.80 22,502.41 85.99 2.02 14.74 2 BPR 2,774.52 3,033.96 3,146.80 11.83 3.72 9.35 B Jenis Usaha Bank 21,996.83 25,089.76 25,649.21 100.00 2.23 16.60 1 Konvensional 21,140.90 23,987.37 24,454.21 95.62 1.95 15.67 2 Syariah 855.93 1,102.39 1,195.00 4.38 8.40 39.61 C Jenis Simpanan 21,996.83 25,089.76 25,649.21 100.00 2.23 16.60 1 Giro 4,312.53 5,295.37 5,322.39 20.75 0.51 23.42 2 Tabungan 10,408.22 11,729.38 12,353.56 48.16 5.32 18.69 3 Deposito 7,276.08 8,065.01 7,973.26 31.09-1.14 9.58 Sumber: LBU dan LBUS Penyaluran kredit secara triwulan menunjukkan peningkatan yang tumbuh sebesar 3,72% (qtq) meskipun melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,27% (qtq). Namun secara tahunan menunjukan akselerasi yang meningkat yaitu dari 24,54% (yoy) menjadi atau 24,65% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada jenis konsumsi yaitu sebesar 6,40% (qtq) atau 25,65% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dan sektor jasa sosial. Selain sektor lain-lain penyaluran kredit terbesar masih ditujukan kepada sektor PHR yang tumbuh sebesar 5,59% (qtq). Sementara itu penyaluran kredit sektor listrik, gas dan air mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 34,04% (qtq) atau 158,99% (yoy) meskipun memiliki pangsa terendah sebesar 0,08%. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah menjadi alasan perbankan untuk meningkatan penyaluran kredit selama triwulan laporan. Selain itu, tingkat suku bunga kredit yang stabil karena relatif tidak berubahnya BI rate pada level 5,75% menjadi alasan lain perbankan untuk dapat meningkatkan penyaluran kreditnya. 36

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Uraian Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Perbankan Trw III - 2011 (miliar Rp) Trw II-2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III- 2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Bank 25,413.02 30,541.53 31,677.35 100.00 3.72 24.65 1 Bank Umum 22,138.92 26,636.50 27,755.14 87.62 4.20 25.37 2 BPR 3,274.10 3,905.03 3,922.21 12.38 0.44 19.79 B Jenis Penggunaan 25,413.02 30,541.53 31,677.35 100.00 3.72 24.65 1 Modal Kerja 11,757.26 13,761.65 14,069.49 44.41 2.24 19.67 2 Investasi 4,563.42 6,042.93 6,183.68 19.52 2.33 35.51 3 Konsumsi 9,092.34 10,736.95 11,424.17 36.06 6.40 25.65 C Sektor Ekonomi 25,413.02 30,541.53 31,677.35 100.00 3.72 24.65 1 Pertanian 2,763.38 3,825.94 3,821.50 12.06-0.12 38.29 2 Pertambangan 70.20 609.97 584.78 1.85-4.13 733.07 3 Industri 2,377.77 3,099.52 3,091.51 9.76-0.26 30.02 4 Listrik 10.28 19.86 26.62 0.08 34.04 158.99 5 Konstruksi 507.65 634.83 714.34 2.26 12.53 40.72 6 Perdagangan 6,715.63 8,251.83 8,713.25 27.51 5.59 29.75 7 Angkutan 795.81 958.96 1,036.21 3.27 8.06 30.21 8 Jasa Umum 841.97 1,062.97 1,073.00 3.39 0.94 27.44 9 Jasa Sosial 865.91 976.95 919.52 2.90-5.88 6.19 10 Lain-lain 10,464.42 11,100.71 11,696.61 36.92 5.37 11.78 Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan penyaluran kredit yang sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK membuat indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 121,73% pada triwulan II-2012 menjadi 123,50% pada triwulan laporan. Peningkatan aktivitas intermediasi tersebut juga diiringi dengan peningkatan kualitas kredit, dimana rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan mengalami perbaikan dari 2,74% pada triwulan II-2012 menjadi 2,60% di triwulan laporan. % Grafik 3.1. Rasio LDR & NPL Perbankan Lampung % 128 123 LDR NPL 123.5 4 4 118 3 113 108 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2.6 3 2 Sumber: LBU dan LBUS 37

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 sebanyak 37 bank, dengan rincian 1 Bank Pembangunan Daerah, 5 Bank Persero, dan 31 Bank Umum Swasta Nasional yang 7 diantaranya beroperasi secara syariah serta 1 bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Pada triwulan III -2012, terdapat penambahan 2 kantor cabang yakni Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Barat. Berdasarkan wilayahnya terdapat 55 kantor cabang yang tersebar di Bandar Lampung (40), Metro (3), Lampung Tengah (3), Lampung Selatan (2), Lampung Utara (4), Tanggamus (1), Lampung Barat (1) dan Tulang Bawang (1). Selain penambahan kantor cabang, sepanjang triwulan laporan juga terdapat penambahan 29 kantor cabang pembantu yang tersebar di beberapa wilayah. Tabel 3.4. Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per September 2012 No. Lokasi KP KC KCP/UNIT KK KF 1 Bandar Lampung 1 40 82 22 7 2 Metro 0 3 21 2 1 3 Lampung Tengah 0 3 42 4 3 4 Lampung Selatan 0 2 34 3 4 5 Lampung Utara 0 4 22 2 2 6 Lampung Timur 0 0 22 1 2 7 Lampung Barat 0 1 15 1 0 8 Tanggamus 0 1 28 3 1 9 Tulang Bawang 0 1 26 1 0 10 Way Kanan 0 0 7 1 0 11 Pringsewu 0 0 16 2 1 12 Pesawaran 0 0 2 0 3 13 Tulang Bawang Barat 0 0 4 0 1 14 Mesuji 0 0 1 0 0 Total 1 55 322 42 25 Sumber: LBU dan LBUS 2.2. Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Lampung terus mengalami perkembangan, dan pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan sebesar 3,43% (qtq) dan secara tahunan meningkat sebesar 20,08% (yoy). Peningkatan jumlah aset tersebut berasal dari aset bank umum konvensional maupun syariah. Aset Bank Umum Konvensional (BUK) meningkat sebesar 3,34% (qtq) dari Rp39,94 triliun menjadi Rp41,27 triliun dengan pertumbuhan tahunan sebesar 19,19% (yoy). Sedangkan aset Bank 38

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Umum Syariah (BUS) meningkat 5,18% (qtq) atau 39,75% (yoy), sehingga jumlah aset BUS pada triwulan laporan mencapai Rp2,19 triliun. Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,557,698 1,593,454 3.67 2.30 25.51 Bandar lampung 35,538,996 36,807,749 84.68 3.57 20.31 Tanggamus 506,652 529,698 1.22 4.55 1.41 Tulang bawang 248,976 248,976 0.57 0.00 104.09 Lampung Barat 95,045 0.22 Lampung utara 2,344,606 2,400,920 5.52 2.40 6.12 Lampung tengah 1,481,587 1,379,459 3.17-6.89 10.71 Lampung selatan 317,307 413,111 0.95 30.19 126.42 Asset 42,028,221 43,468,412 100.00 3.43 20.08 Sumber : LBU dan LBUS Menurut lokasi kantor bank, aset Bank Umum di Bandar Lampung memiliki pangsa mencapai 84,68% dengan nilai sebesar Rp36.81 triliun atau meningkat 3.57% dibanding triwulan II-2012 yang bernilai Rp35.54 triliun. Lampung Selatan tercatat mengalami pertumbuhan aset paling tinggi yaitu 30,19% (qtq). Sedangkan Kabupaten Lampung Tengah mencatat penurunan aset sebesar 6,89% (qtq) meskipun secara tahunan masih menunjukan pertumbuhan yang positif yakni 10,71% (yoy). Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 4,02% (qtq) meningkat dari Rp28,86 triliun triwulan sebelumnya menjadi Rp30,02 triliun. Penempatan pada Bank Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,91% (qtq) sedangkan penempatan pada bank lain mengalami peningkatan sebesar 2,21% (qtq). Peningkatan aktiva produktif ini sejalan dengan ekspansi kredit perbankan lampung di triwulan laporan yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) pada periode triwulan II-2012 menunjukkan bahwa sebagian besar bank umum di wilayah Provinsi Lampung menempatkan dananya dalam bentuk kredit selain penempatan dana lainnya. Tabel 3.5. Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja 39

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran No Tabel 3.6. Indikator Bank Umum 2012 TW II TW III Pangsa (%) qtq (%) A Aset (miliar Rp) 36.199,09 42.028,22 43.468,41 3,43 B Pendanaan (miliar Rp) 20.436,23 23.136,79 23.875,52 100,00 3,19 1 Dana Pihak Ketiga 19.222,30 22.055,80 22.502,41 94,25 2,02 2 Kewajiban kepada bank lain 882,76 751,60 1.044,68 4,38 38,99 3 Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan 25,19 23,76 22,64 0,09-4,71 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 305,98 305,63 305,79 1,28 0,05 C Aktiva Produktif (miliar Rp) 23.262,78 28.862,42 30.023,95 100,00 4,02 1 Kredit yang Diberikan 22.138,92 26.636,50 27.755,14 92,44 4,20 2 Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) 73,56 115,17 95,69 0,32-16,91 3 Surat Berharga dan Tagihan Lainnya 110,68 151,61 170,69 0,57 12,58 4 Penempatan pada bank lain 939,61 1.959,15 2.002,43 6,67 2,21 D Alat Likuid (miliar Rp) 940,52 1.055,09 1.052,82 100,00-0,22 1 Kas 870,39 988,30 963,95 91,56-2,46 2 Giro pada bank lain 70,13 66,79 88,87 8,44 33,06 E Laba / Rugi (miliar Rp) 740,93 926,78 1.406,66 51,78 F Kinerja (%) Uraian Trw III- 2011 1 Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) 64,26 68,67 69,07 2 Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) 4,60 4,56 4,41 3 Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) 2,05 2,21 3,24 4 LDR (%) = (C1)/(B1) 115,17 120,77 123,34 5 BO/PO 82,62 52,87 53,10 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Indikator berupa pendanaan bank umum menunjukkan peningkatan sebesar 3,19% (qtq), dari Rp23,14 triliun menjadi Rp23,87 triliun yang sumber utama pendanaannya masih berasal dari Dana Pihak Ketiga dengan pangsa mencapai 94,25%. Di sisi lain alat likuid justru mengalami penurunan sebesar 0,22% (qtq), dari Rp1,06 triliun menjadi Rp1,05 triliun. Penurunan tersebut berasal dari turunnya posisi kas sebesar 2,46% (qtq) meski giro pada bank lain mengalami kenaikan sebesar 33,06% (qtq). Berdasarkan perkembangan indikator pendanaan dan alat likuid, tercatat bahwa pada triwulan laporan terjadi penurunan rasio likuiditas dari 4,56% menjadi 4,41% (qtq), yang mencerminkan kemampuan melunasi hutang jangka pendek bank umum di Lampung pada triwulan laporan mengalami penurunan. Pertumbuhan positif aktiva produktif juga mendorong naiknya laba bank umum di Provinsi Lampung. Pada triwulan laporan terjadi peningkatan laba dari Rp0,93 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp1,41 triliun pada triwulan laporan. Namun demikian, di sisi lain, rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami peningkatan yaitu dari 52,87% menjadi 53,10%. Sementara itu, indikator berupa rasio rentabilitas menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 2,21% menjadi 3,24% (qtq). 40

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.3. Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 2,02% (qtq) atau 17,06% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih menjadi produk simpanan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan pangsa sebesar 52,27% dari total DPK dan pada triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan mencapai 5,17% (qtq) atau sebesar 18,35% (yoy). Selain itu, simpanan giro juga mengalami peningkatan yakni tumbuh sebesar 0,51% (qtq). Sedangkan deposito mengalami penurunan sebesar 2,84% (qtq), namun secara tahunan tetap mengalami pertumbuhan sebesar 8,98% (yoy). Tabel 3.7. DPK Bank Umum No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II- 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III -2012 Pangsa % qtq % yoy % A Jenis Simpanan 19,222.30 22,055.80 22,502.41 100.00 2.02% 17.06% 1 Giro 4,312.53 5,295.37 5,322.39 23.65% 0.51% 23.42% 2 Tabungan 9,937.02 11,182.84 11,760.94 52.27% 5.17% 18.35% 3 Deposito 4,972.75 5,577.59 5,419.08 24.08% -2.84% 8.98% B Jenis Usaha Bank 19,222.30 22,055.80 22,502.41 100.00 2.02% 17.06% 1 Konvensional 18,423.20 21028.94 21390.82 95.06% 1.72% 16.11% 2 Syariah 799.1 1026.86 1111.59 4.94% 8.25% 39.11% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Simpanan giro pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 0,51% (qtq) menunjukan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh signifikan yakni sebesar 26,00% (qtq). Sementara itu secara tahunan giro tetap menunjukan akselerasi pertumbuhan dari 17,75%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 23,42%(yoy). Berdasarkan kepemilikan, giro pemerintah daerah mencatat pertumbuhan tertinggi yakni 8,53% (qtq), sedangkan giro pemerintah pusat dan swasta tercatat penurunan masing-masing sebesar 8,18% dan 1,95%. Belum terealisasinya seluruh pekerjaan dan pembayaran pengadaan barang dan jasa pemerintah menyebabkan saldo giro pemerintah daerah relatif masih tinggi dan nilai tersebut diperkirakan baru akan mengalami penurunan pada triwulan IV. 41

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp miliar 5,000 4,000 3,000 2,000 Grafik 3.2. DPK Jenis Giro Bank Umum Lampung pemerintah pusat pemda swasta 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS Sumber: LBU dan LBUS Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,278,843 1,250,915 5.56-2.18 33.66 Bandar Lampung 16,592,108 16,994,980 75.53 2.43 13.03 Tanggamus 435,129 488,188 2.17 12.19 33.40 Tulang Bawang 240,916 231,067 1.03-4.09 119.77 Lampung Barat 58,232 0.26 Lampung Utara 1,983,234 1,974,872 8.78-0.42 20.78 Lampung Tengah 1,214,434 1,105,994 4.92-8.93 14.30 Lampung Selatan 311,137 398,162 1.77 27.97 125.49 DPK 22,055,801 22,502,410 100.00% 2.02% 17.06% Berdasarkan lokasi bank, penghimpunan DPK bank umum di Kota Bandar Lampung memiliki pangsa terbesar yakni sebesar 75,53% mencapai Rp16,94 triliun atau naik 2,43% (qtq) dibanding triwulan II-2012. Meskipun Kabupaten Lampung selatan tercatat sebagai daerah yang memiliki pangsa terendah namun pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan tertinggi secara triwulanan sebesar 27,97% (qtq) dari Rp0,31 triliun menjadi Rp0,40 triliun. Pada triwulan laporan terdapat beberapa daerah yang mencatat penurunan pertumbuhan secara triwulanan yakni masing-masing Kota Metro menurun sebesar 2,18%, Kabupaten Tulang Bawang sebesar 4,09%, kabupaten Lampung Utara sebesar 0,42% dan Kabupaten Lampung Tengah 8,93%. 2.4. Perkembangan Kredit Bank Umum Pada triwulan III-2012 terjadi peningkatan outstanding kredit sebesar 4,20% (qtq) dimana penyaluran seluruh Tabel 3.8. Porsi DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja jenis kredit (modal kerja, investasi, konsumsi) mengalami pertumbuhan triwulanan maupun tahunan. Kredit Modal Kerja masih menjadi pangsa terbesar dari total kredit bank umum yaitu sebesar 48,47%. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kredit Perbankan triwulan III 2012 yang menunjukan kredit modal kerja masih menjadi prioritas utama dalam penyaluran kredit bank umum di Lampung. 42

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,18%(qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,32% (qtq). Sementara itu kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 2,29% (qtq) dan 2,13% (qtq). Sampai dengan akhir triwulan III-2012 pemberlakuan ketentuan oleh Bank Indonesia mengenai besaran Loan To Value (LTV) mulai 15 Maret 2012 untuk KPR dan Down Payment untuk KKB yang mulai berlaku pada tanggal 15 Juni 2012 belum menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit konsumsi di wilayah provinsi lampung yang dicerminkan masih relatif tingginya pertumbuhan realisasi kredit tersebut. Sementara itu secara tahunan kredit investasi mencatat pertumbuhan signifikan dan tertinggi dibandingkan 2 jenis kredit lainnya yakni sebesar 34,69% (yoy). Sementara kredit konsumsi dan kredit modal kerja juga menunjukan pertumbuhan positif dimana masing-masing mencatat sebesar 28,31% dan 19,94%. Berdasarkan jenis usahanya, BUK di Provinsi Lampung mencatat pertumbuhan kredit sebesar 4,07% (qtq) lebih rendah dibandingkan dengan BUS yang tumbuh sebesar 6,18% (qtq). Kondisi yang sama juga terjadi pertumbuhan tahunan dimana kredit di BUK mencatat pertumbuhan 24,81% (yoy) dengan nominal sebesar Rp26,04 triliun dibandingkan dengan BUS yang tumbuh 34,45% (yoy) dengan nominal 1,71 triliun. Berdasarkan sektor ekonomi, secara triwulanan sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali kredit pada sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dan sektor jasa sosial. Sektor listrik, gas dan air tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 39,32% (qtq) meskipun secara sektoral mempunyai share terendah yakni sebesar 0,10%. Sementara itu secara tahunan seperti triwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi masih dicatat sektor pertambangan sebesar 784,42% (yoy). 43

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.9. Kredit Bank Umum No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Jenis Usaha Bank 22,138.92 26,636.50 27,755.14 100.00 4.20 25.37 1 Konvensional 20,862.87 25,020.69 26,039.51 93.93 4.07 24.81 2 Syariah 1,276.05 1,615.81 1,715.62 6.07 6.18 34.45 B Jenis Penggunaan 22,138.92 26,636.50 27,755.14 100.00 4.20 25.37 1 Modal Kerja 11,215.88 13,151.03 13,451.80 48.47 2.29 19.94 2 Investasi 4,514.20 5,953.43 6,080.09 21.91 2.13 34.69 3 Konsumsi 6,408.84 7,532.05 8,223.25 29.63 9.18 28.31 C Sektor Ekonomi 22,138.92 26,636.50 27,755.14 100.00 4.20 25.37 1 Pertanian 2,704.38 3,726.73 3,711.17 13.37-0.42 37.23 2 Pertambangan 65.81 606.33 582.02 2.10-4.01 784.42 3 Industri 2,364.51 3,089.22 3,079.13 11.09-0.33 30.22 4 Listrik 9.53 19.06 26.56 0.10 39.32 178.79 5 Konstruksi 439.19 562.16 642.03 2.31 14.21 46.18 6 Perdagangan 6,422.71 7,903.65 8,361.57 30.13 5.79 30.19 7 Angkutan 746.83 882.33 952.37 3.43 7.94 27.52 8 Jasa Umum 824.94 1,044.26 1,054.27 3.80 0.96 27.80 9 Jasa Sosial 810.38 942.718 885.45 3.19-6.08 9.26 10 Lain-lain 7,750.66 7,860.05 8,460.57 30.48 7.64 9.16 Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.10. Porsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Daerah 2012 Pangsa Pertumbuhan TW III TW II TW III TW III QTQ YOY Metro 1,263,266 1,308,241 4.71% 3.56% 28.68% Bandar lampung 21,692,902 22,729,299 81.89% 4.78% 26.72% Tanggamus 500,823 480,914 1.73% -3.98% 6.39% Tulang bawang 230,454 202,097 0.73% -12.30% 98.51% Lampung Barat 88,757 0.32% Lampung utara 1,796,207 1,725,299 6.22% -3.95% 5.19% Lampung tengah 1,040,068 1,042,329 3.76% 0.22% 17.54% Lampung selatan 112,779 178,202 0.64% 58.01% 69.99% kredit 26,636,499 27,755,138 100.00% 4.20% 25.37% Sumber: LBU dan LBUS Berdasarkan lokasi bank, penyaluran kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh penyaluran kredit di kota Bandar Lampung dengan pangsa mencapai 81,89% yang tumbuh sebesar 4,78% (qtq) dari Rp21,69 triliun menjadi Rp22,72 triliun. Sebagian kabupaten/ kota mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2012, dengan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebesar 58,01% (qtq). Sementara itu kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Utara tercatat mengalami penurunan pertumbuhan yakni masing-masing turun sebesar 3,98%, 12,30% dan 3,95%. 2.5. Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung juga diiringi dengan kualitas pengembalian yang membaik dan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang mengalami penurunan dari 2,89% pada triwulan II-2011 menjadi 2,73% di triwulan laporan. 44

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peningkatan kualitas kredit berasal dari BUK dengan rasio NPL yang menurun dari 2,93% menjadi 2,78% serta kualitas kredit BUS dengan rasio NPF yang turun dari 2,18% menjadi 2,05%. Grafik 3.3. Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 % Bank Konvensional Bank Syariah Bank Umum 2.78 2.73 2.05 I II III IV I II III 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS 2.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum % 18 16 14 12 10 8 6 4 Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum simpanan spread kredit BI rate (Axis kanan) 13.68 5.75 % 7 8.78 6 4.90 5 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 7 6 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Peran intermediasi perbankan secara umum masih membaik meski terdapat sedikit kenaikan suku bunga pinjaman, yang pada triwulan laporan meningkat dari 13,66% menjadi 13,68%. penurunan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan 45

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menyebabkan spread suku bunga mengalami peningkatan dari 8,70% di triwulan II-2012 menjadi 8,78% di triwulan laporan. Sementara itu dengan suku bunga acuan BI Rate masih tetap pada level 5,75%, suku bunga simpanan bank umum berupa giro dan deposito pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan. Suku bunga giro mengalami penurunan dari 0,61% menjadi 0,57%, suku bunga deposito turun dari 4,96% menjadi 4,90%. Sedangkan suku bunga tabungan pada triwulan berjalan menunjukan sedikit peningkatan dari 0,75% pada triwulan II-2012 menjadi 0,76% di triwulan laporan. % Grafik 3.5. Perkembangan Tingkat Suku Bunga DPK Bank Umum 8 6 4 2 - Giro Tabungan Simpanan Berjangka 4.90 0.76 0.57 I II III IV I II III 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.7. Intermediasi Bank Umum : LDR dan Kredit Baru Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan kredit membuat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Lampung meningkat dari 120,77% pada triwulan II-2012 menjadi 123,34% di triwulan laporan. Relatif tingginya LDR perbankan di Lampung menunjukan bahwa pemberian kredit dibiayai dari dana yang berasal dari luar Lampung. Berdasarkan hasil survei liaison Bank Indonesia, sebagian perusahaan yang beroperasi di wilayah Lampung menempatkan dananya di kantor pusat di Jakarta. 46

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.6. Perkembangan Intermediasi Bank Umum Rp miliar 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - Realisasi Kredit baru 130 LDR (%) axis kanan 123.34 1,965.89 120 110 100 I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Berdasarkan lokasi kantor, Bank Umum di kota Bandar Lampung masih memiliki rasio LDR tertinggi mencapai 152,42% lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni 130,74%. Sedangkan rasio LDR di Kabupaten Lampung Selatan masih menjadi yang terendah meskipun sedikit mengalami peningkatan dari 36,25% pada triwulan II-2012 menjadi 44,76% pada triwulan laporan. Meningkatnya fungsi intermediasi Bank Umum di Lampung Selatan terkait dengan bertambahnya jumlah kantor cabang bank umum yang beroperasi di wilayah tersebut. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 3.7. Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Lokasi % % LDR NPL (axis kanan) 152.42 133.74 104.58 98.51 87.46 87.36 94.24 44.76 3.62 2.24 2.82 3.56 4.15 1.88 2.32 1.57 Metro Tanggamus Lambar Lamteng 7 6 5 4 3 2 1 0 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) 47

miliar Rp Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Potensi pembiayaan perbankan kepada sektor UMKM yang masih terbuka dan terus meningkat. Nilai outstanding kredit Usaha mikro, kecil, dan menengah pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan sebesar 0,24% (qtq) atau 21,92% (yoy). Dari total outstanding kredit MKM sebesar Rp11,14 triliun, sebanyak 74,79% (Rp8,33 triliun) digunakan untuk modal kerja, dan 25,21% (Rp2,81 triliun) untuk investasi. Pertumbuhan triwulanan terjadi pada investasi sebesar 3,69% (qtq) sedangkan modal kerja turun sebesar 0,87% (qtq). Namun demikian secara tahunan seluruh jenis kredit tumbuh positif masing-masing sebesar 21,79% (yoy) untuk kredit modal kerja, dan sebesar 22,33% (yoy) untuk kredit investasi. 12,000 10,000 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit MKM 8,000 6,000 4,000 2,000 - II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Investasi 1,0 1,0 1,2 1,2 2,0 2,2 1,9 2,0 2,1 2,2 2,4 2,7 2,7 2,8 Modal kerja 5,1 5,3 5,6 5,2 6,0 5,9 6,1 6,5 6,5 6,8 7,3 7,3 8,4 8,3 Sumber: LBU dan LBUS 2.9. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sejalan dengan upaya peningkatan realisasi KUR nasional, kinerja penyaluran KUR Provinsi Lampung pada triwulan III 2012 juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik ditandai dengan peningkatan baki debet kredit dan peningkatan jumlah debitur. Penyaluran KUR di Provinsi Lampung pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan baki debet sebesar 7,96% (qtq) dan 39,48% (yoy) dengan pertumbuhan debitur 7,54% (qtq) dan 37,85% (yoy) yang mencapai 164,072 debitur. Secara nasional berdasarkan posisi baki debet kredit Provinsi Lampung tercatat di ranking ke 15 dan ke 4 untuk wilayah Sumatera setelah Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. 48

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.9. Perkembangan KUR 2,000 1,600 1,200 plafond Rp Juta jml debitur-axis kanan baki debet Rp Juta 160 140 120 800 100 400 80 0 II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 60 Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah Dari penyaluran KUR sebesar Rp0,87 triliun, berdasarkan sektor usaha penyaluran kredit di dominasi penyaluran ke Sektor PHR dengan pangsa sebesar 47,76% dengan pertumbuhan 6,71% (qtq) atau 74,04% (yoy). Sedangkan sektor unggulan daerah yakni pertanian memiliki pangsa sebesar 41,80%, hal ini menunjukan dibandingkan dengan penyaluran kredit umumnya realisasi KUR di Provinsi Lampung lebih mendukung pembiayaan di sektor unggulan daerah yakni pertanian meskipun mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 17,28% (qtq) atau 22,17% (yoy). Kualitas penyaluran KUR yang ditunjukan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) masih dalam kondisi yang sangat baik yakni sebesar 0,79% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 3,7% dan NPLs penyaluran kredit umum perbankan lampung sebesar 2,60%. Berdasarkan sektor ekonomi NPLs KUR Lampung tertinggi terjadi di sektor PHR sebesar 0,65% dan Sektor Pertanian sebesar 0,12%. % 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Grafik 3.10. Perbandingan NPL's NPLs KUR Lampung NPLs KUR Nasional I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 3.70 2.60 0.79 Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian diolah 49

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja BPR di Provinsi Lampung menunjukan tren yang positif ditunjukkan oleh perkembangan beberapa indikator kinerja. Pertumbuhan terjadi pada indikator berupa asset, penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh masing-masing mencapai 2,90% (qtq), 0,44% (qtq) dan 3,72% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 0,30% (qtq), 0,42% (qtq) dan 0,53% (qtq). Sementara itu dari sisi kualitas kredit yang disalurkan meningkat sebagaimana ditunjukkan dengan penurunan rasio NPL dari 1,78% menjadi 1,68%. Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR secara nasional pada triwulan III 2012 posisi hingga bulan Agustus 2012 mencapai Rp61,78 triliun, tumbuh 2,91% dibanding triwulan II 2012. Dari 33 Provinsi di Indonesia, jumlah aset BPR Lampung menempati urutan ke-5 setelah Jawa Tengah (Rp13,76 triliun), Jawa Barat (Rp10,51 triliun), Jawa Timur (Rp7,38 triliun) dan Bali (Rp5,46triliun). Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung masih peranan yang cukup besar dibanding wilayah lain di Indonesia, terutama untuk BPR yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan III-2012, tidak terdapat penambahan BPR di Provinsi Lampung sehingga total jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni sebanyak 33 buah dengan lokasi kantor pusat meliputi Bandar Lampung (14 BPR), Metro (3 BPR), Lampung Tengah (5 BPR), Lampung Selatan (2 BPR), Lampung Utara (2 BPR), Lampung Timur (4 BPR), Tanggamus (1 BPR), Tulangbawang (1 BPR), dan Way Kanan (1 BPR). Untuk mendukung operasional pelayanan terhadap nasabah BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar masing-masing di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,81 triliun atau tumbuh 2,90% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2012 yang mencatat pertumbuhan 0,30% (qtq). Pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan BPR Syariah (BPRS) yang mampu tumbuh sebesar 50

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 6,67% (qtq), sementara aset BPR konvensional (BPRK) mengalami pertumbuhan 2,76% (qtq). Indikator berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,72% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari kenaikan nominal tabungan yang tumbuh sebesar 8,43% (qtq) dari Rp0,55 triliun menjadi Rp0,59 triliun, sedangkan produk simpanan berjangka tumbuh sebesar 2,68% (qtq) atau 10,89% (yoy). Sementara itu, dilihat dari pangsa masing-masing jenis simpanan terhadap total DPK, simpanan berjangka secara umum masih menjadi pangsa terbesar dengan persentase 81,17%. No Uraian Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.11. Asset & DPK BPR Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III-2012 qtq (%) yoy (%) A Asset 4,079.47 4,679.05 4,814.55 2.90 18.02 1 Konvensional 3,962.40 4,518.32 4,643.09 2.76 0.17 2 Syariah 117.07 160.73 171.46 6.67 0.46 B DPK 2,774.52 3,033.96 3,146.80 3.72 13.42 1 Konvensional 2,717.70 2,958.43 3,063.39 3.55 12.72 2 Syariah 56.83 75.53 83.41 10.43 46.77 B Jenis DPK 2,774.52 3,033.96 3,146.80 3.72 13.42 1 Tabungan 471.20 546.54 592.62 8.43 25.77 2 Simpanan Berjangka 2,303.33 2,487.42 2,554.18 2.68 10.89 Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan mencapai Rp3,92 triliun, meningkat 0,44% (qtq) atau 19,79% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 81,61% kredit BPR atau sebesar Rp3,20 triliun masih disalurkan untuk konsumsi, 15,75% atau sejumlah Rp0,62 triliun untuk modal kerja; dan hanya 2,64% atau Rp0,11 miliar untuk investasi. Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara triwulanan maupun secara tahunan yakni masing-masing sebesar 15,74% (qtq) dan 110,44% (yoy). Masih dominannya kredit konsumsi menunjukkan bahwa industri BPR di Lampung terfokus pada nasabah konsumtif yang memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, mengingat sebagian besar kredit di sektor ini disalurkan kepada pegawai. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan masih memiliki pangsa yang terbesar, setelah sektor lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini mencapai Rp0,35 triliun dengan pangsa sebesar 8,97% dari total kredit BPR di triwulan laporan. Sejalan dengan peningkatan kualitas kredit di bank umum, kualitas kredit BPR juga mengalami peningkatan, indikatornya tampak dari rasio NPL BPR yang menurun dari 1,78% 51

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menjadi 1,68%. Penurunan NPL tersebut berasal dari turunnya rasio NPL pada BPR konvensional dari 1,74% menjadi 1,67% (qtq) dan turunnya rasio Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah yang dari 2,92 % di triwulan II-2012 menjadi 1,97% di triwulan laporan. Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sama halnya dengan kondisi LDR bank umum, tingkat intermediasi BPR di Lampung pada triwulan laporan menunjukkan angka yang relatif tinggi yaitu sebesar 124,64% walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2012 yaitu sebesar 128,71%. Meski tidak terdapat pertumbuhan yang signifikan terhadap indikator aset, kredit dan DPK serta meningkatnya kualitas kredit, pada indikator laba/rugi, selama triwulan laporan BPR tercatat mengalami peningkatan laba yang cukup tinggi yakni sebesar 50,81% (qtq), dari Rp0,14 triliun menjadi Rp0,22 triliun. Peningkatan laba pada industri BPR di Lampung berasal dari pertumbuhan laba BPR konvensional maupun BPR Syariah yang masing-masing mencatat peningkatan laba sebesar 50,98% dan 43,76% dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 3.11. Perkembangan LDR dan NPL BPR Lampung 130 125 LDR (%) NPL axis Kanan (%) 124.64 2.10 1.90 120 115 1.68 1.70 1.50 110 I II III IV I II III 2011 2012 1.30 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Peningkatan laba BPR Lampung juga diiringi oleh penurunan rasio BOPO dari 60,02% menjadi 59,47% (qtq) pada triwulan laporan. Kondisi ini mengindikasikan kinerja BPR yang lebih optimal dibandingkan dengan triwulan sebelumnya karena peningkatan laba juga diiringi dengan penurunan biaya operasional. Penurunan rasio BOPO pada triwulan laporan menunjukan bahwa operasional BPR wilayah Lampung semakin efisien. Sejalan dengan peningkatan laba dan penurunan rasio BOPO indikator berupa rasio rentabilitas juga menunjukkan peningkatan kemampuan bank dalam 52

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran menghasilkan keuntungan, sebagaimana tercermin dari peningkatan return on asset (ROA) dari 3,11% menjadi 4,56%. 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah selama triwulan laporan secara umum menunjukkan perkembangan yang baik dimana terus mengalami pertumbuhan yang selalu meningkat. Hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun laba rugi. Tabel 3.12. Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw III 2011 (miliar Rp) Trw II 2012 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw III 2012 Pangsa (%) qtq (%) yoy (%) A Asset - Jenis Bank 1,687.01 2,246.68 2,365.41 100.00 5.28 40.21 1 BUS 1,569.94 2,085.95 2,193.95 92.75 5.18 39.75 2 BPRS 117.07 160.73 171.46 7.25 6.67 46.45 B DPK - Jenis Bank 855.93 1,102.39 1,195.00 100.00 8.40 39.61 1 BUS 799.10 1,026.86 1,111.59 93.02 8.25 39.11 2 BPRS 56.83 75.53 83.41 6.98 10.43 46.77 C DPK - Jenis Simpanan 855.93 1,102.39 1,195.00 100.00 8.40 39.61 1 Giro 60.13 87.28 90.83 7.60 4.07 51.05 2 Tabungan 483.85 657.82 728.82 60.99 10.79 50.63 3 Simpanan Berjangka 311.94 357.29 375.35 31.41 5.05 20.33 C Pembiayaan - Jenis Bank 1,356.46 1,728.66 1,835.53 100.00 6.18 35.32 1 BUS 1,276.05 1,615.81 1,715.62 93.47 6.18 34.45 2 BPRS 80.41 112.85 119.91 6.53 6.25 49.12 D Pembiayaan - Jenis Penggunaan 1,356.46 1,728.65 1,835.53 100.00 6.18 35.32 1 Modal Kerja 650.49 766.76 851.25 46.38 11.02 30.86 2 Investasi 174.46 219.60 227.68 12.40 3.68 30.50 3 Konsumsi 531.51 742.29 756.61 41.22 1.93 42.35 E NPF (%) 2.10 2.23 2.04 F FDR (%) 158.48 156.81 153.60 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Aset perbankan syariah baik secara triwulan dan tahunan menunjukan pertumbuhan positif, secara triwulan tumbuh sebesar 5,28% (qtq) yang disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar 5,18% (qtq) dan BPR Syariah (BPRS) sebesar 6,67% (qtq), dengan perbandingan pangsa aset BUS dan BPRS masing-masing sebesar 92,75% dan 7,25%. Sedangkan secara tahunan tumbuh secara signifikan yakni sebesar 40,21% (yoy) yang disumbang pertumbuhan BUS sebesar 39,75% (yoy) dan BPRS Syariah sebesar 46,45% (yoy). Sejalan dengan peningkatan aset jumlah simpanan DPK bank syariah secara triwulanan dan tahunan tumbuh masing-masing sebesar 8,40% (qtq) dan 39,61% (yoy). Simpanan berupa 53

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran tabungan masih mendominasi penghimpunan DPK dengan pangsa sebesar 60,99% atau senilai Rp0,73 triliun yang tumbuh sebesar 10,79% (qtq). Selain itu, giro juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,07% (qtq) serta simpanan berjangka tumbuh sebesar 5,05% (qtq), atau masing-masing menjadi Rp0,09 triliun dan Rp0,36 triliun pada akhir triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III-2012 tercatat pertumbuhan sebesar 6,18% (qtq) dan 35,32% (yoy), dengan 46,38% dari total pembiayaan disalurkan untuk tujuan modal kerja. Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian, sektor PHR dan sektor lain-lain pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan positif, sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan pembiayaan untuk sektor mayoritas yakni sektor lain-lain dengan pangsa terbesar 41,46% tumbuh sebesar 1,98% (qtq) sejalan dengan peningkatan pembiayaan jenis konsumsi. Grafik 3.12. Perkembangan Indikator Aset, Pembiayaan dan Pendanaan triwulananan (qtq) % 20 15 10 5 0-5 -10 Asset Pembiayaan Pendanaan 8.40 6.18 5.28 I II III IV I II III 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan pembiayaan Bank Syariah yang lebih rendah dibandingkan dengan penghimpunan dananya menyebabkan financing deposit ratio (FDR) menurun dari 156,81% pada triwulan II-2012 menjadi 153,60% pada triwulan laporan. Di sisi lain kualitas pembiayaan bank syariah menunjukan peningkatan kualitas dimana rasio Non Performing Finance (NPF) turun dari 2,23% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,04% (qtq). Peningkatan kualitas kredit tersebut terjadi pada BUS maupun BPRS dimana masing-masing NPF-nya menurun, yang pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 2,83% dan 2,92% menjadi 2,05% dan 1,97%. 54

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.13. Perkembangan Indikator FDR dan NPF Perbankan Syariah Lampung 180 170 160 150 140 130 FDR % NPF % (axis kanan) 2.04 153.60 II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 Sumber: LBU dan LBUS 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung pada triwulan III-2012 mengalami net-outflow, yang berarti jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Lampung menunjukkan net-outflow sebesar Rp0,68 triliun, dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang juga mengalami net-outflow sebesar Rp1,93 triliun. Jumlah aliran uang keluar pada periode laporan tercatat sebesar Rp 2,48 triliun atau meningkat sebesar 28,72% (qtq), sedangkan jumlah aliran uang masuk tercatat sebesar Rp2,42 triliun, atau meningkat sebesar 189,92% (qtq). Peningkatan jumlah aliran uang keluar, terkait dengan meningkatnya kebutuhan uang menjelang perayaan yang terjadi selama bulan Juli dan Agustus 2012. Selain itu juga, kenaikan permintaan kebutuhan uang oleh perbankan pada periode tersebut disebabkan masih terdapatnya panen hasil perkebunan seperti kopi dan lada di sebagian wilayah seperti Lampung Utara dan Lampung Barat. Sementara itu peningkatan jumlah aliran uang masuk berasal dari arus kembali uang ke sistem perbankan pasca perayaan hari raya Idul Fitri pada periode menjelang akhir bulan Agustus yang kemudian masih berlanjut di bulan September 2012. 55

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 5.2. PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Pada Triwulan III-2012, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pada saat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri, Bank Indonesia berkerjasama dengan 3 bank umum untuk melayani kegiatan penukaran uang terutama untuk memenuhi kebutuhan uang kecil pada kegiatan penukaran uang. Meskipun arus uang masuk menunjukkan peningkatan, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar pada triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar 89,46% dari Rp0,10 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp0,01 triliun pada triwulan laporan. Penurunan tersebut menunjukan bahwa kondisi uang kartal yang masuk ke Bank indonesia masih dalam kondisi layak dan masih dapat diedarkan kembali kepada masyarakat melalui perbankan. miliar Rp 2,500 Grafik 3.14. Perkembangan Aliran Uang Kartal 2,416.54 2000 1500 1,500 1000 500 500-68.2480-500 I II III IV I II III -500 2011 2012-1,500-1000 -2,500 inflow outflow net flow 2.484,79-1500 Sumber : Bank Indonesia Penurunan pemusnahan uang terjadi karena masih banyaknya uang layak edar yang masuk di Bank Indonesia sehingga masih dapat diedarkan kembali kepada masyarakat. Dengan perkembangan tersebut rasio PTTB terhadap uang kartal yang masuk (inflow) tercatat sebesar 0,46%, yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 12,55%. 56

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3000.00 2500.00 2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0.00 Grafik 3.15. Perkembangan PTTB dan Inflow di KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung Sumber : Bank Indonesia miliar Rp % 2,416.54 11.025 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2009 2010 2011 2012 PTTB Inflow Rasio PTTB/Inflow 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang kartal layak edar baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Jumlah nominal penukaran uang pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 45,49% (qtq) dari Rp36,15 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi Rp52,60 miliar. Pangsa pecahan terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah pecahan dengan nominal Rp 5.000,- yaitu sebesar 27,69%, diikuti oleh pecahan dengan nominal Rp10.000,- dan Rp20.000,- masing-masing dengan pangsa sebesar 25,87% dan 21,82%. Periode Tabel 3.13. Perkembangan Penukaran Uang di Bank Indonesia Provinsi Lampung Nominal (Rp Juta) Rp 100.000 Rp 50.000 Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 2.000 Rp 1.000 Rp 500 Rp 200 Rp 100 TOTAL Juli 1,4 2.562,4 4.239,6 3.176,1 1.934,9 404,8 79,5 20,4 11,4 12.430,3 Agustus 1.418,7 6.213,7 9.362,1 10.521,9 9.535,6 1.813,3 46,0 20,2 8,0 38.939,4 September 18,5 2.483,0 2.818,3 1.496,5 622,7 297,4 49,3 15,1 9,4 7.810,1 TW III-2011 0,0 1.438,5 11.259,1 16.419,9 15.194,5 12.093,1 2.515,5 174,8 55,7 28,8 59.179,8 Oktober 10,4 49,2 2.472,1 6.195,6 4.623,8 1.917,1 390,2 48,8 15,6 2,5 15.725,2 November 122,3 189,6 2.880,0 3.467,0 2.131,2 1.042,9 429,3 28,5 10,4 7,0 10.308,3 Desember 165,9 2.278,4 3.009,6 1.912,6 872,6 356,2 38,3 12,6 8,8 8.655,0 TW IV-2011 132,7 404,7 7.630,5 12.672,2 8.667,7 3.832,6 1.175,7 115,5 38,6 18,3 34.688,5 Januari 375,7 2.235,9 3.658,0 2.606,5 1.094,4 358,0 13,5 1,8 0,2 10.343,9 Februari 10,0 53,4 2.516,2 2.993,1 2.094,9 988,1 408,4 9.064,0 Maret 10,0 44,0 2.815,6 3.720,6 2.251,6 1.118,7 502,7 0,1 10.463,2 TW I-2012 20,0 473,0 7.567,7 10.371,7 6.952,9 3.201,1 1.269,2 13,5 1,8 0,3 29.871,1 April 40,0 31,5 2.698,6 3.304,9 2.551,2 1.047,4 259,1 3,7 0,9 0,6 9.937,8 Mei 25,5 5,0 3.382,2 4.512,6 3.088,8 1.654,4 192,9 17,4 12.878,7 Juni 236,8 3.814,1 4.291,2 3.077,4 1.668,2 217,4 29,1 2,0 13.336,1 TW II-2012 302,3 36,5 9.894,9 12.108,6 8.717,4 4.370,0 669,4 50,2 0,9 2,6 36.152,6 Juli 20,0 3.887,3 5.741,6 5.167,9 3.138,9 523,5 42,0 4,0 3,0 18.528,2 Agustus 234,6 4.062,1 5.843,3 7.858,4 6.019,6 1.771,6 39,8 5,0 3,0 25.837,4 September 17,5 115,0 3.528,8 2.020,3 1.540,0 670,0 307,5 20,3 10,4 4,5 8.234,3 TW III-2011 17,5 369,6 11.478,2 13.605,2 14.566,3 9.828,5 2.602,6 102,1 19,4 10,5 52.599,9 Sumber : Bank Indonesia 57

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 5.3. PENEMUAN UANG PALSU Grafik 3.16. Komposisi Penemuan Uang Palsu Berdasarkan Jumlah Bilyet Rp100,000, 65.91% Rp5,000, 0.30% Sumber : Bank Indonesia Rp10,000, 0.30% Jumlah temuan uang palsu yang dilaporkan ke Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung selama triwulan III-2012 secara nominal menurun sebesar 3,99% dibandingkan triwulan II-2012 dari Rp86,63 juta menjadi Rp83,17 juta. Demikian halnya juga dengan penurunan jumlah bilyet sebesar 13,32%, dibandingkan pada triwulan II- 2011 yaitu 1.164 lembar menjadi 1009 lembar. Dengan perkembangan tersebut, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,0104% menjadi 0,0034% di triwulan laporan. Rp50,000, 32.61% Rp20,000, 0.89% 5.4. PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Nilai transaksi kliring selama triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp7,32 triliun. Nilai tersebut meningkat 3,77% bila dibandingkan dengan triwulan II-2012 sebesar Rp7,06 triliun, meskipun jumlah hari kerja mengalami penurunan dari 62 hari menjadi 61 hari. Di sisi lain, jumlah volume transaksi kliring sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 1,55% dari 210.894 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 207.635 lembar pada triwulan laporan, dengan rata-rata perputaran harian sebanyak 3.404 lembar. Tabel 3.14. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Kliring 2011 2012 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Perputaran Nominal (milyar Rp) 5,989.65 6,270.00 6,802.43 6,520.73 6,461.76 7,056.13 7,322.48 Lembar 190,969 198,941 198,658 201,336 202,870 210,894 208 Perputaran Harian Nominal (milyar Rp) 96.61 102.79 109.72 101.89 102.57 113.81 120.04 Lembar 3,080 3,261 3,204 3,146 3,220 3,402 3,404 Cek/BG kosong Nominal (milyar Rp) 58.26 67.73 73.30 85.47 96.77 79.81 85.85 Lembar 2,182 2,423 2,451 2,581 2,813 2,614 2,713 rasio cek/bg kosong % 0.97 1.08 1.08 1.31 1.50 1.13 1.17 Sumber : Bank Indonesia 58