1. Pasal 7 ayat 1, kurikulum terdiri atas: a. Kurikulum Inti dan b. Kurikulum Institusional Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan

dokumen-dokumen yang mirip
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG

Pedoman Revisi Kurikulum UNSIMAR Poso PJM

PEDOMAN REVISI DAN PENERAPAN KURIKULUM PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKMI BATURAJA

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR: 162/O/2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik TEDC didirikan pada tahun 2002 berdasarkan ijin. penyelenggaraan dari DIKTI No. 73/D/O/2002. Politeknik TEDC merupakan

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04.

GUGUS KENDALI MUTU PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK USU

SPESIFIKASI JURUSAN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA SP.UJM-JM-FE-UB.01

policy? pedoman? metoda? model belajar? ?...?...?

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Pergeseran Paradigma Pendidikan Tinggi. PAU-PPI, Universitas Terbuka 2008

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STRUKTUR PROGRAM DAN DISTRIBUSI MATA KULIAH

PEMA UNDIKNAS Standar & Borang SPMI Beban SKS Efektif Program Studi D.25

GUGUS KENDALI MUTU DEPARTEMEN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CURUP TAHUN 2014

Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02. Manual Mutu Kurikulum 2

STANDAR ISI PEMBELAJARAN

1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan kepastian dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sebelum digunakan.

SISTEM PENDIDIKAN 2.1 Pengertian Dasar Sistem Kredit Semester (SKS) Tujuan Umum Tujuan Khusus Sistim Kredit Semester Semester

PERATURAN NOMOR : /IT2/HK PP/2013. Tentang PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER TAHUN

MANUAL PROSEDUR PENGEMBANGAN DAN PENINJAUAN KURIKULUM TINGKAT PROGRAM STUDI

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. pemerintah melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

Ketentuan Akademik 1. Kurikulum Kepmendiknas nomor 232/U/2000

STANDAR 2 : STANDAR ISI PEMBELAJARAN

Matriks Perubahan Pasal-Pasal dalam Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

4.5 PRODI INFORMATIKA

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR BELAJAR MENGAJAR DESAIN DAN PENGENDALIAN KURIKULUM

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 74/KEP/UDN-01/VII/2007. tentang STANDAR KURIKULUM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Peraturan Akademik ITS Tahun

Lampiran SM UB. (1) Rumusan Capaian Pembelajaran minimal aspek keterampilan kerja

PENYUSUNAN KURIKULUM PROGRAM SARJANA (S1) BERBASIS KKNI

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 013/SK/R/UI/2006 TENTANG PENATAAN PENYELENGGARAAN PROGRAM EKSTENSI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 478/SK/R/UI/2004 TENTANG EVALUASI KEBERHASILAN STUDI MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Koordinator Kopertis Wilayah VII

PANDUAN P2M KOMPTENSI KELULUSAN PENGANTAR

Dokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK

STANDAR ISI PEMBELAJARAN STIKES HARAPAN IBU JAMBI

MANUAL PROSEDUR PERANCANGAN & PENGEMBANGAN KURIKULUM JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK. Fakultas Ilmu Administrasi, 2012 All Rights Reserved

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS EKONOMI. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Penanggungjawab. Nama Jabatan Tanda Tangan

4.6 PRODI FARMASI PROFIL LULUSAN PRODI FARMASI 1. Akademisi 2. Saintis 3. Enterpreneur 4. Apoteker 5. Quality Controller

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka hasil penelitian ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS JAMBI NOMOR : 1223/UN21/DT/2013 TENTANG PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS JAMBI REKTOR UNIVERSITAS JAMBI

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi. No. Item/Proses Narasi dan Kelengkapan Dokumen

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM

RENCANA STRATEGI PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

PROSEDUR DESAIN DAN PENGENDALIAN KURIKULUM No. Dokumen

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

PETA KURIKULUM PROGRAM MAGISTER SOSIOLOGI FISIP UNIVERSITAS ANDALAS

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 lahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan Lemoaran Negara Nomor 3859);

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 263 /SK/R/UI/2004 Tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM DOKTOR DI UNIVERSITAS INDONESIA

MANUAL PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Manual Prosedur Penawaran Matakuliah Pada Setiap Semester

STANDAR PROSES SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi. No. Item/Proses Narasi dan Kelengkapan Dokumen

BAGIAN I PENDAHULUAN

MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI (Permendikbud no 49/2014) Hotel Harris, Bandung, 18 Agustus 2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PERATURAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Nomor : 05815/I2/PP/2009. Tentang PERATURAN AKADEMIK TAHUN 2009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KOMISI STUDI AKHIR (KSA) Deskripsi: Struktur Organisasi: Tugas dan Wewenang: Tata Tertib Rapat KSA:

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Oleh : Nisa Muktiana/ Nisamuktiana.blogs.uny.ac.id

PELAKSANAAN PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH I BERDASARKAN ANALISIS KOMPETENSI DASAR PADA KURIKULUM SMP

Manual Mutu Lulusan Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.08. Manual Mutu Lulusan 1

MANUAL PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

PETA MASALAH DALAM AKREDITASI PRODI BERDASARKAN ISIAN BORANG AKREDITASI

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

SPESIFIKASI JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILIMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS KADIRI TENTANG PERATURAN AKADEMIK PROGRAM PASCA SARJANA (S-2) UNIVERSITAS KADIRI REKTOR UNIVERSITAS KADIRI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR : 612/SK/R/UI/2005 TENTANG

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi

REKTOR UNIVERSITAS SRIWIJAYA,

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi

STANDAR ISI PENELITIAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM MADURA

KURIKULUM PROGRAM STUDI S.1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN AKADEMIK

UNIVERSITAS DARMA PERSADA STANDAR ISI STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL 2010/ /2014 SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

MONITORING DAN EVALUASI PERGURUAN TINGGI SWASTA JAKARTA 2009

Transkripsi:

II. PENYUSUNAN KURIKULUM Kurikulum yang merupakan subjek atau serangkaian topik pengajaran pada suatu lembaga pendidikan dalam hal ini pendidikan tinggi, memerlukan tingkat kelenturan yang sedemikian rupa sehingga selain dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dapat memenuhi beragam kebutuhan para stakeholders khususnya dapat menyesuaikan dengan dinamika perkembangan di lapangan. Untuk itu diperlukan mekanisme penyusunan, peninjauan, dan evaluasi terhadap kurikulum bersangkutan secara periodik. Uraian-uraian berikut akan memuat hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan kurikulum, peninjauan, dan evaluasi kurikulum. 2.1. PENGERTIAN KURIKULUM Secara umum Kurikulum merupakan subjek atau serangkaian topik pengajaran pada suatu lembaga pendidikan, adapun menurut Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum meliputi seluruh fenomena edukatif yang dapat dimengerti sebagai mendifinisikan dan menjelaskan ketentuan pelaksanaan suatu program pengajaran, yang harus diikuti oleh para mahasiswa agar dapat menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu. Kurikulum pada suatu program studi akan sangat menentukan kualitas lulusannya dalam masing-masing bidang atau spesifikasinya dan lebih lanjut akan mempengaruhi kualitas program studi bersangkutan bahkan fakultas dan universitas. Oleh karenanya proses perancangan kurikulum harus dilakukan secara cermat dan hati-hati, dan rancangannya disusun secara sistematis dan memiliki struktur serta konten yang jelas dan tentu saja dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan oleh program studi dapat tercapai (Grayson, 1978). Selanjutnya kurikulum yang dihasilkan digunakan sebagai pedoman dan instruksi yang harus diacu secara konsisten oleh civitas academica untuk melaksanakan proses pembelajaran. 2.2. NORMATIF PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada Bab I Pendahuluan, penyusunan kurikulum Kurikulum Pendidikan Tinggi secara normatif agar mengacu kepada: 1. SK Mendiknas RI No. 232/U/2000, 20 Desember 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilain Hasil Belajar Mahasiswa. 2. SK Mendiknas RI No. 045/U/2002, 2 April 2000, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi 3. Kurikulum Inti Bidang Studi Program Studi masing-masing yang pada umumnya diterbitkan oleh setiap asosiasi pendidikan tinggi program studi. Menurut SK Mendiknas RI No. 232/U/2000 secara garis besar struktur kurikulum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Halaman BAB II - 1

1. Pasal 7 ayat 1, kurikulum terdiri atas: a. Kurikulum Inti dan b. Kurikulum Institusional Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang haru dicakup dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. Kurikulum inti terdiri atas kelompok rnatakuliah pengembangan kepribadian, kelompok mata kuliah yang mencirikan tujuan pendidikan dalam bentuk penciri ilmu pengetahuan dan ketrampilan, keahlian berkarya, sikap berperilaku dalam berkarya dan cara berkehidupan bermasyarakat, sebagai persyaratan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penyelesaian suatu program studi. Kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dan kurikulum pendidikan tinggi, terdiri atas tambahan dan kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. 2. Pasal 8 ayat 1, Kurikulum Inti Program Sarjana dan Diploma terdiri atas: a. kelompok MPK; b. kelompok MKK; c. kelompok MKB; d. kelompok MPB; e. kelompok MBB. 3. Pasal 8 ayat 2, Kurikulum Inti Program Sarjana berkisar antara 40%-80% 4. Pasal 8 ayat 3, Kurikulum Inti Program Diploma sekurang-kurangnya 40% 5. Pasal 1 ayat 7-11, Kelompok Matakuliah a. Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Kelompok Matakuliah Keilmuan Dan Ketrampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu. c. Kelompok Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. d. Kelompok Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. e. Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. 6. Pasal 5 ayat 1-3, Beban Studi a. Beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 8 (delapan) semesterdan selama-lamanya 14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah. Halaman BAB II - 2

b. Beban studi program magister sekurang-kurangnya 36 (tiga puluh enam) SKS dan sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 4 (empat) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 4 (empat) semester dan selama-lamanya 10 (sepuluh) semester termasuk penyusunan tesis, setelah program sarjana, atau yang sederajat. c. Beban studi program doktor adalah sebagai berikut: 1. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan sarjana (S1) sebidang sekurang-kurangnya 76 (tujuh puluh enam) SKS yang dijadualkan untuk sekurang-kurangnya 8 (delapan) semester dengan lama studi selama-lamanya 12 (dua belas) semester; 2. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan sarjana (S1) tidak sebidang sekurang-kurangnya 88 (delapan puluh delapan) SKS yang dijadualkan untuk 9 (sembilan) semester dan dapat ditempuh kurang dan 9 (sembilan) semester dengan lama studi selama-lamanya 13 (tiga belas) semester; 3. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) sebidang sekurang-kurangnva 40 (empat puluh) SKS yang dijadualkan untuk 4 (empat) semester dan dapat ditempuh kurang dari 4 (empat) semester dengan lama studi selama-lamanya 10 (sepuluh) semester; 4. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) tidak sebidang sekurang-kurangnya 52 (lima puluh dua) SKS yang dijadwalkan untuk 5 (lima) semester dan dapat ditempuh kurang dari 5 (lima) semester dengan lama studi selama-lamanya 11 (sebelas) semester. Adapun menurut SK Mendiknas RI No. 045/U/2002 ditegaskan bahwa: 1. Pasal 6 ayat 2.e. Kurikulum inti suatu program studi disusun atas kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. 2. Pasal 3 ayat 2. Menteri Pendidikan Nasional tidak menetapkan kurikulum inti untuk setiap program studi sebagaimana yang diatur pada pasal 11 ayat (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000, dan selanjutnya ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. 2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN KURIKULUM Proses Perancangan Kurikulum, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum sebaiknya mengikuti model yang disarankan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementrian Pendidikan Nasional sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia yaitu model Grayson (1978) lihat Diagram 2.1. pada halaman berikut. Secara umum tahapan perancangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum pada model Grayson tersebut mencakup aktivitas perumusan masalah, menstrukturkan elemenelemen utama, menala kurikulum, serta implementasi dan evaluasi. Tahapan kritis dari model tersebut adalah pada tahapan perumusan masalah dan tahapan ini umum dikenal sebagai tahapan peninjauan kurikulum (curriculum review) pada kurikulum yang telah berlaku. Pada tahap peninjauan kurikulum ini dilakukan proses eksplorasi kebutuhan stakeholders yaitu menurut Grayson permasalahan yang muncul dari kebutuhan- Halaman BAB II - 3

kebutuhan masyarakat Industri, Sosial, dan Profesional serta kebutuhan-kebutuhan lain sesuai kondisi masyarakat yang ada. Eksplorasi kebutuhan stakeholders dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya studi pelacakan alumni dan stakeholders lain (tracer study), seminar, lokakarya, dan koresponden, serta studi dokumentasi. Diagram 2.1 Model Grayson untuk Perancangan, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum. Sumber: http://media.wiley.com/product_data/excerpt/16/04717411/0471741116.pdf Halaman BAB II - 4

1. Identifikasi Masalah (Problem Definition) Berdasarkan Model Grayson langkah pertama yang diambil apabila suatu program studi akan merancang kurikulum baru atau akan meninjau kembali kurikulum yang sudah berlaku adalah Identifikasi Masalah (problem definition) yang timbul di masyarakat yang pemecahan masalahnya dapat dibantu oleh penyelenggaraan suatu program studi di lembaga pendidikan tinggi, dalam hal ini Unikom, baik yang melibatkan alumni, dosen, mahasiswa, maupun lembaga pendidikan itu sendiri. Identifikasi dapat dilakukan terhadap permasalahan yang muncul dari kebutuhankebutuhan masyarakat Industri (Industrial Needs), Sosial (Social Needs), dan (Profesional Needs) serta kebutuhan-kebutuhan lain sesuai kondisi masyarakat yang ada. Tujuan dilakukan identifikasi masalah ini adalah agar para lulusan yang dihasilkan oleh satu program studi dapat diterima di masyarakat karena kompetensi yang dimiliki melalui proses pembelajaran berdasarkan rancangan kurikulum yang tepat diharapkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tadi. Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menggali kebutuhan-kebutuhan ketiga komunitas masyarakat tersebut dapat berasal dari lembaga atau instansi baik pemerintah maupun swasta, asosiasi profesi bidang-bidang studi, serta perusahaan-perusahaan yang diperkirakan akan menjadi tempat lulusan bekerja. Selain itu dapat memanfaatkan alumni yang sudah berkerja untuk memberikan masukan kepada program studi. Proses identifikasi dapat menggunakan berbagai macam cara seperti seminar, lokakarya, tracer study, koresponden dan lain sebagainya. Cara yang dipilih harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi baik dalam hal waktu maupun biaya yang tersedia. 2. Menstrukturkan Elemen-elemen Utama (Structuring The Major Elements) Pada tahap Menstrukturkan Elemen-elemen Utama, Grayson menyarankan halhal yang sebaiknya dipertimbangkan sebagai masukan yaitu meliputi: Students Constraints Accrediting or Vetting Groups Resources, Faculty, Money, Media Facilities Teaching Methods. Sebagai stakeholder utama, mahasiswa layak mendapatkan perhatian pertama. Pembatas-pembatas atau kendala-kendala yang bersumber dari mahasiswa khususnya yang berlaku umum seperti karakter, perilaku, dan kebiasaan agar dapat diakomodasi di dalam kurikulum sedemikian rupa sehingga kurikulum dapat mencapai tujuannya, memenuhi tuntutan para stakeholders, tanpa mengorbankan pihak mana pun. Karakter, perilaku, dan kebiasaan mahasiswa tersebut dapat meliputi latar belakang pendidikan di lingkungan asal, motivasi, kedisiplinan, kondisi sosial budaya dan sosial ekonomi. Memang tidak mudah menterjemahkan hal-hal tersebut agar terakomodasi dalam kurikulum, namun demikian setidaknya kurikulum dirancang dengan sasaran yang jelas. Demikian pula halnya sebaiknya strukturisasi elemen utama mengikuti kriteria penilaian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga independen akreditasi atau pemeriksa seperti Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), Accreditation Board for Engineering and Technoloy (ABET), Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi, bahkan ISO. Sebagai contoh penerapan Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional dan ketentuan lain, karena borang dari lembaga-lembaga Halaman BAB II - 5

tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus memeriksa ketaatan kita pada ketentuan proses perancangan kurikulum. Selain itu kriteria yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga independen tersebut meliputi hal-hal yang akan dipengaruhi dan mempengaruhi kurikulum, seperti staf dosen beserta sumber daya manusia lain, fasilitas dan dukungan institusi lain, hal-hal yang berhubungan dengan profesionalisme, dan sebagainya. Fakultas, keuangan, fasilitas media pembelajaran, dan sumber-sumber daya lain merupakan faktor-faktor yang cukup jelas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kurikulum, oleh karenanya perlu untuk dipertimbangkan secara matang. Semakin kuat kondisi ketersediaan faktor-faktor tersebut, maka akan semakin lebar kemungkinan menyusun kurikulum yang ideal dalam arti mendekati sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Karena terdapat keseimbangan antara prasarana baik untuk elemen teoritis maupun yang praktis. Sarana dan prasaran tersebut meliputi gedung perkuliahan, laboratorium, ruang terbuka hijau, fasilitas-fasilitas pendukung lain, jaringan komputer baik untuk akses internet maupun intranet serta staf administrasi yang dapat diandalkan. Demikian pula halnya dengan metoda pembelajaran yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen-elemen utama kurikulum. Metoda pembelajaran di sini tentunya meliputi materi ajar, metoda atau cara mengajar itu sendiri apakah kelasikal atau online, serta infra struktur dan teknologi yang mendukungnya. 3. Menala Kurikulum (Tuning The Curriculum) Langkah-langkah yang telah dilakukan pada tahap sebelum tahap Menala Kurikulum, tentunya diharapkan dapat menghasilkan Struktur Elemen-elemen Utama Kurikulum yang diinginkan. Namun demikian struktur yang baik tentunya memerlukan penyempurnaan berdasarkan hal-hal yang tidak kasata mata. Proses pembelajaran dan proses pembelajaran yang didasari Psikologi Pembelajaran (Psychology of Learning) tentunya akan sangat berbeda karena dasar ini akan mempengaruhi salah satunya kualitas penerimaan materi ajar oleh para mahasiswa. Hal lain yang dianggap penting untuk menala kurikulum adalah prinsip-prinsip mengorganisasikan kurikulum (Curriculum Organising Principles), apakah prinsip yang dianut telah benar dalam arti tidak ada satu atau lebih semester yang bebannya lebih berat dari semester-semester lainnya, demikian pula sebaliknya. 4. Implementasi dan Evaluasi (Implementation and Evaluation) Pada tahapan ini Advisory Committees Course Boards, External Examiners (Assessors), Feedback From Industry, akan memegang peran yang sangat penting pada keberlanjutan rancangan kurikulum kita. Untuk tahapan ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab III Implementasi dan Evaluasi Kurikulum. 2.4. STRUKTUR DAN FORMAT KURIKULUM STRUKTUR KURIKULUM Seperti telah disebutkan di atas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Pasal 7 ayat 1, kurikulum terdiri atas: KURIKULUM INTI merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang haru dicakup dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. Kurikulum inti terdiri atas kelompok rnatakuliah pengembangan kepribadian, kelompok mata kuliah yang mencirikan tujuan Halaman BAB II - 6

KELOMPOK KOMPETENSI PENYELENGGARA PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN KURIKULUM pendidikan dalam bentuk penciri ilmu pengetahuan dan ketrampilan, keahlian berkarya, sikap berperilaku dalam berkarya dan cara berkehidupan bermasyarakat, sebagai persyaratan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penyelesaian suatu program studi. KURIKULUM INSTITUSIONAL merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dan kurikulum pendidikan tinggi, terdiri atas tambahan dan kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun demikian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Pasal 6 ayat 2.e. menyatakan bahwa Kurikulum inti suatu program studi disusun atas kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Adapun Pasal 3 ayat 2. menyatakan Menteri Pendidikan Nasional tidak menetapkan kurikulum inti untuk setiap program studi sebagaimana yang diatur pada pasal 11 ayat (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000, dan selanjutnya ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. FORMAT KURIKULUM Hal-hal penting yang seharusnya terdapat pada Format Kurikulum adalah sebagai berikut: 1. Identitas Lembaga: Memuat nama Fakultas, Jurusan, Program Studi, Bagian atau sejenisnya sebagai penyelenggara pendidikan. 2. Strata Program Studi dan Gelar Lulusan: Menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku 3. Fasilitas utama penyelenggaraan proses pendidikan dan pengajaran: Fakultas, Jurusan, Program Studi, Bagian. 4. Identitas Tenaga Akademik 5. Tanda tangan pihak-pihak berwenang: Ketua Komisi Penyusunan Kurikulum, Ketua Jurusan/ Program Studi, Dekan Fakultas, Pembantu Rektor I Bidang Akademik. 2.5. KODIFIKASI Berikut adalah contoh Kodifikasi Kurikulum yang berlaku di dengan mengambil contoh bagian Kurikulum Program Studi Teknik Arsitektur, Mata Kuliah Pranata Pembangunan, Program Studi Strata Satu (S1) (nomor 3), Semester 7, kelompok kompetensi MBB (nomor 5), Nomor Mata Kuliah untuk ketentuan tersebut, bobot 2 SKS, penyelenggara Program Studi. KODE MATA KULIAH KJ PS S J NO. T NAMA MATA KULIAH SKS 1 2 3 4 5 6 MBB AR 3 7 5 01 Pranata Pembangunan 2 Program Studi Halaman BAB II - 7

KETERANGAN: KJ Kode Jurusan/ Program Studi = AR (Arsitektur) PS Program Studi Strata Satu (S1) = 3 S Semester = Tempat Mata Kuliah bersangkutan diselenggarakan J Jenis = Nomor Kelompok Kompetensi, contoh: Nomor MBB = 5 NO. Nomor Mata Kuliah Tambahan = Kode tambahan, contoh: S untuk Studio, L untuk Laboratorium, dan T seterusnya. 1 = Kelompok MPK: Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian 2 = Kelompok MKK: Kelompok Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan 3 = Kelompok MKB: Kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya 4 = Kelompok MPB: Kelompok Mata Kuliah Perilaku Berkarya 5 = Kelompok MBB: Kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bersama Halaman BAB II - 8