BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan (going concern). Banyaknya kasus manipulasi data

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, menciptakan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, tidak hanya untuk daya hidup satu periode saja namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

diamanati oleh pemilik modal (shareholder) untuk mengelola perusahaan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. opini unqualified terhadap bank-bank besar dan kecil tetapi dengan penurunan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kita sebut Going Concern. Mengingat tujuan utama suatu entitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. asumsi dasar going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

Bab 1. Pendahuluan. Pada bulan Agustus 2015, berdasarkan data Bloomberg. diperdagangkan dalam rentang Rp Rp per dollar AS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Kemenperin, perusahaan otomotif merupakan salah satu pendorong yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.Sektorini memiliki mata rantai industri yang panjang dari mulai industri logam, plastik, pembuatan, perakitan, penjualan, dan bidang usaha lainnya seperti perusahaan asuransi, leasing, jasa perbaikan dan pemeliharaan (bengkel), dan jasa karoseri. Pada saat ini terdapat lebih dari 1000 industri perakitan, komponen, sub komponen, dan bahan baku yang terlibat didalamnya, serta melibatkan lebih dari 3000 dealer. Hal ini memberikan kesempatan kerja yang lebih besar pada masyarakat yang ada di sekitarnya, total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri otomotif mencapai sekitar 1,5 juta tenaga kerja (www.kemenperin.go.id). Tetapi sayangnya sektor otomotif ini sangat tergantung dari bahan baku yang didatangkan dari luar negeri, yang artinya sebagian bahan baku yang digunakan dalam sektor ini didapatkan melalui impor. Sebagaimana informasi yang dipaparkan oleh Kemenperin, industri otomotif dari tahun ke tahun merupakan salah satu industriyang memberikan pengaruh yang signifikan sebagai satu dari tiga industri yang menjadi importir terbesar,bersama dengan industri alat berat, dan logam. Dari data yang disampaikan oleh Kemenperin juga dalam situs resminya, untuk tahun 2013, industri otomotif, besi baja, dan mesin menyumbangkan 29,57% dari total komoditas impor Indonesia. Disusul oleh industri migas sebesar 22,94% (www.kemenperin.go.id). Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat keadaan nilai tukar rupiah seringkali tidak stabil.dari keadaan tersebut, terdapat suatu risiko nilai tukar rupiah yang dapat mengancam keberlangsungan usaha di sektor otomotif. 1.2 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu Negara yang seringkali terpengaruh oleh krisis yang terjadi di dunia global. Pada tahun 1998, Indonesia dihempas oleh krisis 1

yang sangat mengkhawatirkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai angka Rp. 15.000 per dolar Amerika pada pertengahan 1998, padahal pada tahun 1996 rupiah masih berada pada Rp.2.383 per dolar Amerika. Krisis ini sekarang kita kenal dengan nama Krisis Moneter. Setelah akhirnya bangkit dari Krisis Moneter, pada tahun 2008 krisis kembali terjadi.krisis ini berawal dari banyaknya kegagalan pembayaran cicilan kredit rumah yang terjadi di Amerika (subprime mortgage loan).subprime mortgage loan adalah suatu pinjaman yang diberikan kepada konsumen yang memiliki kelayakan kredit yang kurang dari baik, biasanya diukur dengan menggunakan credit score yang menggunakan metode FICO. Dari titik inilah krisis global bermula keseluruh dunia, termasuk Indonesia (finance.detik.com). Salah satu dampak yang terjadi di Indonesia adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, hingga pada puncaknya pada awal Desember 2008 nilai tukar rupiah mencapai angka Rp. 12.015 per dolar Amerika. Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Periode 2001-2013 No Periode Nilai USD 1 dalam Rupiah 1 2001 9893 2 2002 9440 3 2003 8965 4 2004 9790 5 2005 10330 6 2006 9520 7 2007 9919 8 2008 11450 9 2009 9900 10 2010 9491 11 2011 9568 12 2012 10170 13 2013 12689 Sumber :www.bi.go.id 2

Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Periode 2001-2013 Sumber :Data sekunder yang diolah Kedua krisis yang terjadi tersebut juga berdampak buruk terhadap entitas bisnis yang ada di Indonesia, hal ini jelas menimbulkan kesulitan keuangan pada entitas terkait akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil, salah satunya adalah mengenai kelangsungan hidup entitas bisnis tersebut, terutama untuk entitas bisnis yang bahan bakunya tergantung dari komoditas impor maupun untuk entitas yang memiliki utang utang dalam valuta asing. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ross et al. (2002) dalam Januarti dan Fitrianasari (2008) bahwa indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau tidak, dimana financial distress ini sendiri merupakan suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Hal ini juga akan terlihat dari rasio keuangan yang buruk dan kegagalan dalam pembayaran utangnya (debt default) yang akhirnya berujung pada kebangkrutan entitas bersangkutan. Dalam suatu entitas bisnis, terdapat pemisahan antara pihak pemilik dan pihak pengelola, dan terkadang terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik dan pengelola, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi moral hazard.menurut 3

Susanto (2009) dibutuhkan pihak ketiga yang independen yang dapat menjembatani perbedaan kepentingan ini. Pihak ketiga ini adalah auditor yang mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan perusahaan sehingga data perusahaan dapat lebih dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, dimana pernyataan auditor diungkap dalam opini audit sebagai laporan audit yang terpercaya. Hal ini juga berarti auditor secara tidak langsung memonitor aktivitas yang dilakukan oleh pihak pengelola melalui pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan. Menurut Januarti dan Fitrianasari (2008) pada awalnya auditor tidak bertanggung jawab atas kelangsungan hidup yang dialami oleh auditee. Pada masalalu, auditor hanya bertanggung jawab untuk melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu hal tersebut menjadi kurang relevan lagi. Pada saat ini auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah ada kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam waktu jangka waktu satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2011). Informasi ini sangat diperlukan oleh para investor sebagai early warning terutama pada saat kondisi perekonomian sedang dalam keadaan yang tidak stabil (Chen dan Church, 2007) dalam Praptitorini dan Januarti (2007). Opini audit modifikasi going concern merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh investor untuk membuat suatu keputusan mengenai investasinya.hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Clarkson (1994) dalam Januarti dan Fitrianasari (2008). Masalah akan timbul ketika terdapat kesalahan dalam pemberian opini tentang going concern (Sekar, 2003 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007). Apabila entitas yang kurang sehat tetapi masih memiliki peluang untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya, memperoleh opini audit modifikasi going concern akan membuat perusahaan tersebut mengalami kesulitan, karena terdapat kemungkinan ada banyak penarikan modal oleh pihak investor. Di sisi lain apabila entitas yang memiliki potensi kebangkrutan tidak diberikan opini modifikasi going concern maka akan memberikan kerugian kepada pihak investor. Beberapa penyebab tersebut antara 4

lain adalah masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan dalam mengungkapkan status going concern yang muncul, auditor khawatir bahwa opini modifikasi going concern yang dikeluarkan dapat membuat entitas yang bersangkutan mengalami kebangkrutan lebih cepat (Venuti, 2007) dalam Praptitorini dan Januarti (2007). Masalah kedua yang menjadi penyebab kekeliruan dalam pemberian opini audit modifikasi going concern antara lain tidak adanya prosedur penetapan opini modifikasi going concern yang terstruktur (Joanna H. Lo, 1994), sementara pemberian opini audit modifikasi going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor otomotif, yang termasuk di dalamnya industri pembuatan kendaraan bermotor, dan industri pendukungnya seperti pembuatan suku cadang.sektor otomotif merupakan salah satu dari sektor industri yang memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tetapi sektor ini juga merupakan salah satu sektor yang melakukan kegiatan impor terbesar bersama dengan industri logam dan mesin berat (www.kemenperin.go.id), karena sebagian besar komponen bahan baku yang digunakan didatangkan dari luar negeri. Sehingga, sektor industri ini sangat rentan terhadap perubahan nilai tukar valuta asing. Sektor otomotif sempat terpuruk pada masa krisis ekonomi tahun 1998, walaupunkini sektor otomotif di Indonesia kembali bangkit. Pada tahun 1998, terdapat penurunan yang drastis dari penjualan sekitar 390.000 unit kendaraan di tahun 1997, menjadi 58.383 ditahun 1998 akibat krisis moneter. Namun, sejak tahun 2000 angka penjualan otomotif terus meningkat. Bahkan di tahun 2005 sampai akhir bulan Juni penjualan mencapai lebih dari 300.000 unit dan merupakan hasil penjualan terbesar di pasar otomotif Asia Tenggara. Tetapi, pada krisis tahun 2008 terjadi penurunanhampir pada semua jenis kendaraan khususnya truk yang menurun drastis paska krisis berlangsung. Dari 41.114 unit di Januari 2008 menjadi 31.567 unit di Januari 2009 (www.gaikindo.co.id). Menurut data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),bukan hanya aspek penjualan yangmengalami penurunan secara 5

signifikan, aspek produksi kendaraan bermotor (roda empat) juga mengalami penurunan yang drastis.hal ini terlihat dari produksi bulan Januari tahun 2008 produksi mencapai 46.063 unit, namun pada tahun 2009 produksi mengalami penurunan menjadi 30.268 unit atau turun sebesar 34,29%. Krisis yang terjadi tahun 2008 juga mempengaruhi penjualan kendaraan roda dua (sepeda motor). Dari data yang diperoleh dari Gaikindo, penjualan kendaraan roda dua pada bulan Januari tahun 2008 mencapai 603.774 unit dan mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi 433.341 unit atau turun sebesar 28,23%. Kapasitas produksi kendaraan roda dua pun ikut mengalami penurunan.aspek produksi kendaraan roda dua pada tahun 2008 mencapai 600.844, dan mengalami penurunan menjadi 411.638 unit atau turun sekitar 31,49%. Selama tiga bulan pertama tahun 2009, industri kendaraan bermotor mengalami penurunan sebesar 16,49%. Padahal pada tahun 2008 penjualan mencapai 607.151 unit. Sedangkan, pada tahun 2009 penjualan hanya mencapai sekitar 350.000-450.000 unit.atau turun sekitar 25-40% dibandingkan tahun sebelumnya. Semua industri yang ada selalu berusaha menghindari setiap kemungkinan mendapatkan opini audit modifikasi going concern (termasuk sektor otomotif), karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kondisi ini akan menyebabkan kesulitan bagi perusahaan. Namun demikian, auditor mempunyai keharusan untuk mengungkapkan hal tersebut jika diperlukan. Dalam penentuan opini audit modifikasi going concern menurut Januarti dan Fitrianasari terdapat faktor keuangan dan faktor non keuangan. Faktor keuangan yang dimaksud dapat ditunjukan dalam bentuk rasio rasio, dalam hal ini salah satunya adalah likuiditas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan entitas dalam membayar utangnya pada saat jatuh tempo. Menurut Susanto (2009), semakin kecil likuiditas suatu entitas maka semakin sulit entitas tersebut untuk mampu menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan entitas yang bersangkutan mendapatkan opini audit modifikasi going concern. Sehingga.pada masa krisis 1998 banyak sekali perusahaan yang mengalami potensi kebangkrutan karena memiliki likuiditas yang rendah. Hasil penelitian Januarti dan Praptitorini (2008) 6

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara likuiditas dengan penerimaan opini audit modifikasi going concern, namun penelitian Susanto (2009) menemukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern. Faktor keuangan lain adalah nilai tukar valuta asing. Faktor ini jarang digunakan dalam penelitian sehubungan dengan opini audit modifikasi going concern, tetapi kembali pada krisis tahun 1998, banyak entitas yang mengalami penurunan likuiditas akibat dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hal ini juga berdampak pada penurunan penjualan pada sektor otomotif ini secara signifikan baik pada krisis 1998 maupun krisis 2008. Walaupun jarang digunakan pada penelitian terdahulu tetapi pada tanggal 2 Maret 1998, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi (IPSA) 30.01 yang berisi panduan penerbitan laporan auditor independen tentang dampak memburuknya kondisi ekonomi indonesia terhadap kelangsungan hidup entitas pada saat itu akibat dari depresiasi mata uang di Indonesia, dan wilayah regional Asia Pasifik pada umumnya, yang berdampak signifikan terhadap pelaporan keuangan perusahaan, hal tersebut berarti depresiasi mata uang suatu Negara memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern. Selain dari faktor keuangan, terdapat faktor faktor non keuangan.salah satu faktor non keuangan yaitu adalah reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP). KAP yang memiliki reputasi yang baik biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dalam pelatihan para anggotanya dan memiliki pengakuan Internasional (Margaretta, 2005). Selain itu KAP yang lebih besar akan berusaha untuk menjaga nama dan menghindari tindakan yang mengganggu nama besar mereka (Mc.Keinley et al, 1985 dalam Margaretta, 2005). Oleh sebab itu menurut Mutchler et al (1997) dalam Margaretta (2005), KAP besar akan lebih berani memberikan opini audit modifikasi going concern jika memang ditemukan adanya masalah pada perusahaan yang diaudit. Pada masa ini ada empat KAP yang dianggap sebagai empat KAP terbaik dan terbesar, antara lain Ernest &Young, Deloitte Touche Tohmatsu Limited, Price Waterhouse Coopers, dan 7

Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG). Keempat KAP ini juga dikenal dengan istilah KAP Big Four. Hasil penelitian sebelumnya, Junaidi dan Hartono (2010) menunjukkan bahwa Reputasi KAP secara signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, namun pada penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan Reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Faktor non keuangan lainnya adalah kegagalan perusahaan dalam membayar kewajibannya (debt default). Menurut Susanto (2009), kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang dan atau bunga merupakan indikator opini audit modifikasi going concern yang banyak digunakan secara umum oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan. Pada masa krisis tahun 1998, terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah yang sangat signifikan, hal ini juga tentunya mengakibatkan jumlah utang perusahaan dalam mata uang asing meningkat secara signifikan.akhirnya hal ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan bunganya. Akibatnya, banyak entitas bisnis yang memiliki masalah dengan keberlangsungan usahanya, dan akhirnya banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Hasil penelitian Januarti dan Praptitorini (2007) menunjukkan bahwa debt default secara signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern, namun pada penelitian Susanto (2009) menunjukkan debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat inkonsistensi hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis termotivasi untuk meneliti tentang penerimaan opini audit modifikasi going concern dalam penyusunan skripsi dengan judul Pengaruh Likuiditas, Nilai Tukar Valuta Asing, Reputasi Kantor Akuntan Publik, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Modifikasi Going Concern. (Studi Kajian pada Perusahaan Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 2010) 8

1.3 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, dan debt default dan penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh nilai tukar valuta asing terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaansektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Bagaimana pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6. Bagaimana pengaruh likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, dan debt default terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara simultan pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, debt default, dan penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 9

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar valuta asing terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara parsial pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas, nilai tukarvaluta asing, reputasi KAP, dan debt default terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern secara simultan pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan antara lain : 1. Bagi Penulis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam antara hubungan likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, debt default dan opini audit modifikasi going concern terhadap perusahaan sektorotomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Akademik Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan pada penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang kajian mengenai penerimaan opini audit modifikasi going concern. 3. Bagi Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak perusahaan dan para investor untuk lebih memahami tentang hubungan likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, debt default dan opini audit modifikasi going concern terhadap perusahaan sektor otomotif yang terdaftar 10

di Bursa Efek Indonesia. Sehingga dapat lebih mengantisipasi ataupun memberikan penanganan yang tepat atas kondisi tersebut. 1.6 Sistematika Penulisan Berikut adalah sistematika penulisan skripsi untuk penelitian mengenai hubungan likuiditas, nilai tukar valuta asing, reputasi KAP, debt default terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: 1.6.1 BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan ini berisi gambaran secara umum dari penelitian ini, latar belakang objek penelitian memberikan gambaran umum mengenai objek yang menjadi objek dari penelitian ini, latar belakang penelitian mencakup dasar argumentasi teoritis yang disertai dengan fenomena yang menjadikan alasan dalam pengajuan penelitian ini, perumusan masalah mencakup latar belakang dari penelitian ini, tujuan penelitian merupakan harapan penulis dari hasil penelitian ini, kegunaan penelitian merupakan harapan penulis dimana hasil dari penelitian ini memiliki arti terhadap bidang ilmu yang bersangkutan baik dari segi teoritis maupun terapannya dan sistematika penulisan secara umum. 1.6.2 BAB II Tinjauan Pustaka Dan Lingkup Penelitian Bab tinjauan pustaka dan lingkup penelitian ini mencakup rangkuman teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai penelitian terdahulu, kerangka penelitian, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitiannya. 1.6.3 BAB III Metode Penelitian Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang akan digunakan pada penelitian ini. Pada bab ini mencakup antara lain jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data dan pengujian hipotesis. 11

1.6.4 BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang pembahasan dan analisis yang dilakukan sehingga akan jelas gambaran permasalahan yang terjadi dan hasil dari analisis pemecahan masalah. 1.6.5 BAB V Kesimpulan Dan Saran Bab kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan akhir dari analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat dimanfaatkan oleh para investor ataupun oleh peneliti selanjutnya. 12