58
BAB 7 STRATEGI Strategi dan kebijakan menuju visi dan misi AFI untuk Kaltim Bangkit 2013 perlu dijabarkan dalam rencana aksi. Rencana aksi yang direkomendasikan pada dasarnya memasukkan 3 strategi, yaitu: pendekatan sektoral, spasial dan manusia (lihat Gambar 33). Bab ini akan mencoba menguraikan ketiga pendekatan ini lebih rinci. Ketiga pendekatan ini merupakan pedoman utama dalam penentuan program aksi. Gambar 33. Pendekatan Rencana Aksi untuk Kaltim Bangkit 2013 PENDEKATAN SEKTORAL SPASIAL MANUSIA Subsektor Kunci Berdasarkan Potensi Pengembangan Kawasan dan Sentra Peningkatan Kualitas SDM + IPM KALTIM BANGKIT 2013 7.1. PENDEKATAN SEKTORAL Pendekatan sektoral pada intinya memperhatikan dan memprioritaskan subsektor kunci yang telah ditelaah di bagian awal. Sampai saat ini dan beberapa tahun ke depan, struktur ekonomi Kaltim masih berbasis tambang, minyak dan gas serta sektor industri dan jasa yang terkait tambang dan migas. Kontribusi sektor tambang, minyak dan gas beserta industri dan jasa terkait saat ini mencapai sekitar 80 persen dari PDRB Kaltim (lihat kembali Bab 2). Sebagai sumberdaya tak terbaharui (non renewable resources) tambang, minyak dan gas tersebut suatu saat akan habis sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 34 berikut. 59
Gambar 34. PDRB Proyeksi Masa Depan Ekonomi Kaltim Tanpa dan Dengan Percepatan Pembangunan Agribisnis Tahun Oleh karena itu Kaltim harus sedini mungkin mempersiapkan lokomotif ekonomi baru yang berbasis pada sumberdaya terbaharui (renewable resources) yang potensial yakni agribisnis (dalam arti luas). Agar tukar gigi lokomotif ekonomi berjalan mulus, upaya percepatan pembangunan agribisnis perlu dilakukan sedini mungkin dan terencana sehingga pada saat lokomotif lama mulai menurun, sektor agribisnis sudah siap menjadi lokomotif baru ekonomi Kaltim. Program revitalisasi pertanian harus menjadi basis penguatan sektor pertanian. Revitalisasi pertanian sebagai bagian dari pengembangan agribisnis dapat mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali dan membangun komitmen tentang arti penting sektor pertanian secara proporsional dan konstektual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas, memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan daerah. Revitalisasi ini dilakukan dengan tiga pendekatan yakni pro-growth, pro-poor, dan pro-employment (lihat Gambar 35). Gambar 35. Pendekatan Revitalisasi Pertanian 60
Dalam program revitalisasi pertanian, perlu dikembangkan suatu sistem dan usaha agribisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani dan subsistem agribisnis hilir, perlu dibantu atau ditopang oleh suatu sistem penunjang (lihat Gambar 36). Sistem penunjang ini terdiri dari perkreditan dan asuransi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan penyuluhan, transportasi dan pergudangan, dan kebijakan pemerintah. Dengan sistem yang terintegrasi diharapkan lebih mendukung perkembangan agribisnis. Gambar 36. Integrasi Sistem dan Usaha Agribisnis Setelah suatu sistem usaha disusun, pendekatan pembangunan pertanian harus ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan bisnis, dengan demikian aspek usaha dan pendapatan menjadi dasar pertimbangan utama. Pembangunan pertanian bukan semata pembangunan sektoral, namun juga terkait dengan sektor lain (lintas/inter-sektoral), Pembangunan pertanian bukan pengembangan komoditas secara parsial, melainkan sangat terkait dengan pembangunan wilayah, khususnya perdesaan yang berkaitan erat dengan upaya peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, pemerataan melalui percepatan pembangunan ekonomi terutama agribisnis diharapkan dapat mengurangi urbanisasi dan pengentasan kemiskinan. Pendekatan aksi dalam pengembangan agribisnis dapat dilihat pada Gambar 37. 61
Gambar 37. Pendekatan Aksi Pengembangan Agribisnis PEMASARAN Perbankan Penyimpanan Asuransi Angkutan Dan lain-lain Pengolahan (Agroindustri) Produksi Komoditas Pertanian Pelayanan Penelitian Penyuluhan Pengaturan Kebijakan Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Alat-alat & Mesin Pertanian Sumber: Kuncoro, et al. (2007) Revitalisasi perkebunan harus menjadi bagian integral dari pengembangan agribisnis Kaltim. Perkebunan juga akan menjadi basis sebagai industri unggulan di masa depan. Produksi Kelapa Sawit Indonesia dan Malaysia mencapai 85 % produksi dunia. Pembangunan perkebunan di Indonesia pada tahun 2003 telah mencapai 5,2 juta ha yang terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 1,8 juta ha (34,9 %), Perkebunan Besar Negara seluas 0,65 juta ha (12,3 %) dan Perkebunan Besar Swasta 2,8 juta ha (52,8 %). Sasaran pembangunan Kelapa Sawit secara nasional sampai tahun 2025 adalah (a) produktivitas kelapa sawit mencapai 20 ton TBS/ha; (b) pendapatan petani mencapai US$ 2.500/KK/tahun (minimal 80% dari harga FOB dan petani mempunyai saham di unit pengolahan); (c) tertatanya sistem distribusi dan transportasi produk CPO yang efisien; (d) diterapkan secara konsisten dan continue zero waste product/green product; (e) tersedianya dana khusus pengembangan kelapa sawit; (f) berkembangnya industri hilir CPO. Strategi pengembangan kelapa sawit yaitu pemberdayaan di hulu dan memperkuat di hilir, untuk itu diperlukan dukungan organisasi sawit board. Peranan pemerintah sebagai pendorong terjadinya integrasi kegiatan on farm dan off farm serta mengembangkan sistem mekanisme resiko dan ketidakpastian. Dalam jangka pendek pengembangan industri hilir kelapa sawit diarahkan kepada produk CPO, PKO, abu TKKS, pulp kertas, pakan ternak, MDF, jok mobil/kasur, arang aktif, olein, stearin, pupuk cair, asam lemak, sabun dan deterjen, minyak goreng, margarin, shortenning, vanaspati, minyak pelumas. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, pengembangan industri hilir diarahkan pada pengembangan produk bio-diesel, vitamin A, vitamin E, alkohol 62
sulfat, alhokol etoksilat, aditif pastik dan karet, alkanolamida (kosmetika), polihodrokso butirat (bio-plastik), emulsi pangan grade tinggi, tinta, agrosida, dll. 7.2. Pendekatan Spasial Pendekatan sektor unggulan perlu dikombinasikan dengan identifikasi di mana lokasi yang memiliki sektor unggulan. Strategi berdimensi spasial di Kaltim perlu menitikberatkan pada strategi pengembangan perkotaan, pengembangan perdesaan, dan pengembangan wilayah (lihat Gambar 38). Pada gilirannya, ketiga strategi ini bermuara pada strategi pengembangan kawasan berbasis kluster. Gambar 38. Strategi Pengembangan Berdimensi Spasial Strategi Berdimensi Spasial Perkotaan - Aglomerasi Kota - Jaringan antar Kota Perdesaan - Pemberdayaan Masyarakat - Revitalisasi modal sosial Wilayah - Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan - Keunggulan komparatif - Percepatan pembangunan daerah tertinggal/perbatasan Berbasis Kluster Sumber: Kuncoro, et al. (2007) Pengembangan ekonomi wilayah secara spasial melalui sentra maupun kawasan sangat tergantung kepada inisiator yang menggerakkan. Pengembangan kawasan juga sebaiknya berbasis komunitas, mengingat di masa yang akan datang masyarakat harus dapat diberdayakan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan dalam mengembangkan kawasan bisnis. Daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan harus dapat menguatkan posisinya sebagai daerah sentra suatu produk dan dapat menarik banyak investasi maupun pendapatan bagi daerah. Pengembangan ekonomi wilayah harus melihat beberapa aspek sehingga revitalisasi pengembangan dapat berkesinambungan. Aspek tersebut dirangkum dalam Gambar 39. 63
Gambar 39. Revitalisasi Pengembangan Ekonomi Wilayah PROSES MANAJEMEN KELOMPOK SASARAN FAKTOR LOKASI TATA PEMERINTAHAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KESINERGIAN DAN FOKUS KEBIJAKAN Setidaknya ada dua langkah strategik yang bisa dilakukan, yaitu demand pull strategy dan supply push strategy (lihat Gambar 40). Langkah strategik tersebut harus didukung kebijakan yang padu, sehingga diperlukan langkah sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dari tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Ada beberapa solusi yang dapat diajukan dalam strategi pengembangan ekonomi lokal misalnya: (a) Ada bantuan subsidi untuk menurunkan harga, (b) Membantu proses pengadaan bahan baku, (c) Memperbaiki akses sumber-sumber bahan baku, (d) Membantu permodalan untuk pembelian bahan baku, (e) Membuat gudang penyimpanan, (f) Lainnya. Secara umum, upaya pengembangan industri, baik yang bersifat pengembangan ke depan (development oriented) maupun dalam konteks pemecahan permasalahan yang dihadapi sektor industri (problem solving), maka strategi pengembangan yang dapat ditempuh harus didasarkan pada pola pendekatan yang logis dan komprehensif melalui dua langkah yang simultan. Kedua langkah strategik tersebut adalah: (a) Memperkuat daya tarik faktor-faktor penarik pada sisi permintaan terhadap produk-produk industri (demand pull strategy) melalui berbagai bentuk kebijakan yang sesuai dengan kondisi riil dan kebutuhannya; (b) Memperkuat daya dukung faktor-faktor pendorong pada sisi kemampuan daya pasok (supply push strategy) untuk memperlancar kegiatan produksi yang sesuai dengan kondisi riil dan kebutuhannya. Lingkup pengembangan yang menjadi fokus pada strategi pengembangan industri dari sisi penguatan daya tarik faktor-faktor penarik produk industri, secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Penciptaan iklim 64
usaha yang kondusif; (2) Penerapan HAKI ; (3) Peningkatan kemitraan; (4) Perluasan informasi pasar; (5) Peningkatan promosi/pemasaran. Sementara itu, lingkup pengembangan yang menjadi fokus pada strategi pengembangan industri dari sisi penguatan daya dukung faktor-faktor pendorong kemampuan daya pasok pada kegiatan produksi, secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Menjaga ketersediaan bahan baku; (2) Meningkatkan dukungan pada aspek permodalan; (3) Pengembangan dan bantuan teknologi; (4) Peningkatan kemampuan SDM. Strategi-strategi yang telah disusun dan dikedepankan paling tidak dapat menjadi strategi dalam pengelolaan perekonomian secara optimal, berkelanjutan dan integral. Dalam implementasinya diperlukan koordinator pelaksana (leading sector) di mana diperlukan pembagian tanggung jawab di antara stakeholder (institusi terkait) yang tersusun. Penunjukan institusi baik pemerintah maupun non pemerintah dalam setiap strategi didasarkan pada pertimbangan tugas pokok dan fungsi instansi yang paling relevan. Selain itu juga perlu dilakukan prioritas dalam implementasi strategi, dalam penentuan prioritas perlu mempertimbangkan kepentingan untuk dilaksanakannya suatu program. 65
Gambar 40. Keterkaitan Kebijakan, Strategi, Program, Tujuan serta Sasaran Demand Pull Strategy Penguatan Jaringan Peningkatan Kemitraan Pemantapan sistem informasi Infomasi Pasar Promosi berbasis Teknologi Informasi Konsep pasar interland Lembaga Penjamin Kredit Penerapan HAKI (paten) Inkubator bisnis Diversifikasi Mapping dan Zoning Sinkronisasi, Harmonisasi dan Sinergi Kebijakan Pusat Provinsi Kabupaten PROGRAM Pengembangan Ekonomi Lokal Kaltim Bangkit 2013 Supply Push Strategy Ketersediaan bahan baku Permodalan Kemampuan SDM Kelembagaan Inovasi tekhnologi Pembangunan ekonomi lokal dengan pendekatan spasial harus menitikberatkan pada peningkatan kerjasama antardaerah berdasarkan keunggulan komparatif daerah. Tabel 28 merangkum beberapa rencana pembangunan secara spasial berdasarkan keunggulan daerah. Balikpapan yang memang sudah memiliki bandara internasional akan menjadi daerah yang difokuskan sebagai kota perdagangan atau jasa dengan optimalisasi infrastruktur perhubungan udaranya. Samarinda sebagai ibu kota propinsi akan menjadi pusat pemerintahan dan pusat pendidikan dengan Universitas Mulawarman dikembangkan menjadi international university. Pasir, Penajam Paser Utara, dan Tanah Tidung akan difokuskan sebagai pusat agribisnis. Kutai Timur akan menjadi the gateway to north Indonesia dengan pembangunan pelabuhan regional dan internasional Maloy. Daerah Kutai Kartanegara akan dibangun infrastruktur pariwisata serta rumah sakit dengan standar internasional. Bontang akan difokuskan pembangunan infrastruktur industri dengan pemanfaatan potensi gas. Di Kutai Barat ada pembangunan pusat pengembangan komoditas karet dan infrastruktur industrinya. Daerah Berau akan dikembangkan infrastruktur pariwisata kelautannya (Pulau Derawan dan Pulau Sangalaki). Bulungan akan difokuskan pada pembangunan agribisnis perkebunan. Tarakan 66
akan dijadikan Kota Transito dan Kota Pendidikan. Malinau akan dikembangkan sebagai Pusat Agribisnis Wilayah Utara/Perbatasan dan juga Kabupaten Konservasi. Nunukan akan dijadikan Pusat Perdagangan Antar Negara. Tabel 28. Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Berdasarkan Keunggulan Komparatif No Kabupaten Pembangunan Infrastruktur 1 Balikpapan Bandara International, Kota Jasa/Perdagangan 2 Samarinda Pusat Pemerintahan, Kota Pendidikan (UNMUL menjadi International University) 3 Kukar Pariwisata, dibangunnya Rmh Sakit Standar Internasional 4 Bontang Industri dengan pemanfaatan potensi gas 5 Kutim Pusat Agribisnis, Pelabuhan Regional / Internasional Maloy 6 Kubar Pusat Pengembangan Komoditas Karet & Industrinya 7 Berau Pariwisata kelautan (P. Derawan & P Sangalaki) 8 Bulungan Pembangunan Agribisnis perkebunan 9 Tarakan Kota Transito, Kota Pendidikan 10 Malinau Pusat Agribisnis Wilayah Utara / Perbatasan, dan Kabupaten Konservasi 11 Nunukan Pusat Perdagangan Antar Negara 12 Pasir Pusat Agribisnis / Industri 13 Penajam Pasir Utara Pusat Agribisnis / Industri 14 Tanah Tidung Pusat Agribisnis / Industri Maloy yang diharapkan nantinya menjadi pintu gerbang investasi, akan ditransformasi menjadi sebuah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK merupakan suatu kawasan yang menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintah yang bersifat khusus; tujuannya mengintegrasi pembangunan untuk menarik investasi dan menciptakan pekerjaan. Pemilihan Maloy sebagai KEK didasarkan atas beberapa potensi, yakni: (1) letaknya yang berada di jalur jalan Trans- Kalimantan; (2) lokasinya yang berada di antara kawasan industri dan kota pertanian SANGSAKA (Sangkulirang, Sandaran, and Kaliorang) dan area segitiga emas pembangunan Sangatta, Sangkulirang and Muara Wahau; (3) berada di posisi (Alur Pelayaran Kepulauan Indonesia) ALKI II Indonesia dan berhadapan dengan Selat Makasar yang memiliki keunggulan komparatif karena berada dalam jalur pelayaran internasional; (4) Akses yang mudah menuju Australia, Malaysia, Cina, Korea, Jepang dan Filipina. Rencana letak KEK Maloy dapat dilihat pada Gambar 41. KEK Maloy akan didukung oleh fasilitas Pelabuhan Internasional dan kawasan Industri dengan luas minimum 10.000 hektar dan kawasan penunjang 30.000 hektar. 67
Gambar 41. Rencana Kawasan Ekonomi Khusus Maloy KEK Maloy diharapkan akan menjadi outlet ekspor Kalimantan menuju pasar dunia dan nasional. Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPSKI) telah sepakat untuk mendukung KEK MALOY sebagai pintu ekspor CPO. KEK Maloy juga diharapkan akan bekerjasama dengan mitra manajemen dari Singapura, Malaysia, Korsel, Jepang, China, Taiwan, USA, European Union untuk mengembangkan fasilitas dan prosedur pengembangan kawasan. Industri-industri yang akan dibangun sebagai penarik investasi adalah: (1) industri agribisnis (margarin, soap, glycerine & speciality fat plants), (2) pengolahan minyak dan kelapa sawit; (3) terminal batu bara; (4) industri petrokimia dan oleokimia; (5) aromatic complex industry; (6) engineering Workshop; (7) palm oil mills & crushing plants; (8) grain terminal, transportation fleets; (9) bulking station, fasilitas pelabuhan Maloy (Cargo Terminal, Pelabuhan Penumpang, Ro-ro Terminal). Tenaga kerja yang akan diserap melalui program KEK Maloy ini diperkirakan sebanyak 250.000 orang dengan tambahan 5.000 orang ekspatriat. Kavling industri akan dibagi kle dalam 8 klaster kawasan industri dengan unit total mencapai 4.500 unit. Sebagai kavling pendukung akan disiapkan 1.000 unit gedung perkantoran, perbankan & instansi pelayanan lainnya serta 250.000 unit kawasan hunian. 68
7.3. Pendekatan Manusia Penekanan investasi pada manusia diyakini merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total. Tanah, tenaga kerja, dan modal fisik bisa saja mengalami diminishing return, namun tidak demikian dengan pengetahuan. Kualitas manusia yang meningkat merupakan prasyarat utama dalam proses produksi dan memenuhi tuntutan masyarakat industrial. Alternatif lain dari strategi pembangunan adalah apa yang disebut sebagai people-centered development atau putting people first (Korten, 1981:201). Artinya, manusia (rakyat) merupakan tujuan utama dari pembangunan, dan kehendak serta kapasitas manusia merupakan sumberdaya yang paling penting. Dimensi pembangunan yang semacam ini jelas lebih luas daripada sekedar membentuk manusia profesional dan terampil sehingga bermanfaat dalam proses produksi. Penempatan manusia sebagai subyek pembangunan menekankan pada pentingnya pemberdayaan (empowerment) manusia, yaitu: kemampuan manusia untuk mengaktualisasikan segala potensinya. Dengan luas areal Kaltim yang relatif luas dan kepadatan penduduk yang jarang (hanya 15 orang per-km2) ketersediaan tenaga kerja di Kaltim sangat langka. Selain kelangkaan tenaga kerja, kelangkaan SDM yang bermutu juga menjadi salah satu isu yang penting diperhatikan dalam pembangunan. Dengan kata lain, upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja seperti mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah, penerapan teknologi perlu ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan Kaltim. Demikian juga untuk meningkatkan mutu SDM di perdesaan melalui penyuluhan, training, magang perlu dijadikan sebagai bagian dari pembangunan di Kaltim. Peningkatan mutu SDM Kaltim mencakup dalam 5 aspek yakni peningkatan mutu pendidikan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan akhlak dan agama, peningkatan kualitas ketenagakerjaan dan aparatur pemerintah, dan kependudukan (lihat Gambar 42). Kelima aspek ini 69
harus dilakukan secara simultan sebagai syarat peningkatan kualitas SDM Kaltim yang sesuai dengan arah pembangunan SDM Kaltim ke depan. Gambar 42. Cakupan Pembangunan SDM Kaltim Arah pembangunan SDM Kaltim dilatarbelakangi oleh gambaran masa depan yang akan dihadapi oleh Kaltim seperti persaingan yang ketat, perubahan cepat, makin tingginya ketidakpastian, era globalisasi dengan kualitas dan informasi yang makin mutakhir, dan munculnya tatanan dunia baru dengan pasar bebasnya (lihat Gambar 43). Arah pembangunan SDM Kaltim harus mampu menyiapkan dan menjawab gambaran masa depan ini sehingga pembangunan SDM adalah syarat utama Kaltim bangkit sebagai keunggulan kompetitif. Kaltim masa depan adalah Kaltim yang mampu mewujudkan masyarakat yang berdaya saing (kompetitif), sejahtera dan berkeadilan ditunjang oleh pemerintahan yang amanah dengan memanfaatkan sumberdaya alam lestari serta jaringan berbasis teknologi. 70
GAMBARAN MASA DEPAN Gambar 43. Arah Pembangunan SDM Kaltim Persaingan yang ketat Perubahan cepat Ketidakpastian makin tinggi Era globalisasi Era kualitas Era informasi Tatanan dunia baru (sistem pasar bebas) SYARAT UTAMA KALTIM BANGKIT Prioritas Pembangunan SDM Pembangunan SDM sebagai unsur keunggulan kompetitif Kaltim KALTIM MASA DEPAN Pembangunan SDM Kaltim harus mampu mewujudkan masyarakat Kaltim yang berdaya saing (kompetitif), sejahtera dan berkeadilan ditunjang oleh pemerintahan yang amanah dengan memanfaatkan pada sumberdaya alam lestari serta jaringan berbasis teknologi 71