BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

Yulisetyaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti. mencakup kepemilikan jamban sebagai dari kebutuhan setiap anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dan upaya penyehatan lingkungan yang setinggitingginya(

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

SUMMARY FAKTOR-FAKTOR PEMANFAATAN JAMBAN OLEH MASYARAKAT DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (19,20%), Jawa Tengah (18,80%), Sulawesi Barat (17,90%), Sulawesi Selatan (17,60%), Nusa

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II KABUPATEN SRAGEN

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

JAMBANISASI DI DESA MAYANGKAWIS KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

TINJAUAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DI GAMPONG LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS): STUDI PADA PROGRAM STBM DI DESA SUMBERSARI METRO SELATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama yang dilalui sungai masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak selayaknya (Notoatmodjo, 2007). Perubahan perilaku BAB (Buang Air Besar) ini tidak mudah. Sebagai contoh kalau sudah terbiasa BAB di sungai yang kakinya terendam air, merasa dingin, melihat pemandangan dan terasa nyaman lalu harus berpindah BAB (Buang Air Besar) di WC dengan ruang yang sempit, kurangnya ventilasi dan gelap sangatlah sulit. Dalam hal sanitasi masyarakat masih memanfaatkan toilet terbuka yang biasanya terletak di kebun, di sungai dan parit sawah. Dengan melakukan buang air besar di tempat terbuka hal ini akan menimbulakan pencemaran pada permukaan tanah dan air. Perilaku semacam ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan yang baik dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah perilaku tersebut maka munculah masalah yaitu adanya masyarakat yang masih buang air besar di sungai (Siti sholikah, 2012). Secara klasik perubahan perilaku tersebut sering diutarakan oleh kebanyakan orang, baik yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak sekolah sama sekali, yaitu mengubah perilaku tidaklah mudah (Dinkes Bojonegoro, 2005). Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat 1

2 melakukan buang air besar sembarangan adalah rendahnya motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Motivasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang menggerakkan seseorang untuk melakukan kebiasaan BAB (Buang Air Besar) (Notoatmodjo, 2007). Pembuangan air besar perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu bahan buangan yang banyak medatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, selain itu mencemari lingkungan pada sumber air dan bau busuk dan serta estetika. Peningkatan derajat kesehatan perlu dilakukan dengan cara pembuatan MCK (Mandi Cuci Kakus) (Dinkes, 2008). World Health Organization (WHO), yang dikutip oleh Kementerian Kesehatan (2013), menginformasikan bahwa kematian yang disebabkan oleh water borne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. UNICEF (United Nations Interational Childrens Emergency Fund) menyatakan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk, serta minum air yang tidak aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2011) dari semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun (Kemenkes RI, 2013). Terkait BAB (Buang Air Besar) di sungai, India berada di peringkat tertinggi di dunia, sedangkan Indonesia menduduki peringkat kedua atau tepatnya di bawah India (Kemenkes RI, 2011). Menurut data UNICEF, 44,5 % total seluruh penduduk Indonesia belum memiliki akses pembuangan tinja yang layak dan 63 juta masyarakat Indonesia masih buang air besar di sungai atau 24% dari total penduduk

3 Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan BAB (buang air besar) di sungai (Kemenkes RI, 2011). Lebih lanjut. Di Propinsi Jawa Timur masih ditemukan penduduk yang buang air besar di area terbuka sebesar 34,4%, data sanitasi dasar kepemilikan jamban sebesar 60% (2008), 72% (2009) dan 65% (2010) (Dinkes Bojonegoro, 2013). Menurut data Dinkes Kabupaten Ponorogo tahun (2015) Desa Temon Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo menepati urutan kedua dengan kepemilikan jamban sebesar 83% dari jumlah rumah penduduk, sedangkan hasil studi lapangan yang dilakukan peneliti di desa Temon Kecamatan Ngrayun Kabupten Ponorogo 17% dari 871 jumlah rumah penduduk tidak memiliki jamban. Pola BAB (Buang Air Besar) yang sehat dapat menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pola BAB (Buang Air Besar ) pada masyarakat di tentukan oleh persepsi masyarakat. Banyaknya perilaku masyarakat yang masih melakukan BAB (Buang Air Besar) di sungai dikarenakan mereka mempersepsikan BAB (Buang Air besar) disungai sebagai kemudahan. Persepsi yang kurang dalam melakukan BAB (Buang Air Besar ) di sungai dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang kurang, pengetahuan yang kurang hal ini tercemin oleh hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 warga Temon pada tanggal 12 januari 2016 dari 10 warga mengungkapkan perilaku BAB (Buang Air Besar) di sungai masih sering dilakukan karena belum sadar dan enggan membuat jamban, hal tersebut dilatar belakangi oleh keterbatasan ekonomi masyarakat Desa Temon. pada masyarakat pedesaan masih kerap dijumpai terutama yang dekat dengan sungai masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang besar

4 disungai, pekarangan, rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya salah satu penyebab masyarakat melakukan buang air besar di sungai adalah rendahnya motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih,sehat dan sebagian masyarakat belum memiliki fasilitas buang air besar yang layak seperti MCK (Mandi Cuci Kakus), sehingga masyarakat mengguanakan sungai untuk buang air besar, Kebiasaan seperti ini sangat merugikan kesehatan masyarakat karena banyak warga yang melakukan aktivitas disungai seperti mandi dan mencuci baju ketika aliran sungai mengalir sebenarnya masyarakat sadar arti pentingnya memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus). Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat mengapa sampai saat ini tidak memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus) keluarga adalah tidak memiliki uang (Muhajirin, 2007). Dampak penyakit yang ditimbulkan dari buang air besar disungai melalui fases yang terinfeksi mencemari air sungai dan terkontaminasi bibit penyakit yang berasal dari fases kemudian diminum manusia, bisa juga fases yang terinfeksi dihinggapi kecoa atau lalat kemudian hinggapi makanan (piring, sendok, dan gelas) dan masih banyak orang yang mengambil air dikali untuk keperluan rumah tangga, padahal sejumlah penyakit menyebar melalui fases seperti typus abdominali, kolera, desentri, hepatitis (Notoatmodjo, 2007). Dari permasalahan yang tertera diatas, untuk memperbaiki persepsi yang ada dalam masyarakat adalah dengan cara memberikan penyuluhan, penyuluhan ini berisi tentang dampak buruk BAB (Buang Air Besar )di sungai sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang meningkat berdampak pada membaiknya persepsi masyarakat. Dan output akhir dari aktivitas ini

5 adalah berubahnya perilaku masyarakat dalam BAB (Buang Air Besar) dan menuju ke arah yang lebih baik. Melihat keadaan tersebut,bukan semata faktor ekonomi tetapi lebih kepada tidak adanya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan mengerti pentingnya menjaga kebersihan sungai serta dampak dari BAB (Buang Air Besar ) di sungai bisa mencemari air sungai dan menimbulakan bibit penyakit seperti, typus abdominali, kolera, desentri, hepatitis untuk meningkatlan upaya hidup sehat dengan membangun MCK (Mandi Cuci Kakus) disetiap rumah serta diharapkan pemerintah menerapkan bebas ODF (Open Defecation Free) di lingkungan tersebut (Depkes RI, 2008). Melihat dari data diatas penulis ingin mengetahui Persepsi Masyarakat Tentang Perilaku Buang Air Besar di Sungai. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena di latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah Bagaimana persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar di sungai? 1.3 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar di sungai. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Bagi IPTEK Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam ilmu pengetahuan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Responden Dapat mengubah persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar disungai,sehingga masyarakat dapat meminimalkan buang air besar disungai. 2. Bagi Tempat Penelitian Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai buang air besar di sungai 3. Bagi Puskesmas Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang buang air besar disungai dan sebagai bahan penyuluhan bagi petugas puskesmas dalam program jambanisasi. Dapat mengetahui persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar disungai dan diharapkan sebagai bahan penelitian selanjutnya yang sejenis. 1.5 Keaslian Penelitian Berikut merupakan penelitian yang terkait dengan persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar disungai 1. Farah Nur Amilia, Nurjanah, Massudi Suwandi: yang berjudul Perilaku BAB Disungai Pada Warga Dikelurahan Sekayu Semarang (2014) Hasil penelitian mengenai karakteristik subjek penelitian (SP) menunjukkan bahwa sebagian besar umur dari SP adalah sudah berusia lanjut dengan tingkat pendidikan yang rendah. Semakin bertambah umur, semakin bertambah bijaksana, semakin banyak informasi yang

7 dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga semakin bertambah pengetahuannya.sedangkan tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berperilaku secara ilmiah. Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia SP adalah sudah berusia lanjut dimana seharusnya semakin bertambah bijaksana dan sudah banyak informasi yang didapat serta banyak hal yang sudah dikerjakan sehingga pengetahuan yang dimiliki pun juga sudah baik namun yang terjadi adalah sebaliknya dimana pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai pemanfaatan jamban sehat masih kurang sehingga masih melakukan praktek buang air besar di sungai, hal ini mungkin disebabkan karena faktor kebiasaan dimana praktek BAB di sungai sudah dilakukan sejak lama dan karena rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki sehingga menjadikan SP lebih sulit untuk menerima anjuran untuk tidak melakukan praktek buang air besar di sungai serta sulit untuk memahami informasi yang diterima terutama mengenai pemanfaatan jamban sehat dan dampak dari praktek buang air besar di sungai,perbedaanya Farah Nur Amilia, Nurjanah, Massudi Suwandi yaitu meneliti BAB Disungai Pada Warga Dikelurahan Sekayu Semarang sedangkan penelitian ini lebih merujuk pada persepsi masyarakat tentang perilaku buang air besar disungai. selain itu perbedaan terdapat pada variabel desain dan tempat penelitianya. Variabel dari penelitian Farah Nur Amilia, Nurjanah, Massudi Suwandi ini yaitu perilaku, buang air besar, penyebab dengan

8 menggunakan desain kualitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan variabel persepsi 2. Nur Alam Fajar, Hamzah Hasyim, Asmaripna Ainy yang berjudul: Pengaruh Metode Pemicu Terhadap Perubahan Perilaku Stop Buang BAB di Desa Senuro Timur Kabupaten Gan Ilir (2010). Kesimpulan yang dapat dibuat dari hasil penelitian ini adalah: Dari hasil uji statistik didapatkan α < 0,05 (t value = 0,000). Hal ini berarti ada pengaruh bermakna antara pemicuan terhadap pengetahuan masyarakat tentang Buang Air Besar Sembarangan. Dari hasil uji statistic didapatkan α < 0,05 (t value = 0,000). Hal ini berarti ada pengaruh bermakna antara pemicuan terhadap sikap masyarakat tentang Buang Air Besar Sembarangan. Dari hasil uji statistic didapatkan α < 0,05 (t value = 0,058). Hal ini berarti tidak ada pengaruh pemicuan terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam hal Buang Air Besar Sembarangan. perbedaanya yaitu Nur Alam Fajar, Hamzah Hasyim, Asmaripna Ainy meneliti pengaruh metode pemicu terhadap perubahan perilaku stop buang Air besar disungai. Selain itu perbedaanya terdapat pada desain menggunakan eksperimen semu dengan rancangan sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan variabel persepsi 3. Nilansari Nur Widowati, Giat Purwoatmojo, Sri Darnoto yang berjudul: Perilaku buang air besar adalah praktek seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja

9 dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pemilik rumah dengan perilaku Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbangmacan II Kabupaten Seragen. BABS di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berperilaku BABS di wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan II. Berdasarkan perhitungan besar sampel, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 102 kasus dan 102 kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan porposive sampling. Analisis menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan p =0,000;OR = 4,230, Pekerjaan p = 0,002;OR = 3,535, Pendapatan p = 0,000;OR = 9,500, Pengetahuan p = 0,000;OR = 3,255, Sikap p = 0,000 ; OR = 2,646 dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Disarankan pada pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam mengurangi perilaku BABS di wilayah kerja Puskesmas Sambungamacan II Kabupaten Sragen. Perbedanya yaitu Nilansari Nur Widowati, Giat Purwoatmojo, Sri Darnoto meneliti tentang Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Di Wilayah

10 Kerja Puskesmas Sumbangmacan II Kabupaten Seragen. Sedangkan penelitian ini lebeih merujuk kepada persepsi masyarakat buang air besar disungai. Selain itu perbedaanya juga terletak pada variabel,desain dan tempat penelitian. Variabel dari penelitian Nilansari Nur Widowati, Giat Purwoatmojo, Sri Darnoto yaitu Karakteristik Pemilik Rumah, Perilaku BABS dengan menggunakan desain kualitati. Sedangkan penelitian ini menggunakan desain deskriftif dengan variabel persepsi.