PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK



dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN PELATIH RENANG DALAM BEBERAPA ASPEK PSIKOLOGIS PELATIHAN. Danu Hoedaya FPOK UPI

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

PSIKOLOGI OLAHRAGA. Makalah Oleh Danu Hoedaya FPOK - UPI. Materi Penataran Pelatih Olahraga Cianjur 2007

Persiapan Tim Hockey Jabar Menuju PON 2008

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

oleh: Agus Supriyanto M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd. l.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu, karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Yusni Arie Apriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

BAB VI PENUTUP. Dari hasil pembahasan pada bab V, dapat dilihat proses pengambilan. keputusan wasit sepak bola yang meliputi dari faktor-faktor yang

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. diminati dan sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gerak atau olahraga merupakan bagian dari belajar yang melibatkan emosi atau

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

TINGKAT KOHESIVITAS TIM BASKET DAN GAYA KEPEMIMPINAN PELATIH TIM BASKET PUTRA PESERTA LIGA MAHASISWA DIY TAHUN 2015

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

Transkripsi:

1 PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK Danu Hoedaya FPOK UPI Materi Penyajian Pelatihan Pelatih Fisik Sepak Bola Se-Jawa Barat FPOK-UPI, 14-17 Februari 2007

2 PENGANTAR Materi Psikologi Kepelatihan pada Pelatihan Pelatih Fisik Sepak Bola Se-Jawa Barat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai keterkaitan antara pelatihan fisik dengan perkembangan perilaku secara umum. Mengingat bahwa manusia terdiri atas kesatuan jiwa dan raga yang tidak terpisahkan, sasaran pemberian materi ini adalah diperolehnya pengetahuan awal para peserta pelatihan tentang bagaimana faktor-faktor psikologis mempengaruhi aktivitas fisik, dan sebaliknya menanamkan pengertian tentang pengaruh aktivitas fisik terhadap perkembangan psikologis seseorang. Di samping itu, akan dijelaskan pula peranan motivasi di dalam memberikan latihan fisik kepada para atlet. MANFAAT LATIHAN FISIK BAGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS Teknologi canggih bertujuan untuk memudahkan dan lebih membuat nyaman hidup manusia. Sesungguhnya, bila tidak berhati-hati keberadaannya justru bisa memberikan dampak negatif bagi manusia, khususnya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis masyarakat umum. Keberadaan teknologi canggih akan

3 menambah tuntutan-tuntutan hidup keseharian manusia, antara lain untuk mengatasi dampak negatif berupa tekanan dan stres yang diakibatkan oleh pengangguran, polusi lingkungan hidup, penggunaan obat-obat terlarang, dan kekerasan yang terjadi di masyarakat luas. Melalui berbagai penelitian, latihan-latihan fisik telah dibuktikan kontribusinya terhadap penanggulangan berbagai masalah yang menyangkut kesehatan mental dan keseimbangan psikologis orang banyak. Tabel 1 memperlihatkan manfaat-manfaat psikologis yang diperoleh pada populasi klinis dan non-klinis melalui keterlibatan di dalam kegiatan/latihan fisik. Tabel 1 Manfaat Psikologis dari Latihan Fisik Meningkatkan: Performa akademik Asertivitas Percaya diri Stabilitas emosional Fungsi intelektual Menurunkan: Tingkat absen di pekerjaan Penyalahgunaan alkohol Tingkat amarah Kecemasan (state & trait) Keragu-raguan dalam bertindak

4 Pengendalian diri Daya ingat Persepsi Kesan tubuh yang positif Kepuasan seksual Kesejahteraan Efisiensi kerja Rasa bingung menghadapi situasi Depresi Sakit kepala Tindak kekerasan Perilaku kejiwaan Ketegangan Eror pekerjaan (Diadaptasi kembali dari Weinberg & Gould, 1995) DAMPAK LATIHAN FISIK TERHADAP FUNGSI KEPRIBADIAN DAN KOGNITIF/MENTAL Bukti-bukti penelitian menunjukkan bahwa hasil dari latihan fisik yang mengacu pada program yang baik dan sesuai tingkat perkembangan seseorang secara signifikan meningkatkan beberapa aspek kepribadian seperti konsepdiri dan ketangguhan seseorang dalam mengatasi situasisituasi yang berpotensi menimbulkan stres. Jadi ada peningkatan dalam citra diri yang selanjutnya akan lebih menguatkan konsep-diri. Dampak lainnya, selfesteem akan meningkat juga. Citra-diri, self-esteem, dan konsep-diri yang kuat amat penting bagi perkembangan psikologis serta kemampuan sosialisasi, khususnya apabila hal ini dibina sejak usia dini.

5 Seseorang yang tangguh kepribadiannya akan lebih mudah beradaptasi dengan atau menanggulangi situasisituasi stres yang dihadapinya. Dampak negatif dari stres tersebut akan diminimalisir oleh ketangguhan kepribadiannya tersebut. Orang yang tangguh biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut: kontrol-diri yang baik dalam menghadapi pengaruh eksternal; senantiasa memiliki rasa keterlibatan yang penuh dalam segala hal yang dilakukannya, komitmen tinggi, dan merasa memiliki tujuan hidup; tidak kaku dalam menghadapi perubahan tiba-tiba dengan cara memandangnya sebagai tantangan atau peluang yang harus diatasi demi pertumbuhan kepribadiannya lebih lanjut. Fungsi kognitif/mental amat diperlukan dalam membuat suatu keputusan bertindak di dalam situasi-situasi kritis (split-second decisions), di mana informasi yang diterimanya perlu dianalisis dengan cepat dan cermat. Di dalam pertandingan jenis olahraga apapun, keharusan membuat keputusan-keputusan seperti itu banyak terjadi mengingat dinamika dari proses pertandingan itu sendiri. PERANAN MOTIVASI DALAM PELATIHAN FISIK Unsur motivasi memiliki peranan besar di dalam keterlibatan seseorang mengikuti latihan fisik. Motivasi diartikan sebagai arah dan intensitas usaha seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Arah usaha mengacu pada ketertarikan seseorang melakukan suatu kegiatan tertentu, misalnya pemain sepakbola yang termotivasi untuk

6 mengikuti latihan-latihan fisik yang diberikan pelatihnya. Intensitas usaha mengacu pada seberapa besar usaha yang diberikan dalam setiap kali latihan, yang seringkali tidak sama pada semua orang. Seorang yang termotivasi dengan baik atau motivasinya tinggi biasanya memiliki tingkat komitmen yang tinggi pula. Dengan kata lain ia telah berjanji (pada diri sendiri atau orang lain) dan bertanggung jawab penuh terhadap janjinya tersebut. Jadi, Komitmen = Janji + Tanggung Jawab. Pemahaman sederhana tentang komitmen ini akan sangat membantu untuk memonitor atau mengingatkan kembali seseorang yang motivasinya mengendur. Pelatih sebaiknya jangan sembarang mengobral kata motivasi kepada para atlet atau media pers tanpa menjelaskan lebih lanjut maksudnya. Misalnya, pelatih yang mengatakan kepada atletnya: kamu harus lebih termotivasi mengikuti latihan fisik apabila ingin tahan bermain dua babak, harus menjelaskan maksudnya yaitu agar atlet perlu menetapkan sasaran latihan dan berlatih lebih keras untuk mencapai sasaran tersebut. Atau pernyataan di media masa setelah timnya kalah: para pemain tidak termotivasi untuk bermain all-out, sedangkan masalah yang sebenarnya adalah sebagian besar pemain tidak mampu bermain habis-habisan karena kondisi fisik yang tidak mendukung. Tanpa penjelasan yang memadai, ada kemungkinan atlet yang rendah self-esteem nya justru akan salah mengartikan komentar pelatihnya sebagai sesuatu yang menggambarkan kepribadiannya (misalnya, saya malas dan tidak peduli dengan latihan fisik, daya juang saya rendah), yang dapat berdampak negatif terhadap keterlibatannya di dalam latihan-latihan fisik

7 selanjutnya. Oleh karena itu, pengucapan kata motivasi oleh pelatih yang tidak dimengerti maksudnya oleh atlet sangat mungkin menimbulkan kesalahfahaman dan konflik diantara keduanya. Kita sama-sama mengetahui bahwa hingga sekarang, janji-janji dan pemberian penghargaan berupa materi (misalnya uang, mobil, rumah) senantiasa dilontarkan para pejabat dengan tujuan memberi suntikan motivasi agar atlet mampu berprestasi. Kadangkala memang berhasil, akan tetapi strategi semacam itu seringkali menjadi bumerang dan justru berpengaruh negatif terhadap motivasi atlet selanjutnya. Atlet akan terdidik untuk berprestasi demi perolehan materi tertentu (lain halnya dengan olahraga profesional), bahkan malas-malasan bertanding apabila hadiahnya kecil. Adalah penting untuk menciptakan lingkungan pelatihan yang senantiasa mampu membangkitkan motivasi atlet, di mana atlet selalu bergairah menjalani program yang telah disusun pelatih. Faktor-faktor yang terlibat di dalam lingkungan pelatihan adalah faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal misalnya kepribadian, kebutuhan, ketertarikan, dan sasaran yang dimiliki. Faktor situasional misalnya variasi program, gaya melatih, kelengkapan fasilitas, rekor kemenangan-kekalahan tim, keterampilan komunikasi, sikap dan perilaku, atmosfir latihan secara keseluruhan). Dalam usaha membangkitkan motivasi tersebut dan untuk benar-benar memahami hal-hal yang menjadi kendalanya, perlu diperhatikan saling keterkaitan antara

8 kedua faktor yang terlibat tadi dengan mencermati Bagan 1 di halaman berikut. Faktor Personal Kebutuhan Ketertarikan Sasaran Kepribadian Interaksi antara pelaku/atlet dan situasi Faktor Situasional Gaya melatih Fasilitas latihan Rekor kemenangan/ kekakalahan - dsb Motivasi Pelaku/Atlet Bagan 1 Model Pemahaman Motivasi Berdasarkan Interaksi Pelaku dengan Situasi (Adaptasi dari Weinberg & Gould, 1995).

9 Atlet bisa termotivasi melakukan latihan fisik untuk berbagai alasan. Misalnya, atlet berlatih agar gerakannya bisa lebih cepat dan lincah. Tetapi, latihan fisik juga menjadikannya lebih percaya diri di samping juga memberikannya rasa senang karena ada unsur kompetisi dengan sesama teman seregu. Jadi, motif keterlibatan dalam latihan fisik bisa amat bervariasi dari orang ke orang. Tabel 2 menunjukkan berbagai kategori dan motif keterlibatan di dalam latihan fisik. Tabel 2 Kategori dan Motif Keterlibatan dalam Latihan Fisik Kategori Kompetisi Penguasaan-diri Takut gagal Kebugaran & kesehatan Motif Lebih baik dari sesama teman Kemampuan mengontrol gerakan tubuh Mempelajari bentuk gerakan baru Komentar/ kritik pedas dari orang lain Penilaian orang terhadap performanya Merasa sehat Tubuh lebih tegap dan kekar Kondisi badan selalu baik

10 Otot-otot menjadi lebih kuat Sukses & peningkatan Dalam latihan-latihan Peningkatan sasaran pribadi Keuntungan nyata Ke-tidak-tergantungan individualisme Status Pengarahan/ kesadaran-diri Mengerti alasan Lebih diperhatikan oleh pelatih Ingin menentukan jadwal latihan sendiri Berlatih sendiri Diakui sebagai individu yang mandiri Diakui sebagai pemain yang bisa diandalkan Menjadi contoh bagi pemain lainnya Dihargai oleh orang lain Meningkatkan rasa percaya diri Merasa lebih baik sebagai individu Merasa istimewa Mengetahui alasan teknis/aturan latihan Memahami penjelasan/pengarahan pelatih KATA AKHIR

11 Kiranya bisa dimengerti bagaimana keterkaitan antara latihan fisik dan status psikologis seseorang, dan bisa difahami pengaruh satu terhadap yang lainnya. Konsep kesatuan jiwa dan raga tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Penekanan latihan pada salah satu faktor dengan mengabaikan latihan pada faktor lainnya amat tidak diharapkan, apabila ingin melihat kemajuan prestasi olahraga kita di kancah global. Belum lagi kita bicara tentang dukungan teknologi canggih dan bidang-bidang ilmu keolahragaan lainnya (psikologi olahraga, pedagogi olahraga, kedokteran olahraga, biomekanika olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga, manajemen olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi. Bila salah satu bidang garapan terabaikan, belum lengkap usaha kita untuk meningkatkan prestasi olahraga. Bila banyak lagi yang diabaikan, kita harus siap mengantisipasi keterbelakangan olahraga prestasi nasional dibandingkan negara-negara lain di dunia. Pelatihan fisik untuk setiap cabang olahraga mutlak diperlukan, karena setiap cabang olahraga memiliki karakteristik tersendiri yang harus dipertimbangan dan disesuaikan program latihannya. Pelatih fisik memiliki peranan besar dalam konteks program pembinaan secara keseluruhan, dan mungkin menjadi kambing hitam kedua setiap kali timnya terpuruk. Oleh karena itu kedudukannya amat penting di jajaran keseluruhan tim pelatih. Sinergi program para pelatih harus terbaca dan terasa oleh seluruh jajaran terkait. Tanggung jawab keseluruhan ditanggung bersama, akan tetapi yang menyangkut spesifikasi tugas hendaknya bisa dipertanggungjawabkan dengan baik oleh masing-masing unit pelatih.

12 Pelatih fisik harus senantiasa berkeinginan untuk menimba ilmu dan seni melatihnya lebih dalam lagi, lebih membuka wawasan melatihnya dengan mengikuti dan mencermati perkembangan global yang terjadi. Mulailah berkarya dengan menunjukkan kinerja sebaik-baiknya di dalam tugas dan lingkungan kerja apapun. Prestasi kerja tidak diperoleh secara instan, tetapi melalui proses yang berkesinambungan. Fokuskan diri pada tugas yang dihadapi, pengakuan atas prestasi kerja akan menyusul dengan sendirinya.