BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN 2001

DAFTAR ISI. Laporan Auditor Independen..1. Neraca Laporan Surplus Defisit...6. Laporan Perubahan Ekuitas...7. Laporan Arus Kas...

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BANK INDONESIA TAHUN 2008 BANK INDONESIA

BANK INDONESIA BPK - RI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN TAHUN Nomor : Tanggal :

DAFTAR PUSTAKA. Bank Indonesia Laporan Tahunan Jakarta : Bank Indonesia

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan

NERACA BULANAN BPR BESERTA REKENING ADMINISTRATIF

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

Catatan 31 Maret Maret 2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH

1 of 6 18/12/ :00

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

LAPORAN KEUANGAN BANK

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 12 SERI A

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

30 Juni 31 Desember

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Laporan Publikasi Triwulanan. PD. BPR Bank Daerah Karanganyar JL. LAWU KOMPLEK PERKANTORAN CANGAKAN KARANGANYAR

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR BEPEDE KUTAI SEJAHTERA Tanggal : 30 Juni 2017

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR BEPEDE KUTAI SEJAHTERA Tanggal : 31 Maret 2017

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

LAPORAN KEUANGAN DISUSUN SESUAI DENGAN SUATU BASAIS AKUNTANSI KOMPREHENSIF SELAIN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT. BANK OMEGA NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 20XX

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

JUMLAH AKTIVA


PROVINSI JAWA TENGAH

Posisi Desember Pos-Pos

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR ALTO MAKMUR Tanggal : 31 Maret 2016

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR DANA BINTAN SEJAHTERA Tanggal : 31 Desember 2016

SURAT PERIKATAN AUDIT

-2- Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyel

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 18

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

AKUNTANSI INVESTASI

DAFTAR ISI. Laporan Posisi Keuangan... Laporan Surplus Defisit... A. Informasi Umum B. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi yang Signifikan...

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Posisi Desember Pos-Pos

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Gabungan Rincian Laba Rugi

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

Transkripsi:

Salinan sesuai dengan aslinya BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No: 01/01/Auditama II/GA/V/2001 LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kami telah mengaudit neraca, Bank Indonesia per 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999, laporan surplus defisit, laporan perubahan ekuitas dan la poran arus kas untuk masa 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2000. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Bank Indonesia. Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan hasil audit kami. Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan Bank Indonesia terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Struktur pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan adalah tanggung jawab manajemen Bank Indonesia. Laporan atas hasil pengujian ini dilaporkan dalam laporan-laporan terpisah dari laporan auditor independen atas laporan keuangan Bank Indonesia. Kecuali seperti diuraikan dalam paragraf berikut ini. kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar diperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlahjumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakini bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Seperti dijelaskan dalam Catatan C.7 atas Laporan Keuangan, dalam neraca terlampir, Bank Indonesia mencatat Surat Utang Pemerintah (SUP) No. 1 dan SUP No.3 sebesar Rp. 144,5 triliun yang berasal dari pengalihan tagihan BLBI kepada bank-bank, serta SUP No.4 untuk tambahan BLBI sebesar Rp 14,449 triliun. Sesuai dengan persetujuan bersama antara Menteri Keuangan dengan Gubemur Bank Indonesia tanggal 6 Pebruari 1999 ditetapkan bahwa atas pengalihan tersebut akan dilakukan verifikasi yang disepakati bersama untuk menetapkan BLBI yang layak dialihkan menjadi kewajiban Pemerintah. Pada tanggal 17 November 2000, sesuai permintaan DPR, Pemerintah dan Bank Indonesia telah menanda tangani Pokok-pokok Kesepakatan mengenai penyelesaian BLBI sebesar Rp. 144,5 triliun tersebut. Butir-butir. kesepakatan yang signifikan adalah disepakatinya pembagian beban BLBI, dimana yang menjadi beban Pemerintah adalah sebesar Rp 120 triliun sedangkan yang menjadi beban Bank Indonesia adalah

sebesar Rp 24,5 triliun. Dalam kesepakatan tersebut Pemerintah menegaskan tidak akan menarik kembali SUP yang telah diterbitkan. Menindak lanjuti kesepakatan tersebut Bank Indonesia pada tanggal 30 November 2000 mengirim surat ke DPR-RI No.2/17/DGS/BGub yang menyatakan bahwa sambil menunggu konfirmasi atau penegasan DPR mengenai tindak lanjut penyelesaian BLBI, Bank Indonesia akan segera menerbitkan Surat Utang sebesar Rp24,5 tri1iun. Pada tanggal 5 Desember 2000 Bank Indonesia menerbitkan Surat Utang Bank Indonesia (SU-BI) sebesar Rp24,5 triliun. Sementara itu Menteri Keuangan mengirimkan surat ke DPR No. S- 169/MK.06/2001 tanggal 2 April 2001 dan Surat ke Gubernur Bank Indonesia No. S- 174/MK.06/2001 tanggal 3 April 2001 yang menegaskan bahwa penyelesaian atas BLBI sebesar Rp144,5 triliun masih menunggu pendapat Komisi XI DPR-RI. Dengan demikian masih terdapat unsur ketidakpastian atas jumlah kerugian tidak tertagihnya BLBI yang tidak dapat dialihkan ke Pemerintah Republik Indonesia walaupun jumlah tersebut telah semakin kecil dengan dibukukannya kerugian oleh Bank Inonesia sebesar Rp24,5 triliun. Penerbitan SU -BI kepada Pemerintah memerlukan adanya dasar hukum yang jelas, khususnya menyangkut tentang prosedur dan tata cara penerbitannya. Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia belum mengatur tentang hal tersebut. Sebagai perbandingan dapat dikemukakan bahwa penerbitan suatu SUP hanya dapat dilakukan dengan tanda pengesahan (visum) BPK (pasal 14 IAR Staatsblad Tahun 1933 No.320). Dengan demikian penerbitan SU-BI pun seharusnya mendapat persetujuan dari DPR. Mengenai tambahan BLBI sebesar Rp 14,449 triliun masih memerlukan verifikasi lebih lanjut sehingga jumlahnya masih mengandung unsur ketidakpastian. Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan setelah terdapat penegasan dari DPR terhadap Pokok-pokok Kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk penyelesaian permasalahan BLBI yang mempengaruhi jumlah pokok utang pemerintah, tagihan saldo debet dan bunga BLBI dan piutang bunga yang bersangkutan pada tanggal 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999, serta pendapatan bunga untuk masa sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2000, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Bank Indonesia per 31 Desember 2000 dan 31 Desember 1999, hasil usaha, serta arus kas untuk masa sejak 31 Desember 1999 sampai dengan 31 Desember 2000 tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang bertaku umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umumnya dilakukan Bank Sentral seperti dijelaskan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan. Kami juga mencatat beberapa hal lain te ntang kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan pengendalian intern yang kami laporkan kepada manajemen Bank Indonesia dalam suatu laporan terpisah No. 01/04/Auditama II/GA/2001 tanggal 8 Mei 2001. Jakarta, 8 Mei 2001 Badan Pemeriksa Keuangan Penanggung Jawab Audit ttd Drs. Seno, MSc, Ak Register Negara No. D-416

NERACA PER 31 DESEMBER 2000 DAN 1999 LAPORAN SURPLUS DEFISIT PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2000 A K T I V A 2000 1999 KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2000 1999 PENERIMAAN 2000 1999 1. EMAS 8.170.712 6.404.639 2. UANG ASING 794.307 964.251 3. HAK TARIK KHUSUS 317.855 2.613 4. GIRO 5.300.013 10.560.917 5. DEPOSITO 61.544.917 32.270.184 6. SURAT BERHARGA 218.064.845 129.055.254 7. TAGIHAN 307.177.104 320.703.898 8. PENYISIHAN KERUGIAN AKTIVA (27.654.796) (30.595.662) 9. PENYERTAAN 241.955 307.581 10. AKTIVA LAIN-LAIN 6.364.478 6.668.018 JUMLAH AKTIVA 580.321.390 476.341.693 DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA Gubernur : Syahril Sabirin Deputi Gubernur Senior : Anwar Nasution Deputi Gubernur : KEWAJIBAN 1. UANG DALAM PEREDARAN 89.704.449 72.579.124 2. GIRO 244.364.293 204.307.504 3. SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN 78.672.929 86.335.633 4. PINJAMAN DARI PEMERINTAH 28.092.771 11.923.709 5. PINJAMAN LUAR NEGERI 19.142.030 13.996.718 6. KEWAJIBAN LAIN-LAIN 1.143.421 3.803.867 JUMLAH KEWAJIBAN 461.119.893 392.946.555 EKUITAS 1. MODAL 2.606.236 2.606.236 2. CADANGAN UMUM 6.430.544 0 3. CADANGAN TUJUAN 2.755.947 0 4. HASIL REVALUASI AKTIVA TETAP 4.768.103 4.278.006 5. HASIL REVALUASI KURS & SURAT BERHARGA 79.950.773 67.000.579 6. HASIL INDEKSASI SURAT UTANG PEMERINTAH 18.817.604 (1.449.640) 7. HASIL INDEKSASI SURAT UTANG BANK INDONESIA (476.122) 0 8. SALDO SURPLUS TAHUN- TAHUN SEBELUMNYA 1.773.466 1.773.466 9. SURPLUS TAHUN BERJALAN 2.574.946 9.186.491 JUMLAH EKUITAS 119.201.497 83.395.138 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 580.321.390 476.341.693 1. Miranda S. Goeltom 3. Achwan 5. Burhanuddin Abdullah 2. Aulia Pohan 4. Achjar Iljas 1. PENGELOLAAN MONETER 46.223.030 11.471.001 2. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 38.703 23.855 3. PENGATURAN PERBANKAN 32.509 49.094 4. LAINNYA 3.295.396 1.054.414 JUMLAH PENERIMAAN : 49.589.638 12.598.364 PENGELUARAN 1. BEBAN PENGENDALIAN MONETER (19.929.814) (14.589.908) 2. BEBAN SISTEM PEMBAYARAN (720.873) (726.910) 3. BEBAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK (131.855) (37.476) 4. BEBAN UMUM, ADMINISTRASI DAN LAINNYA (1.677.780) (2.686.203) JUMLAH PENGELUARAN : (22.460.322) (18.040.497) SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA 27.129.316 (5.442.133) SALDO SURPLUS PENYESUAIAN DUE DILLIGENCE NERACA AWAL - 14.628.624 BEBAN KARENA POS LUAR BIASA (24.554.370) - SURPLUS (DEFISIT) BERSIH S/D AKHIR PERIODE 2.574.946 9.186.491 Catatan : 1. Laporan Keuangan ini telah diaudit oleh BPK-RI sesuai laporan No.01/01/Auditama II/GA/V/2001 tanggal 8 Mei 2001 dengan pendapat Wajar Dengan Pengecualian atas pos tagihan karena adanya pengaruh Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menurut pendapat BPK-RI masih diperlukan penegasan dari DPR terhadap Pokok-Pokok Kesepakatan tanggal 17 November 2000 antara Pemerintah dan Bank Indonesia mengenai penyelesaian BLBI dimaksud. 2. Kurs tengah tanggal 31 Desember 2000 : USD 1 = Rp 9.595. Jakarta, Gubernur Syahril Sabirin

BANK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS PER 31 DESEMBER 2000 1. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1.1 Surplus 2,574,946 1.2 Kenaikan Emas (1,766,073) 1.3 Penurunan Uang Asing 169,944 1.4 Kenaikan Hak Tarik Khusus (315,242) 1.5 Penurunan Giro 5,260,904 1.6 Kenaikan Deposito pd Bank Koresponden (29,274,733) 1.7 Kenaikan Surat Berharga (89,009,591) 1.8 Kenaikan Tagihan: 13,526,793 1.8.1 Kenaikan Tagihan kpd Pemerintah (5,033,111) 1.8.2 Penurunan Tagihan kpd Bank 19,050,160 1.8.3 Kenaikan Tagihan kpd Lainnya (490,255) 1.9 Penurunan Aktiva lain-lain 824,390 1.10 Penyesuaian: 30,290,547 1.10.1 Penyusutan Aktiva Tetap 138,546 1.10.2 Pemulihan Penyisihan Kerugian Aktiva (2,724,547) 1.10.3 Pemanfaatan Penyisihan Kerugian Aktiva (216,319) 1.10.4 Akrualisasi Penerimaan (4,730,364) 1.10.5 Akrualisasi Biaya 1,405,728 1.10.6 Hasil Indeksasi Surat Utang Pemerintah 20,267,244 1.10.7 Hasil Indeksasi Surat Utang BI (476,122) 1.10.8 Revaluasi Kurs dan SSB 12,950,193 1.10.9 Lain-lain 3,676,188 1.11 Kenaikan Uang Beredar 17,125,325 1.12 Kenaikan Giro: 40,056,789 1.12.1 Penurunan Giro Pemerintah 903,116 1.12.2 Kenaikan Giro Bank 7,037,864 1.12.3 Kenaikan Giro Pihak Swasta Lainnya 895,995 1.12.4 Kenaikan Giro Lembaga Keuangan Internasional 31,219,815 1.13 Penurunan Sertifikat Bank Indonesia (7,662,704) 1.14 Penurunan Kewajiban Lain-lain (2,660,470) Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (20,859,174) 2. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 2.1 Pembelian Aktiva Tetap (520,826) 2.2 Penurunan Penyertaan 65,626 Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (455,200) 3. ARUS KAS/SETARA KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 3.1 Tambahan Modal dari Pemerintah 0 3.2 Penurunan Pinjaman dari Pemerintah (8,861,430) 3.3 Pinjaman Pemerintah dari Surat Utang Bank Indonesia 25,030,492 3.4 Kenaikan Pinjaman Luar Negeri 5,145,312 Arus Kas/Setara Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan 21,314,374 4. KENAIKAN/PENURUNAN BERSIH ARUS KAS/SETARA KAS 0

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2000 I. EKUITAS 31 Des 1999 Penambahan Pengurangan 31 Des 2000 1. Modal 2,606,236 0 0 2,606,236 2. Cadangan Umum 0 6,430,544 0 6,430,544 3. Cadangan Tujuan 0 2,755,947 0 2,755,947 4. Hasil Revaluasi Aktiva Tetap 4,278,006 490,097 0 4,768,103 5. Hasil Revaluasi Kurs & SSB 67,000,579 12,950,193 0 79,950,772 6. Hasil Indeksasi SUP (1,449,640) 20,267,244 0 18,817,604 7. Hasil Indeksasi SUBI 0 0 476,122 (476,122) 8. Surplus (Defisit) Th Sebelumnya 1,773,466 0 0 1,773,466 9. Surplus (Defisit) Th Berjalan 9,186,491 2,574,946 9,186,491 2,574,946 Jumlah 83,395,138 45,468,971 9,662,613 119,201,496 II. KEWAJIBAN MONETER 335,699,028 III. RASIO Modal + Cadangan Umum+ Hasil Revaluasi Aset Tetap = 4,65% Kewajiban Moneter IV. SETORAN ATAU PERMINTAAN TAMBAHAN MODAL KE PEMERINTAH = Rp 0,00