BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

KUESIONER PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup pasti mengalami tahapan perkembangan. Ini

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK. Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas intelektual berbasis keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iv

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak hanya pada aspek akademik dalam hal ini membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan non akademik seperti keterampilan hidup bermasyarakat diperlukan karena anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami norma-norma yang berlaku agar mereka dapat diterima di masyarakat. Salah satunya adalah pendidikan pubertas terutama bagi anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak tunagrahita ringan yang telah berusia remaja. Anak tunagrahita ringan usia remaja mengalami perubahan baik secara fisik maupun hormonal sama seperti yang dialami remaja pada umumnya. Pada usia ini, anak tunagrahita ringan mengalami masa puber yang ditandai oleh ciri-ciri baik fisik maupun perilaku seperti menstruasi bagi anak perempuan dan mimpi basah pada laki-laki serta tertarik pada hal-hal yang berbau seksualitas. Karena keterbatasan intelektual, hal ini akan berdampak pada ketidakmampuan anak dalam menyikapi proses perkembangan seksual sesuai dengan nilai-nilai norma dan etika. Hal ini apabila dibiarkan akan berdampak pada munculnya perilaku seks yang tidak sesuai dengan norma-norma dan melanggar etika sosial yang berlaku di masyarakat. 1

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seksualitas dalam bentuk yang sesuai norma. Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, artinya pendidikan seks itu juga harus berkaitan dengan pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Tujuan akhirnya adalah menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibatakibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Dengan demikian Pendidikan seks adalah pendidikan mengenai anatomi dan biologi dari alat reproduksi tentang seksualitas manusia yang memberikan informasi tentang seks secara tepat kepada anak yang diharapkan dapat menjadi bekal hidup yang berguna, agar kelak setelah dewasa memiliki tingkah laku seksual yang bertanggung jawab. Dengan kata lain, anak tahu apa yang harus dilakukan, apa akibatnya setelah menikah bagi pasangannya, bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungan. Rumah sebagai tempat dimana anak tinggal akan memberikan pengaruh pada pembentukan perilaku anak. Orangtua sebagai guru dalam pendidikan di rumah mestinya memiliki pemahaman dalam membentuk anaknya berperilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Begitu 2

juga pada anak tunagrahita yang memasuki masa remaja. Bimbingan terhadap mereka sangat diperlukan agar perilaku menyimpang dalam hal seksual tidak terjadi. Orangtua merupakan pihak yang paling dekat dan banyak waktunya bersama anak. Bagi orangtua yang memiliki anak tunagrahita ringan remaja, pemahaman terhadap kondisi dan kebutuhan anak usia remaja harus dimiliki. Salah satunya pemahaman terhadap tahapan perkembangan seksual anak. Apabila memiliki pemahaman tersebut, maka orang tua akan tahu kebutuhan anak dalam mengisi nilai-nilai dalam proses perkembangan seksnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di sekolah ditemui beberapa perilaku seksual anak tunagrahita ringan di antaranya anak tunagrahita ringan remaja laki-laki memeluk dan mencium pipi temannya yang perempuan ketika sedang istirahat, menyimpan gambar dan film porno dalam hand phone miliknya, dan merogoh dan memegang kemaluannya ketika sedang belajar di kelas. Selain itu berdasarkan informasi dari orangtua bahwa anaknya sering melakukan onani di ruang tamu rumahnya menggunakan oli sebagai pelumas. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini bermaksud mengatasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan melanggar etika sosial yang berlaku di masyarakat dengan melibatkan orangtua secara langsung dalam memberikan bimbingan seks terhadap anaknya yang tunagrahita ringan. Adapun dalam pelaksanaannya bimbingan 3

ini didasari oleh prinsip-prinsip teori belajar behavioristik. Uraian penjelasan mengenai prinsip-prinsip tersebut di atas diuraikan dalam bab selanjutnya. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini disusun sebagai berikut: 1. Perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan normanorma dan melanggar etika sosial yang berlaku di masyarakat sering ditemukan di sekolah dan informasi dari beberapa orang tua tunagrahita ringan. 2. Orangtua dan guru mengalami kesulitan dalam mengatasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai norma dan etika 3. Pemahaman orangtua dan guru mengenai bimbingan seksual belum optimal sesuai dengan kondisi anak 4. Orangtua memiliki waktu yang lebih banyak dengan anak, sehingga bimbingan seks yang dilakukan orangtua di rumah diduga akan memberikan pengaruh pada perubahan perilaku seks anak tunagrahita ringan yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma dan etika dan program bimbingan seks untuk orangtua anak tunagrahita ringan. 4

C. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap sesuai dengan tahapan penelitian dengan rincian sebagai berikut. Tahap I Pertanyaan penelitian pada tahap I adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana gambaran kondisi objektif perilaku seks anak tunagrahita ringan di rumah dan di sekolah pada saat ini? 2. Apakah upaya bimbingan seks oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah pada anak tunagrahita ringan yang dilakukan pada saat ini? Tahap II Pertanyaan penelitian pada tahap II adalah sebagai berikut. 3. Bagaimana program bimbingan seks oleh orangtua pada anak tunagrahita ringan? Tahap III Pertanyaan penelitian pada tahap III adalah sebagai berikut. 4. Bagaimana penerapan program bimbingan seks oleh orangtua pada anak tunagrahita ringan? D. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan penelitian selalu mempunyai arah yang hendak dituju. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah memperoleh 5

gambaran yang jelas dan nyata sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah disusun oleh peneliti. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma dan etika dan memperoleh program bimbingan seks untuk orangtua dalam mengatasi perilaku seks anak tunagrahita ringan yang tidak sesuai dengan norma dan etika. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan pendidikan khususnya pendidikan bagi anak tunagrahita ringan yang memasuki usia remaja. Adapun manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut ini: 1. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam konsep bimbingan bagi anak tunagrahita ringan khususnya pada perilaku seks yang tidak sesuai dengan norma dan etika. 2. Manfaat praktis, bagi orang tua hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam memberikan bimbingan seks pada anak tunagrahita ringan. Selain itu program yang telah disusun dan diimplementasikan ini dapat menjadi pedoman bagi orangtua lain yang memiliki anak tunagrahita ringan agar dapat dipergunakan dalam memberikan bimbingan seks pada anaknya sejak dini. Sementara bagi 6

guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam layanan pendidikan seks bagi anak tunagrahita ringan. F. Struktur Organisasi Tesis Penulisan tesis tentang Program Bimbingan Seks untuk Orang Tua pada Anak Tunagrahita Ringan ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis. BAB II KAJIAN PUSTAKA berisi Bimbingan Seks, Definisi, dan Tujuan Bimbingan Seks; Anak Tunagrahita berisi Pengertian Anak Tunagrahita, Klasifikasi Anak Tunagrahita, Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan, dan Seksualitas Anak Tunagrahita Ringan; Program Bimbingan Seks oleh Orangtua pada Anak Tunagrahita Ringan berisi Teori Belajar yang Mendasari Program Bimbingan Seks dan Desain Penerapan Program. BAB III METODE PENELITIAN berisi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Konsep, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi Hasil Penelitian dan 7

Pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI berisi Kesimpulan dan Rekomendasi. 8