BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara PT. KAPUK NAGA INDAH Jl. Pantai Indah Barat, Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara 2012

2

3 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka perencanaan dan pembangunan Kawasan Pantura, Pemerintah DKI Jakarta telah mengikat kerjasama dengan beberapa mitra usaha. Pada bulan Juli 1997, Pemda DKI Jakarta telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI- SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997 tentang Pengembangan Penyelengaraan Pada Areal Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat dengan pihak PT. Indah. Di dalam Perjanjian Kerjasama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997, dijelaskan bahwa kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan PT. Indah adalah mengembangkan proyek reklamasi pada areal seluas ± 870 Ha. Mengacu ke Adendum Perjanjian Kerjasama dan hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta (hingga kedalaman -8 m), maka luas areal kerja PT. Indah adalah ± 870 Ha terdiri dari Pulau 1 ± 275 Ha, Pulau 2A ± 310 Ha, dan Pulau 2B ± 285 Ha. Pengukuran dan pemetaan areal kerja dimaksud dalam rangka pelaksanaan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemakaian Peta Dasar Di Provinsi DKI Jakarta (Pemetaan TM3 0 ). Tujuan dan kegunaan pembangunan di areal Indah pada dasarnya identik dengan tujuan dan penyelenggaraan Pantura sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta, yakni : 1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan kota-kota dunia, 2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan, 3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan yang memperhatikan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, dan 4. Mengurangi tekanan pertumbuhan kota ke arah Selatan. Sedangkan pertimbangan peranserta PT. Indah dalam rangka pelaksanaan, antara lain : 1. Menyambut tawaran Pemerintah DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang berkualitas, 2. Mengembangkan sekaligus diversifikasi usaha di bidang jasa dalam negeri, 3. Mengoptimalkan peluang pemanfaatan ruang Pantura yang relatif dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta, 4. Membangun kota pantai (waterfront city) yang memiliki faktor penarik bagi investasi asing, [I 1]

4 Pendahuluan 5. Membangun prasarana yang handal untuk jangka panjang (infrastruktur jalan raya, rel KA Ganda dan Light Train), 6. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan 7. Areal Indah menjadi salah satu Sistem Pusat Regional. Perlu dikemukakan bahwa areal perencanaan Indah yang luasnya ± 870 Ha mencakup 3 (tiga) pulau reklamasi, yakni (Pulau 1, Pulau 2A, dan Pulau 2B). Sesuai dengan arahan yang diberikan Pemerintah DKI Jakarta dan mengingat skenario pembangunan oleh PT. Indah, penyusunan dokumen AMDAL saat ini menjelaskan secara umum rencana reklamasi dan pemanfaatan tanah hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. Kegiatan akan didukung dengan kegiatan Implementasi RKL dan RPL, yang pada tahap berikutnya akan menjadi masukan untuk penyusunan pemutakhiran dokumen AMDAL untuk rencana kegiatan pembangunan di atas tanah hasil reklamasi. Pada saat PT. Indah akan melaksanakan reklamasi Pulau 2B, data dan informasi hasil pemantauan Implementasi RKL dan RPL akan digunakan sebagai masukan untuk pemutakhiran AMDAL Indah, demikian juga terhadap kegiatan reklamasi Pulau 1. Dengan demikian kajian AMDAL untuk wilayah kerja PT. Indah hanya 1 (satu) dokumen yang dimutakhirkan sebagaimana arahan Kantor Menteri Lingkungan Hidup tentang Revitalisasi AMDAL. Kegiatan seluas ± 870 Ha tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak dampak besar dan penting terhadap lingkungan di sekitarnya, baik berupa dampak positif maupun negatif. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Keputusan Menteri Lingkugnan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Surat Keputusan Gubernu KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL di Provinsi DKI Jakarta, maka PT. Indah telah melakukan kajian studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) untuk mendapatkan temuan-temuan yang akan dijadikan bahan masukan bagi penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Berdasarkan hasil kajian ANDAL telah diidentifikasi adanya dampak besar dan penting yang diprakirakan akan timbul akibat Kegiatan yang perlu dikelola dan dipantau agar kelestarian lingkungan dapat tercapai. Upaya-upaya pengelolaan terhadap dampak besar dan penting tersebut secara rinci diuraikan dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini. Untuk memenuhi saran Tim Teknis Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta pada rapat asistensi tanggal 10 Juli 2007, maka penyusunan ANDAL, RKL dan RPL Naga Indah ini telah disempurnakan dan sekaligus mengacu ke Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) KEBIJAKSANAAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN [I 2]

5 Pendahuluan Dalam upaya memenuhi dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan yang relevan serta sebagai komitmen untuk melakukan penyempurnaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkelanjutan maka usaha yang dapat dilakukan adalah : 1. Kegiatan reklamasi pantai Indah yang diduga menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar harus diikuti/diimbangi dengan usaha pengelolaan/penanganan dampak pencemaran lingkungan oleh Pengelola Kegiatan sehingga lingkungan dapat serasi dan berproduksi optimal. 2. Kepentingan ekonomi dan ekologis harus seimbang dimana kegiatan Naga Indah ini dapat mengusahakan tercapainnya kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan keserasian dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. 3. Untuk melaksanakan hal tersebut diperlukan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dari unsur kegiatan dengan memperhatikan semua unsur lingkungan yang terkait sehingga dapat tercapai pembangunan berwawasan lingkungan. Sebagai bagian dari perencanaan makro Kawasan Pantura Jakarta, maka kegiatan reklamasi Pantai Indah mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut : 1. Mendukung Pemerintah dalam mengembangkan program penyediaan dan penyiapan tanah hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan rekreasi beserta sarana dan prasarana lingkungan yang memadai. 2. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi) melalui penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan kampung, dan pembangunan rumah susun yang dilaksanakan oleh instansi terkait. 3. Kontribusi dalam rangka pelestarian ekosistem mangrove Angke Kapuk. 4. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta dengan wilayah Kabupaten Tangerang. 5. Membantu upaya pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai. 6. Meningkatkan fungsi pantai sebagai public domain TUJUAN DAN KEGUNAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Tujuan disusunnya Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ini adalah untuk : 1. Menyusun alternatif penanganan dampak negatif, merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi dampak negatif yang akan terjadi serta meningkatkan dampak positif yang akan terjadi, sehingga kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat yang optimal. [I 3]

6 Pendahuluan 2. Menetapkan langkah-langkah operasional yang terjangkau oleh kemampuan teknologi berdasarkan pertimbangan ekonomi dan institusional. 3. Sebagai umpan balik dalam rangka menyempurnakan sistem pengendalian lingkungan ke dalam maupun ke luar dari batas kegiatan/tapak proyek, sehingga tercipta mekanisme pengelolaan, termasuk batasan hak dan kewajiban serta lingkup tanggung jawab masing-masing pengelolaan Kegunaan Rencana Pengelolaan Lingkungan 1. Kegunaan Bagi Pemrakarsa a. Sebagai dasar upaya pencegahan kerusakan lingkungan baik di dalam areal proyek maupun di luar proyek yang disebabkan oleh kegiatan Naga Indah seluas ± 870 Ha. b. Sebagai pedoman bagi PT. Indah sebagai Pemrakarsa Kegiatan didalam membuat keputusan-keputusan mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. c. Sebagai pedoman bagi Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) untuk melaksanakan kerjasama pengelolaan lingkungan di dalam areal proyek dan daerah sekitarnya dengan Pemda Provinsi DKI Jakarta, terutama untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif. d. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum yang berlaku. 2. Kegunaan Bagi Pemerintah Daerah a. Untuk membantu kebijaksanaan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam usaha pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. b. Untuk membantu Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Penanggung jawab Kamtibmas dalam mengantisipasi berbagai dampak yang akan timbul agar lebih mudah mengadakan tindakan-tindakan preventif (pencegahan) serta pengawasan pengelolaan lingkungan. c. Untuk membantu Pemda Provinsi DKI Jakarta di dalam pembinaan pengelolaan lingkungan. 3. Kegunaan Bagi Masyarakat a. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usaha menjaga keamanan, kebersihan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. b. Untuk dipergunakan masyarakat sebagai kontrol sosial guna memaksimalisasi dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif. c. Untuk menjamin kepastian hukum akan hak dan kewajiban masyarakat, baik terhadap proyek yang akan dibangun maupun dalam menjamin hubungan sumberdaya masyarakat dengan hak-hak yang dimilikinya. [I 4]

7 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka perencanaan dan pembangunan Kawasan Pantura, Pemerintah DKI Jakarta telah mengikat kerjasama dengan beberapa mitra usaha. Pada bulan Juli 1997, Pemda DKI Jakarta telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI- SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997 tentang Pengembangan Penyelengaraan Pada Areal Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat dengan pihak PT. Indah. Di dalam Perjanjian Kerjasama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997, dijelaskan bahwa kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan PT. Indah adalah mengembangkan proyek reklamasi pada areal seluas ± 870 Ha. Mengacu ke Adendum Perjanjian Kerjasama dan hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta (hingga kedalaman -8 m), maka luas areal kerja PT. Indah adalah ± 870 Ha terdiri dari Pulau 1 ± 275 Ha, Pulau 2A ± 310 Ha, dan Pulau 2B ± 285 Ha. Pengukuran dan pemetaan areal kerja dimaksud dalam rangka pelaksanaan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemakaian Peta Dasar Di Provinsi DKI Jakarta (Pemetaan TM3 0 ). Tujuan dan kegunaan pembangunan di areal Indah pada dasarnya identik dengan tujuan dan penyelenggaraan Pantura sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta, yakni : 1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan kota-kota dunia, 2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan, 3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan yang memperhatikan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, dan 4. Mengurangi tekanan pertumbuhan kota ke arah Selatan. Sedangkan pertimbangan peranserta PT. Indah dalam rangka pelaksanaan, antara lain : 1. Menyambut tawaran Pemerintah DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang berkualitas, 2. Mengembangkan sekaligus diversifikasi usaha di bidang jasa dalam negeri, 3. Mengoptimalkan peluang pemanfaatan ruang Pantura yang relatif dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta, 4. Membangun kota pantai (waterfront city) yang memiliki faktor penarik bagi investasi asing, Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [I 1]

8 Pendahuluan 5. Membangun prasarana yang handal untuk jangka panjang (infrastruktur jalan raya, rel KA Ganda dan Light Train), 6. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan 7. Areal Indah menjadi salah satu Sistem Pusat Regional. Perlu dikemukakan bahwa areal perencanaan Indah yang luasnya ± 870 Ha mencakup 3 (tiga) pulau reklamasi, yakni (Pulau 1, Pulau 2A, dan Pulau 2B). Sesuai dengan arahan yang diberikan Pemerintah DKI Jakarta dan mengingat skenario pembangunan oleh PT. Indah, penyusunan dokumen AMDAL saat ini menjelaskan secara umum rencana reklamasi dan pemanfaatan tanah hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. Kegiatan akan didukung dengan kegiatan Implementasi RKL dan RPL, yang pada tahap berikutnya akan menjadi masukan untuk penyusunan pemutakhiran dokumen AMDAL untuk rencana kegiatan pembangunan di atas tanah hasil reklamasi. Pada saat PT. Indah akan melaksanakan reklamasi Pulau 2B, data dan informasi hasil pemantauan Implementasi RKL dan RPL akan digunakan sebagai masukan untuk pemutakhiran AMDAL Indah, demikian juga terhadap kegiatan reklamasi Pulau 1. Dengan demikian kajian AMDAL untuk wilayah kerja PT. Indah hanya 1 (satu) dokumen yang dimutakhirkan sebagaimana arahan Kantor Menteri Lingkungan Hidup tentang Revitalisasi AMDAL. Kegiatan seluas ± 870 Ha tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak dampak besar dan penting terhadap lingkungan di sekitarnya, baik berupa dampak positif maupun negatif. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Keputusan Menteri Lingkugnan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Surat Keputusan Gubernu KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL di Provinsi DKI Jakarta, maka PT. Indah telah melakukan kajian studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) untuk mendapatkan temuan-temuan yang akan dijadikan bahan masukan bagi penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Berdasarkan hasil kajian ANDAL telah diidentifikasi adanya dampak besar dan penting yang diprakirakan akan timbul akibat Kegiatan yang perlu dikelola dan dipantau agar kelestarian lingkungan dapat tercapai. Upaya-upaya pengelolaan terhadap dampak besar dan penting tersebut secara rinci diuraikan dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini. Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) telah menyusun dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan. Dokumen tersebut berisi uraian upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan terhadap berbagai dampak besar dan penting yang diprakirakan akan timbul akibat rencana kegiatan reklamasi. Untuk mengetahui Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [I 2]

9 Pendahuluan sejauh mana keberhasilan pengelolaan lingkungan dan memperbaiki hal-hal yang belum optimal, diperlukan kegiatan pemantauan lingkungan secara berkala dan berkesinambungan. Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai kelanjutan dari penyusunan dokumen RKL, maka disusun Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini sebagai alat bantu untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan TUJUAN DAN KEGUNAAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan Tujuan rencana pemantauan lingkungan dari kegiatan Pantai Indah ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektivitas usaha pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan, termasuk keberhasilan pengelolaan dampak negatif dan pengembangan dampak positif dari kegiatan. 2. Mengembangkan kemampuan dalam pendugaan perubahan lingkungan dimasa yang akan datang Kegunaan Rencana Pemantauan Lingkungan 1. Kegunaan bagi Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) adalah: a. Sebagai sarana untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan atau teknologi yang digunakan dalam pengelolaan/pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif yang tercantum di dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). b. Sebagai indikator dini perihal adanya perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki, sehingga langkah-langkah penanggulangan dampak dapat secara efektif dilaksanakan. c. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum yang berlaku. d. Sebagai sarana untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan pada kasus-kasus penuntutan dan pembelaan diri. e. Sebagai sarana untuk mengambil kebijakan lebih lanjut bagi kegiatan Pantai Indah. 2. Kegunaan bagi Pemerintah Daerah a. Sebagai sarana umpan balik bagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam menentukan langkah-langkah kebijakan yang telah dan akan diambil guna memperbaiki kualitas lingkungan/melakukan upaya pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. b. Sebagai sarana umpan balik bagi Pemerintah Daerah dan Penanggung Jawab Kamtibmas dalam mengantisipasi dan mengevaluasi berbagai dampak kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [I 3]

10 Pendahuluan yang telah dan akan timbul agar lebih mudah mengadakan tindakan-tindakan prefentif (pencegahan) serta pengawasan pengelolaan lingkungan. c. Untuk membantu Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta didalam pembinaan pemantauan lingkungan. 3. Kegunaan bagi Masyarakat a. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usaha membantu keamanan, kebersihan, ketertiban dan kelestarian lingkungan. b. Untuk dipergunakan masyarakat sebagai kontrol sosial, guna memaksimalisasi dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [I 4]

11 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB II PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pengelolaan lingkungan disusun untuk menangani dampak besar dan penting yang telah diprediksi dari kajian ANDAL dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang rasional, meliputi pendekatan teknologi, sosial ekonomi dan institusi/kelembagaan PENDEKATAN TEKNOLOGI Pendekatan teknologi adalah cara-cara pengelolaan lingkungan yang berorientasi kepada teknologi pengelolaan dampak besar dan penting lingkungan dan pengendalian pencemaran. Pendekatan teknologi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dalam rangka menanggulangi dampak pencemaran dilakukan dengan cara membatasi atau mengisolasi dampak yang akan terjadi, sedangkan dalam rangka mencegah, mengurangi dan/atau memperbaiki sumberdaya alam dapat ditempuh dengan cara penataan kembali (revitalisasi) daratan, restorasi ekosistem mangrove dan pengaturan pelaksanaan kegiatan. Beberapa pendekatan teknis yang akan diterapkan antara lain: 1. Penggunaan teknik reklamasi dengan sistem polder untuk mengurangi ceceran material urug yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air laut; 2. Lahan reklamasi berbentuk pulau dengan kanal vertikal dan lateral ± 200 m untuk mencegah perpanjangan hidrolika sungai yang dapat mengakibatkan banjir dan perubahan ph yang dapat mengganggu kehidupan mangrove di hutan lindung Angke; 3. Pengangkutan pasir urug melalui laut untuk menghindari bangkitan lalu lintas yang sangat besar pada badan-badan jalan di sekitar lokasi proyek; 4. Membangun sea defence untuk mencegah terjadinya abrasi; 5. Pengerukan muara sungai di sekitar lokasi proyek untuk mengatasi sedimentasi dan meningkatkan kapasitas tampung badan air; 6. Restorasi melalui penanaman kembali mangrove di hutan lindung Angke untuk melestarikan bakau di hutan lindung Angke PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI Pendekatan ini dilakukan dalam rangka menanggulangi dampak besar dan penting melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial ekonomi dan bantuan peran Pemerintah, misalnya melakukan penyuluhan kepada masyarakat, pembebasan bagan budi daya kerang hijau dengan cara musyawarah, penggantian biaya ganti rugi yang memadai, penyerapan tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat setempat sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki, bantuan fasilitas umum dan fasilitas sosial kepada masyarakat serta [II 1]

12 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup bantuan sosial kemasyarakatan lainnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Pemrakarsa, pelaksanaan program Corporate Social Responsibility/CSR (PT. Indah) PENDEKATAN INSTITUSI/KELEMBAGAAN Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup. Pendekatan ini mencakup pengelolaan lingkungan melalui koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam pengawasan dampak lingkungan dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengendalian dampak lingkungan. Koordinasi tersebut adalah dalam hal: 1. Peraturan Pengelolaan Lingkungan. 2. Mekanisme Pengelolaan Lingkungan. 3. Koordinasi antar instansi/pihak Pengelola Lingkungan. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan secara berkala kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Instansi yang berwenang dalam pengawasan dan instansi yang terkait dalam koordinasi pengelolaan lingkungan, antara lain: 1. BPLHD Provinsi DKI Jakarta 2. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta 3. Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta 4. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta 5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta 6. Walikota Jakarta Utara 7. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Jakarta Utara 8. Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara 9. Suku Dinas Tenaga Kerja Jakarta Utara 10. Polsek Penjaringan 11. Kecamatan Penjaringan 12. Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. [II 2]

13 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup BAB II RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI Perubahan Persepsi Masyarakat 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). b. Indikator : Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). 2. Sumber Dampak Kegiatan penetapan lokasi proyek seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap penetapan lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan sosialisasi proyek dan tanggapan masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap rencana Pantai Indah. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Wawancara dengan masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) menggunakan kuesioner secara purposive sampling. Data yang diperoleh akan ditabulasi dan disajikan dalam bentuk persentase responden yang setuju dan tidak setuju dengan rencana. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Permukiman penduduk di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap pra- (Pulau 1, 2A dan 2B). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 1]

14 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: BPLHD Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, tiga bulan sekali selama tahap pra- proyek TAHAP KONSTRUKSI Gangguan Aktivitas Nelayan 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Gangguan terhadap aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek. b. Indikator: Terganggunya aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek. 2. Sumber Dampak Pengangkutan batu (± m 3 ) dan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut, pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan jembatan penghubung daratan dengan pulau 2A dan pengerukan muara sungai Cengkareng Drain dan Muara sungai Tanjung. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan gangguan terhadap aktivitas nelayan akibat kegiatan proyek. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengamatan langsung di lapangan mengenai aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di perairan sekitar lokasi reklamasi pulau 1, 2A dan 2B. c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setiap hari selama tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 2]

15 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana dan PT. Kapuk Naga Indah. b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Perubahan Pola Arus 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Pola arus perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator : Perubahan pola arus perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Sumber Dampak Kegiatan pengurugan (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui perubahan pola yang terjadi di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengukuran langsung di lapangan dengan alat pengukur arus (Current meter). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dibandingkan dengan data rona lingkungan awal. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di perairan laut sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Sebulan sekali selama tahap proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 3]

16 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Peningkatan Kebisingan 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kebisingan di sekitar lokasi proyek. b. Indikator: Intensitas kebisingan sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta. 2. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Intensitas Kebisingan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kebisingan. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengukuran langsung di lapangan dengan sound level meter. Data yang ada dibandingkan dengan SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 4]

17 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Peningkatan Volume Sampah Padat 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Sampah padat di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator: Kebersihan lingkungan/tidak tercecernya sampah padat di sekitar lokasi proyek. 2. Sumber Dampak Kegiatan aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kebersihan lingkungan di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan sampah padat pada tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengamatan lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setiap hari selama tahap. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku nas Kebersihan dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah Gangguan Transportasi Laut 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 5]

18 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup b. Indikator: Tidak terjadi gangguan lalu lintas laut di sekitar perairan lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Sumber Dampak Mobilisasi alat dan bahan, pengangkutan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut dan pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B serta pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui apakah upaya pengelolaan lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) berjalan dengan baik. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengamatan dan pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setiap hari selama tahap proyek. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor/suplier penyedia pasir urug dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemanatauan Lingkungan Hidup: Dirjen Perhubungan Laut dan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara dan Ditjen Perhubungan Laut, tiga bulan sekali selama tahap proyek Gangguan Transportasi Darat 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kelancaran lalu lintas (transportasi darat) di sekitar lokasi proyek. b. Indikator : Tidak terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi proyek (Kawasan PIK). 2. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat/bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 6]

19 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kelancaran lalu lintas badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui apakah upaya pengelolaan lalu lintas (transportasi darat) di sekitar lokasi proyek berjalan dengan baik. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengamatan dan pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setiap hari selama tahap proyek. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor/suplier penyedia tanah urug dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek Abrasi dan Sedimentasi 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Abrasi dan sedimentasi. b. Indikator: Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. 2. Sumber Dampak Kegiatan pekerjaan Pulau 1, 2A, 2B seluas ± 870 Ha dan pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 7]

20 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan upaya pencegahan abrasi dan sedimentasi pantai yang dilakukan di lokasi kegiatan (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pemantauan dilakukan dengan metode Aritmatik yaitu dengan menghitung kecepatan abrasi dan sedimentasi dari patok (beach mark) yang dibuat dekat garis pantai yang terkena abrasi/sedimentasi. Data yang peroleh dibandingkan dengan data rona awal sebelumnya. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di lokasi proyek dan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Sebulan sekali selama tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap reklamasi Gangguan Kamtibmas 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kamtibmas di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator : Angka kriminalitas dan gangguan kamtibmas di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kondisi kamtibmas (angka kriminalitas) di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 8]

21 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kamtibmas pada tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengamatan dan pencatatan di lapangan, mengkaji data yang tersedia di bagian keamanan. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di dalam dan di lokasi proyek (di bedeng pekerja). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap proyek. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Polsek Penjaringan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek Penurunan Kualitas Udara 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kualitas udara ambient (debu, SO2, NO2, CO, HC) di sekitar lokasi proyek. b. Indikator: Kadar debu, SO2, NO2, CO, HC sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta. 2. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kadar debu, SO2, NO2, CO, HC di sekitar lokasi proyek. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kualitas udara ambient. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 9]

22 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengambilan contoh air debu dengan kertas saring dan pengambilan contoh udara dengan gas sampler untuk dianalisis sesuai SNI. Data yang ada dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambient sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Penurunan Kualitas Air Laut 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kualitas air laut (kekeruhan) perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator: Kadar kekeruhan dan TSS air laut sesuai dengan KepMen LH No. Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). 2. Sumber Dampak Kegiatan pembangunan tanggul/sea defence pulau 1, 2A dan 2B, transportasi bahanbahan reklamasi (pasir laut dan batu), serta pengisian bahan-bahan ke polder yang telah terbangun dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Kadar Kekeruhan dan TSS air laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kualitas air laut (kekeruhan) dan TSS. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengambilan contoh air laut dengan jerigen putih volume 2 liter untuk dianalisis di laboratorium sesuai SNI. Data yang diperoleh Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 10]

23 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup dibandingkan dengan baku mutu sesuai KepMen LH No. Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Perubahan Persepsi Masyarakat 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Persepsi masyarakat. b. Indikator : Persepsi masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap kegiatan. 2. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan/reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap kegiatan. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Wawancara dengan masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) secara purposive sampling menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis berdasarkan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 11]

24 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup presentase responden yang mempunyai persepsi positif dan negatif terhadap pekaksanaan kegiatan. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di pemukiman penduduk sekitar lokasi proyek ( (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap proyek. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek Gangguan Mangrove 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Mangrove di Hutan Lindung Angke sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator: Keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di Hutan Lindung Angke. 2. Sumber Dampak Kegiatan restorasi mangrove dan penanaman vegetasi serta reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di hutan lindung Angke. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui keanekaragaman jenis mangrove di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pencatatan dan pengamatan langsung tentang jumlah jenis dan jumlah individu mangrove pada lahan yang berbatasan langsung dengan lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Data yang diperoleh dianalisis Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 12]

25 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup berdasarkan indeks keanekaragaman jenis Shannon Wiener, indeks kesamarataan dan indeks nilai penting/dominasi. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di lokasi proyek dan perairan sekitarnya (hutan lindung dan suaka margasatwa Angke). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Terbukanya Kesempatan Kerja 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Kesempatan kerja di dalam dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). b. Indikator: Jumlah tenaga kerja sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan) yang bekerja pada tahap. 2. Sumber Dampak Kegiatan rekrutmen tenaga kerja (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± orang. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Jumlah/banyaknya tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja lokal pada tahap Pantai Indah. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 13]

26 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Mengkaji data yang ada di bagian personalia proyek. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Di dalam lokasi proyek Pantai Indah. c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Tiga bulan sekali selama tahap. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap TAHAP PASCA KONSTRUKSI Perubahan Pola Arus 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Pola Arus. b. Indikator: Pola arus di perairan laut sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Sumber Dampak Tanggul Pulau 1, 2A dan 2B hasil reklamasi. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui perubahan pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pengukuran langsung di lapangan dengan alat pengukur arus (Current meter). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dibandingkan dengan data rona lingkungan awal. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 14]

27 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setahun sekali selama tahap pasca. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Abrasi dan Sedimentasi. b. Indikator: Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. 2. Sumber Dampak Keberadaan Lahan Pulau 1, 2A dan 2B. 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan upaya pencegahan abrasi dan sedimentasi pantai yang dilakukan di lokasi kegiatan (Pulau 1, 2A dan 2B). 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Pemantauan di lakukan dengan metode Aritmatik yaitu dengan menghitung kecepatan abrasi dan sedimentasi dari patok (bench mark) yang dibuat dekat garis pantai yang terkena abrasi/sedimentasi. Data yang peroleh dibandingkan dengan data rona awal sebelumnya. b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup: Perairan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setahun sekali selama tahap pasca. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 15]

28 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Perubahan Persepsi Masyarakat 1. Dampak Penting Yang Dipantau a. Komponen lingkungan hidup yang dipantau: Persepsi masyarakat. b. Indikator: Persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. 2. Sumber Dampak Keberadaan lahan hasil seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. 4. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. 5. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup a. Metode pengumpulan dan analisis data: Wawancara langsung di lapangan dengan masyarakat sekitar secara purposive sampling mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. Data yang peroleh dianalisis secara deskriptif. b. Lokasi Pemantauan: Pemukiman sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). c. Jangka Waktu/frekuensi Pemantauan Lingkungan Hidup: Setahun sekali selama tahap pasca. 6. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 16]

29 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup b. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup: Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup: Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Matriks Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan Lokasi Pemantauan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar II.1, II.2, dan II.3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 17]

30 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Tabel 2.1. Matriks Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan 1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI a. Perubahan Persepsi Persepsi masyarakat di Masyarakat sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). 2.TAHAP KONSTRUKSI a. Gangguan Terganggunya Aktivitas aktivitas Nelayan nelayan di sekitar lokasi proyek. b. Perubahan Pola Arus Perubahan pola arus Sumber Dampak Kegiatan penetapan lokasi proyek Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). Pengangkutan batu (± m 3 ) dan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut, pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan jembatan penghubung daratan dengan pulau 2A dan pengerukan muara sungai Cengkareng Drain dan Muara sungai Tanjung. Kegiatan pengurugan Parameter Yang Dipantau Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap penetapan lokasi proyek Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. Pola arus di Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui keberhasilan sosialisasi proyek dan tanggapan masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap rencana Pantai Indah. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan gangguan terhadap aktivitas nelayan akibat kegiatan proyek. Untuk mengetahui Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data Wawancara dengan masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) menggunakan kuesioner secara purposive sampling. Data yang diperoleh akan ditabulasi dan disajikan dalam bentuk persentase responden yang setuju dan tidak setuju dengan rencana Pantai Indah. Pengamatan langsung di lapangan mengenai morfologi pantai Pulau 1, 2A dan 2B. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. Pengukuran langsung di lapangan dengan alat Permukiman penduduk di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). Di perairan sekitar lokasi reklamasi pulau 1, 2A dan 2B. Di perairan laut sekitar Jangka Waktu/ Frekuensi Tiga bulan sekali selama tahap pra Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Setiap hari selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Sebulan sekali selama tahap Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana dan PT. Kapuk Naga Indah. Kontraktor Pelaksana BPLHD Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. Dinas Kelautan dan Perikanan Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, tiga bulan sekali selama tahap pra proyek. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah.. Ke BPLHD Provinsi DKI Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 18]

31 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). c. Peningkatan Kebisingan d. Peningkatan Volume Sampah Padat Intensitas kebisingan sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kebersihan lingkungan/tida k tercecernya sampah padat di sekitar lokasi proyek. Sumber Dampak Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). Kegiatan aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. Parameter Yang Dipantau sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Intensitas Kebisingan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Kebersihan lingkungan di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tujuan Pemantauan Lingkungan perubahan pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kebisingan. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan sampah padat pada tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data pengukur arus (Current lokasi proyek meter). Data yang (Pulau 1, 2A diperoleh dianalisis dan 2B). secara deskriptif dibandingkan dengan data rona lingkungan awal. Pengukuran langsung di lapangan dengan sound level meter. Data yang ada dibandingkan dengan SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pengamatan lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Jangka Waktu/ Frekuensi proyek Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Setiap hari selama tahap Pantai Indah. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. K Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku nas Kebersihan dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 19]

32 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan e. Gangguan Transportasi Laut f. Gangguan Transportasi Darat g. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi Tidak terjadi gangguan lalu lintas laut di sekitar perairan lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tidak terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi proyek (Kawasan PIK). Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. Sumber Dampak Mobilisasi alat dan bahan, pengangkutan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut dan pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B serta pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. Kegiatan mobilisasi alat/bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B. Kegiatan pekerjaan Pulau 1, 2A, 2B seluas ± 870 Ha dan pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. Parameter Yang Dipantau Kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Kelancaran lalu lintas badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui apakah upaya pengelolaan lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) berjalan dengan baik. Untuk mengetahui apakah upaya pengelolaan lalu lintas (transportasi darat) di sekitar lokasi proyek berjalan dengan baik. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan upaya pencegahan abrasi dan sedimentasi pantai yang dilakukan di lokasi kegiatan (Pulau 1, 2A dan Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data Pengamatan dan pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. Pengamatan dan pencatatan lapangan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. Pemantauan dilakukan dengan metode Aritmatik yaitu dengan menghitung kecepatan abrasi dan sedimentasi dari patok (beach mark) yang dibuat dekat garis pantai yang terkena abrasi/sedimentasi. Data yang peroleh dibandingkan dengan data rona awal Di perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Di lokasi proyek dan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Jangka Waktu/ Frekuensi Setiap hari selama tahap proyek. Setiap hari selama tahap proyek. Sebulan sekali selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Kontraktor/supli er penyedia pasir urug dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor/supli er penyedia tanah urug dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Dirjen Perhubungan Laut dan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara. Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara dan Ditjen Perhubungan Laut, tiga bulan sekali selama tahap proyek. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek. Ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 20]

33 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan h. Gangguan Kamtibmas i. Penurunan Kualitas Udara j. Penurunan Kualitas Air Laut Angka kriminalitas dan gangguan kamtibmas di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Kadar debu, SO2, NO2, CO, HC sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kadar kekeruhan dan TSS air laut sesuai dengan KepMen LH No. Kep-51 Tahun 2004 Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). Kegiatan pembangunan tanggul/sea defence pulau 1, 2A dan 2B, transportasi bahanbahan reklamasi (pasir laut dan Parameter Yang Dipantau Kondisi kamtibmas (angka kriminalitas) di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Kadar debu, SO2, NO2, CO, HC di sekitar lokasi proyek. Kadar Kekeruhan dan TSS air laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tujuan Metode Pemantauan Institusi Pemantauan Lingkungan Pemantauan Lingkungan Pengumpulan dan Analisis Data Lokasi Jangka Waktu/ Frekuensi Pelaksana Pengawas Pelaporan 2B). sebelumnya. Jakarta Utara. selama tahap reklamasi. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kamtibmas pada tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kualitas udara ambient. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan kualitas air laut (kekeruhan) dan TSS. Pengamatan dan pencatatan di lapangan, mengkaji data yang tersedia di bagian keamanan. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif. Pengambilan contoh debu dengan kertas saring dan pengambilan contoh udara dengan gas sampler untuk dianalisis sesuai SNI. Data yang ada dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambient sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pengambilan contoh air laut dengan jerigen putih volume 2 liter untuk dianalisis di laboratorium sesuai SNI. Data yang diperoleh dibandingkan Di dalam dan di lokasi proyek (di bedeng pekerja). Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tiga bulan sekali selama tahap proyek. Tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Polsek Penjaringan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 21]

34 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). k. Perubahan Persepsi Masyarakat l. Gangguan Mangrove Persepsi masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap kegiatan Naga Indah. Keanekaragam an jenis dan pertumbuhan mangrove di Hutan Lindung Angke. Sumber Dampak batu), serta pengisian bahanbahan ke polder yang telah terbangun dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan/reklam asi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Kegiatan restorasi mangrove dan penanaman vegetasi serta reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Parameter Yang Dipantau Persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap kegiatan Pantai Indah. Keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di hutan lindung Angke. Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan Pantai Indah. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis mangrove di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data dengan baku mutu sesuai KepMen LH No. Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). Wawancara dengan masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) secara purposive sampling menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis berdasarkan presentase responden yang mempunyai persepsi positif dan negatif terhadap pekaksanaan kegiatan Pantai Indah. Pencatatan dan pengamatan langsung tentang jumlah jenis dan jumlah individu mangrove pada lahan yang berbatasan langsung dengan lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan indeks keanekaragaman jenis Shannon Wiener, Di lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) dan daerah sekitarnya (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). Di lokasi proyek dan perairan sekitarnya (hutan lindung dan suaka margasatwa Angke). Jangka Waktu/ Frekuensi Tiga bulan sekali selama tahap proyek. Tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). dan KLH Kota Jakarta Utara. Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap proyek. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 22]

35 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan m. Terbukanya Kesempatan Kerja Jumlah tenaga kerja sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kec amatan Penjaringan) yang bekerja pada tahap Naga Indah. 2. TAHAP PASCA KONSTRUKSI a. Perubahan Pola arus di Pola Arus perairan laut sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Sumber Dampak Kegiatan rekrutmen tenaga kerja Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± orang. Tanggul Pulau 1, 2A dan 2B hasil reklamasi. Parameter Yang Dipantau Jumlah/banyakny a tenaga kerja Pantai Indah yang berasal dari masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecam atan Penjaringan). Pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja lokal pada tahap Pantai Indah. Untuk mengetahui perubahan pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data indeks kesamarataan dan indeks nilai penting/dominasi. Mengkaji data yang ada di bagian personalia proyek. Data yang ada dianalisis secara deskriptif. Pengukuran langsung di lapangan dengan alat pengukur arus (Current meter). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dibandingkan dengan data rona lingkungan awal. Di dalam lokasi proyek Naga Indah. Perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Jangka Waktu/ Frekuensi Tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Setahun sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, tiga bulan sekali selama tahap Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Pantai Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 23]

36 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Penting Yang Dipantau Komponen Indikator Lingkungan b. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi c. Perubahan Persepsi Masyarakat Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. Persepsi masyarakat sekitar terhadap keberadaan Lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. Sumber Dampak Keberadaan Lahan hasil Pulau 1, 2A dan 2B. Keberadaan lahan hasil Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). Parameter Yang Dipantau Luas lahan pantai Pulau 1, 2A dan 2B yang terkena abrasi dan sedimentasi. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. Tujuan Pemantauan Lingkungan Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan upaya pencegahan abrasi dan sedimentasi pantai yang dilakukan di lokasi kegiatan (Pulau 1, 2A dan 2B). Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. Metode Pemantauan Pengumpulan dan Lokasi Analisis Data Pemantauan di lakukan dengan metode Aritmatik yaitu dengan menghitung kecepatan abrasi dan sedimentasi dari patok (bench mark) yang dibuat dekat garis pantai yang terkena abrasi/sedimentasi. Data yang peroleh dibandingkan dengan data rona awal sebelumnya. Pengamatan langsung di lapangan mengenai persepsi masyarakat. Data yang peroleh dianalisis secara deskriptif. Perairan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Pemukiman sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). Jangka Waktu/ Frekuensi Setahun sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Setahun sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Pelaporan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Ke BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara, enam bulan sekali selama tahap pasca Pantai Indah. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) [II 24]

37 Gambar II.1. Lokasi Pemantauan [II 25]

38 Gambar II.2. Lokasi Pemantauan [II 26]

39 Gambar II.3. Lokasi Pemantauan [II 27]

40

41 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB III RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Uraian ini merupakan penjabaran dan aplikasi dari studi ANDAL yang telah disusun. Dalam uraian ini akan dijelaskan mengenai pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan dampak penting akibat kegiatan Pantai Indah. Uraian RKL ini ditujukan untuk menekan dampak negatif penting sehingga dampak tersebut dapat diantisipasi dan dikelola, serta dampak positif dapat ditingkatkan. Dengan demikian, kegiatan dapat berjalan dengan lancar tanpa mengganggu lingkungan di sekitarnya TAHAP PRA-KONSTRUKSI Perubahan Persepsi Masyarakat 1. Sumber Dampak Kegiatan penetapan lokasi proyek seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Tolok Ukur Dampak Persepsi masyarakat terhadap rencana seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengupayakan agar persepsi masyarakat sekitar terhadap rencana Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2 B) positif. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk menghindari/mencegah timbulnya persepsi negatif masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terhadap rencana Pantai Indah diupayakan melalui: a. Melakukan sosialisasi rencana proyek kepada masyarakat/tokoh masyarakat sekitar ( Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) dan instansi terkait yang berkepentingan. b. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) berkaitan dengan rencana kegiatan seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). [III 1]

42 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Membentuk Devisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan serta sebagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. d. Berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya merumuskan konsep rencana Revitalisasi Pantai Lama. e. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi (Fakultas Kehuatanan IPB) untuk restorasi ekosistem mangrove. f. Melakukan kerjasama dengan Yayasan Mengrove untuk memantau pelaksanaan restorasi ekosistem mangrove. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak persepsi masyarakat adalah di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak persepsi masyarakat akan dilakukan selama kegiatan tahap pra proyek. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak persepsi masyarakat adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak persepsi masyarakat adalah BPLHD Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Hasil pengelolaan dampak persepsi masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara TAHAP KONSTRUKSI Gangguan Aktivitas Nelayan 1. Sumber Dampak Pengangkutan batu (± m 3 ) dan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut, pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan jembatan penghubung daratan dengan pulau 2A dan pengerukan muara sungai Cengkareng Drain dan Muara sungai Tanjung. 2. Tolok Ukur Dampak Tidak terganggunya aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. [III 2]

43 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Menghindari gangguan terhadap aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah/mengindari gangguan terhadap aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) akan diupayakan melalui: a. Melakukan koordinasi/sosialisasi kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). b. Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek. c. Pulau dengan Lateral Kanal dan Vertikal Kanal ± 200 m. d. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan adalah perairan di sekitar lokasi proyek. 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan akan dilakukan sejak dan selama kegiatan reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan adalah Kontraktor Pelaksana dan PT. Indah. b. Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan adalah KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. c. Pelaporan hasil pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan secara periodik setiap 3 (tig a) bulan sekali akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara Perubahan Pola Arus 1. Sumber Dampak Kegiatan pengurugan (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Tolok Ukur Dampak Pola arus perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). [III 3]

44 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengupayakan agar perubahan pola arus yang terjadi akibat Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) tidak menimbulkan abrasi dan sedimentasi yang berat di sekitar lokasi proyek. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mengurangi dampak perubahan pola arus di sekitar proyek akan diupayakan melalui: a. Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang didasarkan pada pemodelan hidrodinamika. b. Memasang bangunan/turap penahan gelombang di sekeliling tangul reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B dengan beton tetrapod. c. Melakukan pemantauan pola arus, abrasi dan sedimentasi di sekitar Pulau 1, 2A dan 2B) secara berkala dan rutin setiap 1 (satu) bulan sekali. d. Melakukan kalibrasi, validasi model serta memanfaatkan data pemantauan untuk mereview model. e. Melakukan kajian Hidrodinamika bersama Witteveen Bos Indonesia dan Perguruan Tinggi. f. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta. g. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika dan studi pandangan sistem tata air. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah perairan laut di sekitar lokasi proyek Pulau 1, 2A dan 2B. 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak perubahan pola arus akan dilakukan selama tahap dan pasca proyek. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 4]

45 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Hasil pengelolaan dampak perubahan pola arus secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Peningkatan Kebisingan 1. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Tolok Ukur Dampak Intensitas kebisingan sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah terjadinya peningkatan kebisingan di sekitar lokasi proyek selama kegiatan Pulau 1, 2A dan 2B berlangsung. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah peningkatan kebisingan di sekitar lokasi proyek akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan, Pulau 1, 2A dan 2B dan pembangunan tanggul/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B akan diupayakan melalui: a. Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan yang baik sehingga intesitas bising berkurang/rendah. b. Penggunaan silent genset dengan intensitas bising rendah. c. Pengangkutan sebagian besar peralatan dan bahan melalui jalur laut. d. Pemilihan alternatif jalan darat yang kurang padat penduduknya. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak peningkatan kebisingan akan dilakukan selama tahap proyek. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). [III 5]

46 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup b. Inatansi pengawas pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak peningkatan kebisingan secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Peningkatan Volume Sampah Padat 1. Sumber Dampak Kegiatan aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. 2. Tolok Ukur Dampak Kebersihan lingkungan/tidak tercecernya sampah padat di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah/menghindari pengotoran lingkungan akibat aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Untuk mencegah/menghindari pengotoran lingkungan akibat sampah padat yang dihasilkan dari aktivitas buruh akan diupayakan melalui: a. Membangun bedeng-bedeng sementara di areal working place seluas ± 3 Ha di Kawasan Pantai Indah Kapuk (Sektor Utara Barat) dan dilengkapi dengan fasilitas MCK/temporary toilet, air bersih, listrik dan container sampah. Kebutuhan air bersih selama tahap reklamasi akan dipenuhi dari pemurnian air Kawasan Pantai Indah Kapuk. b. Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) buruh untuk tidak membuang sampah padat ke perairan laut dan pantai di sekitar proyek. c. Menyediakan tempat-tempat sampah di pantai sekitar lokasi proyek dan di bedeng pekerja yang dipisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk menampung sampah padat dari aktivitas buruh. d. Secara periodik, setiap hari sampah padat yang terkumpul diangkut ke lokasi pembuangan akhir bekerja sama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara atau swasta yang mempunyai ijin Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. e. Melakukan pengawasan kebersihan lingkungan di sekitar lokasi proyek dan di bedeng pekerja secara kontinyu setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama proyek berlangsung. [III 6]

47 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup f. Membersihkan perairan sekitar proyek dan bedeng pekerja dari sampah-sampah yang ada setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama tahap proyek. g. Pengelolaan sampah di sepanjang DAS Kali Angke, Kali Cengkareng Drain, Kali Tanjungan dan Kali Kamal yang melibatkan Pemrakarsa kegiatan, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat yang bermukim di sepanjang DAS tersebut melalui pembinaan rutin. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak sampah padat adalah di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak sampah padat akan dilakukan selama tahap berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan sampah padat adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan sampah padat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan sampah padat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku nas Kebersihan dan KLH Kota Jakarta Utara Gangguan Transportasi Laut 1. Sumber Dampak Mobilisasi alat dan bahan, pengangkutan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut dan pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B serta pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. 2. Tolok Ukur Dampak Tidak terganggunya arus lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek selama tahap berlangsung. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Menghindari gangguan kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek selama tahap berlangsung. [III 7]

48 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah/mengindari gangguan kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek selama tahap akan diupayakan melalui: a. Kontraktor/suplier tanah urug wajib/harus memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Pengangkutan dan memiliki dokumen AMDAL), serta mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Jakarta Utara No. 13 Tahun 2000 tentang. b. Melakukan koordinasi/konsultasi dengan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara, Pelabuhan Sunda Kelapa, Tanjung Priok dan Muara Baru. c. Sesuai Perda No. 11 Tahun 1992, lokasi pengambilan pasir urug direncanakan dari luar Provinsi DKI Jakarta, yaitu dari daerah Provinsi Banten. d. Mengikuti peraturan pelayaran yang berlaku di wilayah yang dilewati dari lokasi pengerukan sampai ke lokasi reklamasi/proyek dan sebaliknya, termasuk kelengkapan sarana navigasi. e. Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama pada saat tambat di lokasi mooring sehingga tidak mengganggu kapalkapal yang lewat ke daerah tersebut. f. Pemrakarsa proyek (PT. Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran lokasi dan dokumen AMDAL Kontraktor/suplier pasir urug. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak gangguan transportasi laut adalah perairan di sekitar lokasi proyek dan sepanjang alur pelayaran dari lokasi pengerukan sampai lokasi dan sebaliknya. 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak gangguan transportasi laut akan dilakukan sejak dan selama kegiatan pengangkutan material/pasir urug berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak gangguan transportasi laut adalah Kontraktor/ suplier penyedia pasir urug. b. Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan transportasi laut adalah Dirjen Perhubungan Laut dan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak gangguan transportasi laut secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara dan Ditjen Perhubungan Laut. [III 8]

49 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Gangguan Transportasi Darat 1. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat/bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B. 2. Tolok Ukur Dampak Kelancaran lalu lintas badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Menghindari kemacetan lalu lintas, kerusakan dan pengotoran pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah/mengindari gangguan kelancaran lalu lintas (transportasi darat) di sekitar proyek selama tahap Pantai Pulau 1, 2A dan 2B akan diupayakan melalui: a. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Transportasi dari Dinas Perhubungan dan memiliki dokumen UKL dan UPL). b. Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran lokasi dan dokumen UKL dan UPL Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah. c. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memberikan uang jaminan perbaikan/pemeliharaan jalan ke Pemda/Walikota Kota Jakarta Utara dan mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Jakarta Utara Nomor 13 tahun 2000 tentang /Pengurugan. d. Pengangkutan alat dan bahan /tanah urug dilakukan tidak pada jam-jam sibuk, yaitu pada malam hari antara pukul WIB. e. Kendaraan pengangkut tanah dilengkapi dengan punutup/terpal dan muatan tanah urug tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang digunakan sehingga tanah tidak tercecer dan mengotori badan jalan. f. Tonase kendaraan pengangkut tanah yang digunakan tidak melampaui daya dukung/kapasitas badan jalan yang dilalui sehingga tidak terjadi kerusakan badan jalan. g. Kendaraan pengangkut tanah dibersihkan terlebih dahulu sebelum meninggalkan lokasi sumber tanah galian dan lokasi proyek. h. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah wajib menjaga kebersihan dan kondisi badan jalan, dan harus menempatkan petugas pemantau dan pengelola kebersihan jalan di sekitar proyek setiap hari selama pengangkutan tanah berlangsung. [III 9]

50 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak gangguan transportasi darat adalah pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak gangguan transportasi darat akan dilakukan sejak dan selama kegiatan pengangkutan tanah urug berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak gangguan transportasi darat adalah Kontraktor/suplier penyedia tanah urug. b. Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan transportasi darat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Hasil pengelolaan dampak gangguan lalu lintas (transportasi darat) seca ra periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 1. Sumber Dampak Kegiatan pekerjaan Pulau 1, 2A, 2B seluas ± 870 Ha dan pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. 2. Tolok Ukur Dampak Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah terjadinya abrasi/akresi dan sedimentasi pantai selama tahap konstrusi. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah terjadinya abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek akan diupayakan melalui: a. Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang didasarkan pada pemodelan hidrodinamika. b. Berpartisipasi melaksanakan pemeliharaan dan pembersihan endapan sedimen yang diendapkan oleh sungai. c. Melakukan pemantauan abrasi dan sedimentasi secara berkala dan rutin setiap musim (musim timur dan musim barat). [III 10]

51 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup d. Berpartisipasi melakukan pengerukan di lokasi sedimentasi/muara Kali Angke, Muara Kali Cengkareng Drain dan Muara Kali Tanjungan. e. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta). f. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah di lokasi proyek dan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi pantai akan dilakukan sejak kegiatan proyek hingga tahap pasca. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi pantai adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi pantai secara periodik akan dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Gangguan Kamtibmas 1. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 2. Tolok Ukur Dampak Angka kriminalitas di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) serta tidak terjadi komplain masyarakat terhadap kegiatan Pantai Indah. [III 11]

52 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengupayakan agar angka kriminalitas di dalam dan di sekitar lokasi proyek dapat ditekan serendah mungkin serta tidak ada masyarakat sekitar yang komplain selama tahap. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya pengelolaan dampak kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug, Pantai Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh terhadap gangguan kamtibmas akan diupayakan melalui: a. Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan seperti penurunan kualitas air laut, peningkatan kuantitas air permukaan, perubahan pola arus, abrasi dan sedimentasi dan gangguan transportasi darat dan laut. b. Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi proyek untuk memantau kondisi kamtibmas setiap hari. c. Mewajibkan penggunaan tanda pengenal (ID card) bagi yang keluar masuk ke lokasi proyek. d. Mewajibkan kepada pekerja/buruh proyek untuk mematuhi peraturan dan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap berlangsung. e. Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas, Babinsa, aparat Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lain-lain). 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak gangguan kamtibmas adalah di dalam dan di lokasi proyek (di bedeng pekerja). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak gangguan kamtibmas akan dilakukan selama tahap berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak gangguan kamtibmas adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan kamtibmas adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Polsek Penjaringan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. [III 12]

53 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Hasil pengelolaan dampak gangguan kamtibmas secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Penurunan Kualitas Udara 1. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Tolok Ukur Dampak Kualitas udara ambient sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah penurunan kualitas udara di sekitar lokasi proyek selama kegiatan berlangsung. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah penurunan kualitas udara di sekitar lokasi proyek akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan, dan pembangunan tanggul/breakwater akan diupayakan melalui: a. Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan yang sangat baik sehingga emisi berkurang. b. Teknik reklamasi dengan system polder sehingga penyebaran pasir urug terbatas. c. Pengangkutan tanah urug tidak berlebihan dan ditutup terpal sehingga tidak tercecer. d. Membersihkan badan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bila ada ceceran tanah urug. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak kualitas udara adalah di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak penurunan kualitas udara akan dilakukan selama tahap proyek. [III 13]

54 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak penurunan kualitas udara secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Penurunan Kualitas Air Laut 1. Sumber Dampak Kegiatan pembangunan tanggul/sea defence pulau 1, 2A dan 2B, transportasi bahanbahan reklamasi (pasir laut dan batu), serta pengisian bahan -bahan ke polder yang telah terbangun dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 2. Tolok Ukur Dampak Kualitas air laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah penurunan kualitas air laut di sekitar lokasi proyek akibat kegiatan seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B), pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah penurunan kualitas air laut di sekitar lokasi proyek akibat kegiatan (Pulau 1, 2A dan 2B), pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh akan diupayakan melalui: a. Pekerjaan akan dilakukan dengan teknik polder, dimana terlebih dahulu akan dibangun tanggul di sekeliling lahan yang direklamasi sebelum memompakan bahan urugan ke dalamnya. b. Pengeluaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urugan selanjutnya dilakukan dengan cara mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam volume yang relatif kecil, tersebar dan merata. c. Melapisi dasar area reklamasi dengan geo textile. d. Menjaga dan mengontrol sambungan pipa penyemprot pasir setiap hari selama pekerjaan pengurugan/reklamasi berlangsung. [III 14]

55 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup e. Pengurugan tanah merah (top soil) pada lokasi-lokasi ruang terbuka hijau/taman dilakukan setelah penanggulan sehingga tidak tercecer ke perairan di sekitarnya. f. Menyediakan tempat sampah (basah dan kering) di lokasi proyek untuk menampung sampah dari aktivitas buruh dan mengangkutnya setiap hari ke lokasi pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara/pihak swasta. g. Menyediakan sarana MCK di sekitar lokasi proyek selama tahap proyek dan bila sudah penuh disedot/diangkut dengan Mobil Air Kotor Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara. h. Menghentikan pekerjaan sementara apabila terjadi kekeruhan secara ekstrim. i. Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) bagi buruh untuk tidak membuang sampah padat dan limbah cair ke perairan laut dan pantai sekitar lokasi proyek. j. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak kualitas air laut adalah perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut akan dilakukan selama tahap proyek. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Perubahan Persepsi Masyarakat 1. Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan/reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. [III 15]

56 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Tolok Ukur Dampak Persepsi masyarakat terhadap kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug,, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengupayakan agar persepsi masyarakat tidak negatif terhadap kegiatan (Pulau 1,2A dan 2B). 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Untuk menghindari persepsi masyarakat tidak negatif terhadap kegiatan akan diupayakan melalui: a. Sosialisasi rencana kepada masyarakat/tokoh masyarakat Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan instransi terkait. b. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama dengan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara selama tahap proyek. c. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. d. Mengelola dan memantau berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap (kualitas air laut, abarasi dan sedimentasi, kuantitas air permukaan, sampah padat, biota laut, transportasi darat dan laut). e. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah di lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) dan daerah sekitarnya (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat akan dilakukan selama tahap berlangsung. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. [III 16]

57 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Hasil pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Gangguan Mangrove 1. Sumber Dampak Kegiatan restorasi mangrove dan penanaman vegetasi serta reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. 2. Tolok Ukur Dampak Keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di hutan lindung dan suaka margasatwa Angke. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengoptimalkan restorasi mangrove dan sekaligus meminimalkan gangguan akibat. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk menghindari berkurangnya keanekaragaman jenis biota darat (mangrove) di sekitar lokasi proyek akibat (Pulau 1, 2A dan 2B), pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan buruh proyek akan diupayakan melalui: a. Melakukan restorasi hutan mangrove seluas Ha bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor dan supervisi oleh Yayasan Mangrove. Total luas hutan mangrove saat ini adalah Ha, terdiri dari mangrove Barat Cengkareng Drain ,75 Ha dan Timur Cengkareng Drain Ha, sedangkan luas areal rencana restorasi mangrove adalah Ha, sehingga total luas hutan mangrove menjadi Ha. b. Bekerjasama dengan stakeholder lain/lsm dalam program pelestarian mangrove di hutan lindung maupun suaka margasatwa Angke Kapuk. c. Melarang buruh merusak komunitas mangrove. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) adalah di lokasi proyek dan perairan sekitarnya (hutan lindung dan suaka margasatwa Angke). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) akan dilakukan selama tahap proyek. [III 17]

58 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak terhadap biota darat (mangrove) adalah Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Terbukanya Kesempatan Kerja 1. Sumber Dampak Kegiatan rekrutmen tenaga kerja (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± orang. 2. Tolok Ukur Dampak Jumlah penduduk sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamantan Penjaringan) yang terserap menjadi tenaga kerja di lokasi kegiatan. 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengupayakan agar tenaga kerja yang bekerja pada tahap Pantai Indah diutamakan berasal dari daerah sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan). 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk meningkatkan dampak positif penyerapan tenaga kerja proyek akan diupayakan melalui: a. Merumuskan strategi pendayagunaan padat karya selama masa. b. Bekerjasama dengan unsur Kelurahan Kamal Muara dan Kapuk Muara untuk mengisi peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Mengutamakan/memprioritaskan kepada penduduk sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan) untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada sepanjang memasuki persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. c. Mewajibkan kepada Kontraktor Pelaksana untuk menggunakan tenaga kerja sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan [III 18]

59 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan) sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. d. Membuka peluang bagi keluarga nelayan yang akan alih profesi. e. Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan ke Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak terbukanya kesempatan kerja adalah di dalam lokasi proyek. 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak terbukanya kesempatan kerja akan dilakukan selama tahap. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak terbukanya kesempatan kerja adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja adalah Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. c. Hasil pengelolaan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara TAHAP PASCA KONSTRUKSI Perubahan Pola Arus 1. Sumber Dampak Tanggul dan keberadaan Pulau 1, 2A dan 2B hasil reklamasi. 2. Tolok Ukur Dampak Pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Mengupayakan agar perubahan pola arus yang terjadi akibat Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) tidak menimbulkan abrasi dan sedimentasi yang berat di sekitar lokasi proyek. [III 19]

60 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mengurangi dampak pola arus di sekitar proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) akan diupayakan melalui: a. Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil reklamasi tidak terabrasi. b. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Ankge sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta). c. Melakukan tindakan pencegahan yang mengakibatkan hilangnya pulau-pulau atau daratan sekitar. d. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak perubahan pola arus akan dilakukan selama tahap pasca (Pulau 1, 2A dan 2B). 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak perubahan pola arus secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 1. Sumber Dampak Dampak lanjutan dari kegiatan hasil Pulau 1, 2A dan 2B. 2. Tolok Ukur Dampak Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). [III 20]

61 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah terjadinya abrasi/akresi dan sedimentasi pantai selama tahap pasca (Pulau 1, 2A dan 2B). 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah terjadinya abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) selama tahap pasca Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) akan diupayakan melalui: a. Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil reklamasi tidak terabrasi. b. Mempertahankan keberadaan tanggul/tembok pantai (sea wall) dan revetment Pulau 1, 2A dan 2B yang diperkuat dengan batu-batu. c. Melakukan pemantauan terhadap proses abrasi dan sedimentasi setahun sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu. d. Melaksanakan pemeliharaan mangrove. e. Melaksanakan pengerukan sedimentasi yang diakibatkan oleh adanya reklamasi. f. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah perairan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi akan dilakukan selama tahap pasca (Pulau 1, 2A dan 2B). 7. Inatitusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. c. Hasil pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara Perbahan Persepsi Masyarakat 1. Sumber Dampak Keberadaan lahan hasil seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 2. Tolok Ukur Dampak Perubahan elevasi muka tanah di lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. [III 21]

62 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Menghindari terjadinya persepsi negatif masyarakat akibat keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mencegah dan menanggulangi dampak terhadap persepsi masyarakat akibat keberadaan lahan hasil (Pulau 1, 2A dan 2B) akan dilakukan melalui: a. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi kegiatan terutama dengan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara selama pasca reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. b. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan se bagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. c. Mengelola dan memantau berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap pasaca ( Perubahan Pola Arus, Abrasi dan Sedimentasi, Morfologi Pantai dan Penurunan Muka Tanah). d. Secara Rutin Merealisasikan Program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi warga masyarakat dan komunitas nelayan di sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). e. Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. 5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Seluruh areal lahan hasil reklamasi Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) dan Pemukiman sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). 6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat akan dilakukan selama tahap pasca Pantai Pulau 1, 2A dan 2B. 7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Pelaksana pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). b. Instansi pengawas pengelolaan dampak Persepsi Negatif Masyarakat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. c. Hasil pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 22]

63 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Struktur organisasi pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan lingkungan Naga Indah dapat dilihat pada Gambar III.1. Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan Lokasi Pengelolaan Lingkungan dapat dilihat pada Gambar III.2, III.3 dan III.4. [III 23]

64 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup INSTANSI TERKAIT/PEMBINA DI LINGKUNGAN PEMDA DKI JAKARTA BPLHD PROPINSI DKI JAKARTA DINAS TATA KOTA DINAS PEKERJAAN UMUM DINAS PERHUBUNGAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN WALIKOTA JAKARTA UTARA KLH JAKARTA UTARA KELURAHAN KAPUK MUARA DAN KAMAL MUARA. PT. KAPUK NAGA INDAH DEPARTEMEN PENGELOLAAN PROPERTI BIDANG PENGEMBANGAN LAHAN & PERIJINAN KONTRAKTOR PELAKSANA PROYEK PENANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (MANAJER LAPANGAN) SEKSI PERIJINAN & HUMAS SEKSI TRANSPORTASI (DARAT & LAUT) SEKSI ENGINEERING SEKSI KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKSI KEAMANAN & PARKIR SEKSI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) Keterangan : : Garis Komando : Garis Koordinasi Gambar III.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan dan Pengawasan Pengelolaan Lingkungan [III 24]

65 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 3.1. Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Pengembangan Jenis Dampak Lingkungan Sumber Dampak TAHAP PRA-KONSTRUKSI 1. Perubahan Kegiatan Persepsi penetapan lokasi Masyarakat proyek Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). TAHAP KONSTRUKSI 1. Gangguan Aktivitas Nelayan Pengangkutan batu (± m 3 ) dan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut, pekerjaan reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan jembatan penghubung daratan dengan pulau 2A dan pengerukan muara sungai Tolak Ukur Dampak Persepsi masyarakat terhadap rencana Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). Tidak terganggunya aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap Naga Indah (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. Tujuan Pengelolaan Mengupayakan agar persepsi masyarakat sekitar terhadap rencana Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2 B) positif. Menghindari gangguan terhadap aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek selama tahap Naga Indah (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B) berlangsung. Upaya Pengelolaan Dampak 1) Melakukan sosialisasi rencana proyek Pantai Indah kepada masyarakat/tokoh masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) dan instansi terkait yang berkepentingan. 2) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) berkaitan dengan rencana kegiatan Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). 3) Membentuk Devisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan serta sebagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. 4) Berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya merumuskan konsep rencana Revitalisasi Pantai Lama. 5) Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi (Fakultas Kehuatanan IPB) untuk restorasi ekosistem mangrove. 6) Melakukan kerjasama dengan Yayasan Mengrove untuk memantau pelaksanaan restorasi ekosistem mangrove. 1) Melakukan koordinasi/sosialisasi kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). 2) Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek. 3) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. Lokasi Pengelolaan Di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). Perairan di sekitar lokasi proyek. Periode Pengelolaan Selama kegiatan tahap pra proyek Naga Indah. Sejak dan selama kegiatan reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B berlangsung. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan dampak persepsi masyarakat adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak persepsi masyarakat adalah BPLHD Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. 3) Hasil pengelolaan dampak persepsi masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan adalah Kontraktor Pelaksana dan PT. Kapuk Naga Indah. 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan adalah KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. 3) Pelaporan hasil pengelolaan dampak gangguan aktivitas nelayan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara. [III 25]

66 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 2. Perubahan Pola Arus 3. Peningkatan Kebisingan Sumber Dampak Cengkareng Drain dan Muara sungai Tanjung. Kegiatan pengurugan Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwat er (Pulau 1, 2A dan 2B). Tolak Ukur Dampak Tingkat abrasi dan sedimentasi yang terjadi di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Intensitas kebisingan sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. Tujuan Pengelolaan Mengupayakan agar perubahan pola arus yang terjadi akibat Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) tidak menimbulkan abrasi dan sedimentasi yang berat di sekitar lokasi proyek. Mencegah terjadinya peningkatan kebisingan di sekitar lokasi proyek selama kegiatan Pulau 1, 2A dan 2B berlangsung. Upaya Pengelolaan Dampak 1) Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang didasarkan pada pemodelan hidrodinamika. 2) Memasang bangunan/turap penahan gelombang di sekeliling tangul reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B dengan beton tetrapod. 3) Melakukan pemantauan pola arus, abrasi dan sedimentasi di sekitar Pulau 1, 2A dan 2B) secara berkala dan rutin setiap 1 (satu) bulan sekali. 4) Melakukan kalibrasi, validasi model serta memanfaatkan data pemantauan untuk mereview model. 5) Melakukan kajian Hidrodinamika bersama Witteveen Bos Indonesia dan Perguruan Tinggi. 6) Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta. 7) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika dan sistem tata air. 1) Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan yang baik sehingga intesitas bising berkurang/rendah. 2) Penggunaan silent genset dengan intensitas bising rendah. 3) Pengangkutan sebagian besar peralatan dan bahan melalui jalur laut. 4) Pemilihan alternatif jalan darat yang kurang padat penduduknya. Lokasi Pengelolaan Perairan laut di sekitar lokasi proyek Pulau 1, 2A dan 2B. Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Periode Pengelolaan Selama tahap dan pasca proyek Naga Indah. Selama tahap proyek Naga Indah. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak perubahan pola arus secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Inatansi pengawas pengelolaan dampak peningkatan kebisingan adalah Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak peningkatan kebisingan secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 26]

67 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 4. Peningkatan Volume Sampah Padat 5. Gangguan Transportasi Laut Sumber Dampak Kegiatan aktivitas buruh proyek sebanyak ± orang. Mobilisasi alat dan bahan, pengangkutan pasir urug (± m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B melalui laut dan pekerjaan reklamasi areal Tolak Ukur Dampak Kebersihan lingkungan/tida k tercecernya sampah padat di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tidak terganggunya arus lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek selama tahap Tujuan Pengelolaan Mencegah/ menghindari pengotoran lingkungan akibat aktivitas buruh proyek Naga Indah sebanyak ± orang. Menghindari gangguan kelancaran lalu lintas (transportasi laut) di sekitar lokasi proyek selama tahap Upaya Pengelolaan Dampak 1) Membangun bedeng-bedeng sementara di areal working place seluas ± 3 Ha di Kawasan Pantai Indah Kapuk (Sektor Utara Barat) dan dilengkapi dengan fasilitas MCK/temporary toilet, air bersih, listrik dan container sampah. Kebutuhan air bersih selama tahap reklamasi akan dipenuhi dari pemurnian air Kawasan Pantai Indah Kapuk. 2) Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) buruh untuk tidak membuang sampah padat ke perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek. 3) Menyediakan tempat-tempat sampah di pantai sekitar lokasi proyek dan di bedeng pekerja yang dipisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk menampung sampah padat dari aktivitas buruh Pantai Indah. 4) Secara periodik, setiap hari sampah padat yang terkumpul diangkut ke lokasi pembuangan akhir bekerja sama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara atau swasta yang mempunyai ijin Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. 5) Melakukan pengawasan kebersihan lingkungan di sekitar lokasi proyek dan di bedeng pekerja secara kontinyu setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama proyek berlangsung. 6) Membersihkan perairan sekitar proyek dan bedeng pekerja dari sampah-sampah yang ada setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama tahap proyek. 7) Pengelolaan sampah di sepanjang DAS Kali Angke, Kali Cengkareng Drain, Kali Tanjungan dan Kali Kamal yang melibatkan Pemrakarsa kegiatan, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat yang bermukim di sepanjang DAS tersebut melalui pembinaan rutin. 1) Kontraktor/suplier tanah urug wajib/harus memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Pengangkutan dan memiliki dokumen AMDAL), serta mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Jakarta Utara No. 13 Tahun 2000 tentang. 2) Melakukan koordinasi/konsultasi dengan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara, Pelabuhan Sunda Kelapa, Tanjung Priok dan Muara Baru. 3) Sesuai Perda No. 11 Tahun 1992, lokasi pengambilan Lokasi Pengelolaan Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Perairan di sekitar lokasi proyek dan sepanjang alur pelayaran dari lokasi pengerukan sampai lokasi Periode Pengelolaan Selama tahap Naga Indah berlangsung. Sejak dan selama kegiatan pengangkutan material/pasir urug berlangsung. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan sampah padat adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan sampah padat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan sampah padat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku nas Kebersihan dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak gangguan transportasi laut adalah Kontraktor/ suplier penyedia pasir urug. 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan transportasi laut adalah Dirjen Perhubungan Laut dan Suku Dinas Perhubungan Laut Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak gangguan transportasi laut secara periodik akan [III 27]

68 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 6. Gangguan Transportasi Darat Sumber Dampak Pulau 1, 2A dan 2B serta pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. Kegiatan mobilisasi alat/bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ) Pulau 1, 2A dan 2B. Tolak Ukur Dampak Naga Indah berlangsung. Kelancaran lalu lintas badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Tujuan Pengelolaan Naga Indah berlangsung. Menghindari kemacetan lalu lintas, kerusakan dan pengotoran pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Upaya Pengelolaan Dampak pasir urug direncanakan dari luar Provinsi DKI Jakarta, yaitu dari daerah Provinsi Banten. 4) Mengikuti peraturan pelayaran yang berlaku di wilayah yang dilewati dari lokasi pengerukan sampai ke lokasi reklamasi/proyek dan sebaliknya, termasuk kelengkapan sarana navigasi. 5) Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama pada saat tambat di lokasi mooring sehingga tidak mengganggu kapal-kapal yang lewat ke daerah tersebut. 6) Pemrakarsa proyek (PT. Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran lokasi dan dokumen AMDAL Kontraktor/suplier pasir urug. 1) Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Transportasi dari Dinas Perhubungan dan memiliki dokumen UKL dan UPL). 2) Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran lokasi dan dokumen UKL dan UPL Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah. 3) Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memberikan uang jaminan perbaikan/pemeliharaan jalan ke Pemda/Walikota Kota Jakarta Utara dan mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Jakarta Utara Nomor 13 tahun 2000 tentang /Pengurugan. 4) Pengangkutan alat dan bahan /tanah urug dilakukan tidak pada jam-jam sibuk, yaitu pada malam hari antara pukul WIB. 5) Kendaraan pengangkut tanah dilengkapi dengan punutup/terpal dan muatan tanah urug tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang digunakan sehingga tanah tidak tercecer dan mengotori badan jalan. 6) Tonase kendaraan pengangkut tanah yang digunakan tidak melampaui daya dukung/kapasitas badan jalan yang dilalui sehingga tidak terjadi kerusakan badan jalan. 7) Kendaraan pengangkut tanah dibersihkan terlebih dahulu sebelum meninggalkan lokasi sumber tanah galian dan lokasi proyek. 8) Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah wajib menjaga kebersihan dan kondisi badan jalan, dan harus menempatkan petugas pemantau dan pengelola kebersihan jalan di sekitar proyek setiap hari selama Lokasi Pengelolaan Naga Indah dan sebaliknya. Pada badan jalan di sekitar lokasi proyek (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Periode Pengelolaan Sejak dan selama kegiatan pengangkutan tanah urug berlangsung. Institusi Pengelolaan Lingkungan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Admistrasi Jakarta Utara dan Ditjen Perhubungan Laut. 1) Pelaksana pengelolaan dampak gangguan transportasi darat adalah Kontraktor/suplier penyedia tanah urug. 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan transportasi darat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara. 3) Hasil pengelolaan dampak gangguan lalu lintas (transportasi darat) secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 28]

69 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 7. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 8. Gangguan Kamtibmas Sumber Dampak Kegiatan pekerjaan Pulau 1, 2A, 2B seluas ± 870 Ha dan pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B. Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Tolak Ukur Dampak Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Angka kriminalitas di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) serta tidak terjadi komplain masyarakat terhadap kegiatan Naga Indah. Tujuan Pengelolaan Mencegah terjadinya abrasi/akresi dan sedimentasi pantai selama tahap konstrusi Naga Indah. Mengupayakan agar angka kriminalitas di dalam dan di sekitar lokasi proyek dapat ditekan serendah mungkin serta tidak ada masyarakat sekitar yang komplain selama tahap Naga Indah. Upaya Pengelolaan Dampak pengangkutan tanah berlangsung. 1) Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang didasarkan pada pemodelan hidrodinamika. 2) Berpartisipasi melaksanakan pemeliharaan dan pembersihan endapan sedimen yang diendapkan oleh sungai. 3) Melakukan pemantauan abrasi dan sedimentasi secara berkala dan rutin setiap musim (musim timur dan musim barat). 4) Berpartisipasi melakukan pengerukan di lokasi sedimentasi/muara Kali Angke, Muara Cengkareng Drain dan Muara Kali Tanjungan. 5) Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta). 6) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 1) Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan Pantai Indah seperti penurunan kualitas air laut, peningkatan kuantitas air permukaan, perubahan pola arus, abrasi dan sedimentasi dan gangguan transportasi darat dan laut. 2) Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi proyek untuk memantau kondisi kamtibmas setiap hari. 3) Mewajibkan penggunaan tanda pengenal (ID card) bagi yang keluar masuk ke lokasi proyek. 4) Mewajibkan kepada pekerja/buruh proyek untuk mematuhi peraturan dan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap berlangsung. 5) Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas, Babinsa, aparat Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lainlain). Lokasi Pengelolaan Di lokasi proyek dan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Di dalam dan di lokasi proyek (di bedeng pekerja). Periode Pengelolaan Sejak kegiatan proyek hingga tahap pasca Naga Indah. Selama tahap Naga Indah berlangsung. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi pantai adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi pantai secara periodik akan dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak gangguan kamtibmas adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak gangguan kamtibmas adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Polsek Penjaringan, Kecamatan Penjaringan dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. 3) Hasil pengelolaan dampak gangguan kamtibmas secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 29]

70 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 9. Penurunan Kualitas Udara 10. Penurunan Kualitas Air Laut Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul/breakwat er (Pulau 1, 2A dan 2B). Kegiatan pembangunan tanggul/sea defence pulau 1, 2A dan 2B, transportasi bahan-bahan reklamasi (pasir laut dan batu), serta pengisian bahan-bahan ke polder yang telah terbangun dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Tolak Ukur Dampak Kualitas udara ambient sesuai SK. Gub. No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Propinsi DKI Jakarta. Kualitas air laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut (Peruntukan Biota Laut). Tujuan Pengelolaan Mencegah penurunan kualitas udara di sekitar lokasi proyek selama kegiatan Naga Indah berlangsung. Mencegah penurunan kualitas air laut di sekitar lokasi proyek akibat kegiatan Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B), pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh proyek sebanyak ±1000 orang. Upaya Pengelolaan Dampak 1) Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan yang sangat baik sehingga emisi berkurang. 2) Teknik reklamasi dengan system polder sehingga penyebaran pasir urug terbatas. 3) Pengangkutan tanah urug tidak berlebihan dan ditutup terpal sehingga tidak tercecer. 4) Membersihkan badan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bila ada ceceran tanah urug. 1) Pekerjaan akan dilakukan dengan teknik polder, dimana terlebih dahulu akan dibangun tanggul di sekeliling lahan yang direklamasi sebelum memompakan bahan urugan ke dalamnya. 2) Pengeluaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urugan selanjutnya dilakukan dengan cara mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam volume yang relatif kecil, tersebar dan merata. 3) Melapisi dasar area reklamasi dengan geo textile. 4) Menjaga dan mengontrol sambungan pipa penyemprot pasir setiap hari selama pekerjaan pengurugan/reklamasi berlangsung. 5) Pengurugan tanah merah (top soil) pada lokasi-lokasi ruang terbuka hijau/taman dilakukan setelah penanggulan sehingga tidak tercecer ke perairan di sekitarnya. 6) Menyediakan tempat sampah (basah dan kering) di lokasi proyek untuk menampung sampah dari aktivitas buruh dan mengangkutnya setiap hari ke lokasi pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara/pihak swasta. 7) Menyediakan sarana MCK di sekitar lokasi proyek selama tahap proyek dan bila sudah penuh disedot/diangkut dengan Mobil Air Kotor Suku Dinas Kebersihan Kota Jakarta Utara. 8) Menghentikan pekerjaan sementara apabila terjadi kekeruhan secara ekstrim. Lokasi Pengelolaan Di dalam dan di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Perairan laut di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Periode Pengelolaan Selama tahap proyek Naga Indah. Selama tahap proyek Naga Indah. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak penurunan kualitas udara adalah Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak penurunan kualitas udara secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak penurunan kualitas air laut secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 30]

71 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 11. Perubahan Persepsi Masyarakat 12. Gangguan Mangrove Sumber Dampak Kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tanah urug (± ,9 m 3 ), pengurugan/rekla masi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B, dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Kegiatan restorasi mangrove dan penanaman vegetasi serta reklamasi areal Pulau 1, 2A dan 2B, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh sebanyak ± orang. Tolak Ukur Dampak Persepsi masyarakat terhadap kegiatan mobilisasi alat dan bahan /tana h urug, Naga Indah, pembangunan breakwater Pulau 1, 2A dan 2B dan aktivitas buruh. Keanekaragam an jenis dan pertumbuhan mangrove di hutan lindung dan suaka margasatwa Angke. Tujuan Pengelolaan Mengupayakan agar persepsi negatif masyarakat tidak negatif terhadap kegiatan Naga Indah. Mengoptimalka n restorasi mangrove dan sekaligus meminimalkan gangguan akibat Naga Indah. Upaya Pengelolaan Dampak 9) Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) bagi buruh untuk tidak membuang sampah padat dan limbah cair ke perairan laut dan pantai sekitar lokasi proyek. 10) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 1) Sosialisasi rencana kepada masyarakat/tokoh masyarakat Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan instransi terkait. 2) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama dengan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara selama tahap proyek. 3) Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. 4) Mengelola dan memantau berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap Pantai Indah (kualitas air laut, abarasi dan sedimentasi, kuantitas air permukaan, sampah padat, biota laut, transportasi darat dan laut). 5) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. 1) Melakukan restorasi hutan mangrove seluas Ha bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor dan supervisi oleh Yayasan Mangrove. Total luas hutan mangrove saat ini adalah Ha, terdiri dari mangrove Barat Cengkareng Drain ,75 Ha dan Timur Cengkareng Drain Ha, sedangkan luas areal rencana restorasi mangrove adalah Ha, sehingga total luas hutan mangrove menjadi Ha. 2) Bekerjasama dengan stakeholder lain/lsm dalam program pelestarian mangrove di hutan lindung maupun suaka margasatwa Angke Kapuk. 3) Melarang buruh merusak komunitas mangrove. Lokasi Pengelolaan Di lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) dan daerah sekitarnya (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara). Di lokasi proyek dan perairan sekitarnya (hutan lindung dan suaka margasatwa Angke). Periode Pengelolaan Selama tahap Naga Indah berlangsung. Selama tahap proyek Naga Indah. Institusi Pengelolaan Lingkungan 1) Pelaksana pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Kontraktor Pelaksana Pantai Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. 3) Hasil pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) adalah Kontraktor Pelaksana Naga Indah dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak terhadap biota darat (mangrove) adalah Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak gangguan terhadap biota darat (mangrove) secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas [III 31]

72 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 13. Terbukanya Kesempatan Kerja Sumber Dampak Kegiatan rekrutmen tenaga kerja Pantai Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± orang. TAHAP PASCA KONSTRUKSI 1. Perubahan Pola Arus Tanggul dan Pulau 1, 2A dan 2B hasil reklamasi. Tolak Ukur Dampak Jumlah penduduk sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kec amantan Penjaringan) yang terserap menjadi tenaga kerja di lokasi kegiatan. Pola arus di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Tujuan Pengelolaan Mengupayakan agar tenaga kerja yang bekerja pada tahap Naga Indah diutamakan berasal dari daerah sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kec amatan Penjaringan). Mengupayakan agar perubahan pola arus yang terjadi akibat Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) tidak menimbulkan abrasi dan sedimentasi yang berat di sekitar lokasi proyek. Upaya Pengelolaan Dampak 1) Merumuskan strategi pendayagunaan padat karya selama masa. 2) Bekerjasama dengan unsur Kelurahan Kamal Muara dan Kapuk Muara untuk mengisi peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Mengutamakan/memprioritaskan kepada penduduk sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan) untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada sepanjang memasuki persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. 3) Mewajibkan kepada Kontraktor Pelaksana Pantai Indah untuk menggunakan tenaga kerja sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan sekitarnya/kecamatan Penjaringan) sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. 4) Membuka peluang bagi keluarga nelayan yang akan alih profesi. 5) Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan ke Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan. 1) Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil reklamasi tidak terabrasi. 2) Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya serta komunitas mangrove di hutan lindung Ankge sebulan sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim Indah dan menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta). 3) Melakukan tindakan pencegahan yang mengakibatkan hilangnya pulau-pulau atau daratan sekitar. 4) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. Lokasi Pengelolaan Di dalam lokasi proyek Naga Indah. Perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Periode Pengelolaan Selama tahap Naga Indah. Selama tahap pasca Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Institusi Pengelolaan Lingkungan Kehutanan dan Pertanian, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak terbukanya kesempatan kerja dan berusaha adalah Kontraktor Pelaksana dan Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan berusaha adalah Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara dan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara. 3) Hasil pengelolaan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan berusaha secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara, Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak perubahan pola arus adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak perubahan pola arus secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta [III 32]

73 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Jenis Dampak Lingkungan 2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 3. Perubahan Persepsi Masyarakat Sumber Dampak Keberadaan lahan hasil Pulau 1, 2A dan 2B. Keberadaan lahan hasil Pantai Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B). Tolak Ukur Dampak Kecepatan abrasi dan sedimentasi pantai di sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Perubahan elevasi muka tanah di lahan hasil reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B. Tujuan Pengelolaan Mencegah terjadinya abrasi/akresi dan sedimentasi pantai selama tahap pasca Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Menghindari terjadinya persepsi negatif masyarakat akibat keberadaan lahan hasil reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. Upaya Pengelolaan Dampak 1) Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil reklamasi tidak terabrasi. 2) Mempertahankan keberadaan tanggul/tembok pantai (sea wall) dan revetment Pulau 1, 2A dan 2B yang diperkuat dengan batu-batu. 3) Melakukan pemantauan terhadap proses abrasi dan sedimentasi setahun sekali di tapak dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu. 4) Melaksanakan pemeliharaan mangrove. 5) Melaksanakan pengerukan sedimentasi yang diakibatkan oleh adanya reklamasi. 6) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik hidrodinamika. 1) Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi kegiatan terutama dengan Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara selama pasca reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B. 2) Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah) dengan masyarakat/instansi terkait. 3) Mengelola dan memantau berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap pasaca Pantai Indah (Perubahan Pola Arus, Abrasi dan Sedimentasi, Morfologi Pantai dan Penurunan Muka Tanah). 4) Secara Rutin Merealisasikan Program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi warga masyarakat dan komunitas nelayan di sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). 5) Melaksanakan point-point yang direkomendasikan dalam studi tematik. Lokasi Pengelolaan Perairan pantai sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B). Seluruh areal lahan hasil reklamasi Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) dan Pemukiman sekitar lokasi kegiatan (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara). Periode Pengelolaan Selama tahap pasca Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B). Selama tahap pasca Pantai Pulau 1, 2A dan 2B. Institusi Pengelolaan Lingkungan Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 3) Hasil pengelolaan dampak abrasi dan sedimentasi secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. 1) Pelaksana pengelolaan dampak persepsi negatif masyarakat adalah Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah). 2) Instansi pengawas pengelolaan dampak Persepsi Negatif Masyarakat adalah Walikota Kota Jakarta Utara, KLH Kota Jakarta Utara, Kantor Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara. 3) Hasil pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat secara periodik akan dilaporkan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Walikota Kota Jakarta Utara dan KLH Kota Jakarta Utara. [III 33]

74 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Naga Indah Gambar III.2. [III 34]

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) REKLAMASI PULAU H (LUAS ± 63 Ha)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) REKLAMASI PULAU H (LUAS ± 63 Ha) RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN IDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN IDUP (RPL) REKLAMASI PULAU (LUAS ± 63 a) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

RENCANA REKLAMASI PULAU F

RENCANA REKLAMASI PULAU F Gedung Thamrin City, Lantai 1, BT 12-15-16 Jalan Thamrin Boulevard, Kebon Melati Tanah Abang, Jakarta 10340 Indonesia RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

Pengembangan Pantura Jakar ta

Pengembangan Pantura Jakar ta Pengembangan Pantura Jakar ta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Pada FGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) PENGEMBANGAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) MOJOSARI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Drainase merupakan prasarana suatu kawasan, daerah, atau kota yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki wilayah kelautan yang cukup luas. Tujuh puluh lima persen wilayah Indonesia adalah kelautan termasuk Zona

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (UPHHK-HTI)

Lebih terperinci

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) PENGERTIAN, MANFAAT DAN PROSES Dr. Elida Novita, S.TP, M.T Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR KEGIATAN SUMBER DAYA AIR BIDANG JARINGAN SUMBER AIR. Perbaikan dan pengamanan sungai (termasuk muaranya). Pengamanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR I. PENJELASAN UMUM Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugrahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang melayani jasa transportasi udara. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bijih besi merupakan salah satu jenis cadangan sumber daya alam dan sekaligus komoditas alternatif bagi Pemerintah Kabupaten Kulon progo yang dapat memberikan kontribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Definisi AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi

Lebih terperinci

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun (Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun AMDAL mrp alat utk merencanakan tindakan preventif thd kerusakan lingk yg akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan

Lebih terperinci

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dari rencana kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perumahan di Kota Tangerang Selatan. terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perumahan di Kota Tangerang Selatan. terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan AMDAL dalam Kegiatan Perizinan Pembangunan Perumahan di Kota Tangerang Selatan Kegiatan perizinan pembangunan perumahan di Kota Tangerang Selatan telah

Lebih terperinci

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL) RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 I. PENJELASAN UMUM Pertumbuhan penduduk menyebabkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional Coffee Morning Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAMASI UNTUK KAWASAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN BARU (KPPB) DENGAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA INTEGRASI REKOMENDASI KLHS DALAM RAPERDA RTR KAWASAN STRATEGIS 1 Integrasi Isu Strategis Lingkungan Hidup Terkait Pembentukan Pulau-pulau Hasil Kegiatan Reklamasi No. MUATAN KLHS REKOMENDASI KLHS TERHADAP

Lebih terperinci

TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Rosiana Indrawati * ABSTRAK Telaah studi AMDAL yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan Modul ini akan berisi prtunjuk tentang bagaimana cara menganalisa dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi akibat dari proses bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia mengakibatkan tumbuhnya berbagai macam industri, baik industri yang langsung

Lebih terperinci

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL PB 4 AMDAL, UKL dan UPL AMDAL, UKL dan UPL AMDAL, UKL, UPL PP 27 tahun 1999 AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5285 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN I. UMUM Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) Analisis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H PERSPEKTIF HUKUM KEBIJAKAN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA DIALOG PUBLIK DENGAN TEMA KEBIJAKAN REKLAMASI, MENILIK TUJUAN, MANFAAT, DAN EFEKNYA DI KPK, SELASA, 04 OKTOBER 2016 Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PERIZINAN, PEMBINAAN PENGAWASAN KEGIATAN OPERASIONAL CONCRETE BATCHING PLANT (CBP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 79 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci