Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

dokumen-dokumen yang mirip
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

RENCANA INVESTASI 5.1. INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KELURAHAN LIMUSNUNGGAL

Kawasan Cepat Tumbuh

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1. Pendekatan Pengertian KTP2D

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERANAN PKK DALAM PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN RUMAH SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Skala peta = 1: Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

STATISTIK DAN PERANAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK TERHADAP KEMISKINAN DI JAWA TENGAH Disampaikan oleh: BPS Provinsi Jawa Tengah

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN

KELURAHAN SELINDUNG BARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PERENCANAAN WILAYAH. GG 425

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Transkripsi:

4.1. KONSEP DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH 4.1.1. Pengembangan Dari Bawah Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada dasarnya terdiri dari empat bagian, yaitu : 1. Pengembangan perdesaan (rural development) merupakan konsep pengembangan wilayah yang diawali dengan menekankan pengembangan wilayah perdesaan 2. Pengembangan territorial, konsep ini memandang peran pengembang dan pusat pertumbuhan ke daerah belakangnya. Pengembangan wilayah dapat dicapai melalui system pusat pertumbuhan yang menarik investasi dan ekspor produksi dan lebih jauh adanya desentralisasi investasi baru untuk daerah-daerah yang lambat berkembang. Pengembangan territorial dapat dicapai dengan integrasi pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 1

3. Pengembangan fungsional, pengembangan ini menggunakan pendekatan-pendekatan proaktif untuk mengembangkan wilayah. Prinsipnya pengembangan wilayah dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya wilayah yang selektif untuk menciptakan pertumbuhan yang generatif 4. Pengembangan agropolitan, penekanan pembangunan berbasis hubungan desa kota dan keputusan serta proses pembangunan harus diputuskan sendiri oleh masyarakat lokal 4.1.2. Pengembangan Ekonomi Lokal Kelahiran konsep desentralisasi dan globalisasi memberikan dampak luar biasa pada pendekatan pengembangan wilayah, hal ini disebabkan bahwa selama perjalanan konsep ini menemui kegagalan, sehingga diperlukan pendekatan baru dan prediksi yang sesuai dengan kekuatan sendiri atau yang lebih dikenal dengan Local Economic Development (LED). LED adalah konsep yang menekankan perlunya menciptakan lapangan kerja bagi kepentingan penduduk local dengan memanfaatkan sumberdaya setempat. LED merupakan upaya bersama antara masyarakat, pemerintah, serta sektor swasta untuk mencapai competitive advantage dari wilayah lokcal tersebut. 4.1.3. Pembangunan Berkelanjutan Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 2

Pembangunan berkelanjutan adalah konsep dan strategi untuk memberikan tata kehidupan yang menerus, baik bentuk fisik dan atau non fisik kepada generasi penerus. Secara mendasar pembangunan berkelanjutan membutuhkan 3 unsur dasar, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan komonitas / masyarakat dan pembangunan lingkungan. Ketiganya saling berinteraksi secara seimbang dan kuat membentuk system pembangunan menyeluruh. Apabila dilihat secara sektoral, maka pembangunan lingkungan akan memilki imperatif : 1. Meminimalisasi dampak negatif 2. Keterbatasan daya dukung lahan 3. Hemat energi Sedangkan pembangunan ekonomi akan memiliki imperaktif : 1. Pertumbuhan makro ekonomi 2. Keuntungan maksimal 3. Ekspansi pasar Pembangunan komunitas akan memiliki imperative : 1. Ketahanan komunitas 2. Keadilan dan hak asasi 3. Hak-hak komunitas 4. Komunikasi dan interaktif Sehingga secara umum pembangunan berkelanjutan didasarkan pada pemikiran : Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 3

1. Berpikir holistik, seluruh bagian atau sektor pembangunan wilayah dipandang sebagai satu kesatuan utuh 2. Merencanakan wilayah untuk jangka panjang 3. Wilayah adalah rangkaian sejarah pengalaman manusia yang jalin menjalin dan tidak dapat dipangkas dikategorikan kurun waktunya 4. Menghargai seluruh biosistem alam 5. Membangun wilayah demokratik yang aspiratif dan dimiliki warga mulai dengan kelompok basis 6. Perlu penetapan standar kenyamanan, kesejahteraan dan keamanan wilayah 4.2. STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DPP-KTP2D DESA MUNTUNG Strategi pengembangan wilayah didasarkan pada karakteristik wilayah yang mencakup fungsi kawasan, pengembangan ekonomi kawasan dan pengembangan kawasan prioritas 4.2.1. Fungsi Wilayah Dasar pengembangan rencana tata ruang Desa Muntung sebagai desa DPP berpedoman pada maksud dan tujuan pembangunan dikawasan tersebut. Potensi dan permasalahan yang ada di wilayah perencanaan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan program pembangunan. Rencana tata ruang KTP2D akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan rencana Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 4

dan pentahapan kegiatan pembangunan, baik kegiatan yang sifatnya detail maupun sektoral. Secara detail fungsi kawasan Desa Muntung sebagai pusat desa dengan fungsi kegiatan utamanya pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan industri. Desa Mento, Bantir, Batursari, dan Ngabean sebagai desa pendukung. Desa Mento fungsi utamanya pertanian tanaman kopi dan pengelolaan biji kopi. Desa Bantir fungsi utamanya kerupuk bantir. Desa Batursari fungsi utamanya perkebunan kopi. Desa Ngabean fungsi utamanya kripik jagung. Pengaturan rencana tata ruang ditujukan pada lokasi desa-desa yang memiliki persyaratan : 1. Pengembangan KTP2D Muntung dirumuskan berdasarkan analisa dan pendekatan keseimbangan tata ruang 2. Desa Muntung yang berfungsi sebagai pusat DPP perlu diberikan perhatian khusus dengan ketersediaan sarana pelayanan social, ekonomi dan pelayanan kepemerintahan desa 3. Mengintegrasikan penanganan desa pusat pertumbuhan dan hinterlandnya ke dalam system pembangunan regional, maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong terbentuknya satu kesatuan system pusat perdesaan Dengan demikian kebijaksanaan dasar pengembangan KTP2D Muntung terkait dengan penyusunan rencana tata ruang KTP2D ditujukan untuk : Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 5

1. Memanfaatkan kelebihan dan meminimalisasi kelemahan kondisi fisik yang ada sebagai potensi 2. Menentukan kegiatan ekonomi yang didominan untuk meningkatkan perekonomian wilayah dan menjadikan KTP2D Muntung sebagai simpul perekonomian bagi kawasan sekitarnya yang lebih luas 3. Menyerasikan ruang-ruang fungsional kawasan-kawasan perdesaan yang diindikasikan potensial dalam satu kesatuan tata ruang wilayah 4. Menyeimbangkan fungsi-fungsi ruang yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkan kegiatan perekonomian kawasan perdesaan seperti agrowisata, agropolitan maupun pusat pelayanan lokal dalam satu kesatuan ruang wilayah KTP2D 5. Mengatur tata ruang fungsional yang dilengkapi sarana dan prasarana pelayanan dasar kawasan yang dapat mendorong pengembangan potensi dominan kawasan 4.2.2. Struktur Palayanan Kawasan Strategi pengembangan struktur kawasan didasarkan pada : 1. Aksesbilitas dan pola pergerakan penduduk 2. Aktivitas dan atau kegiatan utama 3. Sistem pelayanan yang ada Sehingga strategi pengembangan struktur KTP2D Muntung dapat dilihat dari pola perkembangan fisik wilayah, terjadi secara alami yang tersebar dan dipengaruhi oleh adanya jalan-jalan utama di wilayah tersebut. Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 6

Sebagai struktur pergerakan penduduk dan aksesbilitas penduduk dalam melakukan aktivitasnya. Adanya jalan-jalan utama sebagai jalur lintas tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah yang diperkirakan akan berkembang kuat secara linier di sepanjang jalur utama tersebut. Dengan kondisi tersebut arah perkembangan wilayah akan berjalan secara linier dan menyebar.. Kegiatan utama dalam struktur wilayah KTP2D yaitu : a. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman di wilayah KPT2D tersebar merata diseluruh desa, terpusat pada dusun-dusun. Karena terbatasnya aksesbilitas pusat-pusat pelayanan permukiman mengakibatkan perkembangan permukiman cenderung menyebar secara linier sepanjang jalan yang ada di Desa Muntung b. Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan di wilayah KTP2D Desa Muntung berupa pasar dan pertokoan dengan skala pelayanan desa c. Kawasan perkantoran Kawasan perkantoran berupa kantor kepala desa yang dijadikan pusat pemerintahan d. Kawasan Pertanian Dan Perkebunan Kawasan pertanian dan perkebunan sebagai pusat produksi berupa lahan sawah dan perkebunan, khususnya perkebunan tanaman Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 7

tembakau, jagung, dan sayuran. Lahan ini tersebar merata di wilayah KTP2D, dengan karakter yang sama, yaitu dikelola oleh masyarakat sendiri e. Kawasan Industri Kecil Kawasan industri kecil merupakan industri makanan kecil. Keberadaan industri ini tidak sangat berpengaruh terhadap pola pemanfaatan runag, karena sifatnya yang home industri, dan memproduksi bila ada pesanan 4.2.3. Pola Pemanfaatan Ruang Kecenderungan pola penggunaan lahan di wilayah KTP2D sebaiknya tetap dipertahankan pada kondisi saat ini. Namun perlu diperhatikan hal-hal yang nantinya berpengaruh pada perencanaan tata ruang selanjutnya, diantaranya : 1. Kecenderungan arah perkembangan perlu dibatasi guna mencegah perkembangan linier sepanjang jalan utama 2. Lahan sawah dihindarkan dari penggunaan non pertanian 3. Tegalan dapat dipakai untuk area pengembangan perumahan permukiman 4. Area yang belum Nampak adanya pertumbuhan perlu dirangsang dengan penempatan sarana sosial Strategi pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan didasarkan pada batasan-batasan : Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 8

1. Mempertahankan karakteristik kawasan perdesaan 2. Pengembangan fungsi-fungsi peemanfaatan ruang kawasan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan kawasan 3. Pemanfaatan ruang kawasan budidaya dibatasi oleh fungsi kawasan 4.2.4. Pelayanan Sarana Umum Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penyediaan dan sebaran sarana umum : 1. Pemakaian saran social oleh penduduk dari dalam dan luar wilayah KTP2D 2. Perkembangan sosial ekonomi wilayah KTP2D sehingga standar sarana yang digunakan sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi penduduk 3. Upaya yang mendekatkan jarak fisik antara sarana sosial dengan perumahan penduduk 4. Upaya menyebarkan sarana menurut jumlah dan luas, jenis, dan skala pelayanan 5. Upaya menyebarkan perkembangan wilayah melalui pembangunan sarana sosial yang tersebar Strategi pelayanan sarana umum yang akan dikembangkan secara umum adalah menambahkan sarana yang kurang atau belum ada dan meningkatkan kualitas sarana umum yang sudah ada dan sudah Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 9

memenuhi kebutuhan penduduk. Strategi pelayanan sarana umum dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bangunan rumah tinggal Pembangunan perumahan penduduk dilakukan dengan program pemugaran perumahan desa yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk yang ingin memiliki rumah layak huni. Beberapa persyaratan untuk menciptakan rumah yang sehat adalah : a. Ruang untuk 1 ruang keluarha diperlukan ruangan tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi b. Penghawaan dan penerangan, pemasukan hawa yang cukup dan sehat perlu sekali diadakan, untuk itu diperlukan jendela dan lubang ventilasi yang memadai c. Lantai sedapat mungkin dibuat dari semen atau bahan lain yang kedap air atau supaya mudah dibersihkan dan tidak lembab saat musim hujan d. Dinding atap dan langit-langit hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk berttempat tinggal e. Dapur, diatap dapur sebaiknya ada lubang kecil untuk keluarnya asap f. MCK, kamar mandi perlu diadakan, kakus sebaiknya dibuat dengan septictank atau cubluk sederhana dengan leher angsa, jarak kakus semacam ini sebaiknya paling sedikit 10 m dari sumur Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV -10

2. Sarana Pendidikan Pelayanan pendidikan untuk Desa Muntung sudah cukup memadai, bahkan sudah sampai jenjang pendidikan SLTA. Hanya saja untuj 10 tahun ke depan, perlu perbaikan dan penambahan sarana pendidikan. 3. Sarana kesehatan Pengembangan sarana kesehatan ini cukup penting. Srana kesehatan yang ada hanya berupa posyandu. Sehingga strategi pengembangan sarana kesehatan adalah melakukan pembangunan puskesmas dan sarana pendukung lainnya seperti balai pengobatan, tempat praktek dokter, BKIA. 4. Sarana perdagangan Perkembangan sarana perdagangan berupa pasar dilakukan dengan pengembangan los-los. 4.2.5. Pelayanan Prasarana Umum Strategi pengembangan jaringan prasarana dilakukan dengan pembenahan dan peningkatan kondisi yang sudah ada disesuaikan dengan jumlah / penyebaran penduduk serta jangkauan pelayanan. Dalam pengembangannya yang perlu diperhatikan adalah : Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV - 11

1. Kondisi geografis 2. Keterjangkauan konsumen sebagai akibat perkembangan social ekonomi penduduk 3. Perkiraan perkembangan kegiatan wilayah sebagai akibat dari peningkatan fungsi wilayah 4. Perkembangan teknologi 5. Peningkatan kebutuhan pelayanan akibat pertambahan jumlah penduduk 6. Sistem pengelolaan prasarana sesuai dengan perkembangan kecamatan untuk masa yang akan datang 7. Penerapan prasarana desa mengikuti rencana pola jaringan jalan Strategi pelayanan prasarana umum yang akan dikembangkan secara umum adalah menambahkan jaringan yang kurang atau belum ada dan meningkatkan kualitas prasarana umum yang sudah ada. Didasarkan pada kondisi dan tingkat kebutuhannya, maka strategi pelayanan umum diuraikan sebagai berikut : 1. Jaringan air bersih Masih banyak penduduk di beberapa dukuh di desa Muntung yang belum mendapatkan air bersih, karena sumbernya sangat kecil. Strategi yang dilakukan adalah dengan reboisasi atau penghijauan disekitar sumber air 2. Jaringan drainase Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV -12

Jaringan drainase secara umum digunakan oleh masyarakat sebagai sarana pembuangan limbah rumah tangga. Strategi yang dilakukan adalah : a. Melakukan penataan dan pengaturan arah aliran air hujan di kawasan KTP2D dengan baik b. Di wilayah studi masih banyak ruas jalan yang tidak ada saluran drainase, sehingga rencana pembangunannya lebih diprioritaskan dan diharapkan dapat mengendalikan genangan air. Rencana pembangunannya adalah : - Peningkatan konstruksi saluran dari konstruksi tanah ke pasangan batu - Peningkatan pemeliharaan saluran 3. Jaringan transportasi Untuk memudahkan pergerakan masyarakat di lokasi KTP2D pada 5 tahun mendatang perlu adanya peningkatan pelayanan. Strategi yang dilakukan adalah dengan perbaikan jalan yang sudah rusak dan rencana pembangunan jalan. Studi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) IV -13