PERILAKU BALISTIK BAJA KOMERSIAL SCR 440 DENGAN KEKERASAN BERLAPIS (DUAL HARDNESS) DALAM SIMULASI DAN EKSPERIMEN

dokumen-dokumen yang mirip
tugas akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

STUDI KETAHANAN BALISTIK BAJA HIGH STRENGTH LOW ALLOY AISI 4140

Dosen Pembimbing Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

KARATERISTIK MAKRO DAN MIKRO PLAT BAJA-ALUMINIUM TERHADAP KETAHANAN BALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

ANALISA KECEPATAN SISA PROYEKTIL BERHIDUNG TUMPUL YANG DITEMBAKKAN PADA BAJA WELDOX 460 E

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

MODUL PRAKTIKUM METALURGI (LOGAM)

PENGARUH JENIS LAPISAN MATERIAL TERHADAP KETAHANAN BALISTIK BAJA

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

MENINGKATKAN KETANGGUHAN C-Mn STEEL BUATAN DALAM NEGERI. Jl. Soekarno-Hatta No. 180, Semarang *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

Sifat Sifat Material

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

Bab II STUDI PUSTAKA

PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

Tugas Sarjana Teknik Material 2008 Data dan Analisa

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

STUDI PERILAKU PENGARUH EFEK PENGEKANGAN PADA KOLOM CONCRETE FILLED STEEL TUBE AKIBAT PEMASANGAN CROSS TIE

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

SIFAT BALISTIK METAL MATRIX COMPOSITE DENGAN WOVEN METODE SATIN TWILLED WEAVE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

VARIASI POSISI PENGELASAN DAN GERAKAN ELEKTRODA TERHADAP BAJA VCN 150

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a) b) c) d)

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

Transkripsi:

PERILAKU BALISTIK BAJA KOMERSIAL SCR 440 DENGAN KEKERASAN BERLAPIS (DUAL HARDNESS) DALAM SIMULASI DAN EKSPERIMEN Beny Bandanadjaja 1, Arif Basuki 2 dan Mardjono Siswosuwarno 2 Peserta Program Doktor Teknik Material 1) Staf Kelompok Keahlian Ilmu & Material 2) Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Gedung Labtek II Lantai 2, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132 Email : benybj@yahoo.com 1), arifbasuki@material.itb.ac.id 2), mardjono@melsa.net.id 3) ABSTRAK Beban balistik adalah beban tumbukan yang dikenakan pada suatu material dalam kecepatan sangat tinggi (hypervelocity impact). Sedemikian sangat tingginya kecepatan yang terjadi sehingga beberapa pendataan dan pengamatan dalam eksperimen cukup sulit dilakukan, perlu peralatan khusus yang harganya cukup mahal. Simulasi komputer merupakan metode yang cukup efisien untuk melakukan pra-analisis dan melihat beberapa fenomena yang sulit direkam dalam eksperimen. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk simulasi dan eksperimen. Tujuannya untuk melihat pengaruh variasi kekerasan yang diberikan pada baja bila diberi beban balistik. Dua lembar plat baja komersial jenis SCr 440 diproses sehingga memiliki kekerasan berbeda. Plat pertama memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibanding plat kedua. Kedua plat ditempelkan sehingga membentuk konfigurasi plat berlapis. Dimensi plat masing-masing sebesar 100x200 mm dengan ketebalan 5 mm. Proyektil yang digunakan memiliki kaliber 5,56 mm. Kecepatan tumbukkan antara proyektil dan plat sebesar 930 m/s. Arah tumbukkan diberikan dalam dua posisi, pertama ditumbuk dari pada posisi material keras didepan dan kedua ditumbuk dengan posisi sebaliknya. Simulasi dan eksperimen diperbandingkan dalam hal kerusakan yang terjadi keduanya menunjukkan bentuk kerusakan yang serupa. Dari simulasi dapat diamati animasi tumbukkan proyektil terhadap plat. Selain itu dapat dianalisis nilai serapan energi pada plat dan proyektil. Dari hasil eksperimen dapat dianalisis perubahan struktur mikro yang terjadi dan perubahan kekerasannya. Performansi balistik dinilai dari kerusakan yang terjadi. Kerusakan pada konfigurasi material lunak didepan lebih sedikit dibanding posisi sebaliknya. Disimpulkan performansi plat dengan posisi material lunak dibagian depan lebih baik dibanding posisi material keras didepan. Kata Kunci : Balistik, Dual Hardness, Baja SCr 440, Simulasi PENDAHULUAN Beban balistik merupakan pembebanan pada material dengan laju regangan yang sangat tinggi. Bentuk test balistik yang umum dikenal adalah dengan melakukan penembakan pada sampel logam menggunakan proyektil atau peluru berkecepatan tinggi. Ketahanan material logam terhadap beban balistik bergantung pada beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain paramater proyektil (ukuran, bentuk, masa jenis dan kekerasan), parameter impak (kecepatan dan sudut) dan parameter target (kekerasan/kekuatan, keuletan, struktur mikro dan ketebalan). Penelitian yang dilakukan oleh Dikshit [1994] mengenai balistik menunjukkan bahwa performansi balistik pada plat setebal 20 mm meningkat seiring dengan meningkatnya kekerasan plat sampai pada level kekerasan 440 VHN. Diatas kekerasan optimal maka performansi balistik akan menurun. Hal tersebut dikarenakan semakin keras material maka semakin mudah pembentukan adiabatic shear band (ASB). ASB tersebut memicu terjadinya penembusan (plugging) akibat tegangan geser. Selain kekerasan performansi balistik dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan plat. Namun pilihan untuk menambah ketebalan plat mengakibatkan penambahan berat plat yang digunakan. Pada aplikasinya penambahan berat tersebut berakibat pada ketidakekonomisan penggunaan plat. Buchar [2002] melakukan penelitian dual hardness steel yaitu susunan plat dengan menempatkan plat yang lebih keras didepan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan lapisan keras dibagian depan akan meningkatkan A-31

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Mesin performansi balistik plat dibanding penggunaan plat monolitik. Performansi balistik meningkat berbanding lurus dengan penambahan ketebalan bagian keras sampai pada ketebalan 4 mm dari 5 mm tebal total, pada ketebalan bagian keras lebih dari 4 mm performansi balistik menurun. Kleponis [2000] melakukan simulasi balistik dengan melakukan variasi gradien lapisan kekerasan. Dari hasil simulasi Kleponis menyimpulkan bahwa konfigurasi gradien kekerasan dari lunak menuju keras lebih baik dibanding dari keras menuju lunak. Dari kajian beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa konstruksi plat dual hardness merupakan konstruksi ideal untuk meningkatkan performansi balistik. Dengan ketebalan yang sama maka konstruksi dual hardness dapat memberikan performansi yang lebih baik dibanding konstruksi monolitik. Oleh karena itu maka dalam penelitian ini dilakukan analisis pengaruh variasi kekerasan target terhadap beban balistik. Kekerasan yang diteliti dalam bentuk dual hardness, yaitu konstruksi dua buah plat dengan ketebalan masing-masing 5 mm yang memiliki kekerasan tinggi dan pasangannya yang lebih rendah. Bahan yang digunakan adalah SCR 440. Tujuan penelitian untuk mengetahui performansi balistik plat dengan konstruksi dual hardness. Sejauh mana perbedaan performansi balistik bila plat disusun dengan susunan keras kemudian lunak dan sebaliknya. METODA PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan membuat simulasi dan eksperimen. Simulasi yang dilakukan adalah simulasi sebuah proyektil berkecepatan 930 m/s menumbuk 2 buah plat dengan ketebalan 5 mm yang disusun berlapis. Simulasi dilakukan pada 2 kondisi yaitu kondisi pertama plat keras diletakkan didepan sedangkan kondisi kedua plat lunak diletakkan didepan. Kekerasan plat keras sebesar 430 VHN sedangkan plat lunak sebesar 200 VHN. Eksperimen dilakukan dengan mengikuti kondisi yang ada pada simulasi. Hasilnya kemudian dibandingkan dan dianalisis. Dalam pembebanan balistik laju regangan yang terjadi sangat tinggi, oleh karenanya maka muncul pengaruh hardening dan softening. Dalam simulasi model material menggunakan persamaan Johnson-Cook. Pemodelan Johnson-Cook melibatkan efek strain hardening, strain rate hardening dan thermal softening. Laju regangan non dimensional (2) ε 0 = laju regangan referensi T* = (T T room )/(T melt T room ) (3) Kriteria kegagalan elemen ditentukan dengan memasukkan nilai regangan plastis maksimum (ε p ). Artinya apabila elemen mengalami regangan sampai batas nilai regangan plastis maksimum maka elemen tersebut akan dihapus oleh sistem. Pemodelan proyektil dan plat dilakukan menggunakan bentuk 3D. Meshing yang digunakan menggunakan elemen hexa. Model proyektil seperti yang digambarkan pada gambar 1 proyektil berdiameter 5,6 mm dengan panjang total 20,9 mm. Berat proyektil sebesar 3,99 gram. Gambar 1. Model proyektil Kecepatan awal proyektil diberikan sebesar 930 m/s pada arah transversal sedangkan pada arah rotational dibuat tidak berputar. Proyektil yang digunakan menggunakan bahan kuningan. Sifat-sifat bahan di masukan seperti yang diuraikan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Sifat Bahan Proyektil Keterangan : σ eq = Tegangan ekivalen A = Tegangan luluh (σ y ) [MPa] B = Konstanta strain hardening parameter [Mpa] n = Koefisien strain hardening C = Strain rate parameter m =Parameter temperature softening ε eq = Akumulasi regangan plastis (1) A-32

ISBN : 978-979-3980-15-7 Yogyakarta, 22 November 2008 Plat dimodelkan dalam bentuk 3D dengan meshing menggunakan elemen hexa seperti yang terlihat pada gambar 2a dan 2b. Dimensi plat 100x200 mm dengan ketebalan 5 mm. Plat disusun menjadi dua lapisan, plat pertama dibuat keras dan plat kedua lebih lunak. Sekeliling plat dibuat tumpuan sehingga plat tidak bebas dalam arah transversal dan rotational. Perbedaan kekerasan plat diberikan dengan memberikan variasi pada nilai A,B,n dan ε p seperti yang ditunjukkan pada tabel 2. Sifat plat yang serupa juga dimasukkan seperti pada tabel 3. Tabel 3. Sifat Plat yang Sama Gambar 2a. Model Plat Gambar 2b. Model Plat Tabel 2. Sifat Plat untuk Membedakan Kekerasan Dalam simulasi perlu didefinisikan kontak antar proyektil dan plat. Model kontak menggunakan sistem adaptive master and slave. Sistem adaptif menghasilkan kondisi elemen terluar sebagai permukaan kontak. Dengan demikian kontak antara plat dan proyektil dapat selalu terjadi. Proyektil dianggap sebagai master sementara plat sebagai slave. Untuk menguji hasil simulasi maka dilakukan eksperimen uji tembak terhadap plat SCr 440. Eksperimen dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Plat baja SCr 440 dipotong dengan ukuran 100x200x5 mm. Dua buah plat kemudian diberikan perlakuan panas dengan temperatur pemanasan 900 o C dan waktu penahanan 12 jam. Pendinginan kedua plat dibedakan satu plat didinginkan dengan mencelupkan kedalam air disebut sampel A12. plat yang lain didinginkan dengan pendinginan udara bebas, disebut sampel U12. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan hasil yang tidak sama untuk daerah permukaan dan bagian dalam. Untuk sampel A12 diperoleh kekerasan rata-rata 430 VHN dan untuk sampel U12 kekerasan rata-rata 200 VHN. Langkah selanjutnya adalah menyusun kedua plat dengan cara ditempelkan dan dilakukan pengujian tembak menggunakan peluru kaliber 5,56 mm berinti lunak. Penembakan pada jarak 10 m dari target. Kecepatan penembakan sebesar 930 m/s. Penembakan dilakukan dua kondisi yaitu pada susunan plat keras didepan (susunan A12-U12) dan plat lunak didepan (susunan U12-A12). Plat yang telah ditembak kemudian dipotong menggunakan wirecut melintang pada daerah penembakan. Kemudian dilakukan karakterisasi pemeriksaan metalografi dan pengujian kekerasan mikro. A-33

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Mesin HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Gambar 3. Potongan Melintang Hasil Simulasi Dengan Susunan Keras-Lunak A12-U12 Gambar 6. Potongan Melintang Hasil Simulasi Dengan Susunan Lunak-Keras U12-A12 Gambar 4. Potongan Melintang Hasil Simulasi Dengan Susunan Lunak-Keras U12-A12 Gambar 3 dan 4 menunjukkan hasil simulasi dilihat pada potongan melintang sampel. hasilnya menunjukkan bahwa deformasi pada konfigurasi lunak-keras lebih baik dibanding konfigurasi keraslunak. Gambar 7. Perbandingan hasil simulasi dan eksperimen Gambar 7 menunjukkan perbandingan hasil simulasi dan eksperimen. Terlihat di gambar hasil simulasi relatif serupa dengan hasil eksperimen. perbedaan terdapat pada deformasi yang terjadi pada eksperimen terlihat lebih besar dibanding simulasi Gambar 5. Energi Distorsi Susunan Keras-Lunak A12-U12 Eksperimen Secara makro dapat terlihat bahwa hasil penembakan plat dengan posisi plat lunak didepan (susunan U12- A12) menunjukkan hasil yang lebih baik. Pada gambar 8 dapat dilihat kedalaman kerusakan pada plat bagian belakang sebesar 5,5 mm. Plat lunak di bagian depan berfungsi sebagai penyerap energi impak yang ada pada proyektil. Energi sisa yang tersedia cukup sedikit untuk dapat merusak plat keras dibagian belakang. A-34

ISBN : 978-979-3980-15-7 Yogyakarta, 22 November 2008 cukup besar sehingga memberikan deformasi yang cukup besar pada plat belakang. Gambar 8. Potongan Melintang Hasil Penembakan Dengan Susunan U12-A12 Gambar 11. Struktur Terdeformasi Pada Sampel U12 Susunan A12-U12 Gambar 9. Potongan Melintang Hasil Penembakan Dengan Susunan A12-U12 Pada susunan plat keras (susunan A12-U12) di depan menunjukkan hasil yang lebih buruk, kedalaman kerusakan bagian belakang yang terjadi sebesar 13,1 mm (lihat gambar 9). Plat keras di bagian depan tidak banyak menyerap energi impak proyektil. Pembentukan adiabatic shear band pada plat keras memicu terbentuknya retakan sepanjang band dan menghasilkan patah akibat retakan. Secara mikro dapat dilihat bahwa adanya pembentukan adiabatic shear band pada plat keras untuk susunan plat keras di depan (A12-U12). Jenis adiabatic shear band yang terbentuk adalah jenis transformed band, terlihat dengan warna putih yang berbeda dibanding struktur mikro disekelilingnya. Transformed band memiliki kekerasan yang tinggi sehingga rentan untuk menjadi retak. Adiabatic shear band terlihat sepanjang garis tepi bagian plat yang berlubang (lihat gambar 10). Hal itu menunjukkan bahwa sebelum terjadi pelubangan oleh proyektil maka terbentuk adiabatic shear band terlebih dahulu kemudian muncul retakan sepanjang band dan akhirnya terjadi pelubangan. Gambar 10. Struktur Adiabatic Shear Band Pada Sampel A12 Susunan A12-U12 Pada plat belakang yang lebih lunak mengalami deformasi yang sangat besar, seperti yang terlihat pada gambar 11 struktur mikro terlihat pipih. Hal itu menunjukkan bahwa energi impak yang tersisa masih Gambar 12. Struktur Adiabatic Shear Band Pada Sampel U12 Susunan U12-A12 Gambar 13. Struktur Mikro Pada Sampel A12 Susunan U12-A12 Berbeda dengan hal diatas adiabatic shear band juga terlihat di plat lunak pada susunan plat lunak didepan (U12-A12). Adiabatic shear band yang terbentuk berbeda dengan yang ada di plat keras,adiabatic shear band seperti yang digambarkan pada gambar 12 terbentuk dengan jenis deformed band, terlihat dengan adanya garis-garis deformasi disepanjang adiabatic shear band. Disekeliling adiabatic shear band juga terlihat adanya sisa-sisa proses deformasi yang mendahului terbentuknya adiabatic shear band tersebut. Terlihat dengan adanya struktur yang menjadi pipih. Adanya proses deformasi itulah yang menghasilkan penyerapan energi yang lebih besar. Pada bagian belakang yang lebih keras tidak terlalu terlihat adanya deformasi, dapat dilihat pada struktur mikro yang terjadi tidak menunjukkan banyak perubahan (gambar 13). A-35

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Mesin Gambar 14. Kekerasan Mikro Pada Susunan A12-U12 Gambar 15. Kekerasan Mikro Pada Susunan U12-A12 Perubahan kekerasan pada permukaan plat diukur untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kekerasan yang terjadi. Peningkatan kekerasan menunjukkan terjadinya proses strain hardening. Akibat adanya strain hardening maka kekuatan menjadi meningkat. Semakin besar peningkatan kekerasan menunjukkan semakin tinggi tingkat strain yang diterima plat, itu artinya semakin besar energi yang diserap oleh plat untuk proses deformasi dan strain hardening. Gambar 14 dan 15 menunjukkan kekerasan pada beberapa posisi di sekitar kerusakan. Tabel 4. Prosentase Perubahan Kekerasan Mikro Pada Susunan A12-U12 AWAL AKHIR % PERUBAHAN A12 (Keras) 250 427 71% U12 (Lunak) 112 308 175% Tabel 5. Prosentase Perubahan Kekerasan Mikro Pada Susunan A12-U12 AWAL AKHIR % PERUBAHAN U12 (Lunak) 112 353 215% A12 (Keras) 250 262 5% Dari hasil pengujian kekerasan dapat dibandingkan kondisi awal sebelum ditembak dan kondisi akhir setelah ditembak. Data yang diambil untuk perbandingan adalah data kekerasan permukaan masing-masing plat. Hasilnya seperti yang ditabelkan pada tabel 4 dan tabel 5. Pada susunan plat keras didepan peningkatan kekerasan yang terjadi pada plat keras sebesar 71% sedangkan plat lunaknya sebesar 175% (lihat tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi serapan energi pada plat keras didepan cukup sedikit akibatnya sisa energi impak lebih banyak diberikan pada plat lunak dibelakangnya. Terlihat dengan penambahan nilai kekerasan yang lebih tinggi pada plat lunak. Pada susunan plat lunak didepan peningkatan kekerasan yang terjadi pada plat lunak sebesar 215% sedangkan plat keras dibelakangnya sebesar 5% (lihat tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar energi impak telah diserap oleh plat lunak di depan dalam bentuk deformasi plastis yang berakibat terjadinya peningkatan kekerasan. Sedangkan plat keras dibelakangnya hanya menerima sisa energi impak yang relatif sedikit, terbukti dengan sedikitnya pertambahan kekerasan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa posisi keras dan lunak pada konstruksi susunan plat baja dual hardness berpengaruh terhadap performansi balistiknya. Dari kerusakan yang terjadi dan analisis serapan energi maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi dual hardness dengan posisi lunak di depan dapat menghasilkan performansi balistik yang lebih baik. Kondisi tersebut berlaku pada susunan dengan ketebalan plat masing-masing 5 mm dengan total tebal sebesar 10 mm. Pada kondisi dengan ketebalan plat yang berbeda hasil yang diperoleh bisa jadi berbeda. DAFTAR PUSTAKA [1] Borvik, T et al.1999. Ballistic Penetration of Steel Plates. Int. J. Impact Engng Vol. 22. Pp. 855-3886. [2] Dey, S et al.2004.the Effect of Target Strength on The Perforation of Steel Plates Using Three Different Projectile Nose Shapes. Int. J. Impact Engng. Vol. 30, Pp. 1005-1038. [3] Dikshit S. N. et al.1995. The Influence of Plate Hardness on The Ballistic Penetration of Thick Steel Plates. Int. J. Impact Engng Vol. 16, No. 2, pp. 293-320. [4] Buchar, J et al.2002.ballistic Performance of Dual Hardness Steel.20 th International Symposium of Ballistic, Orlando, FL. [5] Kleponis, David S. et al. 2000. Material Design Paradigms for Optimal Functional Gradient Armors. [6] Duan, Z Q et al. 2003.Microstructure and Adiabatic Shear Bands Formed by Ballistic Impact in Steels and Tungsteen Alloy. Fatique Fract. Engng. Mater. Struct. 26, 1119-1126. [7] Dieter, George, E.1976.Mechanical Metallurgy, 2nd Ed., McGraw-Hill. A-36