RENCANA KERJA 2016 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Kementerian Perindustrian

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

PEMBANGUNAN PARIWISATA

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Kementerian Perindustrian

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Renstra Ditjen IA

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015

Tahun Anggaran 2013 III

II Tahun Anggaran 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

Kementerian Perindustrian

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Perindustrian

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan II Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

Contents

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Tema Pembangunan 2007

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA)

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

RENCANA KERJA 2016 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

KATA PENGANTAR Penyelenggaraan sistem perencanaan pembangunan diharapkan menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; dengan memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk terciptanya Good Governance. Salah satu kerangka perencanaan untuk mewujudkan sistem manajemen dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan industri melalui tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, maka pada setiap tahun anggaran seluruh unit kerja perlu menyusun (RENJA) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang mor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. RENJA merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Prioritas (RIPIN) 2015 2035, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 2019 dan Rencana Strategis (RENSTRA) 2015 2019 yang dilaksanakan dalam program kegiatan tahunan. Untuk mewujudkan sistem manajemen pemerintahan yang baik serta memenuhi amanat sebagaimana dimaksud, Biro Perencanaan menyusun sebagai acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran dan target yang ditetapkan. Jakarta, Juni 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 C. RUANG LINGKUP... 1 BAB II ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN... 2 BAB III RENCANA KERJA... 6 A. SASARAN TAHUN 2016... 6 B. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2016... 7 C. PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2016... 8 D. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN 2016... 9 BAB IV PENUTUP... 32 LAMPIRAN - RINCIAN KEGIATAN, OUTPUT DAN KOMPONEN KEMENPERIN TAHUN 2016... 33 A. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka... 33 B. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro... 40 C. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika... 48 D. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah... 54 E. Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri... 59 F. Program Peningkatan Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional... 62 G. Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri... 65 H. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian... 86 I. Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian... 89 J. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian... 100 ii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan program pembangunan industri, maka pada tahun anggaran 2016 Kementerian Perindustrian menyusun (RENJA) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Prioritas (RIPIN) 2015 2035, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 2019 dan Rencana Strategis (RENSTRA) 2015 2019. RENJA ditetapkan pada awal setiap tahun anggaran dan merupakan suatu rencana kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. B. MAKSUD DAN TUJUAN ini merupakan pedoman bagi seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan industri pada tahun 2016. C. RUANG LINGKUP ini disusun dengan ruang lingkup meliputi: 1. Arah kebijakan sektor industri ; 2. Program Prioritas : 3.. 1

BAB II ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Pada tahun 2016 industri pengolahan di targetkan tumbuh sebesar 5,5-6,0 persen, dimana industri nonmigas ditargetkan tumbuh 6,9 persen. Untuk dapat mencapai sasaran pengembangan industri pengolahan tahun 2016, maka arah kebijakan pembangunan industri pengolahan sesuai dengan Pemerintah (RKP) adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM. Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah: a. Memfasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) yang mencakup: (i) Bintuni - Papua Barat; (ii) Buli - Halmahera Timur- Maluku Utara; (iii) Bitung Sulawesi Utara, (iv) Palu - Sulawesi Tengah; (v) Morowali - Sulawesi Tengah; (vi) Konawe Sulawesi Tenggara; (vii) Bantaeng - Sulawesi Selatan; (viii) Batulicin - Kalimantan Selatan; (ix) Jorong - Kalimantan Selatan; (x) Ketapang - Kalimantan Barat; (xi) Landak Kalimantan Barat, (xii) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (xiii) Sei Mangke Sumatera Utara; dan (xiv) Tanggamus, Lampung. b. Membangun paling tidak satu kawasan industri di luar Pulau Jawa. c. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang trdiri dari 11 di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia. d. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur utama (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung kualitas kehidupan (Quality Working Life) bagi pekerja. 2

Gambar I Pembangunan 14 Kawasan Industri di Luar Jawa 2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. Strategi utama penumbuhan populasi adalah dengan mendorong investasi baik melalui penanaman modal asing maupun modal dalam negeri, terutama pada: a. Industri pengolah sumber daya alam, yaitu industri pengolah: i. ii. Hasil-hasil pertanian/perkebunan yang pengolah minyak sawit (oleokimia), kemurgi, industrii karet dan produk karet, industri cokelat, industri pangan termasuk industri gula, bahan penyegar, pakan, serta industri pengolahan hasil hutan dan perkebunan lainnya. Produk turunan Migas (petrokimia) yang mencakup industri mencakup industri petrokimia hulu, kimia organik, pupuk, garam, semen, resin sintetik dan bahan plastik, karet sintetik, serat tekstil, kimia penunjang pertahanan, plastik dan karet hilir, farmasi dan obat- obatan; Kementerian Perindustriann 3

iii. Mineral hasil pertambangan yang mencakup industri pengolahan dan pemurnian besi baja dasar, pengolahan dan pemurnian bukan besi (aluminium, tembaga, dan nikel), pembentukan logam, logam untuk industri strategis, pengolahan logam tanah jarang. b. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat tenaga kerja: industri mesin permesinan, tekstil dan produk tekstil, alat uji dan kedokteran, alat transportasi, kulit dan alas kaki, alat kelistrikan, elektronika dan telematika. c. Industri penghasil bahan baku, bahan setengah jadi, komponen, dan sub-assembly (pendalaman struktur). d. Industri yang memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global baik sebagai perusahaan subsidiary, contract manufacturer, maupun sebagai pemasok independen (Global Production Network). e. Di samping itu, Industri Kecil dan Menengah (IKM) akan dibina agar dapat terintegrasi dengan rantai nilai industri pemegang merek (Original Equipment Manufacturer, OEM) di dalam negeri dan menjadi basis penumbuhan populasi industri besar / sedang. 3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja) dengan strategi sebagai berikut: a. Peningkatan Efisiensi Teknis i. Pembaharuan/revitalisasi permesinan industri; ii. Peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja; iii. Optimalisasi keekonomian lingkup industri (economic of scope) melalui pembinaan klaster industri. b. Peningkatan Penguasaan Iptek/Inovasi i. Infrastruktur mutu (measurement, standardization, testing, and quality); ii. Layanan perekayasaan dan teknologi; iii. Penyelenggaraan riset dan pengembangan teknologi; iv. Penumbuhan entrepreneur berbasis inovasi teknologi (teknopreneur). 4

c. Peningkatan Penguasaan dan Pelaksanaan Pengembangan Produk Baru (New Product Development) oleh industri domestik. d. Pembangunan Faktor Input i. Peningkatan kualitas SDM Industri; ii. Akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau. Fasilitasi dan pemberian insentif dalam rangka peningkatan daya saing dan produktivitas diprioritaskan pada: (1) industri strategis menurut Kebijakan Industri Nasional; (2) industri maritim; dan (3) industri padat tenaga kerja. Kebijakan fiskal terhadap impor bahan baku, komponen, barang setengah jadi diharmonisasikan sesuai dengan rantai pertambahan nilai berikutnya di dalam negeri. 5

BAB III RENCANA KERJA A. SASARAN TAHUN 2016 Sasaran pembangunan sektor industri yang akan dicapai pada tahun 2016 seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 1 Sasaran Pembangunan Industri NO Sasaran Pembangunan Industri 2015 1 Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 6,9 2 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB % 21 3 Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor % 66,9 4 tenaga kerja di sektor industri Juta orang 16,01 5 Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri nonmigas % 39,41 6 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun 305,6 7 Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 28,06 Sasaran Pertumbuhan sektor Industri nonmigas pada tahun 2016 adalah sekitar 6,9 persen, dengan sasaran pertumbuhan tersebut, maka kontribusi industri nonmigas terhadap PDB pada tahun 2016 diharapkan dapat mencapai 21 persen. Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor yang pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 66,9 persen. Seiring dengan kondisi diatas, tenaga kerja di sektor industri non migas yang pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 16,01 juta orang dan ketergantungan terhadap bahan baku impor diharapkan akan semakin menurun menjadi 39,41 persen pada tahun 2016. Proyeksi kebutuhan Investasi untuk mendukung pertumbuhan sektor industri yang pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 305,6 trilyun dan penyebaran industri diluar pulau Jawa dengan indikator persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa, yang pada tahun 2016 sebesar 28,06 persen. 6

B. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2016 Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan sektor industri tahun 2016, Kementerian Perindustrian didukung dengan anggaran per program sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel 2 Program dan Anggaran NO PROGRAM UNIT KERJA 1 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka ANGGARAN (Rp.000) Ditjen IKTA 302.704.400 2 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro Ditjen IA 245.756.000 3 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Ditjen ILMATE 231.059.000 4 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 5 Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri Ditjen IKM 529.668.000 Ditjen PPI 652.993.000 6 Program Peningkatan Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional 7 Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Ditjen KPAII 50.262.000 BPPI 777.309.400 8 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian 9 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian 10 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian Inspektorat Jenderal Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal 49.569.000 1.060.892.700 18.231.300 TOTAL 3.916.135.700 7

C. PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2016 Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden mor 60 Tahun 2015 tentang Pemerintah, Kementerian Perindustrian akan melaksanakan program prioritas antara lain sebagai berikut : 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (1) 9 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) 22 Kawasan Peruntukan Industri; (3) 17 Kawasan Industri; dan (4) 8 Sentra IKM; 2. Fasilitasi Pembangunan (1) Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur (lokasi); (2) pabrik pupuk NPK di Aceh kapasitas 100.000 ton/tahun; (3) Mould and Dies center; (4) Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Industri Alat Kesehatan; (5) Alsintan Center di luar Pulau Jawa (Sumbar, Kalbar, Sulsel, NTB,NTT, dan Kaltim); 3. Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka; 4. Pembuatan prototype kereta api penumpang; 5. Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) Technopark; 6. Penyusunan Front End Enginering Design (FEED) 1 Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara (low rank coal) dengan kapasitas 500.000 ton/tahun; 7. Penyusunan Detail Enginering Design (DED) pabrik Paracetamol kapasitas 10.000 ton/th, amoxicilin kapasitas 750 ton/th, garam farmasi 6.000 ton/th, Dextrose for infusion 6.000 ton/th, Vitamin C kapasitas 3.000 ton/th, Sefalosporin kapasitas 150 ton/th; 8. Pengembangan Industri Oleokimia dan Kemurgi. 9. Pengembangan Industri Hilir Rumput Laut. 10. Fasilitasi Pengembangan produk untuk sentra, UPT dan IKM; 11. Restrukturisasi Mesin dan Peralatan IKM; 12. Penumbuhan Wirausaha Baru Industri Kecil; 13. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi SDM Industri; 8

14. Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan Industri; 15. Penyusunan dan Penerapan SKKNI, RSNI dan SNI industri; 16. Penguatan Kemampuan Balai Besar dan Baristand Industri melalui pemutakhiran peralatan laboratorium pengujian; dan peningkatan sarana dan prasarana gedung sesuai dengan standar pelayanan publik (standard ombudsman) dalam rangka peningkatan daya saing dan produktifitas industri; 17. Penyusunan Analisis Dampak Perjanjian-Perjanjian Kerjasama Internasional dan Analisa Penyusunan Strategi Promosi Investasi Industri Pengolah Sumber Daya Alam (berbasis agro, berbasis mineral tambang dan berbasis migas); 18. Penyusunan Rekomendasi Pemberdayaan Produk Industri Dalam Negeri untuk Penurunan Rezim Impor. D. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN 2016 I. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Kimia, Tekstil dan Aneka dengan alokasi anggaran sebesar Rp 302.704.000.000,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) Direktorat sebagai berikut: 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka pada Direktorat Industri Tekstil dan Aneka dengan alokasi anggaran sebesar Rp 153.156.000.000,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur; b. Penyusunan RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka; c. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan standard Industri Tekstil dan Aneka; d. Peningkatan Penguasaan Pasar; e. Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka. 9

2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir pada Direktorat Industri Kimia Hilir, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 18.672.700.000,- yang digunakan untuk: a. Fasilitasi Pengembangan Industri Kimia Hilir; b. Peningkatan keterkaitan Industri Kimia Hilir; c. Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hilir; serta d. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan standard Industri Kimia Hilir. 3. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu pada Direktorat Industri Kimia Dasar dengan alokasi anggaran sebesar Rp 56.822.400.000,- yang digunakan untuk : a. Revitalisasi / Penumbuhan Industri Pupuk; b. Revitalisasi Pabrik Pupuk Organik; c. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam; d. Penyusunan SKKNI Industri Kimia Hulu; e. Penyusunan, Penerapan Dan Pengawasan Standard Industri Kimia Hulu; f. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia; g. Peningkatan Kerjasama Internasional dan Iklim Usaha Industri Kimia Hulu; h. Fasilitasi Center of Excellence (CoE) Industri Petrokimia; serta i. Fasilitasi Pengembangan Industri Pupuk dan Petrokimia di Papua Barat. 4. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam pada Direktorat Industri Material Dasar Logam dengan alokasi anggaran sebesar Rp 13.408.700.000,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Tambang Menjadi Produk dan Jasa Industri; b. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standard Industri Material Dasar Logam; 10

c. Penyusunan RSKKNI Industri Material Dasar Logam Logam; serta d. Peningkatan Kerjasama Internasional dan Iklim Usaha Industri Kimia Hulu. 5. Penyusunan dan Evaluasi Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 60.644.300.000,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Melalui verifikasi dan Sertifikasi TKDN Produk Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka; b. Pembangunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Database Direktorat Jenderal IKTA; c. Fasilitasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk, dan Kerjasama Industri; d. Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan Ditjen IKTA; serta e. Pengembangan kompetensi aparatur dan administrasi kepegawaian Ditjen IKTA; f. Penyusunan Dokumentasi Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka; g. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Perkantoran. II. Program di Direktorat Jenderal Industri Agro adalah Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro, dengan alokasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp 245.756.000.000,- yang dilaksanakan untuk membiayai 4 (empat) kegiatan sebagai berikut: 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan pada Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 51.730.400.000,- yang digunakan untuk: 11

a. Pengembangan industri oleokimia dan kemurgi dengan target sebanyak 2 komoditas; b. Penyusunan standard produk industri hasil hutan dan perkebunan dengan target sebanyak 15 RSNI/SNI; c. Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri dengan target sebanyak 15 partisipasi; serta d. Pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan lainnya dengan target sebanyak 3 komoditas. 2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau pada Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 46.642.200.000,- yang digunakan untuk : a. Pengembangan industri pangan dengan target sebanyak 2 komoditas; b. Pengembangan industri bahan penyegar dengan target sebanyak 3 komoditas; c. Penyusunan standard produk industri minuman dan tembakau dengan target sebanyak 5 RSNI/SNI; d. Partisipasi dalam sidang dan pameran di dalam dan luar negeri dengan target sebanyak 15 partisipasi; serta e. Pengembangan industri minuman lainnya dengan target sebanyak 2 komoditas. 3. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan pada Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dengan alokasi anggaran sebesar Rp 42.411.300.000,- yang digunakan untuk : a. Pengembangan industri pangan dengan target sebanyak 4 komoditas; 12

b. Pengembangan industri pakan dengan target sebanyak 1 komoditas; c. Pengembangan industri bahan penyegar dengan target sebanyak 1 komoditas; d. Pengembangan industri oleofood dengan target sebanyak 1 komoditas; e. Penyusunan standard produk industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebanyak 8 RSNI/SNI; serta f. Promosi dan kerjasama pada industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebanyak 8 partisipasi. 4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro dengan alokasi anggaran sebesar Rp 104.972.100.000,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran, monitoring, evaluasi dan data dengan target sebanyak 4 dokumen; b. Rekomendasi peningkatan iklim usaha, mutu produk dan kerjasama industri dengan target sebanyak 9 rekomendasi; c. Penyusunan laporan keuangan dan BMN dengan target sebanyak 3 laporan; d. Fasilitasi kepesertaan dan pelaksanaan pembinaan aparatur dengan target sebanyak 90 orang; serta e. Layanan perkantoran dengan target sebanyak 12 bulan layanan. III. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Alat Transportasi, Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan sebesar Rp 231.059.000.000,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit Eselon II sebagai berikut : 1. Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat pada Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 36.000.000.000,- yang digunakan untuk : 13

a. Fasilitasi Pembangunan Protype Kereta Penumpang; b. Penyusunan 6 standardd IATD; c. Peningkatan Kompetensi SDM IATD; d. Fasilitasi Pengembangan Teknologi IATD; serta e. Promosi Kemampuan IATD. 2. Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan pada Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 27.500.000.000,- yang digunakan untuk : a. Revitalisasi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional; b. Penyusunan 5 standard IMKAP; c. Peningkatan Kompetensi SDM IMKAP; d. Pengembangan Teknologi IMKAP; serta e. Promosi Kemampuan IMKAP. 3. Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika pada Direktorat Industri Elektronika dan Telematika (IET) dengan alokasi anggaran sebesar Rp56.000.000.000,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center dalam bentuk Incubator Business Center (IBC), RICE dan Technopark (Bandung, Bali, Semarang, Batam, dan Makassar); b. Penyusunan 15 standard IET; c. Peningkatan Kompetensi SDM IET; d. Pengembangan Teknologi IET; serta e. Promosi Kemampuan IET. 4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 75.559.000.000,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Mould and Dies Center; 14

b. Penyusunan Dokumen Perencaaan, Evaluasi dan Pelaporan; c. Fasilitasi Pembinaan Bidang IUBTT; d. Penyusunan Rekomendasi Dukungan Kebijakan Teknis IUBTT; e. Layanan Perkantoran; serta f. Pengadaan Peralatan dan Failitas Perkantoran. 5. Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika pada Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian (IPAMP) dengan alokasi anggaran sebesar Rp 36.000.000.000,- yang digunakan untuk : a. Pembangunan Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Industri Alat Kesehatan; b. Pembangunan dan Pengembangan Alsintan Center di luar Pulau Jawa; c. Penyusunan 15 standardd IPAMP; d. Peningkatan Kompetensi SDM IPAMP; e. Pengembangan Teknologi IPAMP; serta f. Promosi Kemampuan IPAMP. IV. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil Menengah dengan alokasi anggaran sebesar Rp 529.668.000.000,-,- yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit Eselon II dengan kegiatan utama sebagai berikut : a. Fasilitasi Pengembangan Produk untuk 1.105 IKM melalui fasilitasi peningkatan kualitas dan desain produk, bahan baku serta sarana produksi; b. Fasilitasi peningkatan kemampuan 170 sentra IKM baik sentra IKM Agro, sentra IKM Kimia Tekstil dan Aneka (KTA) dan IKM Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (LMATE); c. Fasilitasi pembangunan wirausaha industri sebanyak 2.902 wirausaha melalui peningkatan kemampuan dan pelatihan wirausaha industri; 15

d. Restrukturisasi Mesin/Peralatan IKM melalui pemberian bantuan keringanan harga untuk pembelian mesin peralatan produksi pada 102 IKM; e. Fasilitasi Peningkatan Pelayanan IKM Melalui 22 UPT yakni UPT Agro, Kimia Tekstil dan Aneka (KTA) dan Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (LMATE); f. Fasilitasi Informasi Pasar, Promosi dan Pameran untuk 147 IKM; g. Pengembangan industri di daerah melalui mekanisme dekonsentrasi di 34 Propinsi dan 1 BPIPI. h. Peningkatan kualitas Desain Kemasan dan Produk bagi IKM melalui Klinik Hak Atas Kekayaan Intelektual IKM serta Klinik Pengembangan Desain Merek dan Kemasan; i. Pengembangan Tenaga Penyuluh Lapangan Ikm (TPL-IKM) Program Beasiswa; j. Peningkatan Mutu dan Standar IKM melalui Penyusunan RSNI, SKKNI serta pembentukan Sekretariat OVOP; k. Pengembangan Pembinaan IKM melalui Kerjasama dengan Lembaga Nasional dan Internasional, Pengembangan Iklim Usaha dan Kelembagaan, Fasilitasi Pengembangan IKM Melalui Lembaga Pendidikan Keagamaan serta Fasilitasi Peningkatan Akses Pembiayaan IKM. V. Program Pengembangan Perwilayahan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp 652.993.000.000.- yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit Eselon II sebagai berikut : 1. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Sumatera dan Kalimantan pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 226.534.000.000,- yang digunakan untuk: 16

a. Pembangunan infrastruktur di dalam Kawasan Industri Sei Mangkei berupa pembangunan jalan poros, drainase, dan gedung pengelola kawasan industri; b. Penyusunan masterplan pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan; c. Penyusunan perencanaan pembangunan Sentra IKM di Kab. Murung Raya, Kota Padang, Kota Tarakan, Tanjung Pinang, Kab. Aceh Selatan; d. Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas (Kuala Tanjung, Tanggamus, Batulicin, Landak, Ketapang, Jorong). 2. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Jawa dan Bali pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II dengan alokasi anggaran sebesar Rp 41.300.000.000,- yang digunakan untuk : a. Penguatan Kerjasama WPPI Jawa dan Luar Jawa; b. Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur dalam WPPI di Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah; c. Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Barat dan Jawa Timur; d. Penyusunan Rencana Pembangunan Sentra IKM di Majalengka, Magetan, dan Bangkalan; e. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Melalui Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/Kota. 3. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III dengan alokasi anggaran sebesar Rp 347.434.000.000.- yang digunakan untuk : a. Pembangunan Jalan Poros, Jalan Lingkungan, dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) dalam Kawasan Industri Bitung, 17

Pembangunan Jalan Poros, Jalan Lingkungan, dalam Kawasan Industri Palu, Peningkatan Kapasitas Politeknik di Kawasan Industri Morowali, dan Pembangunan Akademi Komunitas (Politeknik) di Kawasan Industri Bantaeng; b. Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur dalam WPPI di Sulawesi, Maluku dan Papua; c. Penyusunan perencanaan pembangunan Sentra IKM; d. Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas (Teluk Bintuni, Buli, Konawe, Morowali, Bitung, Palu, dan Bantaeng); e. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Melalui Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/Kota. 4. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp 37.725.000.000.- yang digunakan untuk : a. Monitoring dan evaluasi serta updating data pengembangan sektor perwilayahan industri; b. Rekomendasi peningkatan iklim usaha dan kerjasama pengembangan perwilayahan industri; c. Laporan keuangan dan BMN; d. Pengembangan SDM aparatur yang profesional; e. Layanan perkantoran Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri. VI. Program Pengamanan Industri Dan Kerjasama Internasional dengan alokasi anggaran sebesar Rp 50.262.000.000,- yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit eselon II sebagai berikut : 18

1. Peningkatan Ketahanan Industri pada Direktorat Ketahanan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp8.263.300.000,- yang digunakan untuk: a. Pengamanan Industri Dalam Negeri (IDN) dari dampak Kebijakan Regulasi dan Iklim Usaha (KRI) yang mengancam dan merugikan Industri Dalam Negeri (IDN); b. Pengamanan IDN dari dampak Persaingan Global; c. Pendampingan atau monitoring IDN dari dampak persaingan global; d. Pendampingan atau Monitoring IDN dalam mempertahankan pangsa pasar domestik akibat lonjakan impor; e. Data dan informasi modul IRIS; f. Kegiatan/Monev Bidang Ketahanan Industri Internasional; g. Dukungan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri. 2. Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; pada Direktorat Pengembangan Akses Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral dengan alokasi Rp. 8.148.000.000,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan Program dan Kinerja Direktorat Wilayah I dan Multilateral; b. Pameran Produk dan jasa industri; c. Penyusunan Posisi runding sektor industri; d. Fasilitasi Pemanfaatan Rantai Suplai Global; e. Penjajakan Kerjasama Teknik Inisiatif Baru; f. Implementasi kerjasama teknik. 3. Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; pada Direktorat Pengembangan Akses Industri Internasional Wilayah II dan Regional dengan alokasi Rp. 9.189.000.000,- yang digunakan untuk : 19

a. Penyusunan Program dan Kinerja Direktorat Wilayah II dan Regional; b. Pameran Produk dan jasa industri; c. Penyusunan Posisi runding sektor industri; d. Fasilitasi Pemanfaatan Rantai Suplai Global; e. Penjajakan Kerjasama Teknik Inisiatif Baru; f. Implementasi kerjasama teknik; g. Peningkatan Minat investasi dari Perusahaan/Negara/Industri. 4. Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Kerjasama Industri Internasional; pada Sekretariat Ditjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional dengan alokasi Rp. 24.688.700.000,- yang digunakan untuk : a. Peningkatan kualitas Sistem Perencanaan, Penganggaran, Evaluasi dan Pelaporan; b. Pembangunan Kapasitas SDM Industri Dalam Penanganan Kerjasama Internasional di Bidang Industri; c. Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel; d. Penyediaan informasi kerjasama internasional yang terintegrasi; e. Koordinasi dan Fasilitasi Pelaksanaan Kerjasam Teknik dan Promosi Industri yang terintegrasi; f. Pembayaran gaji dan tunjangan. VII. Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri sebesar Rp. 777.309.300.000,-. yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit eselon II, 11 unit Balai Besar Industri, 11 unit Baristand Industri dan 1 unit Balai Sertifikasi Industri sebagai berikut : 1. Pengkajian Kebijakan Iklim dan Usaha Industri oleh Pusat Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp.7.297.000.000,- yang digunakan untuk : 20

a. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Perpajakan Sektor Industri; b. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Industri di Bidang Tarif dan n Tarif; c. Partisipasi Aktif Pusat PKIUI pada Fora Kerjasama Internasional; d. Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Perindustrian tentang Penetapan Pengamanan Objek Vital Nasional Sektor Industri (OVNI); e. Penyusunan Analisis Kebijakan Industri berbasis Sektoral dan Kewilayahan; f. Penyusunan kebijakan industri dalam rangka pengembangan bentuk-bentuk fasilitas nonfiskal; g. Konsultasi Publik Dalam Pengembangan Fasilitas Sektor Industri; h. Analisis Industrial terhadap Isu Aktual Sektor Industri; i. Penyusunan Analisis Struktur Industri ; j. Analisis Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi. 2. Perencanaan kebijakan standarddisasi industri oleh Pusat standardisasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 17.975.400.000,- yang digunakan untuk: a. Perumusan 150 judul RSNI; b. Pemeliharaan sistem manajemen mutu (SMM); c. Diseminasi standard, Regulasi Teknis dan Penilaian Kesesuaian; d. Penyusunan rancangan peraturan pemerintah tentang perencanaan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan SNI, spesifikasi teknis (ST) dan pedoman tata cara (PTC) barang dan/atau jasa industri; e. Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) dalam rangka SNI, ST dan PTC wajib; f. Kerjasama standarddisasi nasional dan internasional; 21

g. Koordinasi penyusunan Peraturan Menteri tentang penujukkan LPK dalam rangka pemberlakuan SNI, ST dan PTC secara wajib. 3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup oleh Pusat Pengkajian Industri Hijau Dan Lingkungan Hidup dengan alokasi anggaran sebesar Rp.16.100.000.000,- yang digunakan untuk: a. Koordinasi Nasional dan Internasional Dalam Rangka Pengembangan Industri Hijau; b. Penyusunan kebijakan lingkungan hidup pada sektor industri; c. Campaign industri hijau; d. Penyusunan standard industri hijau; e. Fasilitasi Sertifikasi Industri Hijau; f. Penguatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Industri Hijau; g. Bimbingan Teknis Auditor Industri Hijau; h. Penganugerahan penghargaan industri hijau. 5. Perencanaan, Pelaporan dan pendukung operasional BPPI oleh Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 128.027.500.000,- yang digunakan untuk : a. Pembayaran Gaji dan tunjangan; b. Pembayaran Remunerasi; c. Rintisan Gelar S-3; d. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran; e. Perencanaan, pelaksanaan dan monev program dan kerjasama; f. Pembinaan dan tindak lanjut keuangan; g. Publikasi Produk dan Penyuluhan Riset Industri; h. Pembinaan SDM Fungsional dan Struktural. 5. Pengkajian Teknologi dan HKI oleh Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 16.175.700.000,- yang digunakan untuk : a. Litbang unggulan Balai Besar dan Baristand Industri; 22

b. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pelaksanaan UU tentang Perindustrian terkait teknologi industri; c. Pemasyaratan teknologi hasil litbang Balai Besar dan Baristand Industri; d. Penerapan Teknologi Hasil Litbang di Industri e. Perlindungan Teknologi Hasil Litbang secara hukum (paten, merek, desain, dll) f. Penghargaan rintisan teknologi industri; g. Percepatan pemanfaatan teknologi melalui DAPATI (Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri); h. Penelitian dan penerapan teknologi industri; i. Perlindungan HKI hasil litbang; j. Layanan pusat manajemen HKI. 6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 408.171.200.000,- yang digunakan untuk : a. Penelitian dan pengembangan industri sebanyak 71 litbang di 11 Balai Besar; b. Jasa pelayanan teknis berupa Sertifikasi Sistem Mutu dan Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT SNI. 7. Riset dan standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri) dan Balai Sertifikasi Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 183.562.500.000,- yang digunakan untuk : a. Penelitian dan pengembangan industri sebanyak 91 litbang di 11 Baristand Industri; b. Jasa pelayanan teknis berupa Sertifikasi Sistem Mutu dan Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT SNI, Sertifikasi Industri. 23

VIII. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp 49.569.000.000,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit eselon II sebagai berikut : 1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I pada Inspektorat I dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4.632.600.000,- yang digunakan untuk : a. Layanan Audit Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat I, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat I, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat I, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat I, Laporan Monev Efektifitas Penelitian dan Rekayasa Balai Besar & Baristand; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat I; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 2. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II pada Inspektorat II dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4.352.900.000,- yang digunakan untuk : 24

a. Layanan Audit Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat II, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat II, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat II, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat II, Laporan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian Perindustrian; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat II; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 3. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III pada Inspektorat III dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4.508.600.000,- yang digunakan untuk : a. Layanan Audit Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat III, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat III, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat III, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan 25

Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat III, Laporan Monitoring Dan Evaluasi Reformasi Birokrasi; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat III; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 4. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV pada Inspektorat IV dengan alokasi anggaran sebesar Rp 4.569.700.000,- untuk kegiatan utama meliputi : a. Layanan Audit Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat IV, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat IV, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat IV, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat IV, Laporan Monev Program Peningkatan Kemampuan Sentra Ikm; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat IV; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 5. Dukungan Manajemen, Pembinaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Serta Dukungan Teknis Inspektorat Lainnya 26

Inspektorat Jenderal pada Sekretariat Inspektorat Jenderal dengan alokasi anggaran sebesar Rp 31.502.200.000,- yang digunakan untuk : a. Data bahan Pengawasan dan sistem informasi pengawasan; b. Layanan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal; c. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Inspektorat Jenderal; d. Dokumen analisa hasil pengawasan Inspektorat Jenderal; e. Layanan Dukungan Pengawasan dan Pengembangan Sistem Pengendalian; f. Layanan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Pengawasan; g. Layanan Organisasi dan Manajemen Kinerja Inspektorat Jenderal; h. Layanan perkantoran Inspektorat Jenderal. IX. Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1.060.892.500.000,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) biro dan 3 (tiga) pusat serta 24 satker unit pendidikan dan Balai Diklat Industri (BDI) sebagai berikut: 1. Peningkatan Pelayanan Hukum dan Penataan organisasi pada Biro Hukum dan organisasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 20.052.000.000,- yang digunakan : a. Fasilitasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri; b. Evaluasi Produk Hukum Bidang Industri; c. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi; d. Layanan Bantuan Hukum; serta e. Layanan Organisasi dan Tata Laksana. 2. Pelayanan Administrasi dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi pada Biro Umum dengan alokasi anggaran sebesar Rp 36.899.000.000,- yang digunakan untuk : 27

a. Pelayanan Pengelolaan Administrasi Kementerian dan Ketatauasahaan Pimpinan; b. Pelayanan Pengelolaan Kerumahtanggaan dan Perlengkapan. 3. Pengembangan SDM Aparatur pada Biro Kepegawaian dengan alokasi anggaran sebesar Rp 14.124.000.000,- yang digunakan untuk : a. Pembinaan dan Pengembangan ASN Kementerian Perindustrian; b. Layanan Administrasi ASN Kementerian Perindustrian. 4. Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional pada Biro Keuangan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 131.670.000.000,- yang digunakan untuk : a. Pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai Sekretariat Jenderal; b. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Dan BMN di Lingkungan Kementerian Perindustrian; c. Peningkatan Kompetensi SDM Pengelolaan Keuangan; d. Pedoman Pengelolaan Keuangan Dan BMN. e. Layanan Pengadaan Barang/jasa (ULP); f. Fasilitas Operasional Otorita Asahan; g. Pembinaan/penyelenggaraan KDEI Taiwan dan Atase Perindustrian di Belgia dan Jepang; 5. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan pada Biro Perencanaan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 43.888.400.000,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan Perencanaan Program, Kegiatan, dan Anggaran Kementerian Perindustrian; b. Penyusunan Kebijakan Industri Nasional; c. Penyusunan Pembangunan Industri; d. Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Industri Daerah (Ripida); 28

e. Perencanaan Penguatan Struktur dan Daya Saing Industri (Staf Ahli Menteri); f. Fasilitasi Kesekretariatan Timnas P3DN; g. Perencanaan Sumber Daya dan Fasilitasi Industri; h. Penyusunan Perencanaan dan Kerjasama Investasi Industri; i. Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi Program dan Kegiatan; serta j. Layanan Fungsional Perencana. 6. Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal pada Pusat Data dan Informasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 45.347.700.000,- yang digunakan untuk : a. Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS); b. Pembangunan Database dan Datawarehouse yang mutakhir; c. Analisis dan Penyajian Data Industri; d. Pengembangan Aplikasi e-goverment; e. Pelaksanaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); f. Inventarisasi Barang/Jasa Produksi dalam negeri; serta g. Pengadaan perangkat keras, perangkat lunak dan pengembangan data center dan Jaringan. 7. Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik pada Pusat Komunikasi Publik, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 41.496.000.000,- yang digunakan untuk: a. Pengembangan Layanan Publik Kementerian; b. Pengembangan Layanan Kehumasan Kementerian; serta c. Penyelenggaraan Unit Pelayanan Publik (UP2) Kementerian Perindustrian. 8. Peningkatan kualitas SDM Industri pada Pusdiklat Industri dan 7 Balai Diklat Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 231.470.500.000,- yang digunakan untuk : a. Pembangunan Infrastruktur Kompetensi SDM Industri; 29

b. Penyelenggaraan Pelatihan Industri Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi sistem 3 in 1 (15.000 Orang); c. Penyelenggaraan Diklat Teknis, Struktural, dan Fungsional untuk SDM Aparatur; d. Penguatan Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan Vokasi Industri. 9. Peningkatan kualitas Pendidikan Vokasi Industri pada Pusdiklat Industri dan 17 Satker Pendidikan yang terdiri dari pendidikan menengah kejuruan (9 satker), pendidikan tinggi (8 satker) dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 495.944.900.000,- yang digunakan untuk : a. Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan Industri di 9 SMK Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi (Lulusan 1.490 Orang); b. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Vokasi di 8 Politeknik Industri Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi (lulusan 2.050 Orang); c. Penyelenggaraan Pendidikan Akademi Komunitas Industri di Morowali, Solo, dan Cilegon (Lulusan 450 Orang); d. Penguatan kelembagaan status pendidikan vokasi yang ada dan fasilitasi ijin pendirian Akademi atau Politeknik di kawasan industri atau WPPI; e. Pengembangan Workshop, laboratorium dan TUK pada Pusat pendidikan (Akademi Komunitas) di Kawasan Industri dan di Pendidikan Vokasi Industri yang sudah ada; f. Fasilitasi Pembangunan Gedung Pendidikan di Unit Pendidikan (SMK dan Politeknik) serta AK TPT di SOLO. X. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp 15.923.000.000, Kegiatan yang dilakukan adalah Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan, Pemeliharaan dan Peningkatan Sarana dan 30

Prasarana Kerja pada Biro Umum dengan alokasi anggaran sebesar Rp 15.923.000.000,- yang digunakan untuk : a. Pengadaan perlengkapan kerja, kendaraan bermotor, peralatan dan fasilitas pendukung gedung; b. Pemeliharaan dan renovasi gedung dan bangunan; serta c. Pemeliharaan sarana/perlengkapan kesehatan. 31

BAB IV PENUTUP Perencanaan kerja merupakan proses penyusunan rencana kerja tahun 2016 sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam rencana kerja ditetapkan rencana capaian kerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Penyusunan rencana kerja tahun 2016 dilakukan seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran, mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian mor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, dan juga mengacu pada Peta Strategi Kementerian Perindustrian, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu. Untuk itu Rencana Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 ini merupakan acuan bagi Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan administrasi dalam lingkungan Kementerian Perindustrian. Untuk itu dalam rangka memenuhi sasaran tugas dan fungsi Kementerian Perindustrian perlu diambil langkah-langkah seoptimal mungkin melalui penyusunan rencana kegiatan yang lebih mantap berdasarkan skala prioritas didukung dengan tertib hukum, administrasi dan keuangan. Selanjutnya dalam rangka mewujudkan program/kegiatan yang berdaya guna, maka diperlukan adanya kerja keras yang terarah, terkoordinasi dengan baik antara keseluruhan unit/instansi yang terkait baik internal maupun eksternal. 32

LAMPIRAN - RINCIAN KEGIATAN, OUTPUT DAN KOMPONEN KEMENPERIN TAHUN 2016 A. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka 01 Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Aneka Penyusunan Regulasi SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Aneka Penerapan dan Pengawasan SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Produk Tekstil 1 3.265,0 2 2 2 14.779,0 15.848,0 16.996,0 1 952,0 952,0 1 2.190,0 2.190,0 Partisipasi Rapat/Seminar Terkait SNI Wajib 1 123,0 123,0 02 RSNI/ SNI Produk Industri Tekstil dan Aneka 5 2.391,0 12 12 12 5.111,0 5.623,0 6.185,0 Identifikasi dan Penentuan RSNI Produk Industri Tekstil dan Aneka Penyusunan Draft RSNI Produk Industri Tekstil dan Aneka Fasilitasi Konsensus SNI Produk Industri Tekstil dan Aneka 3 87,3 262,0 5 345,8 1.729,0 3 133,3 400,0 03 SKKNI Industri Tekstil dan Aneka 2 6.392,0 3 3 3 27.894,0 30.400,0 33.136,0 Bimbingan Teknis SDM Industri Tekstil dan Aneka 16 200,0 3.200,0 Penguatan Lembaga Kompetensi SDM Industri Tekstil dan Aneka Identifikasi dan Penentuan RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka 1 1.174,0 1.174,0 3 54,0 162,0 Penyusunan Draft RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka 2 728,0 1.456,0 Fasilitasi Konvensi SKKNI Industri Tekstil dan Aneka 2 200,0 400,0 04 Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka 85 103.154,0 175 175 175 246.754,0 247.377,0 254.018,0 Fasilitasi Tim Pengarah, Tim Teknis dan Tim Pendukung Program 1 755,0 755,0 Sosialisasi dan Publikasi Program 8 162,5 1.300,0 Penyusunan Permen dan Juknis Program 2 196,5 393,0 Bantuan Potongan Harga Pembelian Mesin dan Peralatan Pengelolaan Operasional Program dan Verifikasi Perusahaan yang Mengikuti Program 1 89.000,0 89.000,0 2 5.500,0 11.000,0 Fasilitasi Rapat Tim Pengarah dan Tim Teknis Program 3 235,3 706,0 05 Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka Identifikasi Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka 10 1.331,0 20 20 20 2.531,0 2.546,0 2.561,0 1 131,0 131,0 1 1.200,0 1.200,0 06 Keterkaitan Industri Tekstil dan Aneka 200 15.273,0 350 350 350 38.552,0 42.341,0 46.504,0 Penguatan dan pengembangan keterkaitan Industri Tekstil dan Aneka 1 993,0 993,0 Peningkatan Akses Pasar Industri Tekstil dan Aneka 10 1.341,3 13.413,0 Pembahasan Iklim Usaha Industri Tekstil dan Aneka 1 867,0 867,0 33

07 Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 1 393,0 1 1 1 3.008,0 3.171,0 3.342,0 Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 1 393,0 393,0 08 Dokumen Pelaporan dan Data 1 957,0 4 4 4 7.326,0 7.722,0 8.140,0 Penyusunan Dokumen Pelaporan dan Data Industri 1 957,0 957,0 09 Terbentuknya Lembaga Penyediaan Bahan Baku Kapas dan Kulit 20.000,0 2 2 2 25,0 25,0 25,0 Pendirian Bufferstock Bahan Baku Kapas 1 14.000,0 14.000,0 Pendirian Bufferstock Bahan Baku Kulit (Material Center) 1 6.000,0 6.000,0 10 Pendirian Industri Technical Textile 0,0 1 1 1 0,0 700.000,0 0,0 11 Pendirian Lab Uji Dalam Rangka Penerapan dan Pengawasan SNI Wajib Industri Tekstil dan Aneka 0,0 1 1 1 40.000,0 40.000,0 40.000,0 153.156,0 571 571 571 385.980,0 1.095.053,0 410.907,0 2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir 01 Rekomendasi Iklim Usaha Industri Kimia Hilir 1 379,5 1 1 1 585,7 664,2 708,7 Persiapan Pembinaan dan Pengawasan Implementasi GHS 1 22,0 22,0 Diseminasi Petunjuk Teknis Implementasi GHS 1 182,0 182,0 Monitoring Penerapan GHS di Pabrik Produk Industri Kimia Hilir Fasilitasi Verifikasi TKDN Perusahaan Industri Kimia Hilir dan Profil Komoditi Industri Kimia Hilir Forum Komunikasi Teknologi Industri Semen dan Monitoring GRK 1 55,5 55,5 1 101,0 101,0 1 19,0 19,0 02 Kerjasama Industri Kimia Hilir di dalam dan luar negeri 7 526,0 7 7 7 636,7 700,4 770,4 Perundingan di dalam dan luar negeri 1 393,0 393,0 Penyusunan Posisi Runding Sektor IKH 1 133,0 133,0 03 Rekomendasi Kebijakan Pengamanan Bahan Baku, Bahan Penolong dan Energi Forum dan Rapat Koordinasi Fasilitasi Pengembangan Industri 8 2.883,0 8 8 8 2.055,5 2.261,1 2.487,2 1 1.982,0 1.982,0 Pertemuan Teknis Fasilitasi Pengembangan Industri 1 901,0 901,0 04 Pilot Project untuk mendukung pengembangan Industri Kimia Hilir 05 Bantuan Mesin dan Peralatan Pengembangan Industri Kimia Hilir 3 0,0 2 2 2 152.000,0 45.000,0 45.000,0 4 2.345,0 4 4 4 4.913,7 5.405,1 5.945,6 Optimalisasi bantuan mesin dan peralatan 1 1.025,0 1.025,0 Fasilitasi peralatan pengembangan Industri Kimia Hilir 1 1.320,0 1.320,0 06 Promosi/ Pameran Industri Kimia Hilir 60 1.141,0 60 60 60 1.255,6 1.381,1 11.519,2 Partisipasi IKH dalam Pameran dalam Negeri 1 443,0 443,0 Partisipasi IKH dalam Pameran Luar Negeri 1 698,0 698,0 07 SKKNI Industri Kimia Hilir 2 774,0 2 2 2 1.492,9 3.592,2 1.701,4 Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SKKNI 1 50,0 50,0 Pembentukan Tim Perumus dan Verifikasi 1 210,0 210,0 Penyusunan Draft RSKKNI 1 100,0 100,0 34