PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE /2016

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 12 VALUASI EKONOMI SDAL 2015/2016 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

TUJUAN, TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENDEKATAN VALUASI

Contingent Valuation Method (CVM)

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN

Pertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73

KONSEP DASAR VALUASI EKONOMI

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Air

VALUASI EKONOMI OLEH : NOVINDRA

Kuliah III-Derivasi Kurva Permintaan Individu, Analisis Surplus & Ketidakpasti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Elastisitas Harga, Perilaku Konsumen dan Surplus Ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ekonomi lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu yang

KEBIJAKAN HARGA. Struktur Presentasi

BAB III METODE PENELITIAN

V. Consumer Surplus and Consumer Welfare

II. TINJAUAN PUSTAKA

Surplus adalah selisih antara keuntungan dengan biaya. Not only Tangible cost but also Intangible Cost.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

Monopolistic competition is a market in which many firms produce similar goods or services but each maintains some

PENDAHULUAN. Latar Belakang. karena peluang pasar yang cukup terbuka. Peternakan sapi potong ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Spillane (1994) mendefinisikan pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan

Eksternalitas & Barang Publik

III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Kesediaan untuk Menerima (Willingness to Accept/WTA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 -

Valuasi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Kode Mata Kuliah/SKS ESL 434/ 3 (2-2) Semester 6

Teori Harga Fungsi Linear

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

PERILAKU KONSUMEN (Kuantitatif)

Data aspek biofisik-kimia perairan terdiri dari :

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

November 1, 2012 DIE-FEUI. Kuliah ke-8: Monopoli dan Monopsoni. Rus an Nasrudin. Outline. Kekuatan Pasar. Sumber Konsekuensi dari Monopoli Monopoli

Harga (Pq) Supply (S)

VALUASI EKONOMI: UMUM. Disiapkan oleh Arianto A. Patunru Untuk Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004.

SILABUS. Kode Mata Kuliah/SKS ESL 231/ 3(3-0)

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Pertemuan 9

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

CHANGE IN PRODUCTIVITY (PRODUCTION FUNCTION APPROACH) VALUASI ESDAL PERTEMUAN 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

KULIAH KE - 4 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

Bab 10 PASAR MONOPOLI

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

PENGENALAN KONSEP ANALISIS BIAYA-MANFAAT DAN LINGKUNGAN PERTEMUAN 5 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGUNGAN 2011/2012

PERTEMUAN KEDELAPAN (Lanjutan) Surplus konsumen-produsen

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

Household Behavior and Customer Choice

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Sungai Krukut telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Hal ini

PERMINTAAN dan PENAWARAN atas HASIL PERTANIAN. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

Kuliah TATANIAGA TERNAK & HASIL-HASILNYA Bagian I. Pengantar ke Ilmu Tataniaga (Introduction to Marketing)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada lingkungan dan reaksi manusia terhadap efek fisik. Efek fisik dapat biologis

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sustainable development. Sustainable development merupakan pembangunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

IKHTISAR 10/20/2008. EKONOMI MIKRO Kode 1. SURPLUS KONSUMEN 2. SURPLUS PRODUSEN 3. EFISIENSI PASAR PERTEMUAN KEENAM: P E Q E

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengeringan dan pengemasan (Somantri, 2014). Salah satu jenis teh adalah teh

THE AVERTING BEHAVIOR METHOD (ABM) VALUASI EKONOMI SDAL

METODE VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

Pertemuan Ke 2. Mekanisme Pasar Permintaan dan Penawaran

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

EVALUASI MIKRO MAKRO PROYEK PARIWISATA DAN HOSPITALITY

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA

METODE PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

Transkripsi:

PENILAIAN EKONOMI DAN KONSEP WTP vs WTA VALUASI EKONOMI SDAL PERTEMUAN KE 4 2015/2016

Penilaian Ekonomi Barang Lingkungan berguna untuk mengetahui: Nilai kehancuran lingkungan dan besaran investasi yang diperlukan bagi suatu kawasan agar lingkungan hidup yang ada dapat berfungsi normal Besarnya dana (nilai ekonomi) yang harus ditransfer oleh suatu pihak kepada pihak lain, demi menyelamatkan lingkungan suatu kawasan milik bersama (common pool resources) transfer masyarakat hilir ke kawasan hulu

KEUNTUNGAN EKONOMI dari melakukan Valuasi Barang dan Jasa Lingkungan: Nilai uang dari peningkatan lingkungan alam + buatan manusia Penghindaran biaya yang besar dalam penanganan kerusakan lingkungan Estimasi keuntungan lingkungan melibatkan moneter/uang untuk menggambarkan : Nilai sosial dari perbaikan kondisi lingkungan; atau Biaya sosial dr kerusakan lingkungan

APA ITU NILAI??? (1) Definisi nilai dapat didekati dari banyak perspektif, dalam kajian ini akan difokuskan dari pendekatan ekonomik. Beberapa pengertian nilai, adalah : (1) dalam perspektif konsep antroposentrik (anthropocentric concept), bahwa nilai ditentukan oleh masyarakat dan bukan hukum alam atau pemerintah; (2) Nilai ditentukan oleh kemauan masyarakat untuk membuat pertimbangan untung rugi (willingness to make trade-offs), dimana kemauan membayar masyarakat untuk membuat pertimbangan untung rugi (trade-offs) direfleksikan oleh kemauan masyarakat membayar barang dan/atau jasa dengan harga uang

APA ITU NILAI??? (2) Secara umum nilai ekonomi (SDAL) dapat didekati dari 2 perspektif: 1. Pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan sejumlah nilai moneter tertentu untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. WILLINGNESS TO PAY (WTP) 2. Pengukuran kesediaan untuk menerima pembayaran dimana masyarakat yang terkena dampak bersedia untuk menerima pembayaran atas kerusakan dan degradasi lingkungan WILLINGNESS TO ACCEPT (WTA)

KONSEP EKONOMI TENTANG NILAI (1) Komponen barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dapat dilihat dari 2 sudut pandang: a. yang diperdagangkan (traded goods) b. yang tidak diperdagangkan (non-traded) Untuk barang dan jasa yang diperdagangkan, teknik pengukuran valuasi ekonomi sudah well-established dan lebih terukur. Dalam paradigma neoclassic, nilai ekonomi dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen (preference of consumers) dan keuntungan perusahaan (profit of firms). Dalam hal ini, konsep dasar yang digunakan adalah surplus ekonomi, yaitu penjumlahan surpus konsumen (CS) dan surplus produsen (PS).

SURPLUS KONSUMEN Surplus konsumen (CS) terjadi apabila jumlah maksimum yang mampu konsumen bayar lebih besar dari jumlah yang secara aktual harus dibayar untuk mendapatkan barang atau jasa (termasuk barang dan jasa lingkungan) Surplus konsumen pertama kali dikenalkan oleh Dupuit (1952) yang merefleksikan pengukuran kesejahteraan ditingkat konsumen yang diukur berdasarkan selisih keinginan membayar dari seseorang dengan apa yang sebenarnya dia bayar (selisih jumlah tersebut = CS)

SURPLUS PRODUSEN Surplus produsen (PS) diukur dari sisi manfaat dan kehilangan dari sisi produsen atau pelaku ekonomi. Dalam bentuk sederhana, nilai ini bisa diukur tanpa harus mengetahui kurva pernawaran dari barang yang diperdagangkan. Surplus produsen terjadi ketika jumlah yang diterima oleh produsen lebih besar dari jumlah yang harus dikeluarkan dalam memproduksi barang dan/atau jasa (selisih jumlah tersebut = CS)

KONSEP SURPLUS KONSUMEN DAN SURPLUS PRODUSEN (Supply Curve) (Demand Curve) Keterangan: 1.Nilai bersih = area OBE, dimana untuk pasar barang = total consumers surplus (EP1B) dan producers surplus (OP1B) 2.Konsep ini analog untuk pengukuran ekonomi jasa lingkungan

SURPLUS KONSUMEN DAN WTP (1) Kurva permintaan terhadap barang dan jasa secara tidak langsung menunjukkan keinginan membayar (WTP) dari individu pada barang dan jasa tersebut. Kurva permintaan yang digambarkan dengan slope (kemiringan) yang negatif, menunjukan adanya hubungan yang terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta (jika harga naik maka kuantitas yang diminta akan menurun). Kurva tersebut mencerminkan keinginan konsumen untuk mengkonsumsi sejumlah barang pada setiap harga yang berbeda

P 1 MARGINAL AND TOTAL WILLINGNESS TO PAY $ A O Q 1 Fungsi marginal willingness to pay Quantity GAMBAR 2. MARGINAL AND TOTAL WILLINGNESS TO PAY E Pada pasar barang kurva permintaan merepresentasikan fungsi marginal willingness to pay. Gambar 2 P, merepresentasikan berapa banyak masyarakat harus membayar untuk tambahan satu unit output (Q) untuk dikonsumsi. Total willingness to pay for Q1 units direpresentasikan pada daerah (OQ1EP1).

SURPLUS KONSUMEN DAN WTP (2) Dari Gambar 2 tadi (M-WTP dan total WTP) dapat dilihat bahwa jika keseimbangan harga di pasar ditunjukan oleh P1, maka konsumen akan mengkonsumsi sebesar Q1. Meskipun konsumen ingin membayar lebih dari P1, namun yang benar-benar ia bayar hanyalah sebesar P1. Kelebihan keinginan membayar ini ditunjukan oleh daerah P1 EA yang di dalam pemikiran ekonomi neo-klasikal disebut sebagai surplus konsumen (Consumer Surplus). Didalam valuasi ekonomi sumberdaya, surplus konsumen ini dapat digunakan untuk mengukur besarnya kehilangan (loss) akibat kerusakan ekosistim dengan mengukur perubahan konsumer surplus.

WTP vs WTA (1) Pemilihan penggunaan konsep WTP dan WTA dalam menilai sumberdaya berkaitan erat dengan status kepemilikan sumberdaya (property right). Pada kasus dimana sumberdaya alam dan lingkungan telah memiliki sistem penguasaan yang sudah baik, WTA untuk kompensasi kehilangan hak penguasaan menjadi lebih relevan daripada WTP. Sedangkan konsep WTP secara umum digunakan dalam situasi dimana pengguna sumberdaya tidak secara jelas memiliki sumberdaya tersebut (barang publik, misal terumbu karang).

WTP vs WTA (2) Pemilihan penggunaan konsep WTP dan WTA dalam menilai sumberdaya berkaitan erat dengan status kepemilikan sumberdaya (property right). Pada kasus dimana sumberdaya alam dan lingkungan telah memiliki sistem penguasaan yang sudah baik, WTA untuk kompensasi kehilangan hak penguasaan menjadi lebih relevan daripada WTP. Sedangkan konsep WTP secara umum digunakan dalam situasi dimana pengguna sumberdaya tidak secara jelas memiliki sumberdaya tersebut (barang publik, misal terumbu karang).

WTP vs WTA (3) Dalam analisis WTP maka pertanyaan mendasarnya terhadap responden atau masyarakat adalah berapa maksimal responden (masyarakat) bersedia membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan? Willingness to accept (WTA) didefinisikan dengan berapa minimal seharusnya orang atau responden (masyarakat) menerima pembayaran sehingga responden tersebut dapat menerima kualitas lingkungan yang rusak?

WTP vs WTA (4) Dalam praktik bahwa pengukuran WTP lebih sering digunakan daripada WTA. Hal ini dikarenakan dalam pengukuran WTA bukanlah pengukuran yang berdasarkan insentif (insentive based) sehingga kurang tepat untuk dijadikan studi yang berbasis perilaku manusia (behavioural model). Lebih jauh lagi, menurut Garrod dan Willis (1999) serta Hanley dan Spash (1993) bahwa meski besaran WTP dan WTA sama, namun selalu terjadi perbedaan pengukuran, dimana umumnya besaran WTA berada pada kisaran dua sampai lima kali lebih besar daripada WTP