Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon 1

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

METODOLOGI PENELlTlAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

Keterkaitan Struktur dan Komposisi Vegetasi.. Arif Irawan

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Analisis Vegetasi Hutan Alam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon 1 Nurlita Indah Wahyuni 2 ABSTRAK Kebutuhan akan data perubahan stok karbon hutan yang memenuhi syarat pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement, Reporting and Verification, MRV) merupakan salah satu alasan dilakukannya desain ulang Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory, NFI). Sehingga dari satu data inventarisasi bisa diperoleh beberapa informasi sekaligus seperti potensi tegakan, struktur dan komposisi vegetasi serta biomasa dan karbon hutan. Tulisan ini akan memaparkan tentang korelasi Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya. Kajian dilakukan di SPTN III Maelang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Biomasa pohon dihitung menggunakan persamaan alometrik, sedangkan INP diperoleh dengan menghitung parameter penyusun INP yaitu Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Uji korelasi menggunakan data biomasa dan INP satu jenis pohon yang sama. Berdasarkan hasil analisis vegetasi Alangium javanicum memiliki INP tertinggi sebesar 29,34 %. Sedangkan jenis pohon dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar 96,53 Mg/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01 menunjukkan bahwa INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan nilai korelasi sebesar 0,752 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara INP dengan biomasa. Kata kunci: korelasi, indeks nilai penting, biomasa, pohon 1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014 2 Balai Penelitian Kehutanan Manado; Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Manado Telp. 0431-3666683; Email: nurlita.indah@gmail.com 113

I. PENDAHULUAN Dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait sumber daya hutan, khususnya stok kayu dan penyebarannya, Kementerian Kehutanan telah menerapkan Inventarisasi Hutan Nasional (National Forest Inventory, NFI) sejak tahun 1990-an. Kurang lebih 3000 plot contoh telah dibuat dan dimonitor, yang tersebar secara sistematik di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian dari plot contoh juga telah dilakukan pengukuran ulang (re-enumerasi). Terkait dengan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK), plot-plot contoh ini merupakan sumber potensi data yang baik untuk pendugaan stok karbon hutan dan perubahannya. Terlebih dengan adanya syarat pengukuran, pelaporan dan verifikasi (Measurement, Reporting and Verification, MRV) untuk menghitung seberapa besar penurunan emisi (Ruslandi, 2012). Inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan yang selalu dilaksanakan dalam pengelolaan hutan baik di kawasan produksi maupun konservasi. Secara umum, inventarisasi bertujuan untuk memperoleh informasi dan memantau kondisi sumberdaya hutan. Data yang diperoleh dalam inventarisasi antara lain topografi, jenis tanah, curah hujan, jenis pohon, dimensi pohon (diameter, tinggi, lebar tajuk), jumlah spesies pada tiap tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon), serta kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Inventarisasi di awal kegiatan dapat memberikan informasi awal kondisi hutan, sedangkan inventarisasi secara berkala dapat menggambarkan pertumbuhan tegakan dan hasil kayu (growth and yield) (Simon, 2007). Data hasil inventarisasi ini selain digunakan untuk mengetahui potensi tegakan, juga untuk mengetahui kondisi vegetasi dengan cara menganalisis struktur dan komposisi vegetasi dalam pengolahan data lebih lanjut yaitu analisis vegetasi. Analisis vegetasi biasa dilakukan untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi pada satu wilayah. Dalam analisis vegetasi, terdapat dua parameter yang biasa digunakan yaitu parameter kuantitatif dan parameter kualitatif. Analisis vegetasi akan menjawab jenis tumbuhan yang dominan dan memberi ciri utama komunitas hutan. Ukuran dominansi vegetasi dinyatakan dalam beberapa parameter antara lain biomasa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting dan perbandingan nilai penting (Indriyanto, 2010). Dalam proses hidupnya, vegetasi hutan melakukan proses fotosintesis (metabolisme) untuk petumbuhan dan penambahan biomasa. Biomasa diperoleh dari hasil proses fotosintesis tumbuhan dan berguna untuk 114 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni menambah massa tumbuhan. Dalam ekosistem hutan, biomasa dideskripsikan sebagai jumlah energi yang terikat per satuan luas per satuan waktu pada tiap tingkat trofik dan dapat digambarkan dalam piramida biomasa (Indriyanto, 2010). Sedangkan dalam perubahan iklim khususnya di sektor kehutanan, biomasa erat kaitannya dengan jumlah gas karbondioksida (CO 2 ) yang diserap dan disimpan oleh tumbuhan. Biomasa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997). Biomasa pohon merupakan penyusun utama biomasa dalam tegakan hutan. Penghitungan biomasa pohon dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung (destruktif) dan tidak langsung (non-destruktif). Metode destruktif dilakukan dengan memanen seluruh bagian pohon, mengeringkan dan menimbang berat biomasanya. Sedangkan dengan metode nondestruktif, biomasa pohon diperoleh dari persamaan alometrik dengan menggunakan variabel diameter dan tinggi baik persamaan spesifik tiap jenis maupun persamaan umum (Sutaryo, 2009). Salah satu data yang dihasilkan dalam inventarisasi hutan adalah diameter (d) atau diameter setinggi dada (dbh). Data diameter ini antara lain dapat digunakan untuk menghitung volume pohon (penaksiran potensi tegakan), Indeks Nilai Penting (INP) dalam analisis vegetasi hutan, serta penghitungan biomasa pohon dengan menggunakan persamaan alometrik. Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang korelasi INP suatu jenis pada fase pertumbuhan pohon dengan biomasa yang tersimpan di dalamnya. Sehingga dari data INP dapat diketahui jenis pohon apa yang menyimpan biomasa terbesar. II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September 2012 di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) III Maelang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dan menjadi obyek dalam kegiatan penelitian ini terdiri dari tegakan hutan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di SPTN III Maelang. Peralatan yang digunakan pada saat pengambilan data di lapangan antara lain peta kerja, tali rafia, tali tambang, plastik spesimen, 115

gunting tanaman, timbangan digital, pita ukur, Global Positioning System (GPS), pita penanda, tally sheet, alat tulis dan perangkat lunak analisis statistik. C. Prosedur Penelitian Pengumpulan data untuk menghitung INP dan mengetahui jumlah biomasa tersimpan diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Total dibuat sebanyak 30 plot ukur biomasa yang ukurannya mengacu pada Hairiah dan Rahayu (2007), yaitu 1 plot berukuran 5x40 m (pohon dengan diameter 5-30 cm) dan 29 plot berukuran 20x100 m (pohon berdiameter >30 cm). Data yang dikumpulkan adalah nama jenis dan diameter (dbh) setiap pohon di dalam plot. D. Analisis Data Analisis data meliputi data hasil pengukuran untuk memperoleh nilai biomasa tiap pohon serta penghitungan Indeks Nilai Penting (INP). Penghitungan biomasa pohon dilakukan secara non destruktif melalui persamaan alometrik. Berdasarkan data curah hujan di lokasi penelitian, sebesar 1.200-2.000 mm/tahun, maka digunakan persamaan alometrik zona lembab yang telah dikembangkan oleh Brown (1997) dimana: Y = biomasa per pohon (kg) dan D = dbh (cm). Sedangkan INP tiap jenis pohon diperoleh dengan menghitung parameter penyusun INP yaitu Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Persamaan untuk menghitung KR, FR, DR dan INP terdapat dalam Tabel 1. Kerapatan menyatakan jumlah satu jenis individu dalam plot pengukuran. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah plot pengukuran tempat ditemukannya suatu jenis dari sejumlah plot pengukuran yang dibuat. Frekuensi menggambarkan tingkat penyebaran jenis dalam ekosistem yang dipelajari. Dominansi merupakan nilai luas bidang dasar individu pohon, sedangkan dominansi relatif persentase bidang dasar suatu jenis terhadap jumlah bidang dasar seluruh jenis. Sebagian besar kajian dan pustaka merumuskan INP sebagai penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Biomasa dan INP dihitung pada setiap jenis pohon yang ditemukan dalam plot. Untuk mengetahui adanya korelasi antara biomasa dan INP satu jenis pohon yang sama, digunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan perangkat lunak analisis statistik. 116 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni Tabel 1. Persamaan untuk menghitung Indeks Nilai Penting No Faktor Persamaan Keterangan K-i : Kerapatan jenis ke-i 1. Kerapatan Relatif KR-i : kerapatan relatif setiap jenis ke-i terhadap kerapatan total F-i : frekuensi jenis ke-i 2. Frekuensi Relatif FR-i : frekuensi relatif setiap jenis ke-i terhadap frekuensi total D-i : dominansi jenis ke-i 3. Dominansi Relatif DR-i : dominansi relatif setiap jenis ke-i terhadap dominansi total 4. Indeks Nilai Penting Sumber: Indriyanto (2007) 117

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TN BNW) secara geografis terletak antara 0⁰20 0⁰51 LU dan 123⁰06 123⁰18 BT, serta masuk dalam wilayah dua provinsi yaitu Sulawesi Utara dan Gorontalo. Dari luas keseluruhan 287.115 ha, seluas 117.115 ha (62,32 %) berada di Sulawesi Utara dan 110.000 ha (37,68 %) termasuk dalam wilayah Gorontalo. Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah TN BNW termasuk dalam tipe iklim A, B dan C, dengan curah hujan rata-rata antara 1.700-2.200 mm per tahun dan suhu rata- rata antara 20 ⁰C-28 ⁰C. Sedangkan topografi kawasan ini sangat beragam mulai dari datar, bergelombang ringan sampai berat dan berbukit terjal dengan ketinggian antara 50 1.970 m dpl. Beberapa tipe hutan yang terdapat di dalamnya adalah hutan lumut, hutan hujan pegunungan rendah, hutan hutan dataran rendah dan hutan sekunder (BTN BNW, 2006). Lokasi pengambilan data terletak pada kawasan SPTN III Maelang, kawasan di Puncak Biyango (600 m dpl) dan Kayu Lawang (700-1000 m dpl). A. Indeks Nilai Penting dan Biomasa Pohon Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan peran suatu tumbuhan di dalam komunitas. Makin besar INP suatu jenis tumbuhan, maka makin besar pula peranan jenis tersebut di dalam komunitas yang diukur. Jika INP merata pada banyak jenis, dapat dikatakan keanekaragaman hayati di komunitas tersebut semakin tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan terdapat 58 jenis pohon dalam plot pengukuran. Jumlah jenis pohon ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan kajian yang dilakukan oleh Irawan (2011) yaitu sebanyak 98 jenis. Walaupun kajian tersebut juga dilakukan dalam kawasan TN BNW, namun berbeda lokasi dan tipe hutan yang terletak lebih tinggi serta termasuk hutan primer. Jenis- jenis pohon yang ditemukan dalam plot pengukuran sebagian besar merupakan jenis yang sering ditemukan di dalam hutan di Sulawesi Utara. Karena lokasi penelitian merupakan hutan alam, maka pohon yang berada dalam plot cukup beragam. Hasil analisis vegetasi menunjukkan jenis pohon dengan INP tertinggi sebesar 29,34 % adalah Alangium javanicum. Sedangkan pohon dengan INP terendah adalah Pangium edule dan Ficus sp. dengan INP masing-masing sebesar 0,25 %. Bahkan hanya terdapat 11 jenis pohon dengan INP > 10, hal ini menunjukkan tegakan tersebut tidak didominasi oleh beberapa jenis pohon saja. Meski untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan perhitungan Indeks Dominansi dan Indeks 118 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni Keanekaragaman. Nilai Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR) dan INP masing-masing jenis pohon terdapat Tabel 2. Jenis pohon dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar 96,53 ton/ha. Sedangkan pohon dengan biomasa terkecil 0,04 ton/ha adalah jenis Albizia lebeck. Jika nilai biomasa tiap jenis pohon disusun dengan urutan terbesar hingga terkecil, maka dapat dilihat bahwa hanya 21 jenis pohon dengan rata-rata biomasa > 10 ton/ha. Penyusunan INP dan rata-rata biomasa dari nilai terbesar hingga terkecil menunjukkan pohon dengan INP tertinggi tidak secara otomatis memiliki biomasa tertinggi. Misalnya jenis pohon dengan INP tertinggi adalah A. javanicum namun rata-rata biomasanya 88,65 ton/ha, atau terbesar kedua setelah C. soulattri yang berada pada urutan keempat dengan INP sebesar 15,61 %. Tabel 2. Indeks Nilai Penting dan biomasa pohon dalam plot pengukuran No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%) Biomasa (Mg/ha) 1 Alangium javanicum 4.85 12.74 11.75 29.34 88.65 2 Meliosma nitida 3.81 7.82 7.73 19.36 41.78 3 Myristica fatua 4.16 5.94 6.16 16.26 63.56 4 Calophyllum soulattri. 3.99 4.6 7.02 15.61 96.53 5 Cratoxylum celebicum 4.16 6.64 3.46 14.25 50.86 6 Psychotria sp. 4.51 5.94 2.7 13.15 30.88 7 Ardisia villosa 2.95 2.73 5.64 11.32 30.60 8 Canarium indicum 3.64 3.48 4.17 11.28 26.33 9 Syzygium glomeratum 3.47 4.07 3.7 11.23 67.99 10 Dillenia suffruticosa 4.16 2.62 4.27 11.06 65.65 11 Mangifera sp. 3.47 3.85 2.75 10.07 12.72 12 Polyalthia glauca 3.64 4.07 1.98 9.69 12.40 13 Pterospermum spp. 2.43 2.78 3.22 8.43 56.02 14 Palaqium obtusifolium 3.47 2.09 2.09 7.64 25.24 15 Talauma candolei 1.39 1.18 4.88 7.45 85.80 16 Turpinia sphaerocarpa 3.64 2.46 1.23 7.33 8.81 17 Drypetes longifolia 2.77 2.94 1.18 6.9 6.57 18 Bischoffia javanica 1.56 0.96 4.02 6.54 17.03 119

No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%) Biomasa (Mg/ha) 19 Sandoricum koetjape 2.77 1.98 0.78 5.54 4.07 20 Aglaia tomentosa 2.43 2.3 0.58 5.31 0.25 21 Agathis philippensis. 1.21 1.07 2.71 4.99 16.24 22 Vitex cofassus 0.17 1.34 3.31 4.83 62.86 23 Eugenia sp. 1.21 1.23 2.23 4.68 20.25 24 Iilex cymosa 2.08 1.55 0.8 4.43 2.44 25 Zyzygium sp. 2.95 1.07 0.33 4.35 0.06 26 Knema sp. 1.39 1.66 0.99 4.04 6.87 27 Podocarpus neriifolius 1.21 0.48 1.87 3.57 13.06 28 Garcinia deodalanthera 2.08 0.86 0.33 3.26 8.40 29 Heritiera sp. 1.56 0.7 0.87 3.12 3.29 30 Pometia pinñata 1.73 0.64 0.72 3.09 2.91 31 x5* 1.39 0.91 0.26 2.55 1.43 32 Ailanthus integrifolia 1.21 0.59 0.68 2.49 3.45 33 Celtis sp. 1.56 0.43 0.21 2.2 2.09 34 Cananga odorata 1.04 0.7 0.46 2.19 2.76 35 Ficus sp. 1.21 0.59 0.21 2.01 1.29 36 Gnetum sp. 1.91 0.05 0.03 1.99 1.36 37 Tetrameles nudiflora 0.35 0.21 1.37 1.93 5.93 38 Hibiscus tiliaceus 1.04 0.59 0.19 1.82 3.28 39 Pterospermum spp. 0.87 0.21 0.61 1.69 2.60 40 x3* 0.17 1.18 0.24 1.59 3.08 41 Ficus sp. 0.69 0.16 0.14 0.99 6.31 42 Bischoffia javanica 0.17 0.05 0.55 0.77 2.41 43 Artocarpus sp. 0.52 0.16 0.05 0.73 0.40 44 Merintek* 0.35 0.11 0.21 0.67 48.82 45 Alstonia 0.35 0.11 0.19 0.64 8.43 46 Aglaia sp. 0.35 0.11 0.15 0.6 6.47 47 Spondias amara 0.35 0.11 0.08 0.53 2.02 48 Paraseriantes falcataria 0.35 0.16 0.02 0.53 0.04 49 Pete* 0.35 0.11 0.06 0.52 2.59 50 x2* 0.35 0.11 0.03 0.48 1.08 120 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni No Jenis Pohon FR (%) KR (%) DR (%) INP (%) Biomasa (Mg/ha) 51 Ternstroemia elongata 0.17 0.05 0.2 0.43 9.04 52 Garuga floribunda 0.35 0.05 0.01 0.41 0.07 53 Koordesiodendron celebicum 0.17 0.05 0.12 0.34 0.46 54 Macaranga sp. 0.17 0.11 0.05 0.33 0.25 55 x1* 0.17 0.05 0.1 0.33 4.48 56 x6* 0.17 0.05 0.03 0.26 0.11 57 Pangium edule 0.17 0.05 0.02 0.25 0.06 58 x4* 0.17 0.05 0.03 0.25 0.08 Sumber: diolah dari data primer Keterangan: FR=Frekuensi Relatif, KR= Kerapatan Relatif, DR= Dominansi Relatif Jenis pohon diurutkan berdasarkan INP terbesar hingga terkecil * jenis pohon yang tidak teridentifikasi nama ilmiahnya B. Korelasi Indeks Nilai Penting dengan Biomasa Analisis korelasi merupakan salah satu metode untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua peubah, besarnya diukur dengan sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi ini berkisar antara 1 sampai -1, yang diartikan apabila nilai r mendekati 1 atau - 1, dapat dikatakan hubungan antara dua peubah tersebut semakin kuat. Sedangkan bila r mendekati 0, maka hubungan antara dua peubah semakin lemah. Koefisien positif atau negatif menunjukkan hubungan searah (bila X naik maka Y naik) dan terbalik (bila X naik maka Y turun) antara dua peubah (Walpole, 1982). Hasil analisis korelasi antara INP dengan biomasa pohon menunjukkan INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa (taraf nyata 0,01) dengan nilai korelasi sebesar 0,752 seperti tertera dalam Gambar 1 dan Tabel 3. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat antara INP dengan biomasa yang bernilai positif, yang berarti peningkatan INP sebanding dengan biomasa. Pada Gambar 1 terlihat sebagian besar data terkelompok di kiri bawah dan beberapa data terpencar menjauhi garis imajiner. Sedangkan garis imajiner bernilai positif dengan kemiringan dari sudut kiri bawah ke kanan atas, yang berarti INP berasosiasi positif terhadap biomasa pohon. 121

Biomasa (ton/ha) 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 Rata-rata biomasa (ton/ha) 20.00-0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 INP (%) Gambar 1. Diagram pencar korelasi antara INP dengan biomasa pohon Meskipun menurut hasil perhitungan, pohon dengan INP dan biomasa tertinggi merupakan jenis berbeda. Lebih lanjut dapat ditelaah dari persamaan untuk menghitung biomasa pohon dan INP. Biomasa pohon dihitung menggunakan persamaan Brown (1997), di mana Y adalah biomasa per pohon (kg) dan D merupakan diameter setinggi dada (cm). Sedangkan INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Kerapatan menunjukkan jumlah individu yang ditemukan, frekuensi menunjukkan intensitas ditemukannya suatu jenis atau penyebaran jenis tersebut dan dominansi menunjukkan dominansi suatu jenis terhadap komunitas yang diamati. Dari persamaan untuk menghitung INP dan biomasa pohon terdapat satu data yang sama, yaitu data diameter pohon. Dalam perhitungan INP, peubah diameter digunakan untuk menghitung dominansi dari luas bidang dasar (basal area) dengan persamaan. Penyusunan ulang data dengan mengurutkan DR dari nilai terbesar hingga terkecil 122 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni menunjukkan beberapa pohon memiliki DR yang berbanding lurus dengan INP dan biomasa. Jenis-jenis pohon tersebut antara lain Alangium javanicum, Meliosma nitida, Calophyllum soulattri, Myristica fatua dan Ardisia villosa. Tabel 3. Korelasi Indeks Nilai Penting (INP) dengan biomasa pohon INP Biomass Spearman's rho INP Correlation Coefficient 1.000.752 ** Sig. (2-tailed)..000 N 58 58 Biomass Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). N Total biomassa dan stok karbon yang tersimpan dalam ekosistem hutan sangat bervariasi di antara tipe dan kondisi hutan. Hasil kajian yang dilakukan oleh Krisnawati dkk (2012) menyebutkan pool karbon pada biomassa di atas permukaan tanah merepresentasikan proporsi terbesar dari total stok karbon, yaitu antara 53,6 % sampai dengan 70,6 %. Sedangkan pohon (DBH 10 cm) merupakan komponen yang memberikan kontribusi stok karbon terbesar pada ekosistem hutan, yaitu dari 44 % sampai 65 %. Bervariasinya proporsi ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis yang berkorelasi erat dengan kerapatan kayu, khususnya kerapatan kayu pohon-pohon besar dengan volume kayu yang besar. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis vegetasi menunjukkan jenis pohon dengan INP tertinggi sebesar 29,34 % adalah Alangium javanicum. Sedangkan jenis pohon dengan rata-rata biomasa terbesar adalah Calophyllum soulattri dengan biomasa sebesar 96,53 ton/ha. Analisis korelasi dengan taraf nyata 0,01 menunjukkan bahwa INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomasa dengan nilai korelasi sebesar 0,752. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara INP dengan biomasa yang bernilai positif, yang berarti peningkatan INP sebanding dengan biomasa. Terdapat satu peubah yaitu diameter pohon yang sama-sama digunakan untuk menghitung biomasa dan 123

dominansi dalam INP. Sehingga besar biomasa secara tidak langsung berkorelasi dengan dominansi jenis pohon tersebut. B. Saran Kajian ini hanya dilakukan pada tingkat pohon yang berada pada tegakan hutan alam di SPTN III Maelang TN Bogani Nani Wartabone. Hasil analisis korelasi mungkin akan berbeda bila dilakukan kajian pada lokasi dan jenis tegakan yang lain serta penggunaan persamaan alometrik yang berbeda. Sedangkan untuk mengetahui struktur dan komposisi tumbuhan perlu dilakukan analisis vegetasi pada tiap fase pertumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia 7724:2011 tentang pengukuran dan penghitungan cadangan karbon pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting) Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. 2006. Revisi Zonasi Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests: a Primer. FAO Forestry Paper 134. FAO, Rome. Hairiah K., S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. 77 p. Irawan, A. 2011. Keterkaitan struktur dan komposisi vegetasi terhadap keberadaan anoa di kompleks Gunung Poniki Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara. Info Balai Penelitian Kehutanan Manado 1(1). Manado Krisnawati, H., W.C. Adinugroho, R. Imanuddin, dan S. Hutabarat. 2014. Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO2 di Kalimantan Tengah: Pendekatan komprehensif dalam penentuan faktor emisi karbon hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian dan Pengembangan. Kehutanan, Bogor, Indonesia. Ruslandi. 2012. Penyempurnaan National Forest Inventory untuk Inventarisasi Stok dan Estimasi Emisi Karbon Hutan Tingkat Provinsi. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, UN-REDD, FAO, UNDP dan UNEP. Jakarta. Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sutaryo, D. 2009. Penghitungan biomasa: sebuah pengantar untuk studi karbon dan perdagangan karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. Walpole, R.E. 1982. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 124 Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014