JURNAL TUGAS AKHIR. Kata kunci : Sistem Proteksi, Beban Lebih, Arus Lebih, Relai Arus Lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR TENAGA GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU TAMBAK LOROK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DASAR TEORI. lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

TRANSFORMATOR DAYA & PENGUJIANNYA

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA PLTGU TAMBAK LOROK UNIT 2 PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

TRANSFORMATOR. 1. Pengertian Transformator

SISTEM PROTEKSI RELAY

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

ANALISIS ARUS INRUSH TERHADAP PENGARUH KINERJA RELAI DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR 150 KV

BAB III LANDASAN TEORI

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

SISTEM TENAGA LISTRIK

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

ANALISA BEBAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA 70/20 KV DI GI BUNGARAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP 11 LAPORAN AKHIR

BAB II TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

ANALISA TEMPERATUR MINYAK TERHADAP KINERJA TRANSFORMATOR DI UNIT 6 PLTG PAYA PASIR LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TRANSFORMATOR TEGANGAN DAN PEMELIHARAANYA PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN REGION JAWA TENGAH & DIY

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB 10. Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo.

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

ANALISA PROTEKSI TRANSFORMATOR 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN RELE DIFERENSIAL DI PLTG PAYA PASIR

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Transkripsi:

JURNAL TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH BEBAN LEBIH TERHADAP KINERJA RELAI ARUS LEBIH PADA TRANSFORMATOR DAYA (studi kasus transformator daya 1 150/20 kv (30 MVA) di Gardu Induk Batu Besar PT. PLN Batam) Susi Irmalawati Panjaitan ; M. Mujahidin, ST., MT ; Rozeff Pramana, ST., MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Jl. Politeknik Senggarang Telp. (0771) 7001550; Fax. (0771) 7038999; PO.BOX 155 Tanjungpinang Email : irmalawatipanjaitan11@gmail.com ; mujahidin_moh@yahoo.com ABSTRAK : Transformator daya merupakan suatu peralatan yang sangat vital yang berfungi menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya dan tidak pernah lepas dari gangguan. Adanya gangguan yang terjadi pada transformator dapat menghambat proses penyaluran energi listrik ke konsumen. Oleh karena itu, sistem proteksi yang handal sangat dibutuhkan untuk melindungi transformator dari gangguan. Relai arus lebih SPAJ 140C merupakan salah satu relai proteksi cadangan yang digunakan oleh pihak PLN untuk menjaga transformator 150/20 kv (30 MVA) yang ada di gardu induk Batu Besar dari gangguan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja relai SPAJ 140C sebagai relai cadangan dalam melindungi transformator. Penelitian ini memberikan hasil bahwa dengan besar gangguan beban lebih 30.5 MW dan arus lebih yang mengalir pada transformator sebesar 130.593 A, relai SPAJ 140C dapat bekerja dalam waktu 195.566 detik. Nilai arus gangguan yang mengalir pada transformator tersebut merupakan nilai yang sangat kecil, maka relai SPAJ 140C pun bekerja dalam waktu yang lama. Kata kunci : Sistem Proteksi, Beban Lebih, Arus Lebih, Relai Arus Lebih I. PENDAHULUAN Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting dalam penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan energi listik maka keperluan akan transformator dengan sendirinya meningkat mengikuti bertambah besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Oleh karena transformator merupakan unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal harganya, maka sistem proteksi atau pengamanan terhadap sebuah transformator baik terhadap gangguangangguan yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri maupun dari luar transformator tersebut sangat perlu diperhatikan. Gardu induk Batu Besar memiliki 2 buah transformator daya yang tidak pernah lepas dari gangguan, baik itu gangguan internal maupun gangguan eksternal. Sepanjang tahun 2012, transformator daya yang ada di gardu induk Batu Besar mengalami gangguan sebanyak 9 kali dengan berbagai jenis gangguan. Salah satu gangguan yang terjadi pada tahun 2012 adalah beban lebih (overload) yang terjadi pada tanggal 26 November 2012. Transformator 1 mengalami gangguan beban lebih (overload) disebabkan karena pembangkit Kabil 1#2 mengalami trip ketika terjadi gangguan internal pada pembangkit tersebut. Kejadian ini menimbulkan ketidaknyamanan terhadap konsumen dan kerugian terhadap pihak PLN. Melihat gangguan

yang sering terjadi pada transformator di gardu induk Batu Besar, dengan kapasitas transformator 30 MVA dan pembebanan 110% serta beban yang semakin meningkat setiap hari, PT. PLN Batam dituntut harus melakukan penambahan jumlah transformator. Hal ini bertujuan untuk menghindari transformator dari gangguangangguan yang terjadi. Selain itu juga perlu melakukan pengaturan pembebanan ulang. terhubung dengan rangkaian beban. Sedangkan inti besi merupakan bagian transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang dihasilkan oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder. [2] II. TRANSFORMATOR DAYA Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan untuk mengubah tegangan bolakbalik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan digunakan untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya tanpa merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator. Dalam bentuknya yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang melepas daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi. [1] Secara sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi. Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang Gambar 1. Arus bolak-balik mengelilingi inti besi Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga di dalam inti besi akan mengalir fluks magnet dan fluks magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial. II.1 Bagian Transformator dan Fungsinya a. Bagian Utama 1. Inti Besi Inti besi (electromagnetic circuit) digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan lempengan besi tipis berisolasi yang disusun sedemikian rupa. [3] 2. Kumparan Transformator Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan

sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lainlain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus. 3. Minyak Transformator Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang secara aktif membangkitkan energi panas, yaitu besi (inti) dan tembaga (kumparan). Bila energi panas tidak disalurkan melalui suatu sistem pendinginan akan mengakibatkan besi maupun tembaga akan mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai isolasinya. Untuk maksud pendinginan itu, kumparan dan inti dimasukkan ke dalam suatu jenis minyak, yang dinamakan minyak transformator. Minyak itu mempunyai fungsi ganda, yaitu pendinginan dan isolasi. Fungsi isolasi ini mengakibatkan berbagai ukuran dapat diperkecil. Perlu dikemukakan bahwa minyak transformator harus memiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun kumparan, suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada minyak transformator. [4] 4. Bushing Bushing merupakan komponen penting dari transformator yang berada di bagian luar transformator. Fungsinya sebagai penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan di luar transformator. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang terhubung dengan kumparan yang berada di dalam transformator dan konduktor tersebut diselubungi oleh bahan isolator. Bahan isolator berfungsi sebagai media isolasi antara konduktor bushing dengan badan tangki utama transformator. Secara garis besar, bushing terdiri dari empat bagian utama, yaitu konduktor, isolator, klem koneksi, dan asesoris. [3] 5. Tangki Konservator Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator mengalamui kenaikan suhu. Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara di dalam konservator pun akan bertambah dan berkurang. Penambahan atau pembuangan udara di dalam konservator akan berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi transformator tidak terkontaminasi oleh kelembaban dan oksigen dari luar, maka udara yang akan masuk ke dalam konservator akan difilter melalui silica gel. Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang dengan menggunakan brether bag/rubber bag, yaitu sejenis balon karet yang dipasang di dalam tangki konservator. [5] b. Peralatan Bantu 1. Pendingin Pendingin pada transformator berfungsi untuk menjaga agar transformator bekerja pada suhu rendah. Pada inti besi dan kumparan kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi

tembaga. Panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan dan hal ini akan merusak isolasi. Maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan tersebut transformator perlu dilengkapi dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Secara alamiah media pendingin (minyak isolasi) mengalir karena perbedaan suhu tangki minyak dan sirip-sirip transformator (radiator). Untuk mempercepat pendinginan transformator dilengkapi dengan kipas yang dipasang di radiator transformator dan pompa minyak agar sirkulasi minyak lebih cepat dan pendinginan lebih optimal. 2. Tap Charger Tap changer merupakan alat penstabil tegangan keluaran pada sisi sekunder transformator daya. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengubah jumlah kumparan primer yang memiliki input tegangan yang berubahubah untuk mendapatkan nilai tegangan output yang konstan. [3] 3. Alat Pernapasan (Dehydrating Breather) Perubahan temperatur di dalam maupun di luar transformator mengakibatkan perubahan pada temperatur minyak isolasi transformator. Kualitas isolasi minyak transformator akan menurun bila di dalam kandungan minyak tersebut terdapat banyak kandungan gas dan air. Gas-gas dan air tersebut berasal dari kelembaban dan kontaminasi oksigen dari udara luar. Saat level temperatur minyak meningkat, maka transformator akan mendesak udara untuk keluar dari transformator. Dan sebaliknya, saat level temperatur minyak menurun, maka udara luar akan masuk kembali ke dalam transformator. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi minyak transformator terhadap udara luar yang masuk kembali ke transformator, maka sebuah transformator daya dilengkapi dengan alat pernapasan berupa tabung yang berisi zat kristal (silica gel) yang terpasang di bagian luar transformator. [5] 4. NGR (Neutral Grounding Resistance) NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan netral sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi netral ke tanah. Ada dua jenis NGR, yaitu liquid dan solid. Resistor pada liquid menggunakan larutan air murni yang ditampung di dalam bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Sedangkan solid terbuat dari stainless steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya. 5. Indikator-indikator Indikator transformator terdiri dari: Indikator suhu minyak Indikator permukaan minyak Indikator suhu winding Indikator kedudukan tap c. Peralatan Proteksi Bagian-bagian yang terdapat pada transformator harus dilindungi oleh peralatan proteksi sesuai dengan fungsinya masingmasing, baik pada bagian dalam maupun bagian luar transformator. Berdasarkan indikasi gangguannya, peralatan proteksi pada transformator terdiri atas :

1. Relai Bucholz Relai bucholz adalah relai yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas. Selama transformator beroperasi normal, relai akan terisi penuh dengan minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal. Bila terjadi gangguan yang kecil di dalam tangki transformator, misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas. Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan menuju tangki konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surya tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz. [6] 1. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay) Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai bucholz yaitu mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini hanya bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh hubung singkat. [1] 2. Relai Diferensial (Differential Relay) Relai diferensial berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman transformator. Relai ini merupakan pengaman utama (main protection) yang sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relai lain dan tidak memerlukan time delay. [7] 3. Relai Arus Lebih (Over Current Relay) Relai arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi nilai setting. Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih digunakan sebagai tambahan bagi relai differensial untuk memberikan tanggapan terhadap gangguan luar. Relai ini digunakan untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa ke tanah dan beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih. [8] 4. Relai Hubung Tanah (Ground Fault Relay) Relai hubung tanah adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai setting pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah. Relai hubung tanah hanya efektif dipakai untuk pentanahan netral langsung atau dengan tahanan rendah. [9]

5. Relai Thermis (Thermal Relay) Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi pada transformator digunakan relai thermal. Relai thermal ini terdiri dari sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan. [3] 6. Arrester Penangkal petir (arrester) adalah proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir. Alat ini berfungsi untuk melakukan arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang merusak isolasi peralatan listrik. [7] Agar tidak mengganggu aliran sistem, maka pada keadaan normal arrester berlaku sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah. Akibatnya arrester dapat melakukan arus yang tinggi ke tanah dan setelah surya hilang, arrester dengan cepat kembali menjadi isolasi. II.2 Gangguan pada Transformator Dalam sistem tenaga listrik, gangguan didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan dalam penyaluran daya listrik yang menyebabkan aliran arus listrik lebih besar dari aliran arus yang seharusnya. Secara umum, gangguan pada transformator dibagi menjadi dua jenis yaitu gangguan internal dan gangguan eksternal. Gangguan internal adalah gangguan yang berasal dari transformator itu sendiri sedangkan gangguan eksternal adalah gangguan yang berasal dari luar transformator dan dapat terjadi kapan saja dengan waktu yang tidak dapat ditentukan. Gangguan internal dibagi menjadi dua jenis, yaitu gangguan incipien dan gangguan elektris. Gangguan incipien yaitu gangguan yang dimulai oleh suatu gangguan kecil dan tidak berarti namun secara lambat akan menimbulkan kerusakan. Gangguan ini akan dideteksi oleh relai pengaman mekanis seperti relai bucholz, relai jansen dan relai sudden pressure. Gangguan elektris yaitu gangguan elektris yang dideteksi oleh relai proteksi utama transformator. a. Gangguan Internal Gangguan yang termasuk dalam gangguan internal adalah : 1. Terjadinya busur api (arc) yang kecil dan pemanasan lokal yang disebabkan oleh : Cara penyambungan konduktor yang tidak baik Kontak-kontak listrik yang tidak baik Kerusakan isolasi antara inti baut 2. Gangguan pada sistem pendingin Pada umumnya banyak transformator menggunakan minyak transformator sebagai isolasi sekaligus merupakan bahan pendingin. Dan kenyataannya adalah ketika terjadi gangguan di dalam transformator tersebut, maka di dalam minyak itu akan timbul sejumlah gas. 3. Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel b. Gangguan Eksternal Gangguan yang termasuk dalam gangguan eksternal adalah : 1. Hubung Singkat Luar (External Short Circuit) Hubung singkat ini terjadi di luar transformator, seperti di bus, di penyulang

(feeder) dan di sistem yang merupakan sumber bagi transformator tersebut. 2. Beban Lebih (Overload) Transformator daya akan bekerja secara kontinyu apabila transformator tersebut berada pada beban nominalnya. Namun apabila beban yang dilayani lebih besar dari 100%, maka transformator tersebut akan mendapat pemanasan lebih dan hal ini akan mempersingkat umur isolasi transformator keadaan beban lebih berbeda dengan arus lebih. Pada beban lebih, besar arus hanya kira-kira 10% di atas nominal dan dapat diputuskan setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih, besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan harus diputuskan secepat mungkin. [7] 3. Gelombang surja Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang disebabkan oleh sambaran petir. Pada saluran transmisi performa petir menjadi salah satu faktor dominan dalam perancangan menara dan saluran transmisi. II.3 Sistem Proteksi Transformator Sistem proteksi bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian yang terganggu dari bagian lain yang masih normal sekaligus mengamankan bagian yang masih normal tersebut dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. 5 syarat yang harus dimiliki oleh sistem kelistrikan, yaitu : [1] [10] 1. Selektifitas Sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem yang harus diisolir apabila relai proteksi mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang normal adalah bagian yang terganggu saja. 2. Keandalan (reliable) Suatu sistem proteksi dikatakan handal jika dapat bekerja dengan baik dan benar pada berbagai kondisi sistem. Keandalan sistem proteksi dibagi atas dua unsur yaitu kemampuan relai yang selalu bekerja dengan baik pada kondisi abnormal dan kemampuan relai untuk tidak bekerja pada kondisi normal. 3. Kecepatan Kerja Tujuan terpenting dari sistem proteksi adalah memisahkan bagian yang terkena gangguan dari sistem yang normal dengan cepat agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi harus memiliki tingkat kecepatan yang tinggi agar meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia,peralatan dan stabilitas operasi. 4. Sensitifitas Sensitifitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah perlindungannya. 5. Ekonomis dan sederhana. Sistem proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya. Relai proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan yang tidak diinginkan terjadi pada peralatan sistem tenaga listrik. Jika terjadi ketidaknormalan pada sistem tenaga listrik, maka secara otomatis relai proteksi akan memberikan sinyal atau perintah untuk

membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Relai proteksi juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam gangguannya sehingga memudahkan evaluasi pada saat terjadi gangguan. III. RELAI ARUS LEBIH SPAJ 140C Relai arus lebih merupakan relai yang bekerja berdasarkan besarnya arus masukan. Jika arus masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur (Ip), maka relai ini akan bekerja. Ip adalah arus kerja yang dinyatakan menurut gulungan sekunder dari transformator arus (CT). Relai akan bekerja jika memenuhi standar dan keadaan di bawah ini : If > Ip relai bekerja (trip) If < Ip relai tidak bekerja ( block) Tabel 1. Data OCR Gambar 3. OCR SPAJ 140 C Merk SPAJ 140C Pabrik ABB Rasio CT 200/1 Arus Setting ( Iset ) 0.63 x I n Time Delay (td) 1 s Kurva Standar Inverse Sumber : PT. PLN Batam) Gambar 2. OCR SPAJ 140C di GI Batu Besar Gambar 4. Kurva Standard Inverse OCR SPAJ 140C

IV. PENGOLAHAN DATA IV.1 BEBAN LEBIH DAN ARUS LEBIH Terjadinya gangguan internal pada pembangkit Kabil 1#2 yang berlangsung selama 0.267 jam (16 menit 2 detik) menyebabkan relai diferensial yang ada pada pembangkit tersebut bekerja memerintahkan PMT agar memutuskan hubungan listrik (trip). Transformator 1 yang ada di gardu induk Batu Besar bekerja sama dengan pembangkit Kabil 1#2 untuk menyuplai beban ke penyulang (feeder). Inilah yang menyebabkan ketika terjadi trip pada pembangkit Kabil 1#2 seluruh beban yang mengalir pada pembangkit harus ditampung oleh transformator 1 dan transformator 1 juga mengalami trip. Beban maksimum yang dapat mengalir pada transformator adalah : P (trafo) x 150 kv x 126 A x 0.9 32697 kva 32.697 MVA x 0.9 29.4273 MW Maka beban lebih yang mengalir pada transformator ketika pembangkit Kabil 1#2 trip dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : P over(trafo) P normal(trafo) + P normal(pembangkit) 25 MW + 5.5 MW 30.5 MW Sedangkan arus maksimum yang mengalir pada transformator adalah : 107.0435 A Pada saat gangguan terjadi, pembebanan pada transformator sebesar 110%, maka arus maksimum yang mengalir pada transformator sebesar : : x 110 % x 110% x 110% 107.0435 A x 110 % 117.7478 A Dengan beban lebih yang mengalir pada transformator sebesar 30.5 MW, maka arus yang mengalir pada transformator juga akan melebihi arus maksimum. Arus Lebih yang Mengalir Pada Transformator : ( ) 130.593 A Ketika pembangkit Kabil 1#2 mengalami gangguan dan trip, transformator 1 yang ada di gardu induk Batu Besar mengalami gangguan beban lebih dan arus lebih karena harus menampung beban dan arus yang mengalir dari pembangkit, yaitu masing-masing sebesar 30.5 MW dan 130.593 A.

IV.2 KINERA OCR SPAJ 140C Karena terjadi gangguan beban lebih dan arus lebih, maka OCR akan bekerja memerintahkan PMT untuk trip. Dari besar beban lebih dan arus lebih yang telah diperoleh, maka dapat diketahui waktu kerja OCR dalam melindungi transformator dari gangguan yang terjadi. 1. Arus Setting OCR SPAJ 140C Perhitungan arus setting OCR adalah sebagai berikut : I set OCR 0.63 x I n I n adalah rasio CT (200/1), maka : I set OCR 0.63 x 200 126 A 2. Waktu Kerja OCR SPAJ 140C Sedangkan perhitungan waktu kerja OCR adalah sebagai berikut : Tabel 2.Kinerja OCR Terhadap Gangguan Arus Lebih I max (A) I set OCR (A) 3. Kehandalan OCR SPAJ 140C n xi f I fault (A) t OCR (s) 117.7478 126 1 130.593 195.566 117.7478 126 2 261.18 9.53 117.7478 126 3 391.77 6.10 117.7478 126 4 522.36 4.85 117.7478 126 5 652.95 4.19 117.7478 126 6 783.54 3.76 117.7478 126 7 914.13 3.46 117.7478 126 8 1044.72 3.24 117.7478 126 9 1175.31 3.07 117.7478 126 10 1305.9 2.92 ( ) ( ) Kehandalan OCR SPAJ 140C dapat diketahui dengan melihat frekuensi gangguan yang terjadi dan bagaimana OCR tersebut bekerja melindungi transformator. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. PLN Bright Batam, frekuensi gangguan yang terjadi adalah 3 kali yaitu pada tahun 2007, 2009 dan 2012 baik pada transformator 1 maupun pada transformator 2. 195.566 detik Dengan beban sebesar 30.5 MW dan arus sebesar 130.59 A yang mengalir pada transformator, maka OCR bekerja dalam waktu 195.566 detik (3 menit 25 detik) untuk memerintahkan PMT agar melepas hubungan listrik. a. Gangguan Pada Tahun 2007 Berdasarkan rekapitulasi gangguan transformator 150/20 kv pada tahun 2007 di gardu induk Batu Besar, frekuensi gangguan yang terjadi pada transformator baik pada transformator 1 maupun transformator 2 adalah sebanyak 4 kali dengan jenis gangguan yang berbeda dan salah satu diantaranya adalah gangguan arus lebih yang

menyebabkan sub-sistem Batu Besar padam total. Arus lebih yang mengalir pada transformator adalah sebesar 0.87 ka. Waktu Kerja OCR SPAJ 140C : Dengan demikian, kehandalan OCR SPAJ 140C dapat diketahui dengan melakukan perhitungan berdasarkan formula yang ada : Kehandalan OCR SPAJ 140C : ( ) ( ) 3.55 s b. Gangguan Pada Tahun 2009 Berdasarkan rekap statistik gangguan transmisi dan trafo daya 150/20 kv gardu induk Batu Besar, gangguan arus lebih terjadi pada transformator 2 30 MVA karena menampung beban lebih ketika pembangkit Kabil 2#3 mengalami trip. Arus lebih yang mengalir ketika beban lebih yang harus ditampung oleh transformator sebesar 32.3 MW adalah 138.3 A. Waktu Kerja OCR SPAJ 140C : ( ) ( ) 100 % OCR SPAJ 140C terbukti handal, baik pada kenyataan di lapangan maupun jika melakukan perhitungan menggunakan formula yang ada. Dengan frekuensi gangguan sebanyak 3 kali yang terjadi di tahun yang berbeda, OCR SPAJ 140C dapat mengatasi gangguan tersebut sebanyak 3 kali juga sesuai dengan fungsinya sehingga transformator yang ada di gardu induk Batu Besar tetap dalam kondisi baik dan bekerja dengan baik pula. 4. Solusi Berhubungan dengan hal ini, maka untuk menghindari gangguan agar tidak terjadi lagi, maka terdapat beberapa solusi, yaitu: 1. Melakukan penambahan jumlah transformator seperti yang telah dilakukan pada gardu induk Baloi. 2. Melakukan pengaturan ulang terhadap pembebanan transformator dan terhadap arus setting relai arus lebih. Pembebanan yang ideal untuk sebuah transformator daya adalah 80%. 3. Selain melakukan pengaturan ulang pada transformator, pada pembangkit juga perlu dilakukan setting ulang, agar ketika terjadi gangguan, pembangkit tidak mengalami trip dan dengan begitu transformator yang 75.08 s

terhubung dengan pembangkit juga tidak mengalami trip. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari hasil perhitungan gangguan yang terjadi pada transformator 1 di gardu induk Batu Besar, gangguan yang terjadi sangat berpengaruh terhadap kinerja OCR. Semakin besar nilai gangguan yang terjadi, OCR akan bekerja semakin cepat. Sebaliknya, semakin kecil nilai gangguan yang terjadi, OCR akan bekerja semakin lama. Hal ini dapat dilihat dari nilai arus gangguan yang terjadi pada transformator yaitu sebesar 130.59 A. Nilai ini merupakan nilai yang sangat kecil, maka OCR pun akan bekerja dalam waktu yang sangat lama terhitung dari gangguan terjadi yaitu 3 menit 25 detik. 2. Berdasarkan data rekap gangguan pada gardu induk Batu Besar, PT. Bright PLN Batam, jumlah transformator sudah termasuk kurang. Dengan beban yang semakin meningkat setiap harinya menuntut adanya penambahan jumlah transformator pada gardu induk Batu Besar. Karena hal ini sangat membahayakan keselamatan sistem tenaga listrik yang ada di gardu induk Batu Besar dan kenyamanan konsumen juga akan berkurang. Selain dengan melakukan penambahan jumlah transformator, pengaturan ulang terhadap transformator tersebut juga sangat perlu dilakukan. 3. Relai yang digunakan di gardu induk Batu VI. SARAN Besar merupakan relai yang telah memenuhi standar dari sebuah peralatan proteksi. Sesering apapun dan sebesar apapun gangguan yang terjadi, relai tetap dapat bekerja dengan baik. 1. Penelitian ini masih menggunakan alat manual yaitu kalkulator dan software manual yaitu Microsoft Excel 2010. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan Matlab. 2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan dapat membahas mengenai gangguan beban lebih dan arus lebih pada saluran transmisi 150 kv dan saluran distribusi 20 kv dan melakukan perbandingan terhadap gangguan yang sama di saluran yang berbeda untuk dapat lebih mengetahui seberapa besar perbandingan gangguan yang terjadi pada saluran tersebut. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat membahas mengenai besarnya kerugian ekonomis yang dialami oleh PLN. DAFTAR PUSTAKA 1. M. Yusuf Mappeasse, Riana T. Mangesa, Iwan Suhardi, (2007). Studi Sistem Proteksi Transformator Daya Gardu Induk 150 kv Tello PT. PLN (Persero) Wilayah Sulseltrabar. Jurnal Media Elektrik, Volume 2, Nomor 2, Desember 2007. 2. Hardityo, R. (2007/2008). Deteksi dan Analisis Indikasi Kegagalan Trannsformator dengan Metode Analisis Gas Terlarut. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 3. PT. PLN (Persero). (2009). Himpunan Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik. Transformator Tenaga, (No. Dokumen : 1-22 / HARLUR - PST/2009). Jakarta Selatan.

4. Purnama Sigid, (2009). Analisa Pengaruh Pembebanan Terhadap Susut Umur Transformator Tenaga. Universitas Diponegoro, Semarang. 5. Marsudi, D. (2011). Pembangkitan Energi Listrik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 6. Harrij Mukti K, (2007). Aplikasi Teknologi Simulasi Rele Diferensial dan Rele Bucholz pada Sistem Pengaman Transformator 3 Phasa. Jurnal ELTEK Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024. 7. Sumanto. (1996). Teori Transformator. Yogyakarta: Andi Offset. 8. Alawiy, M. T. (2006). Proteksi Sistem Tenaga Listrik Seri Rele Elektromagnetis. Fakultas Teknik Elektro, Universitas Islam Malang. 9. Ayub, Said, (2008). Koordinasi Sistem Proteksi Over Current Relay Tipe BEI-51 Pada Transformator Daya Dengan Ground Fault Relay. Jurnal Litek Volume 5, Nomor 1, Maret 2008 ; hal.22-26. 10. Syukriyadin, Syahrizal, Cut Rizky Nakhrisya, (2011). Analisis Proteksi Relay Differensial Terhadap Gangguan Internal dan Eksternal Transformator Menggunakan PSCAD/EMTDC. JurnalRekayasa Elektrika Vol. 9, No. 3, April 2011.