PENGELOLAAN TPA BERWAWASAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DISAIN DAN REKOMENDASI TPA SANITARY LANDFILL KABUPATEN KOTA

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

BAB I PENDAHULUAN. secara besar besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

PEMBANGUNAN SANITARY LANDFILL. Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA SEGAWE KABUPATEN TULUNGAGUNG MENUJU SANITARY LANDFILL

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan

PERENCANAAN UMUM 1. PENDAHULUAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

PENERAPAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA TLEKUNG KOTA BATU

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG PANGGUNG KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran 1.3. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Teknik Bioremediasi Hidrokarbon

PEDOMAN PERENCANAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (METODA SANITARY LANDFILL) I. Pendahuluan

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

DASAR-DASAR SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN. Dikutip dari materi Pedoman penyusunan Amdal oleh Erik Teguh Primiatoro Kabid pengembangan sistem KDL

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance).

PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

DETAIL ENGINEERING TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) REGIONAL PEKALONGAN. Badrus Zaman, Syafrudin, Diah Pratiwi *)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

Drainase Lapangan Olahraga

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

BAB III LANDASAN TEORI

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam aspek ini memiliki nilai mean yang berada diantara angka 3,25-4. pembuangan air kotor yang dibuang ke septic tank.

Transkripsi:

PENGELOLAAN TPA BERWAWASAN LINGKUNGAN I. UMUM Lokasi TPA merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi (leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat (Judith, 1996). Menurut Qasim (1994) dan Thobanoglous (1993), potensi pencemaran leachate maupun gas dari suatu landfill ke lingkungan sekitarnya cukup besar mengingat proses pembentukan leachate dan gas dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 20-30 tahun setelah TPA ditutup. Dengan demikian maka perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan untuk pengamanan pencemaran lingkungan. Upaya pengamanan lingkungan TPA diperlukan dalam rangka mengurangi terjadinya dampak potensial yang mungkin terjadi selama kegiatan pembuangan akhir berlangsung (dampak potensial dapat dilihat pada tabel 1). Upaya tersebut meliputi : Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA). Pembangunan fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai dengan persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan peruntukan lahan dan tata ruang. Monitoring pasca operasi terhadap bekas lahan TPA. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan manajemen pengelolaan TPA secara lebih memadai terutama ketersediaan SDM yang handal serta ketersediaan biaya operasi dan pemeliharaan TPA. Tabel 1. Dampak potensial kegiatan pembuangan akhir Tahap Kegiatan Pembangunan Prakonstruksi Pemilihan lokasi TPA. Perencanaan. Pembebasan lahan. Konstruksi Mobilisasi alat berat & tenaga. Pembersihan lahan. Pekerjaan sipil Prakiraan Dampak Lokasi yang tidak memenuhi persyaratan akan mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat Perencanaan yang tidak didukung oleh data yang akurat akan menghasilkan konsntruksi yang tidak memadai Ganti rugi yang tidak memadai akan menimbulkan keresahan masyarakat Meningkatkan polusi udara (debu, kebisingan) Keresahan sosial apabila tenaga setempat tidak dimaanfaatkaan Pengurangan tanaman Pembuatan konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan akan menyebabkan kebocoran lindi, gas dan lain-lain 1

Operasi Pengangkutan. Penimbunan dan pemadatan. Penutupan tanah. Ventilasi gas Pengumpulan lindi dan pengolahan lindi Pasca operasi Reklamasi lahan Pemantauan kualitas lindi dan gas Pengangkutan sampah dalam keadaan terbuka dapat menyebabkan bau dan sampah berceceran di sepanjang jalan yang dilalui truk Penimbunan sampah yang tidak beraturan dan pemadatan yang kurang baik menyebabkan masa pakai TPA lebih singkat Penutupan tanah yang tidak memadai dapat menyebabkan bau, populasi lalat tinggi dan pencemaran udara Ventilasi gas yang tidak memadai menyebabkan pencemaran udara, kebakaran dan bahaya asap Lindi yang tidak terkumpul dan terolah dengan baik dapat menggenangi jalan dan mencemari badan air dan air tanah Reklamasi yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan apalagi digunakan untuk perumahan dapat membahayakan konstruksi bangunan dan kesehatan masyarakat Tanpa upaya pemantauan yang memadai, maka akan menyulitkan upaya perbaikan kualitas lingkungan 2. TAHAPAN PENGAMANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TPA 2.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI 1. Pemilihan Lokasi TPA Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh metode pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan akhir sampah adalah : Jarak dari perumahan terdekat 500 m Jarak dari badan air 100 m Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet) Muka air tanah > 3 m Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10-6 cm / det Merupakan tanah tidak produktif Bebas banjir minimal periode 25 tahun Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi yang komprehensif (feasibility study dan studi amdal). Sulitnya mendapatkan lahan yang memadai didalam 2

kota, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25 km) dapat menggunakan sistem transfer station. 2. Survey dan pengukuran Lapangan Data untuk pembuatan DED TPA harus meliputi : Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA Komposisi dan karakteristik sampah Data jaringan jalan ke lokasi TPA Jumlah alat angkut (truk) Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder). Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data kondisi lingkungan TPA seperti: Topografi Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi tanah, konduktivitas hidrolik, ph, KTK dan lain-lain) dan karakteristik kimia (komposisi mineral tanah, anion dan kation) Sondir dan geophysic Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah aliran air tanah, kualitas air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe, Organik dan lain-lain) Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air, fluktuasi level air musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam berat, chlorida, sulfat, pestisida dan lain-lain) Lokasi mata air ( jika ada) termasuk debit. Kualitas lindi, meliputi BOD, COD, Chlorida, Logam berat, Organik dan lain-lain. Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-lain. Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m) Dan lain-lain 3. Perencanaan Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design (DED), harus dapat mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian maka perencanaan TPA tersebut harus meliputi : Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi, saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan (tanggul, lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi, ventilasi gas, barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan fasilitas pendukung (air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain) Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan. Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender, spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain Perpindahan atau pergeseran lokasi TPA harus diikuti oleh pembuatan DED pada lokasi baru (redisign). 4. Pembebasan lahan Pembebasan lahan TPA perlu memperhatikan dampak sosial yang mungkin timbul seperti kurang memadainya ganti rugi bagi masyarakat yang tanahnya terkena proyek. Luas lahan yang dibebaskan minimal dapat digunakan untuk menampung sampah selama 5 tahun. 3

5. Pemberian izin Pemberian izin lokasi TPA harus diikuti dengan berbagai konsekuensi seperti dilarangnya pembangunan kawasan perumahan atau industri pada radius < 500 m dari lokasi TPA, untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin timbul dari berbagai kegiatan TPA 6. Sosialisasi Untuk menghindari terjadinya protes sosial atas keberadaan suatu TPA, perlu diadakan sosialisasi dan advokasi publik mengenai apa itu TPA, bagaimana mengoperasikan suatu TPA dan kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi namun disertai dengan rencana atau upaya pihak pengelola untuk menanggulangi masalah yang mungkin timbul dan tanggapan masyarakat terhadap rencana pembangunan TPA. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan jauh sebelum dilakukan perencanaan. 2.2. TAHAP KONSTRUKSI 2.2.1. Mobilisasi Tenaga dan Alat 1. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan konstruksi TPA. Untuk tenaga profesional seperti tenaga supervisi, ahli struktur dan mandor harus direkrut sesuai dengan persyaratan kualifikasi, sedangkan untuk tenaga buruh atau tenaga keamanan dapat direkrut dari tenaga setempat (jika ada). Rekrutmen tenaga setempat adalah untuk menghindari terjadinya konflik atau kecemburuan sosial. 2. Alat Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak kebisingan dan debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat diusahakan mobilisasi atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas dalam keadaan sepi serta tidak melalui permukiman yang padat. 2.2.2. Pembersihan lahan (land clearing) Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah tanaman dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti atau membuat green barrier yang memadai. 2.2.3. Pembangunan fasilitas umum 1. Jalan Masuk TPA Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu memperhatikan beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi. Pengaturan lalu lintas untuk kendaraan yang akan masuk dan keluar TPA sedemikian rupa sehingga dapat menghindari antrian yang panjang karena dapat mengurangi efisiensi pengangkutan. 2. Kantor TPA Kantor TPA berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan akhir mulai dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber, volume/berat, komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan menajemen TPA dan lain-lain. Luas dan konstruksi bangunan kantor TPA perlu memperhatikan fungsi tersebut. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang laboratorium sederhana 4

untuk analisis kualitas lindi maupun efluen lindi yang akan dibuang kebadan air penerima. 3. Drainase Drainase keliling TPA diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak masuk ke area timbunan TPA, selain untuk mencegah tergenangnya area timbunan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi. 4. Pagar TPA Pagar TPA selain berfungsi sebagai batas TPA dan keamanan TPA juga dapat berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPA sebaiknya dibuat dengan menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan cepat tumbuh seperti pohon angsana. 2.2.4. Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan 1. Lapisan Dasar Kedap Air Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan pertama karena terekspose cukup lama. Selain itu untuk menghindari terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum dilakukan peninmbunan sebaiknya lapisan dasar terlindung. Sebagai contoh dapat dilakukan penanaman rumput atau upaya lain yang cukup memadai. - Lapisan dasar kedap air (lempung) Jarak aman dasar TPA dengan muka air tanah adalah > 3 m Kemiringan dasar lahan kearah pengumpul lindi ± 1 % 2. Jaringan Pengumpul Lindi Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh : Kolam penampung lindi 5

Penampang melintang jaringan pengumpul lindi adalah sebagai berikut : Lapisan sampah pertama Lapisan tanah porous Lapisan sirtu Pipa PVC berlubang dan dilindungi gravel 3. Pengolahan Lindi Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata 2000-10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment). Proses pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi, karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas dan dimensi kolam serta perhitungan waktu detensi. Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan aktivitas mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang peranan penting. Sebagai contoh kegagalan proses yang terjadi selama ini adalah karena tidak adanya upaya seeding dan aklimatisasi proses biologi, sehingga efisiensi proses tidak dapat diprediksi bahkan cenderung sangat rendah. Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut : Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 % Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 % Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi proses 80 % Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat menyerap bahan polutan. Dalam kondisi efluen belum dapat mencapai nilai efluen yang diharapkan, maka dapat dilakukan proses resirkulasi lindi ke lahan timbunan sampah melalui pipa ventilasi gas. Adanya proses serupa trickling filter, diharapkan dapat menurunkan kadar BOD lindi. 4. Ventilasi Gas Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme. Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila tidak dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green house effect). 6

Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan sel sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi. Kerikil casing Pipa gas, berlubang 5. Green Barrier Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana. 6. Sumur Uji Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran ). 2.2. 5. Pembangunan fasilitas pendukung 1. Sarana Air Bersih Air bersih di TPA diperlukan untuk pembersihan kendaraan pengangkut sampah (truck), alat berat, keperluan mandi cuci bagi petugas maupun pengunjung TPA. Selain itu apabila memungkinkan air bersih juga diperlukan untuk menyiram debu disekitar area penimbunan secara berkala untuk mengurangi polusi udara. 2. Bengkel Bengkel di TPA diperlukan untuk pemeliharaan alat berat serta memperbaiki kendaraan yang mengalami kerusakan ringan yang terjadi di TPA, sehingga tidak sampai mengganggu operasi pembuangan sampah. Peralatan bengkel harus disesuaikan dengan jenis kerusakan yang akan ditangani. 3. Jembatan Timbang Jembatan timbang diperlukan untuk mengetahui berat sampah yang masuk TPA sehingga masa pakai TPA dapat dikendalikan. Selain itu jembatan timbang tersebut dapat digunakan sebagai ukuran pembayaran pembuangan sampah per truk (untuk sampah dari sumber tertentu yang tidak dikenakan retribusi). 2.3. TAHAP PASCA KONSTRUKSI 2.3.1. Operasi dan Pemeliharaan TPA Operasi dan pemeliharaan TPA merupakan hal yang paling sulit dilaksanakan dari seluruh tahapan pengelolaan TPA. Meskipun fasilitas TPA yang ada sudah cukup memadai, apabila operasi dan pemeliharaan TPA tidak dilakukan dengan baik maka tetap akan terjadi pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin timbul, maka pengoperasian pembuangan akhir sampah dilakukan dengan memperhatikan halhal sebagai berikut : 7

Penerapan sistem sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst Penerapan sistem sel memerlukan pengaturan lokasi pembuangan sampah yang jelas termasuk pemasangan rambu-rambu lalu lintas truk sampah, kedisiplinan sopir truk untuk membuang sampah pada sel yang telah ditentukan dan lain-lain Pemadatan sampah sedemikian rupa agar dapat mencapai kepadatan 700 kg/m3, yaitu dengan lintasan alat berat 5 x. Untuk proses pemadatan pada lapis pertama perlu dilakukan secara hati-hati agar alat berat tidak sampai merusak jaringan pipa leachate yang dapat menyebabkan kebocoran leachate. Penutupan tanah dilakukan secara harian ( 20 cm), intermediate ( 30 cm) dan penutupan tanah akhir (50 cm ). Pemilihan jenis tanah penutup perlu mempertimbangkan tingkat kekedapannya, diusahakan merupakan jenis yang tidak kedap. Dalam kondisi penutupan tanah tidak dilakukan secara harian, maka untuk mengurangi populasi lalat dilakukan penyemprotan insektisida Pengolahan lindi dikondisikan untuk mengoptimalkan proses pengolahan baik melalui proses anaerob, aerob, fakultatif, maturasi dan resirkulasi lindi, sehingga dicapai efluen yang memenuhi standar baku mutu (BOD 30-150 ppm) Pipa ventilasi gas berupa pipa berlubang yang dilindungi oleh kerikil dan casing dipasang secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan timbunan sampah 2.3.2. Reklamasi lahan bekas TPA Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama ± 30 tahun (Thobanoglous, 1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas TPA akan digunakan sebagai daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu memperhitungkan faktor keamanan bangunan secara maksimal. Reklamasi lahan bekas TPA disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama yang berkaitan dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam), ditambah lapisan top soil. Sedangkan untuk peruntukan bangunan, persyaratan penutupan tanah akhir serupa dengan konstruksi jalan dan faktor keamanan sesuai dengan peraturan konstruksi yang berlaku. 2.3.3. Monitoring TPA pasca operasi 8

Monitoring kualitas lingkungan pasca operasi TPA diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran baik karena kebocoran dasar TPA, jaringan pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan pipa ventilasi gas yang terlindung. Sumur uji yang harus ada minimal 3 unit, yaitu yang terletak sebelum area peninmbunan, dekat lokasi penimbunan dan sesudah area penimbunan. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi : Kualitas air, meliputi antara lain BOD/COD, chlorida, sulfat Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4) Kepadatan lalat Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2 kali (musim kemarau dan hujan). 3. DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN Dokumen kajian lingkungan TPA yang berisikan hal-hal tersebut diatas, harus disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (UU 23 / 1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 / 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Kepmen LH/Depkes/Kimpraswil yang berkaitan dengan masalah kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan) Secara umum dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian TPA adalah : 1. AMDAL Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir sungai, pantai, laut dan kawasan lindung lainnya (< 10 ha) Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL / RPL. KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi), ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup rona lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak dan penentuan dampak penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi dan kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi, metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting), rencana kegiatan ( identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL, tujuan rencana kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk komponen-komponen yang berpotensi terkena dampak penting), prakiraan dampak penting (pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan), evaluasi dampak penting (telaahan terhadap dampak penting dan digunakan sebagai dasar pengelolaan). 9

Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk pemrakarsa, SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak penting, tolok ukur dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan, pengelolaan lingkungan melalui pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi, lokasi pengelolaan lingkungan, periode pengelolaan lingkungan, pembiayaan pengelolaan lingkungan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi dengan pustaka dan lampiran Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan (dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantaau, tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan 2. UKL / UPL Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak, dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa, upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan. 4. PENUTUP Mengacu pada berbagai permasalahan yang timbul dalam pengeloaan TPA di berbagai kota di Indonesia yang telah mencemarai lingkungan, maka dukungan perencanaan (teknis, ekonomi dan lingkungan), lokasi yang memadai, fasilitas TPA dan dana O/P saja tidak cukup namun perlu komitmen yang kuat untuk melaksanakan keseluruhan proses pembuangan sampah dan pengelolaan lingkungan dengan benar dan profesional. DAFTAR PUSTAKA 10

1. Judith Petts, Envoronmental Impact Assesment for Waste Treatment & Disposal Facilities, 1996. 2. Qasim, Sanitary Landfill leachate generation, control & Treatment, Technomic Publishing Company, 1994 3. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, Departemen Pekerjaan Umum, 1994 4. Thobanoglous, G, Theisen, Integrated Solid Waste Management. Mc Graw-Hill International Edition, 1993 5. Keputusan Menteri LH/Bapedal, Pekerjaan Umum dan Kesehatan yang relevan 11