Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

BAB VI. Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan laporan ini, dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan desentralisasi yang membutuhkan kemandirian. daerah. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam

ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA)

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I LATAR BELAKANG

MINI LOKAKARYA PUSKESMAS SUKABUMI

PEDOMAN WAWANCARA (Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang)

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN KECAMATAN PURWODADI Jl. Raya Purwodadi No. 53 Telp (0343) Kec. Purwodadi Kab. Pasuruan 67163

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN. Penyebaran penyakit Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue. merupakan penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

Syarifah (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara) Fotarisman Zaluchu (Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEDOMAN WAWANCARA. Lampiran 1. Pedoman Wawancara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PETUGAS POKJA DBD TINGKAT KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PUSKESMAS 3 April 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

Evaluation of Dengue Hemorrhagic Fever Disease Control Programs in 2015 (Comparison between Health Center of Patrang and Rambipuji, Jember District)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Transkripsi:

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKK Padang telah melakukan upaya dalam pengendalian penyakit DBD di Kota Padang Strategi pemberantasan nyamuk dewasa melalui pengasapan, menggunakan larvasida Belum membuahkan hasil yang efektif, ABJ 60%. Peran Pemerintah masih tinggi, dan masyarakat kurang peduli dengan lingkungannya. Perubahan perilaku masyarakat dengan melibatkan PSM dalam PSN oleh keluarga secara rutin.

Con t Masyarakat belum terlibat dalam perencanaan pembangunan bidang kesehatan Pengorganisasian yang ada belum berperan sebagai mana mestinya (pokjanal DBD) Masyarakat belum tertanam konsep PSN, penerapan PSN masih kurang. Pemantauan jentik juga tidak dilakukan lagi karena dana di puskesmas belum ada Pengawasan dari institusi kesehatan masih kurang

Setelah Intervensi Hasil yang dicapai setelah intervensi ini adalah meningkatnya Angka Bebas Jentik (ABJ) dari 60% menjadi 95,6%. Penyuluhan dan pelatihan DBD dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan yang cukup signifikan Penguatan kelembagaan masyarakat dan institusi kesehatan juga sangat mendorong partisipasi masyarakat. Multiplayer effect berdirinya pendidikan PAUD terintegrasi Posyandu dan meningkatnya kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Diperlukan adanya kebijakan yang lebih efektif untuk menuju kelurahan bebas jentik

Model Perilaku Sehat Penguatan Kelembagaan Melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan (SMD dan MMD), pengorganisasian (Dasawisma), Pelakanaan (Gerakan Jumat Bersih) dan Pemantauan (Survey PHBS termasuk jentik) dan pengawasan melalui kader berbasis masyarakat. Peningkatan Kemitraan dengan Institusi kesehatan dan dinas terkait Pemanfaatan sarana yang ada (Mushala, kebersihan lingkungan, Himbauan dari ketua RW dan RT).

Prestasi dalam dua tahun (2010 dan 2011 Juara kebersihan tingkat RT sekota Padang Publikasi dari TV Padang Kader Kesehatan berprestasi tingkat Sumatera Barat Binaan Kota Padang (P2WKSS tahun 2012) Peningkatan pengetahuan, Sikap masyarakat Binaan keluarga oleh mahasiswa Aktifitas olah raga (Lansia, Asma) Terbentuknya Desa Siaga Penurunan kasus DBD

Perumusan Masalah Bagaimana penerapan modul dari model perilaku sehat berbasis masyarakat menuju kelurahan bebas jentik melalui Pendidikan Kesehatan Lingkungan di Kecamatan Nanggalo

Tujuan Penelitian Tujuan Khusus Untuk mengetahui Pengetahuan, Sikap, Tindakan masyarakat Untuk mengetahui input (tenaga, dana, sarana dan prasarana) Untuk mengetahui proses (Pemberdayaan masyarakat, Penguatan Kelembagaan, dan Advokasi) Untuk mengetahui output (Angka Bebas Jentik) Untuk melakukan Intervensi Untuk mengetahui output (Angka Bebas Jentik) setelah intervensi

Urgensi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Menambah pengetahuan dan informasi Membantu Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan Membantu masyarakat dalam memperoleh pengetahuan tentang penyakit DBD Meningkatkan keterpaduan dalam monitoring

Tinjauan Kepustakaan 2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian 2.1.2. Epidemiologi DBD 2.1.3. Penyebab dan vektro penyebab DBD 2.2. Program Pemberantasan Penyakit DBD 2.2.1. Program DBD (Gerakan PSN, Abatisasi, Fogging, PJB) 2.2.2. Tujuan Program DBD 2.2.3. Kebijakan Program DBD 2.2.4. Strategi Program DBD

2.3. Lingkungan Potensial Penyebaran Penyakit DBD 2.3.1. Wilayah yang banyak kasus demam berdarah dengue (rawan/endemis) 2.3.2. Tempat-tempat umum 2.3.3. Pemukiman baru di pinggir kota

2.4. STRATEGI 2.4.1. Pemberdayaan masyarakat. 2.4.2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD. 2.4.3. Peningkatan profesionalisme pengelola program. 2.4.4. Desentralisasi. 2.4.5. Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan.

2.5. Sasaran 2.5.1. Individu, keluarga dan masyarakat 2.5.2. Lintas Program dan sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha, LSM dan organisasi kemasyarakatan 2.5.3. Penanggung jawab program tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota mampu menetapkan kebijakan 2.5.4. SDM bidang kesehatan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan 2.5.5. Kepala wilayah/pemerintah daerah, pimpinan sektor terkait termasuk dunia usaha

2.6. Pengertian Partisipasi Masyarakat 2.7. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Kesehatan 2.8. Faktor-faktor Pembentuk Partisipasi 2.9 Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan DBD oleh Masyarakat

METODE PENELITIAN 3.1.Design Penelitian : Kuantitatif Kualitatif 3.2.Waktu dan Tempat Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Mai September 2012 3.3. Populasi dan Sampel Populasi : Kepala Keluarga Sampel : 196 KK

Informan Pimpinan Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur (If 1) Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Padang Timur (If 2) Petugas Pengelola DBD Puskesmas Andalas (If 3) Ketua PKK Kecamatan Padang Timur (If 4) Lurah (If 5) LPM (If 6) Focus Group Discussion (FGD) Tokoh Masyarakat Kader Kesehatan

3.4. Pengumpulan data Data Primer Data Sekunder 3.5. Analisis Data Univariat Trianggulasi Sumber

HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Situasi Geografis : - 10 RW Demografi : - 9177 jiwa Fasilitas Kesehatan : 1 Pustu dan 11 Posyandu Tenaga kesehatan : Bidan 3 orang, doker 2 orang Kader Kesehatan : 44 orang

Karateristik Responden

Hasil Penelitian

Hasil wawancara Mendalam I. Komponen Input 1. Kebijakan Kesehatan Pelaksanaan kebijakan program DBD belum dipahami pokjanal Jaringan kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala Untuk meningkatkan peranan dari tim pokjanal ini perlu dilakukan pelatihan.

2. Tenaga Tenaga di Puskesmas cukup, Jumantik tidak ada lagi Dasawisma dapat dilakukan Jumantik secara berkala tanpa mengeluarkan biaya Agar berkesinabungan maka perlu perhatian dan dorongan dari tokoh masyarakat dan kelembagaan yang ada. 3. Dana Dana untuk program DBD untuk pemantauan jentik tidak ada Dana dibutuhkan untuk menyusun rencana, penyelenggaraan kegiatan, pengamatan, pencegahan, pemberantasan, pengawasan dan evaluasi Melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan kesehatan

Komponen Proses 1. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan SMD, dan MMD jarang diadakan oleh kelembagaan masyarakat maupun oleh puskesmas Tujuan program pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan menghasilkan kemandirian masyarakat Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan

2. Penguatan Kelembagaan Pembinaan terhadap kelembagaan masyarakat telah dilakukan namun tidak continue dan rutin, dan sulitnya meningkatkan partisipasi masyarakat Pengetahuan mengenai Bionomic vector, virologi, dan faktor-faktor perubahan iklim, tatalaksana kasus harus dikuasai Agar kelembagaan masyarakat yang ada dapat membantu program kesehatan maka perlu adanya pembinaan dari tim pokjanal kecamatan dan puskesmas secara rutin.

3. Advokasi Pendekatan yang dilakukan selama ini belum dapat menyentuh pembuat keputusan untuk mendukung program PSN Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan sumberdaya, khususnya dalam dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber lainnya Agar PSN DBD ini dapat berjalan baik, maka diperlukan adanya tenaga yang terampil dari puskesmas dan tim pokjanal serta laporan yang akurat dari kelembagaan masyarakat

Intervensi 1. Survey Mawas Diri (SMD) 2. Pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD) 3. Pertemuan Tokoh Masyarakat 4. Pelatihan Kader Pemantau Jentik 5. Pembuatan Modul 6. Pembuatan video kegiatan 7. Penguatan Kelembagaan Masyarakat 8. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

PENUTUP 1. Kesimpulan Sebagian besar Angka Bebas Jentik Sebagian besar tingkat pengetahuan masyarakat Lebih dari separoh sikap masyarakat Sebagian besar dukungan kelembagaan masyarakat Pada umumnya dukungan institusi kesehatan Tim pokjanal belum memahami tentang program pokjanal Tenaga di Puskesmas cukup tetapi tenaga jumantik di lapangan tidak ada lagi. Dana untuk program DBD untuk pemantauan jentik tidak ada SMD, dan MMD jarang diadakan oleh kelembagaan masyarakat maupun oleh puskesmas. Pembinaan oleh tim pokjanal dan puskesmas tidak kontinue dan rutin, Pendekatan yang dilakukan selama ini belum dapat meyakinkan pembuat keputusan

Saran 1. DKK Padang agar dapat kembali melakukan pelatihan kepada tim pokjanal 2. Perlu pemberdayaan masyarakat 3. Pemerintah Kota Padang dan DPRD dapat memberikan dukungan dana untuk program DBD 4. Melibatkan masyarakat dalam Pertemuan Tingkat Daerah (PTD), SMD dan MMD 5. BPM, PKK dan Dinas terkait lainnya ikut dalam melakukan penguatan kelembagaan 6. Perlu adanya SIK yang baik dan akurat 7. Pemantauan terhadap ABJ perlu dilakukan secara berkala