PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP OVERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Obesitas, Perkembangan Motorik Kasar, Anak. commit to user. vii

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA ANAK SEKOLAH DASAR KATOLIK FRATER BAKTI LUHUR MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DIET PENURUNAN BERAT BADAN DENGAN PERILAKU DIET PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 7 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

Jurnal Skripsi HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA 3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASEMROWO KOTA SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

Transkripsi:

ABSTRAK PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID Ekowati Retnaningsih dan Rini Oktariza Angka kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah di Indonesia mencapai 15,9%. Prevalensi kejadian obesitas pada anak usia sekolah di Provinsi Sumatera Selatan diatas angka nasional yaitu mencapai 27,0%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh altifitas fisik terhadap kejadian obesitas pada murid SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Besar sampel 88 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi murid obesitas 44,3 % sementara proporsi murid yang mempunyai aktifitas ringan 33 %, sedang 36,3 %, dan berat 30.7 %. Hasil analisis lanjut menunjukkan OR= 2,4, AFE=0,58, dan AFP=0,49. Disimpulkan bahwa aktifitas fisik mempengaruhi kejadian obesitas pada murid Sekolah Dasar. Kelompok murid yang mempunyai aktifitas fisik ringan atau dan sedang mempunyai kemungkinan menderita obesitas 2,4 kali dibandingkan aktifitas fisik berat. Sebanyak 58 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada kelompok murid yang mempunyai aktifitas fisik ringan dan atau sedang, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat. Sebesar 49 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada populasi, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat. Kata kunci: obesitas, aktifitas fisik, murid sekolah dasar. ABSTRACT Prevalence of weight more than ideal standard on schooling children in Indonesia was 15,9% and prevalence of obesities on schooling children in South Sumatera was 27,0 % it was higher than national prevalence. Objective this research is to know relation between physic activity and obesities on student of SDK Frater Xaverius II in Palembang on 2010. Research design used cross sectional design. Amount of sample was 88 students. Sample selection used simple random sampling. Results research founds that 44,3% student was obese, 33% student have lack activity, 30,7% student have moderate activity and 36,3% student have heavy activity. Analysis result founds that OR was 2,4, AFE was 0,58 and AFP was 0,49. Conclusions this research were physic activity influent obesity on elementary school student. Student of lack or moderate activity group have risk to got obesity 2,4 frequent than student of heavy activity group. Around 58 % obesity will not happen on Student of lack or moderate activity group if they had heavy activity. Around 49 % obesity will not happen on population if they had heavy activity. Key word: Obesity, physic activity, elementary student Tanggal masuk naskah : 22 Juni 2011 Tanggal disetujui : 5 Agustus 2011 *Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan Jl. Demang Lebar Daun no.4864 Telp. (0711) 374456 email : eko_promkes2003@yahoo.com

PENDAHULUAN atau kegemukan adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. sudah mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa saat ini obesitas telah menjadi epidemik global, sehingga sudah merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Peningkatan prevalensi obesitas tidak saja terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Rusia 10%, Cina 3,4% dan Inggris 10-17%. (1) Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007 menunjukkan angka Indonesia untuk kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah mencapai 15,9%. Dari angka tersebut, angka prevalensi kejadian obesitas pada anak usia sekolah untuk Provinsi Sumatera Selatan telah melebihi dari angka nasional yaitu mencapai 27,0%. Berdasarkan pemantauan status gizi anak sekolah dasar yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 9,79%. Angka ini tersebar di 14 Kecamatan yang ada di Kota Palembang. Angka terbesar kejadiannya terdapat di Kecamatan Ilir Timur I pada wilayah kerja Puskesmas Dempo Palembang dengan persentase sebesar 25.2%. Didalam wilayah kerja Puskesmas Dempo Palembang terdapat beberapa sekolah dasar yang memiliki angka persentase untuk kejadian gizi lebih. Persentase terbanyak untuk kejadian gizi lebih terdapat pada SDK Frater Xaverius 2 Palembang yakni 48,9% pada 2008 dan 42,1% pada tahun 2009. (2) yang terjadi pada masa anak-anak dapat beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak menyebabkan semakin banyaknya jumlah sel otot dan tulang rangka sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih mudah. Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas pula pada masa dewasanya dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus dan akibat yang ditimbulkan obesitas ini akan mempunyai dampak

terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri. (3) Kejadian obesitas erat kaitan antara lain dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, kurangnya akitivitas fisik, faktor genetik, dan hormonal. (4) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh altifitas fisik terhadap kejadian obesitas pada murid SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian adalah cross sectional. Sampel adalah murid Kelas V SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010. Besar sampel ditentukan dengan rumus (5) : Rumus Besar Sampel : n d 2 2 Z 1 / 2P(1 P) N 2 ( N 1) Z 1 / 2 P(1 P) Keterangan N = Besarnya n d Z 2 1- α/2 P populasi = 1062 = Besarnya sampel = Derajat presisi yang diinginkan sebesar 10% (0,1) = 1,96 = Proporsi (48,9%) Jadi, besar sampel yang akan diambil adalah : n 88. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data antropometri diperoleh dari hasil pengukuran. Berat badan dengan menggunakan timbangan sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoice. Data aktifitas fisik diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan form aktifitas fisik. HASIL PENELITIAN Pada tabel 1 dapat dilihat persentase obesitas pada anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010 sebanyak 44.3% sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 55.7%.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi pada Anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010 No n % 1 39 44.3 2 Tidak 49 55.7 Total 88 100.0 Variabel aktifitas fisik dibagi dalam tiga kategori yaitu aktifitas ringan, sedang, dan berat. Hasil pengukuran aktifitas fisik pada anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik pada Anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010 No Aktifitas Fisik n % 1 Aktifitas Ringan 29 33.0 2 Aktifitas Sedang 32 36.3 3 Aktifitas Berat 27 30.7 Total 88 100.0 Terlihat bahwa proporsi terbesar adalah murid yang mempunyai aktifitas sedang sebanyak 36,3%. Hasil uji statistik antara aktifitas fisik dengan obesitas dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini : No Aktifitas Fisik Tabel. 3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan pada Anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tidak Jumlah N % N % N % 1 Aktifitas Ringan 20 69.0 9 31.0 29 100.0 2 Aktifitas Sedang 11 34.4 21 65.6 32 100.0 3 Aktifitas Berat 8 29.6 19 70.4 27 100.0 Jumlah 39 49 88 p value 0.005

Dapat dilihat bahwa pada kelompok murid dengan aktifitas ringan terdapat 69,0 % murid yang obesitas. Proporsi tersebut lebih besar dibandingkan kelompok murid yang mempunyai aktifitas sedang dan berat. Hasil perhitungan uji statistik (Chi- Square) pada α=0.05 diperoleh p value sebesar 0.005. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna secara statistic antara aktifitas fisik dengan obesitas pada anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang Tahun 2010. Bila kelompok aktifitas ringan kita gabung dengan sedang maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel. 4 Hubungan Aktifitas Fisik dengan pada Anak SDK Frater Xaverius 2 Palembang No Aktifitas Fisik Tidak Jumlah N % N % N % 1 Aktifitas Ringan & 31 50,9 30 49,1 61 100 sedang 2 Aktifitas Berat 8 29,6 19 70,4 27 100 Jumlah 39 49 88 P=0,005 ; OR= 2,4 ; AFE= 0,58 ; AFP=0,49 PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi terbesar murid yang obesitas (69.0%) terdapat pada aktifitas ringan dibandingkan dengan aktifitas sedang (34.4%) dan aktiftas berat (29.6%). Ada hubungan bermakna secara statistic antara aktifitas fisik dengan obesitas. Hasil ini sejalan dengan pendapat Arisman (6), yang menyatakan bahwa ada kecendrungan pada orang yang memeliki berat badan diatas berat badan ideal, mempunyai aktifitas fisik tidak seaktif orang yang memiliki berat badan sama dengan berat badan ideal. (6) Individu yang tidak menderita obesitas lebih banyak menggunakan waktunya untuk aktifitas diluar ruangan seperti bermain sepak bola/basket/renang. Kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting yang menyumbang kejadian obesitas. Penelitian Sin tahun 2003 (7), di Subang Jaya pada anak SD, (mendapatkan bahwa waktu yang

dibutuhkan untuk aktifitas ringan seseorang adalah 83-85%, diikuti oleh aktifitas sedang 11-13% dan aktifitas berat 3-5%. (7) Penelitian tersebut menunjukkan waktu yang digunakan untuk aktifitas yang tidak aktif atau aktifitas ringan masih tinggi persentasenya dibandingkan dengan aktifitas sedang maupun aktifitas berat. Hal tersebut diduga menjadi penyebab meningkatnya prevalensi obesitas. Perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik seperti kesekolah dengan naik kendaran dan kurangnya aktifitas mengikuti kegiatan diluar rumah, menyebabkan anak lebih senang dirumah menonton televisi atau video dibandingkan melakukan aktifitas fisik diluar rumah. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai OR 2,4 artinya kelompok murid yang mempunyai aktifitas fisik ringan atau dan sedang mempunyai kemungkinan menderita obesitas 2,4 kali dibandingkan kelompok murid yang mempunyai aktifitas fisik berat. Sementara itu, nilai Attributable Fraction Effect (AFE) adalah 0.58. Artinya secara statistik menunjukkan bahwa 58 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada kelompok responden dengan aktifitas fisik ringan dan atau sedangt, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat. Nilai Attributable Fraction Population (AFP) adalah 0,49 artinya 49 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada populasi, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat. Berdasar hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa pengaruh aktifitas fisik sangat besar terhadap kejadian obesitas. Dengan demikian harus dilakukan upaya-upaya untuk menggalakkan budaya olah raga setiap saat, sejak usia dini. KESIMPULAN Aktifitas fisik mempengaruhi kejadian obesitas pada murid Sekolah Dasar. Kelompok murid yang mempunyai aktifitas fisik ringan atau dan sedang mempunyai kemungkinan menderita obesitas 2,4 kali dibandingkan aktifitas fisik berat. Sebanyak 58 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada aktifitas fisik ringan dan atau sedang, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat. Sebesar 49 % kejadian obesitas tidak akan terjadi pada populasi, apabila mereka mempunyai aktifitas fisik berat.

DAFTAR PUSTAKA 1. Subradja, D. 2004. Primer pada Anak. PT. Kiblat Utama. Bandung. 2. Profil Puskesmas Dempo Palembang. 2009. Palembang. 3. Agoes, D & Poppy, M. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan pada Balita. Puspa Swara. Jakata. 4. Yatim, F. 2005. 30 Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka Populer Obor. Jakarta. 5. Lemeshow, S., dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Pramono, D. (Alih Bahasa). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 6. Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 7. Sjarif. 2002. Pada Anak dan Permasalahannya. In Hot Topic in Pediatrics II. Jakarta.