Irwan Lie Keng Wong 1. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
V. CALIFORNIA BEARING RATIO

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

BAB III METODA PERENCANAAN

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA DAN AASHTO 1993 RUAS JALAN BY PASS KOTA PADANG STA s/d

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

3.2. Mekanisme Tegangan dan Regangan pada Struktur Perkeraan 11

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN HRS/WC PADA RUAS JALAN TENDEKI-KUMERSOT PAVEMENT THICKNESS DESIGN HRS/WC ON THE STREETS TENDEKI-KUMERSOT

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

KORELASI ANTARA HASIL UJI DYNAMIC CONE PENETROMETER DENGAN NILAI CBR

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan)

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO Sri Nuryati

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

Agus Surandono, Putri Maha Suci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

ROSEHAN ANWAR. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI PERBANDINGAN PERKERASAN JALAN LENTUR METODE BINA MARGA DAN AASTHO DENGAN MENGGUNAKAN UJI DYNAMIC CONE PENETRATION (RUAS JALAN BUNGKU - FUNUASINGKO KABUPATEN MOROWALI) (063T) Irwan Lie Keng Wong 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus makassar Email: irwanlie_kw@yahoo.co.id ABSTRAK Pada perencanaan perkerasan jalan, tanah merupakan pondasi dasar yang sangat memegang peranan penting. Salah satu data tanah yang dibutuhkan dalam perencanaan pondasi perkerasan jalan adalah nilai CBR tanah. Nilai CBR tanah dapat diperoleh dengan melakukan Uji Dynamic Penetration Test (DCP). Tujuan penelitian adalah membandingkan tebal perkerasan jalan lentur dengan metode Bina Marga dan Metode AASTHO pada nilai CBR tanah dasar yang sama yang diperoleh dari uji Dynamic Cone Penetration. Metode penelitian merupakan metode riset atau pengujian lapangan dengan melakukan pengujian test DCP (Dynamic Cone Penetration), lokasi pengujian pada ruas Jalan Bungku - Funuasingko Kabupaten Morowali, dilaksanakan pada 2 (dua) segmen, yaitu Segmen I : Sta 00+000 Sta 05+000 dan Segmen II : Sta 05+000 Sta 10+000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nilai CBR tanah dasar yang sama maka tebal lapis perkerasan jalan dengan Metode AASHTO lebih besar atau lebih tebal daripada menggunakan Metode Bina Marga khususnya pada lapisan pondasi bawah perkerasan jalan lentur. Pada segmen I : Sta 00+000 Sta 05+000 diperoleh Nilai CBR tanah 5,2%, dengan Metode Bina Marga diperoleh tebal perkerasan pondasi dasar setebal 30 cm dan dengan Metode AASTHO setebal 49 cm. Pada segmen II : Sta 05+000 Sta 10+000 diperoleh Nilai CBR tanah 4,7%, dengan Metode Bina Marga diperoleh tebal perkerasan pondasi dasar setebal 34 cm dan dengan Metode AASTHO setebal 50,2 cm. Kata kunci: Dynamic Cone Penetration, CBR Tanah, Perkerasan Jalan Lentur, Metode AASTHO, Metode Bina Marga, 1. PENDAHULUAN Jalan merupakan prasarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan mobilitas keseharian, dengan meningkatnya arus kendaraan yang melewati suatu ruas jalan maka akan mempengaruhi daya dukung tanah sebagai lapisan pondasi jalan tersebut. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah itu sendiri. Agar konstruksi jalan dapat melayani arus lalulintas sesuai dengan umur rencana, maka perlu diadakan perencanaan perkerasan yang baik, karena dengan begitu konstruksi perkerasan jalan mampu memikul beban kendaraan yang melintas di atasnya dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan lapisan di bawahnya, termasuk tanah dasar tersebut, tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Tanah merupakan komponen utama subgrade yang memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda, sehingga setiap jenis tanah mempunyai ciri khas tertentu. Sifat tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan di atasnya. Bentang jalan raya yang panjang menunjukkan hamparan karakteristik tanah yang berbeda-beda, apabila suatu tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan. Salah satu test tanah yang dibutuhkan untuk perencanaan jalan adalah test CBR (California Bearing Ratio). Apabila persyaratan CBR yang dibutuhkan untuk subgrade pada jalan raya tidak memenuhi maka tanah pada tanah tersebut harus diperbaiki diantaranya distabilisasi dengan menambah kepadatan tanah, menambah material sehingga mempertinggi kohesi (c) dan atau tahanan geser ( ) yang timbul, merendahkan muka air dengan membuat drainase tanah hingga mengganti tanah yang kurang baik. 2. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 2.1. Maksud Penelitian Menggunakan hasil uji Dynamic Cone Penetrometer (DCP) untuk diapllikasi dalam perencanaa perkerasan lentur jalan dengan menggunakan metode Bina Marga dan metode AASTHO. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T - 45

2.2. Tujuan Penelitian Membandingkan tebal perkerasan jalan lentur dengan menggunakan metode Bina Marga dan metode AASHTO pada nilai CBR tanah dasar yang sama yang diperoleh dari uji Dynamic Cone Penetrometer (DCP) 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Tanah Dalam perencanaan suatu jalan maka faktor yang penting untuk diketahui adalah tanah dasarnya yang mana lokasi tersebut akan direncanakan suatu jalan. Pada perencanaan suatu jalan, data daya dukung tanah dasar ( DDT ) merupakan data patokan dalam perencanaan, dimana untuk mengetahui tentang keadaan tanah dasarnya kita juga dapat mengetahui kekuatan serta mahal murahnya biaya konstruksi jalan itu sendiri. Dalam pengertian teknik secara umum, mendefinisikan tanah sebagai bahan yang terdiri dari agregat mineralmineral padat yang tidak terikat secara kimia antara satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong di antara partikel padat tersebut.( Braja M Das / 1998). Menurut Joseph E Bowles (1986) yang di maksud dengan tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai ikatan antara partikel yang terbentuk karena pelapukan batuan. Yang memperlemah ikatan tersebut adalah pengaruh karbonat atau oksida atau pengaruh kandungan organik. Menurut AAHSTO (American Association of State Highway and Transportation), tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut: Kerikil (Gravel) partikel batuan yang berukuran 76,2 mm sampai 2 mm. Pasir (Sand) partikel batuan yang berukuran 2 mm sampai 0,075 mm. Lanau (Silt) partikel batuan yang berukuran 0,075 sampai 0,002. Lempung (colloids) partikel mineral diam, berukuran < 0,002. 3.2 Klasifikasi Tanah Tanah secara umum dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif dan tidak kohesif, istilah ini terlalu umum sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama pada beberapa jenis tanah. Sejumlah sistem klasifikasi tanah telah dipergunakan pada akhir-akhir ini, sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan adalah sistem klasifikasi unified. Menurut sistem ini, tanah dikelompokkan dalam tiga kelompok, yang masing-masing diuraikan lagi dengan memberi simbol pada setiap jenis yang terdiri dari lima belas jenis, seperti pada Tabel 1. Untuk tanah berbutir kasar di bagi atas kerikil (G), pasir dan tanah kepasiran (S). Yang termasuk di dalam kerikil adalah tanah yang mempunyai persentase lolos saringan No.4 < 50% sedangkan tanah yang mempunyai lolos saringan No 4 > 50% termasuk kelompok pasir. Tanah berbutir halus dibagi dalam lanau (M) dan lempung (C) yang didasarkan atas cair dan indeks plastisitas. Tanah organik juga termasuk dalam fraksi ini. Sedangkan tanah organis tinggi yang mudah ditekan dan tidak mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang tidak diinginkan, tanah khusus dari kelompok ini adalah humus, tanah lumpur yang komponen utamanya adalah partikel daun, rumput, dahan atau bahan-bahan rengas lainnya. Tabel 1 Sistem Klasifikasi Tanah Unified T - 46 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

3.3.California Bearning Ratio (CBR) Besarnya nilai CBR tanah akan menentukan ketebalan lapis keras yang akan dibuat sebagai lapisan perkerasan di atasnya. Makin tinggi nilai CBR tanah dasar (subgrade) maka akan semakin tipis lapis keras yang dibutuhkan dan semakin rendah nilai CBR maka semakin tebal lapis keras yang dibutuhkan. Ada 2 macam pengukuran CBR yaitu : 1. Nilai CBR untuk penekanan pada penetrasi 0,254 cm (0,1 ) terhadap penetrasi standar yang besarnya 70,37 kg/cm 2 (1000 psi) Nilai CBR = [(P 1 /70,37) x 100%] (1) 2. Nilai CBR untuk tekanan pada penetrasi 0,508 cm (0,2 ) terhadap tekanan standar yang besarnya 105,56 kg/cm 2 ( 1500 psi ) Nilai CBR = [(P 2 /105,56) x 100%] (2) Nilai CBR dilaporkan dengan aturan berikut ini : 1. Untuk nilai CBR di bawah 30% dibulatkan ke 1% terdekat.contoh 25,3% dilaporkan 25%. 2. Untuk nilai CBR antara 30% sampai 100% dibulatkan ke 5% terdekat. Contoh 42% dilaporakan menjadi 40% 3. Untuk nilai CBR diatas 100% dibulatkan 10% terdekat, contohnya 104% dilaporkan menjadi 100%. Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi menjadi : 1. CBR Lapangan (CBR inplace atau field CBR) Digunakan untuk : a. Memperoleh nilai CBR asli di lapangan, sesuai dengan kondisi tanah dasar saat itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan didapatkan lagi. Pemeriksaan atau dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi. b. Memeriksa apakah kepadatan yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan untuk tujuan ini tidak umum dugunakan, lebih sering menggunakan pemeriksaan yang lain seperti kerucut pasir (sand cone). 2. CBR Lapangan Rendaman (Undisturbed soaked CBR) Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum. Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan di dapatkan lagi, terletak di daerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau. Pemeriksaan di lakukan dengan mengambil contoh tanah dalam tabung (mould) yang ditekan masuk ke dalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi contoh tanah di keluarkan dan direndam dalam air selama kurang lebih setengah hari sambil di ukur pengembangannya. Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya nilai CBR. 3. CBR Laboratorium/CBR rencana titik (design CBR) Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang sudah didapatkan sampai mencapai kepadatan 95% kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut dipadatkan. Berarti nilai CBR-nya adalah nilai CBR yang diperoleh dari contoh tanah yang dibuatkan mewakili keadaan tanah tersebut setelah didapatkan. CBR ini disebut CBR laboratorium, karna disiapkan di laboratorium atau disebut juga CBR rencana titik. CBR laboratorium dibedakan atas 2 macam yaitu : a. CBR laboratorium rendaman (Soaked laboratory CBR/soaked design CBR). b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked laboratory CBR/unsoaked design CBR). 3.4 Bagian-Bagian Pada Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut AASHTO dan Bina Marga kontruksi jalan terdiri dari: 1. Lapis permukaan (Surface Course ). Lapisan permukaan (Surface Course) adalah lapisan yang terletak paling atas (Sukirman Silvia, 1999), dan berfungsi sebagai : a. Struktural, yaitu berperan mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh lapis keras. b. Non struktural, yaitu berupa lapisan kedap air untuk mencegah masuknya air kedalam lapis perkerasan yang ada dibawahnya dan menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan berjalan dengan lancar. 2. Lapis Pondasi Atas (Base Course ) Lapisan pondasi atas ( Base Course ) adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan (Sukirman Silvia, 1999), dan berfungsi sebagai: a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan di bawahnya. b. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T - 47

3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course ) Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course ) adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar (Sukirman Silvia, 1999), dan berfungsi sebagai : a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda pada tanah dasar. b. Efesiensi penggunaan material. c. Mengurangi ketebalan lapis perkerasan yang ada diatasnya. d. Sebagai lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul pada pondasi. e. Sebagai lapisan pertama agar memudahkan pekerjaan selanjutnya. f. Sebagai pemecah partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. 4. Lapis Tanah Dasar ( Subgrade ) Tanah dasar ( Subgrade ) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar untuk perletakan bagian lapis keras lainnya.perencanaan tebal lapis keras jalan baru pada umumnya dibedakan menjadi dua metode, ( Sukirman,S., 1993 ). a. Metode Empiris, metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian dari jalan jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau jalan yang sudah ada. Terdapat banyak metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara seperti: AASHTO Amerika Serikat, Metode Bina Marga Indonesia, Metode NAASRA Australia, Metode Road Note 29 Inggris, Metode Road Note 31 Inggris. b. Metode teoretis ( analitis ), Metode ini dikembangkan berdasarkan teori matematis dan sifat tegangan dan regangan pada lapis keras akibat beban berulang dari lalu lintas. Persyaratan dasar dalam perencanaan tebal lapis keras adalah sebagai berikut ini, ( Suprapto, 1994 ): 1. Penyediaan permukaan jalan yang selalu rata dan kuat. 2. Menjamin keamanan yang tinggi untuk masa yang lama sesuai umur rencana jalan. 3. Memerlukan biaya pemeliharaan yang sekecil kecilnya. 3.5 Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode Bina Marga Penentuan tebal perkerasan jalan raya dengan metode Bina Marga adalah merupakan modifikasi dari AASTHO yang disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia dan ditunjang dengan pengalaman dalam pembangunan jalan raya. Hal ini yang paling penting dan berkaitan dengan modifikasi tersebut adalah: a. Tidak semua jalan di Indonesia menggunakan konstruksi aspal beton, AASHTO menggunakan aspal beton sebagai lapis perkerasan. b. Masih memungkinkan adanya permukaan jalan yang lebih rendah (substandard) pada akhir umur rencana. c. Hal yang lain juga dimodifikasi misalnya faktor regional (faktor keadaan setempat) dan analisis lalu lintas. 3.5.1 Parameter Perencanaan Data-data pendukung yang digunakan dalam perencanaan tebal daripada perkerasan jalan dengan metode Bina Marga adalah sebagai berikut: 1. Lalu lintas 2. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi 3. Umur Rencana 4. Pertumbuhan Lalu Lintas 5. Faktor Keamanan Beban 6. Daya Dukung Tanah Dasar 7. Faktor Regional 8. Indeks Permukaan 9. Indeks Tebal Perkerasan 3.5 Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode AASHTO Salah satu cara perencanaan penentuan tebal perkerasan jalan adalah dengan metode AASTHO. Metode ini didasarkan atas percobaan-percobaan dan pengalaman yang diperoleh daripada tes jalan yang dilaksanakan oleh AASHTO (American Association of State Highway and Trasnportation Officials) yang dilakukan oleh instansiinstansi konstruksi jalan raya. Metode ini berkembang sejak dimulainya pengujian lapangan di Ottawa ( Negara bagian Illionis). Perkembangan metode AASHTO berkelanjutan sesuai dengan hasil pengamatan, pengalaman dan penelitian yang didapat. Prinsip perencanaan penentuan tebal perkerasan jalan dengan metode AASTHO ini adalah dengan mengggunakan grafik-grafik yang tersedia atas dasar analisa traffick untuk periode 20 tahun. Untuk umur rencana yang tidak sama dengan 20 tahun maka penggunaan grafik tersebut memerlukan koreksi dan korelasi data-data yang dimasukkan dalam perhitungan. Untuk perencanaan tebal perkerasan jalan dengan metode AASTHO ini, sedapat mungkin disesuaikan dengan kondisi setempat, misalnya untuk factor regional (FR) dan Layer Coefficient (a1,a2,a3). T - 48 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

3.5.2 Kriteria Perencanaan a. Soil support Value (S) b. Angka Equivalen beban sumbu c. SN (Stractural Number) d. Faktor Regional ( FR ) e. Pt ( Serviceability Index ) 3.5.3 Prosedur Perencanaa 1. Harga CBR rata-rata 2. Mencari ADT rata-rata dari komposisi ADT satu jurusan, data-data lalu linta yang digunakan 3. Menentukan Traffic Equivalent Factor (TEF) 4. Perhitungan Equivalent Daily 18 Kips Axle Load 5. Menentukan Soil Support Value (S) 6. Dari grafik didapat harga SN dan SN 7. Menentukan layer coefficient (a1,a2,a3) 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan perhitungan lapisan perkerasan lentur jalan raya dengan metode Bina Marga 1987 dan AASHTO 1986 dengan menggunakan data hasil uji dynamic cone penetrometer. 4.2 Bahan Dan Peralatan Penelitian 4.2.1 Bahan a. Tanah Tanah yang digunakan untuk penelitian adalah tanah yang berasal dari ruas Jalan Bungku - Funuasingko Kabupaten Morowali, dilaksanakan pada 2 (dua) segmen, yaitu Segmen I : Sta 00+000 Sta 05+000 dan Segmen II : Sta 05+000 Sta 10+000. b. Air Air yang digunakan berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar. 4.2.2 Peralatan Peralatan yang digunakan adalah semua alat yang terletak di Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar. 4.3 Proses Penelitian 4.3.1 Pekerjaan Persiapan Dalam tahapan persiapan ini meliputi studi pendahuluan, pengumpulan literature dan mengurus ijin untuk kegiatan penelitian. 4.3.2 Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan adalah pengambilan sampel tanah di lokasi. Untuk uji DCP dilaksanakan pada 2 (dua) segmen, yaitu Segmen I : Sta 00+000 Sta 05+000 dan Segmen II : Sta 05+000 Sta 10+000. 4.3.4 Metode Analisis Studi pustaka dilakukan sebagai acuan untuk menyiapkan landasan teori bagi analisis yang mengacu pada bukubuku, pendapat-pendapat dan teori-teori yang sehubungan dengan penelitian. Untuk analisis data hasil uji Dynamic Cone Penetrometer digunakan metode jepang dengan menggunakan grafik sehingga diperoleh nilai CBR lapangan. 4.3.5 Metode Pengumpulan Data Data-data sekunder diperoleh Dinas Pekerjaan Umum dan instansi terkait meliputi fungsi jalan, volume beban lalu lintas, data curah hujan, dan lain lain Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T - 49

4.4 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Buku-buku Jurnal Laporan proyek Metode Bina Marga Metode AASTHO Penelitian di lapangan Analisis Data Pembahasan Analisis Dynamic Cone Penetrometer Kesimpulan Mulai 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambar 1 Diagram alir penelitian 5.1. Analisa Perhitungan Perkerasan Jalan dengan Metode Bina Marga 5.1.1 Perhitungan CBR rencana Segmen I Segmen II CBR max 9,9 % 11,5 % CBR min 4,1 % 3,1 % CBR rata-rata 7 % 7,3 % Jumlah titik pengamatan 26 26 Nilai R 3,18 3,18 CBR 5,2 % 4,7 % Untuk data-data perencanaan tebal perkerasan jalan metode Bina Marga ditunjukkan pada Tabel 2 Tabel 2 Nilai LHR awal,lhr akhir, Angka ekuivalen, Lintasan Ekuivalen PermukaanTEF LHR awal (kendaraan) LHR akhir (kendaraan) angka ekivalen ( E ) Lintasan Ekivalen Permulaan ( LEP ) Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ) Kend. Ringan 2 ton 342 610 0,0004 0,0684 0,1220 Bus 8 Ton 31 55 0,1593 2,4692 4,3807 Truck 2 as 13 ton 169 301 1,0648 16,5044 160,2524 Truck 3 as 20 ton 17 30 1,6682 14,1797 25,0230 559 997 33,2217 189,7751 a. Menghitung Lintasan Ekivalen Tengah ( LET ) dengan rumus sebagai berikut : LET = (LEP +LEA)/2 = 33,2217 + 189,7751)/2 = 111,498 b. Menghitung Lintasan Ekivalen Rencana (dimana FP = UR/10 =10/10 =1) LER = LET x FP = 111,498 x 1 = 111,498 5.1.2 Penentuan Tebal lapis Perkerasan Untuk penentuan tebal lapis perkerasan jalan lentur, data-data perencanaan dalam bentuk Tabel 3. T - 50 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tabel 3 Data-data perencanaan tebal perkerasan jalan lentur Metode Bina Marga Data-data perencanaan Segmen I Segmen II CBR rencana 5,2%, DDT = 4,9 4,7%, DDT = 4,5 Lintasan Ekivalen Rencana 111,49, jalur arteri IP = 2,0 111,49, jalur arteri IP = 2,0 Jenis lapisan perkerasan LASTON IP 0 3,9 3,5 3,9 3,5 Regional factor (FR ) Kendaraan berat > 30 % Kelandaian 0% - 8% (daerah datar) 1,0 0,5 Curah hujan iklim II > 900 mm/thn Lapisan permukaan (D1), HRS, ATB 7 cm, 3 cm, 4 cm, a1 =0,30 7 cm, 3 cm, 4 cm, a1 =0,30 Lapisan pondasi atas (D2) = 14 cm, dipilih batu diambil a 2 = 0,14 diambil a 2 = 0,14 pecah kelas A CBR 100 Lapisan pondasi bawah diambil a 3 = 0,13, ITP = 8 diambil a 3 = 0,13, ITP = 8,5 ITP = a 1 D 1 + a 2 D 2 + a 3 D 3, diperoleh D3 30 cm 34 cm 5.2. Perhitungan Perkerasan Jalan dengan metode AASTHO 1993 5.2.1 Perhitungan CBR Rencana Perhitungan CBR segmen secara analitis adalah sebagai berikut : CBR rata-rata Segmen I = 6,59 % CBR rata-rata Segmen II = 7,0 % Untuk data-data perencanaan tebal perkerasan jalan metode AASHTO ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai LHR, Persentase Kend, TEF, ADT rata-rata LHR (kendaraan) Persentase Kendaraan TEF (SN=3, Pt=2) ADT rata-rata satu jurusan Equivalen Daily 18 kips Single Axle Load Kend. Ringan 2 ton 342 61,18 % 0.0008 238,6 0.19088 Bus 8 Ton 31 5,55 % 0.099 21,6 2,1384 Truck 2 as 13 ton 169 30,24 % 1,0169 117,9 119,8925 Truck 3 as 20 ton 17 3,04 % 9,287 11,8 109,5866 559 232 a. Average Daily Traffic pada akhir umur rencana (n = 10 ) adalah : ADTn = ADTo ( 1 + i ) n = 559 ( 1 + 0,06 ) 10 = 1001,1 Kendaraan/hari b. Mencari ADT rata-rata dari komposisi ADT satu jurusan adalah : ADT rata-rata untuk satu jurusan : (ADTn + ADTo)/2 = (1001 + 559)/2 =780 kend/hari/jurusan ADT = 780/2 = 390 kenderaan/hari c. Equivalen Daily 18 kips Single Axle Load Karena Nomogram AASTHO yang digunakan atas dasar analisis 20 tahun sedangkan umur rencana hanya 10 tahun maka Equivalen Daily 18 kips Axle Load menjadi : 232 x (10/20) = 116 5.2.2. Penentuan Tebal lapis Perkerasan Untuk penentuan tebal lapis perkerasan jalan lentur, data-data perencanaan dalam bentuk Tabel 5. Tabel 5 Data-data perencanaan tebal perkerasan jalan lentur Metode AASTHO Data-data perencanaan Segmen I Segmen II CBR rencana 5,2% 4,7% Grafik korelasi Soil Support Value dengan CBR S = 5,1 S = 4,9 Nomogram SN dimana PT =2,0 SN = 3,4 ; SN = 3,6 SN = 3,65 ; SN = 3,5 Regional factor (FR ) 1,0 1,0 Equivalen Daily 18 kips Single Axle Load 116 116 Serviceability ( Pt ) 2,0 2,0 Struktural Number SN = 3,4 ; SN = 3,6 SN = 3,65 ; SN = 3,45 Rumus SN = a1. D1 + a2. D2 + a3. D3 (inchi) D1 terdiri dari Laston tebalnya diambil: koefisien kekuatan relatif, diperoleh: D2 terdiri dari batu pecah kelas A CBR 100% tebalnya diambil : 7 cm a1 = 0,35,a2 = 0,14,a3 = 0,12 7 cm a1 = 0,35,a2 = 0,14,a3 = 0,12 20 cm 20 cm D3 (tebal perkerasan pondasi dasar) 19,31 inchi = 49 cm 19,79 inchi = 50,2 cm Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T - 51

6. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada nilai CBR tanah dasar yang sama maka tebal lapis perkerasan jalan dengan Metode AASHTO lebih besar atau lebih tebal daripada menggunakan Metode Bina Marga khususnya pada lapisan pondasi bawah perkerasan jalan lentur. Pada segmen I : Sta 00+000 Sta 05+000 diperoleh Nilai CBR tanah 5,2%, dengan Metode Bina Marga diperoleh tebal perkerasan pondasi dasar setebal 30 cm dan dengan Metode AASTHO setebal 49 cm. Pada segmen II : Sta 05+000 Sta 10+000 diperoleh Nilai CBR tanah 4,7%, dengan Metode Bina Marga diperoleh tebal perkerasan pondasi dasar setebal 34 cm dan dengan Metode AASTHO setebal 49,5 cm. DAFTAR PUSTAKA AASHTO 1993. Guide for Design of Pavement Structure, The American Association of State Highway and Transportation Officials, Washington D. C. Bowles, E. Joseph, 1986. Sifat- sifat dan Geoteknis Tanah ( Mekanika Tanah),,Penerbit Erlangga. Jakarta Pusat. Das, M. Braja, 1994. Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid I, Erlangga, Jakarta. Ditjen P.U Bina Marga. Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum, No 04/PD/BM/1974 Ditjen P.U Bina Marga. Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum, No 04/PD/BM/1978 Ditjen P.U Bina Marga. Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum, No 04/PD/BM/1983 Ditjen P.U Bina Marga, 1987. Penentuan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Bina Marga Metode Analisa Komponen, SKBI.1.2.3.26. Sudarsono. (1979). Konstruksi Jalan Raya. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Sukirman. S. (1993). Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. Suprapto. (1994). Bahan dan Struktur Jalan Raya. Biro Penerbit Teknik sipil UGM, Yogyakarta. T - 52 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013