FAKTOR KOREKSI AKIBAT LEBAR JALUR JALAN TERHADAP LALU LINTAS RENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR - RC

Fitria Yuliati

Evaluasi Struktural Perkerasan Kaku Menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Metoda AUSTROADS 2011 Studi Kasus : Jalan Cakung-Cilincing

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

EVALUASI UMUR LAYAN JALAN DENGAN MEMPERHITUNGKAN BEBAN BERLEBIH DI RUAS JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

KERUSAKAN YANG TIMBUL PADA JALAN RAYA AKIBAT BEBAN ANGKUTAN YANG MELEBIHI DARI YANG DITETAPKAN

Bab III Metodologi Penelitian

PERENCANAAN LAPIS TAMBAHAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE HRODI (RUAS JALAN MELOLO WAIJELU) Andi Kumalawati *) ABSTRACT

Perbandingan Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Bina Marga 1983 dan Bina Marga 2011

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

Kata-kata Kunci: Perkerasan kaku, overloading, esa (gandar standard setara), umur perkerasan.

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

BIAYA PENANGANAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN KONDISI KERUSAKAN JALAN DAN MODULUS EFEKTIF PERKERASAN PADA RUAS JALAN NASIONAL DI DEMAK

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

KAJIAN PENGGUNAAN LAPIS PONDASI AGREGAT YANG DISTABILISASI SEMEN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN R.E. MARTADINATA BANDUNG

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

Wita Meutia Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau Tel , Pekanbaru Riau,

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

PENGARUH MEDIAN TERHADAP KAPASITAS RUAS JALAN DALAM KOTA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

Jarak pandang berguna untuk :

Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Kabupaten Dairi-Dolok Sanggul, Sumatera Utara

STUDY EFFECT OF THE PROPORTION OF MOTORCYCLES ON THE ROAD WITH A MEDIAN PERFORMANCE

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PELAKSANAAN UNTUK JALAN PENGHUBUNG DI KAWASAN SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFFECT OF CARRIAGEWAY WIDTH ON OVERTAKING BEHAVIOUR AND SPEED-FLOW RELATIONSHIPS ON TWO-LANE TWO-WAY ROADS

Persyaratan Teknis jalan

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

Jurnal Teknik Sipil ISSN

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA

ANALISIS KINERJA JALAN PERKOTAAN STUDI KASUS RUAS JALAN HR. SOEBRANTAS KM 3 PEKANBARU

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

ROSEHAN ANWAR. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

Analisis Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalu Lintas dengan Metode Greenshields dan Greenberg

EVALUASI KONDISI PERKERASAN LENTUR DAN PREDIKSI UMUR LAYAN JALINTIM PROVINSI SUMATERA SELATAN (Study Kasus: Ruas Batas Prov. Jambi Peninggalan)

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

EVALUASI KINERJA JALAN PADA PENERAPAN SISTEM SATU ARAH DI KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

A-107. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN KAJIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA JALAN GAJAH MADA KABUPATEN JEMBER. Oleh : Ir. Noor Salim, M.Eng

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

KARAKTERISTIK KENDARAAN

PEMILIHAN FASILITAS PENYEBERANGAN BERDASARKAN GAP KRITIS (STUDI KASUS JALAN DHARMAWANGSA, SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang diproses, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA

EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG BERDASARKAN METODE KECEPATAN PADA RUAS JALAN TOL DALAM KOTA DAN LUAR KOTA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAH DAN UMUR SISA PERKERASAN AKIBAT BEBAN BERLEBIH KENDARAAN (STUDI KASUS RUAS JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT)

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

EVALUASI UMUR LAYAN JALAN DENGAN MEMPERHITUNGKAN BEBAN BERLEBIH DI RUAS JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

PENCAPAIAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU ANTARA BEBAN AKTUAL DAN STANDAR

Transkripsi:

FAKTOR KOREKSI AKIBAT LEBAR JALUR JALAN TERHADAP LALU LINTAS RENCANA N o n o Puslitbang Jalan dan Jembatan Jln. A.H. Nasution 264 Bandung 40294 Email : sunaryono_nn@yahoo.com Diterima : 20 Januari 2010; Disetujui : 27 Maret 2010 ABSTRAK Perencanaan perkerasan jalan adalah menetapkan jenis dan tebal konstruksi perkerasan untuk dapat melayani lalu lintas sesuai dengan umur rencana. Estimasi lalu lintas sangatlah penting untuk keakuratan hasil perencanaan. Salah satu masalah yang mempengaruhi dalam mengestimasi lalu lintas rencana adalah lebar lajur jalan, lebar lajur jalan di Indonesia bervariasi dan sangat berbeda dengan diluar negari. Lebar lajur jalan dapat mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan sehingga perilaku pengguna jalan akan berbeda tergantung lebar lajur jalan yang digunakannya. Makalah ini membahas tentang faktor koreksi terhadap lintas rencana akibat lebar lajur jalan, terutama untuk jalan dua lajur dua arah. Kegiatan yang dilakukan adalah mencakup kajian pustaka, survey kanalisasi atau lintasan kendaraan pada beberapa ruas jalan dengan dua lajur dua arah dengan lebar lajur jalan berbeda dan analisis data.berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa untuk jalan dengan dua lajur dua arah yang memiliki lebar lajur kurang dari 3,5 meter maka lintasan roda kendaraan yang menggunakan jejak roda kendaraan pada lajur rencana semakin meningkat. Untuk itu, perlu faktor koreksi dalam mengestimasi lalu lintas pada lajur rencana. Khusus untuk ruas jalan dengan volume cukup padat, daerah tikungan dan tanjakan atau turunan, maka besaran faktor koreksi lebar lajur (f w ) sebaiknya berdasarkan hasil survey langsung di lapangan. Kata kunci: lebar lajur jalan, lintasan kendaraan, lalu lintas rencana, faktor koreksi, dua lajur dua arah tanpa pemisah. ABSTRACT Pavement design is determine of the type and pavement construction thicknesse to accomodate traffic for along design life. Estimation of traffic is very importance to the pavement design result.. Lane width is one from several problems wich impluence to estimation of design traffic, and lane width of road in Indonesia was varies and very different with foreign. Lane width of road can affect to riding confort and for road user safety, so road user behaviour will different depend on lane width of road is used. This paper discusses correction factos to design traffic effect of lane width, especially for road with two lanes two way. Activities undetaken are included literaure review, canalization survey or vehicle wheel path on several road links with two lanes two way with different lane width and data analysis.based on the analysis result, found that for road with two lane two way and lane width is less than minimum lane width of 3.5 metres, so wheel path of vehicle wich use wheel path on design lane is more increase. Thus, for estimation of traffic in design lane is required correction factor. Especially for roads with fairly heavy volume, regional corners, climbs, or descendants, then the amount of lane width correction factor (fw) should be based on the survey results directly in the field.. Keywords: lane width of road,wheel path, design traffic, correction factor, two lane two way undivided.

PENDAHULUAN Konsep perencanaan perkerasan jalan, baik perkerasan lentur maupun perkerasan kaku, adalah memilih dan menetapkan kekuatan konstruksi perkerasan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dimana perkerasan tersebut direncanakan agar mampu melayani lalu lintas selama umur rencana. Dalam mengestimasi lalu lintas rencana ada beberapa tahapan yang dipandang perlu diketahui, yaitu volume lalu lintas atau yang dikenal dengan istilah lalu lintas harian ratarata (LHR), distribusi per arah untuk jalan dengan dua lajur dua arah atau distribusi lajur untuk jalan dengan pemisah jalur dengan multi lajur per arah, perkembangan lalu lintas dan beban serta faktor perusak (Damage Factor, DF) untuk masingmasing sumbu kelas kendaraan. Perilaku pengguna dalam menjalankan kendaraannya dapat dipengaruhi oleh salah satu atau gabungan dari beberapa faktor, yaitu: kondisi jalan, lebar lajur jalan, lebar bahu, hambatan samping, kelandaian jalan, jenis kendaraan dan lain sebagainya. Pengaruh dari perilaku pengguna jalan dalam menjalankan kendaraannya tersebut, mempengaruhi terhadap volume lalu lintas pada lajur rencana. Salah satu faktor yang dibahas pada tulisan ini adalah akibat pengaruh variasi lebar lajur pada jalan dengan dua lajur dua arah tanpa pemisah terhadap volume lalu lintas rencana, lebar lajur jalan mempengaruhi terhadap perilaku pengguna jalan terkait akan keleluasaan dalam menjalankan kendaraannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan faktor koreksi untuk menganalisis lalu lintas rencana pada jalan dua lajur dua arah yang berlalu lintas rendah akibat pengaruh variasi lebar lajur kendaraan. KAJIAN PUSTAKA Sesuai Peraturan Pemerintah RI No 33 Tahun 2006 Tentang Jalan Pasal 32 bahwa lebar lajur atau lebar jalur berdasarkan kelas jalan adalah sebagai berikut: Jalan bebas hambatan; lebar lajur > 3,5 m. Jalan raya; lebar lajur > 3,5 m. Jalan sedang; lebar jalur > 7 m. Jalan kecil; lebar jalur > 5,5 m. Kekuatan konstruksi perkerasan jalan baru dan pelapisan ulang pada perkerasan jalan dengan dua atau lebih lajur lalu lintas ditetapkan berdasarkan lalu lintas pada lajur rencana. Jadi konstruksi perkerasan untuk semua jalur adalah sama. Lalu lintas rencana ditetapkan untuk lajur yang melayani lalu lintas terbanyak dan lajur tersebut dan ditetapkan sebagai lajur rencana (Austroads, 1992). Ketepatan pencatatan lalu lintas adalah masalah penting yang perlu diputuskan sejak awal karena mempengaruhi, baik durasi pencatatan lalu lintas dan jumlah repetisi sepanjang tahun. Pencatatan lalu lintas yang dilakukan pada kurun waktu yang singkat dapat menghasilkan kesalahan yang besar karena arus lalu lintas yang dihasilkan sering kali besar, seperti; untuk per jam, harian, mingguan, bulanan dan variasi musiman (Transport Road Laboratory, 2004). Menurut Transportation Research Board (2000), bahwa volume lalu lintas bervariasi dalam ruang dan juga waktu. Kedua karakteristik sangat penting dalam analisis kapasitas distribusi arah dan volume lajur. Berdasarkan AASHTO (1993) dan Departemen Pekerjaan Umum (2002), bahwa untuk memprediksi lalu lintas pada lajur rencana adalah dengan menggunakan faktor distribusi arah (D D ) dan faktor distribusi lajur (D L ). Meskipun D D untuk sebagian besar jalan raya mempunyai nilai 0,5 (atau 50 persen), namun mungkin terdapat situasi dimana lalulintas pada salah satu arah lebih besar/berat daripada lalulintas pada arah yang lain. Oleh karena itu, maka disain perkerasan harus memperhitungkan situasi tersebut. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa D D berkisar 0,3 dan 0,7, tergantung pada arah dimana kendaraan dimuati atau tidak dimuati, sedangkan untuk faktor distribusi lajur (D L ) bervariasi antara 100% sampai 50% seperti disajikan pada Tabel 1. Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan, yang menampung lalulintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan dari lebar perkerasan sesuai Tabel 2 (Dept. PU, 2005). Sedangkan faktor distribusi lajur (C) berbeda antara kendaraan ringan (mobil penumpang) dan kendaraan berat (truk dan

bus). Faktor distribusi lajur tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 1. Faktor distribusi lajur (D L ) Jumlah Lajur Jumlah LaluLintas Pada Lajur Rencana (%) 1 100 2 080 100 3 60 80 4 50 75 Sumber : AASHTO, 1993 dan Dep PU, 2002. Tabel 2. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur L < 4,50 m 1 4,50 m L < 8,00 m 2 8,00 m L < 11,25 m 3 11,25 m L < 15,00 m 4 15,00 m L < 18,75 m 5 18,75 m L < 22,50 m 6 Sumber : Dept. PU, 2005 Menurut the German Highway Authorities yang dicuplik dalam buku Wirtgen (2004), bahwa dalam menganalisis lalu lintas disarankan untuk mempertimbangkan terhadap lebar lajur lalu lintas. Adapun faktor koreksi rencana untuk berbagai lebar lajur lalu lintas (f w ) disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Faktor distribusi lajur (C) Jumlah Lajur 1 2 3 4 5 6 Faktor distribusi lajur (C) Kendaraan ringan* Kendaraan berat** 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1,00 0,60 0,40 1,00 0,50 0,40 0,30 0,25 0,20 Sumber : Dep. PU, 2005 Keterangan : *) Mobil Penumpang **) Truk dan Bus 1,00 0,70 0,50 1,00 0,50 0,475 0,45 0,425 0,40 Tabel 4. Faktor koreksi lebar lajur lalu lintas (f w ) Lebar Lajur (m) Faktor koreksi lebar lajur lalu lintas (f w) < 2,50 2,0 2,50 2,75 1,8 2,75 3,25 1,4 3,25 3,75 1,1 > 3,75 1,0 Sumber : Wirtgen Gmbh, 2004. Menurut AASHTO Designation PP 4401 (2008), tipikal profil melintang untuk lebar daerah jejak roda dan lebar daerah antara jejak roda pada satu lajur jalan untuk mengkuantifikasi kerusakan retak pada permukaan perkerasan beraspal seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Profil melintang survey pada daerah jejak roda dan daerah antara jejak roda pada lajur jalan (Sumber : AASHTO, 2008)

Pada Gambar 1, terlihat bahwa semakin sempit lebar lajur lalu lintas maka jarak antara batas luar dari jejak roda kendaraan dengan bagian tepi luar serta jarak ke sumbu jalan adalah semakin sedikit. Untuk itu, pengguna jalan kemungkinan dalam menjalankan kendaraannya akan mengunakan lajur sebelahnya. Jalan yang ada di Indonesia memiliki lebar lajur lalu lintas bervariasi. Untuk keperluan perencanaan perkerasan jalan harus berdasarkan lajur rencana, yaitu lajur lalu lintas yang melayani lalu lintas terbanyak. Estimasi lalu lintas yang penting sekali untuk menghitung kekuatan konstruksi perkerasan. Namun ketepatan dalam mengestimasi lalu lintas sangat tergantung terhadap lamanya survey yang dilakukan. Makin singkat waktu pelaksanaan survey maka dapat menghasilkan kesalahan makin besar. Volume lalu lintas pada ruas jalan dapat bervariasi tergantung terhadap fasilitas yang ada dan apabila pada ruas jalan terdapat segmen dengan fasilitas berbeda maka analisisnya harus dilakukan secara terpisah. Untuk estimasi lalu lintas pada lajur rencana terutama untuk jalan 2 lajur 2 arah sesuai metoda AASHTO 1993, maka faktor distribusi arah (D D ) adalah sebesar 0,5 (atau 50 persen) dari volume total kedua arah atau diambil volume lalu lintas pada salah satu arah yang lebih besar/berat daripada lalulintas pada arah yang lain. HIPOTESIS Faktor koreksi (f w ) volume lalu lintas rencana akibat lebar lajur lalu lintas akan bertambah besar sejalan dengan berkurangnya lebar lajur jalan. METODOLOGI Untuk mencapai sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu mendapatkan faktor koreksi untuk mengevaluasi lalu lintas rencana pada jalan dua lajur dua arah dengan lebar lajur yang bervariasi maka kegiatan yang dilakukan adalah mencakup pengkajian pustaka, survey lapangan dan analisis data. Kegiatan yang dilakukan pada pengkajian pustaka adalah mengevaluasi dan mengkaji beberapa metoda perencanaan perkerasan yang digunakan di Indonesia dan metoda perencanaan dari negara maju, seperti metoda perencanaan AASHTO. Survey lapangan adalah melakukan survey pendahuluan yang bertujuan untuk pemilihan lokasi penelitian, yaitu ruasruas jalan dua lajur dua arah serta untuk variasi lebar lajur lalu lintas. Lokasi survey yang dipilih adalah pada jalan Nasional, Propinsi dan jalan Perkotaan yang berada di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Setelah lokasi penelitian ditetapkan maka selanjutnya pengambilan data primer, yaitu survey lintasan kendaraan pada beberapa jalan yang memiliki lebar lajur lalu lintas yang bervariasi. Pencatatan lalu lintas dilakukan untuk masingmasing arah. Volume lalu lintas yang dicatat pada setiap arahnya termasuk lalu lintas dari arah berlawanan yang salah satu atau kedua rodanya menggunakan lajur pada yang dipantau. Setelah data dari hasil survey diperoleh, selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa deskripsi untuk mengetahui lintasan kendaraan pada setiap jalan yang memiliki lebar lajur lalu lintas yang berbeda selajutnya diperoleh faktor koreksi untuk lebar lajur yang berbeda. HASIL DAN ANALISIS Survey kanalisasi kendaraan telah dilakukan pada 6 lokasi ruas jalan dengan lebar lajur lalu lintas bervariasi, yaitu pada lebar lajur lalu lintas 2 meter, 2,5 meter, 3,0 meter dan 3,5 meter. Lokasi survey kanalisasi kendaraan tersebut adalah: 1) Jalan Damri Kota Madya Bandug. 2) Jalan Rumah Sakit Kota Madya Bandung 3) Jalan Nasional Ruas Tanjungsari Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 4) Jalan Nasional Ruas CileunyiTanjungsari, Propinsi Jawa Barat. 5) Jalan BayangkaraSerang, Propinsi Banten. 6) Jalan PoldaSerang, Propinsi Banten Pelaksanaan survey kanalisasi ini dilakukan selama 2 hari (2 x 12 jam). Pencatatan lalu lintas pada saat survey dilakukan pada segmen jalan sepanjang 50 meter untuk jenis kendaraan penumpang dan truk. Lalu lintas yang dicatat adalah semua lalu lintas pada arah yang

dipantau dan termasuk lalu lintas dari arah yang berlawanan pada sepanjang segmen 50 meter tersebut melitas pada area jejak roda luar (outer wheel track, owt) atau jejak roda dalam (inner wheel track, iwt) pada arah atau lajur yang dipantau. Ilustrasi survey lintasan roda kendaraan seperti yang disajikan pada Gambar 2. Rangkuman data hasil survey disajikan pada Tabel 5. Penentuan faktor koreksi untuk mobil penumpang dan truk/bus seperti kolom 8 pada Tabel 5 adalah jumlah mobil penumpang atau truk/bus, baik dengan arah yang sama maupun dari arah berlawanan yang melintas pada area jejak roda luar (outer wheel track, owt) atau jejak roda dalam (inner wheel track, iwt) pada lokasi pemantauan sepanjang segmen 50 meter. Tabel 5. Hubungan antara lebar lajur dengan lintasan kendaraan serta faktor koreksi lebar lajur (f W ) pada jalan dua lajur dua arah tanpa pemisah No Lokasi, Arah Jalan dan Jenis Kendaraan Lebar Lajur (m) Jumlah Per Arah Selama 2 hari Jumlah Yang Melintas Dari Lajur Berlawanan Total Per Lajur Rencana Faktor Koreksi Lebar Lajur (f W) Total Kend Yg Total Kend Yg Melintas Pada Satu Melintas Pada Satu Lajur / Jumlah Lajur / Jumlah Kend Per Arah Kend Pada Kedua {(6) / (4)} Arah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Jl. Damri Arah Jl. SukarnoHatta 2,0 > Mobil Penumpang 996 508 1504 1,50 0,75 > Truk dan Bus 98 90 188 1,90 1,01 > Semua Kendaraan 1094 598 1692 1,50 0,77 Arah Viano 2,0 > Mobil Penumpang 1016 506 1522 1,50 0,76 > Truk dan Bus 88 82 170 1,90 0,91 > Semua Kendaraan 1104 588 1692 1,50 0,77 2. Jl. Rumah Sakit Arah Jl. SukarnoHatta 2,5 > Mobil Penumpang 3340 626 3966 1,20 0,59 > Truk dan Bus 646 70 716 1,10 0,56 > Semua Kendaraan 3986 696 4682 1,20 0,58 Arah Ujungberung 2,5 > Mobil Penumpang 3378 590 3968 1,20 0,59 > Truk dan Bus 643 80 723 1,10 0,56 > Semua Kendaraan 4021 670 4691 1,20 0,59 3. TanjungsariSumedang Arah Cileunyi 3,0 > Mobil Penumpang 6850 469 7319 1,10 0,54 > Truk dan Bus 934 52 986 1,10 0,51 > Semua Kendaraan 7784 521 8305 1,10 0,53 Arah Sumedang 3,0 > Mobil Penumpang 6812 528 7340 1,10 0,54 > Truk dan Bus 1018 59 1077 1,10 0,55 > Semua Kendaraan 7830 587 8417 1,10 0,54 4. CileunyiTanjungsari Arah Cileunyi 3,5 > Mobil Penumpang 7710 105 7815 1,00 0,51 > Truk dan Bus 1002 7 1009 1,00 0,52 > Semua Kendaraan 8712 112 8824 1,00 0,51 Arah Sumedang 3,5 > Mobil Penumpang 7593 68 7661 1,00 0,50 > Truk dan Bus 939 4 943 1,00 0,49 > Semua Kendaraan 8532 72 8604 1,00 0,50

Tabel 5. Hubungan antara lebar lajur dengan lintasan kendaraan serta faktor koreksi lebar lajur (f W ) pada jalan dua lajur dua arah tanpa pemisah (lanjutan) No Lokasi, Arah Jalan dan Jenis Kendaraan Lebar Lajur (m) Jumlah Per Arah Selama 2 hari Jumlah Yang Melintas Dari Lajur Berlawanan Total Per Lajur Rencana Faktor Koreksi Lebar Lajur (f W) Total Kend Yg Total Kend Yg Melintas Pada Satu Melintas Pada Satu Lajur / Jumlah Lajur / Jumlah Kend Per Arah Kend Pada Kedua {(6) / (4)} Arah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 5 Jl BhayangkaraSerang Arah Jl Sudirman 2,5 > Mobil Penumpang 3768 744 4512 1,20 0,62 > Truk dan Bus 240 47 287 1,20 0,57 > Semua Kendaraan 4008 791 4799 1,20 0,61 Arah Petir 2,5 > Mobil Penumpang 3539 654 4193 1,20 0,57 > Truk dan Bus 266 42 308 1,20 0,61 > Semua Kendaraan 3805 696 4501 1,20 0,58 6 Jl PoldaSerang Arah Terminal Serang 3,0 > Mobil Penumpang 3048 433 3481 1,10 0,59 > Truk dan Bus 195 28 223 1,10 0,54 > Semua Kendaraan 3243 461 3704 1,10 0,58 Arah Kantor Polda 3,0 > Mobil Penumpang 2890 415 3305 1,10 0,56 > Truk dan Bus 218 26 244 1,10 0,59 > Semua Kendaraan 3108 441 3549 1,10 0,56 Lokasi survey di Jalan Damri, Ujungberung Bandung lebar lajur 2 m Lokasi survey di Ruas Jalan Rumah Sakit, UjungberungBandung lebar lajur 2,5 m Lokasi survey di Ruas Jalan Tanjungsari Sumedang lebar lajur 3 m Gambar 2. Profil melintang survey jejak roda dan area antara jejak roda pada lajur jalan

Pengaruh lebar lajur berdasarkan hasil survey mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap perilaku pengguna jalan dalam menjalankan kendaraannya, yang mana hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah lalulintas pada lajur rencana. Berdasarkan Tabel 5 maka untuk masingmasing loaksi yang memiliki lebar lajur yang sama apabila nilai koreksinya diambil nilai rataratanya, baik faktor koreksi berdasarkan total kendaraan yg melintas pada satu lajur / jumlah kend per arah maupun total kendaraan yg melintas pada satu lajur / jumlah kendaraan pada kedua arah. Faktor koreksi lebar lajur untuk mobil penumpang, truk dan bus serta semua kendaraan tersebut disajikan Tabel 6. Tabel 6. Faktor koreksi lebar lajur (f W ) No Lebar Lajur (m) Total LHR (kend.per 2 arah) Mobil Penumpang (MP) Faktor Koreksi Lebar Lajur (f W) Total Kend Yg Total Kend Yg Melintas Pada Melintas Pada Satu Lajur / Satu Lajur / Jumlah Kend Jumlah Kend Per Arah Pada Kedua Arah 1. 2,00 500 1,50 0,75 2. 2,50 3955 1,20 0,59 3. 3,00 4591 1,10 0,55 4. 3,50 8622 1,00 0,51 Truk dan Bus 1. 2,00 500 1,90 0,96 2. 2,50 3955 1,10 0,57 3. 3,00 4591 1,10 0,55 4. 3,50 8622 1,00 0,50 Semua Kendaraan 1. 2,00 500 1,50 0,77 2. 2,50 3955 1,20 0,59 3. 3,00 4591 1,10 0,55 4. 3,50 8622 1,00 0,51 PEMBAHASAN Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 6 menunjukan bahwa untuk lebar lajur yang semakin sempit maka faktor koreksi semakin besar. Hal demikian menunjukkan bahwa untuk lebar lajur lalu lintas yang semakin sempit maka kendaraan yang melintas pada kedua lajur semakin bertambah. Dengan bertambah banyaknya lintasan roda kendaraan yang melintas pada area jejak maka jalan tersebut akan semakin cepat rusak atau semakin pendek umur pelayanannya. Khususnya pada jalan yang memiliki lebar lajur 2,5 meter dan 2,0 meter, mobil penumpang memiliki faktor koreksi lebar lajur berbeda dengan truk serta bus, Perbedaan tersebut dapat dipahami bahwa untuk lebar lajur yang lebih sempit pengendara truk dan bus kemungkinan kwahatir kendaraanya terperosok. Adapun untuk jalan yang memiliki lebar lajur lalu lintas 3,0 meter dan 3,5 meter, baik untuk mobil penumpang maupun kendaraan truk dan bus memiliki kecenderungan yang relatif sama. Hal demikian menunjukkan bahwa dengan lebar lajur selebar 3,0 meter dan 3,5 meter pengemudi mobil penumpang dan truk serta bus kecenderungannya merasa relatif lebih leluasa dalam menjalankan kendaraannya. Perbandingan antara faktor koreksi berdasarkan AASTHO 1993 (Tabel 1) dengan hasil pengukuran maka hanya untuk lebar lajur 3,0 meter dan 3,5 meter yang masih relatif sama, yaitu sebesar 0,5 dari jumlah total kendaraan kedua arah atau sesuai lalu lintas terbanyak dari salah satu arah. Sedangkan untuk lebar lajur kurang dari 3,0 meter sangat jauh berbeda dari rekomendasi AASHTO 1993. Faktor koreksi lebar lajur (f w )`yang disajikan pada Tabel 6 hanya berlaku untuk jalan dengan kondisi yang sama (identik) dengan kondisi ruas jalan yang dipantau. Perubahan besaran faktor koreksi dapat terjadi, diantaranya akibat kondisi perkerasan kurang baik, daerah tikungan, daerah tanjakan atau turunan dan kurang baiknya kondisi bahu jalan serta untuk ruas jalan dengan volume kendaraan cukup padat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut: Untuk perencanaan perkerasan jalan, yaitu dalam estimasi lalu lintas rencana perlu memperhatikan lebar lajur, karena hasil analisis menunjukkan bahwa semakin sempit lebar lajur lalu lintas, khususnya untuk jalan dengan 2 lajur 2 arah maka faktor koreksi lintas rencana akibat lebar lajur jalan semakin tinggi. Faktor koreksi lebar lajur (f w ) untuk

masingmasing jenis kendaraan dengan variasi lebar lajur jalan adalah sebagai berikut: o Mobil penumpang Lebar lajur 2,0 m; faktor koreksi = 0,75 Lebar lajur 2,5 m; faktor koreksi = 0,59 Lebar lajur 3,0 m; faktor koreksi = 0,55 Lebar lajur 3,5 m; faktor koreksi = 0,51 o Truk dan bus Lebar lajur 2,0 m; faktor koreksi = 0,96 Lebar lajur 2,5 m; faktor koreksi = 0,57 Lebar lajur 3,0 m; faktor koreksi = 0,55 Lebar lajur 3,5 m; faktor koreksi = 0,50 Faktor koreksi lebar lajur (f w )`di atas hanya berlaku untuk jalan dengan kondisi yang sama (identik) dengan kondisi ruas jalan yang disurvey. Jadi faktor koreksi lebar lajur (f w )`dapat berubah seperti untuk ruas jalan dengan volume lalu lintas yang padat, untuk daerah tikungan dan tanjakan atau turunan serta pengaruh kurang baiknya kondisi bahu jalan. Saran Penggunaan faktor koreksi lebar lajur (f w )`untuk ruas jalan dengan volume lalu lintas cukup padat, untuk daerah tikungan dan tanjakan atau turunan sebaiknya berdasarkan hasil survey pada lokasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA American Association of State Highway and Transportation Officials, 1993. AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993. Washington, DC: AASHTO. American Association of State Highway and Transportation Officials, 2008. Provisional Standards, Standar Practice for Quantifying Cracks in Asphalt Pavement Survface. Designation PP 44 01 (2007), Washington, DC: AASHTO. Austroads, 1992. Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Road Pavements. Sydney: ARRB. Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Pedoman perencanaan tebal lapis tambah perkerasan lentur dengan metode lendutan Pd T052005B. Jakarta: DPU. Departemen Pekerjaan Umum, 2002.. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T012002B. Jakarta: DPU. Peraturan Pemerintah RI No 33 tahun 2006. Tentang Jalan. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Transportation Research Board, 2000. Highway Capacity Manual. National Research Council. Washington, DC. Transport Road Laboratory, 2004. A guide to axel load surveys and traffic counts for determining traffic loading on pavement, Overseas Road Note 40. TRL limited Old Wokingham Road, Crowthorne, Berkshire, RG45 6AU. Wirtgen Gmbh, 2004. Cold Recycling Manual. Hohner Strasse: Windhagen.