PRODUKSI BENIH GURAME DILAHAN SEMPIT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN KOMBINASI BERAGAM PAKAN HIJAUAN DAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

bio.unsoed.ac.id Budidaya ikan dapat di bedakan menjadi dua tahapan, yaitu tahap pembenihan dan tuhup Pembesaran. Pembenihan meliputi; Pemilihan dan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

bio.unsoed.ac.id ini merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya gurame yaitu Budidaya ikan dapat dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu tahap

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

bio.unsoed.ac.id Dra. Sri Sukmaningrumo Msi di Thailand (Pangasius sutchi). Ikan patin termasuk golongan ikan yang paling banyak

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

: LATIF BERTY ISTIAJI NIP :

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. P E N D A H U L U A N

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

OLIKULTUR UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DAN GURAMI (Osphronemus goramy) SISTEM EKSTENSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

BERWIRAUSAHA DI BIDANG PERIKANAN

VI. BUDIDAYA KODOK (AMPHIBIA)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

II. TINJAUAN PUSTAKA

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Transkripsi:

PRODUKSI BENIH GURAME DILAHAN SEMPIT M. SULM Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jalan Raya Sempur No. I Bogor ABSTRAK Suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan teknik produksi benih ikan gurame telah dilakukan dilahan sempit. Perlakuan yang diamati dengan luasan kolam pemijahan dengan ukuran A (2 x 2 m) ; B (2 x 4 m) ; C (2 x 6 m) ; D (2 x 8 m) dan densitas induk untuk masing - masing kolam ditebar induk gurame A (1 a' + 2 Y), B (2a' + 4 Y), C (3 a' + 6 Y), D (4 c + 8 Y) dengan ratio jantan dan betina 1 :2. Induk yang digunakan berasal dari strain Bastar dengan berat 2,5-3 kg/ekor, Pakan yang diberikan berupa pellet (protein 37%) dan daun sente dengan jumlah 2% berat tubuh/hari dan 5% berat tubuh/2 hari. Perlakuan pada tahapan penetasan dalam bak plastik (densitas telur 1000 butir/bak) adalah A (pergantian air), B (aerasi), dan C (pengaliran air). Hasil penelitian menunjukkan luasan kolam berukuran 2 x 8 m merupakan luasan terbaik dengan intensitas pemijahan rata-rata 4 kali selama 3 bulan. Jumlah induk optimal (pada akhir pengamatan) untuk kolam tersebut adalah 7 ekor (2 jantan dan 5 betina). Hasil pengamatan terhadap penetasan telur menunjukkan bahwa perlakuan C (pengaliran air) memberikan derajat tetas terbaik (95,9%) dan kelangsungan hidup larva umur 10 hari (89,8%). Kata kunci : Kolam sempit, gurame, ukuran kolam PENDAHULUAN Man gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu dari 15 jenis komoditi perikanan yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani serta untuk pemenuhan sasaran peningkatan gizi masyarakat. Ikan gurame mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena selain banyak disukai juga mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lamnya. Dari sifat biologinya ikan ini bersifat omnivora, menyukai air yang tergenang, dan tergolong kedalam golongan ikan ikan dataran rendah dan tingkat kematian ikan ini sepanjang diusahakan secara intensif, relatif cukup rendah. Menurut HANDAYANI (1997), jenis ikan ini mudah dipelihara dalam wadah budidaya terkontrol dan cepat menyesuaikan diri terhadap pemberian pakan buatan (HANDAYANI, 1997). Laju pertumbuhan ikan ini jika diusahakan secara intensif dengan dukungan teknologi pemeliharaan yang tepat dapat menghasilkan produksi optimal dengan lama pemeliharaan yang relatif cepat sekaligus dapat menghapus julukan " ikan lambat tumbuh" yang selama ini ada pada ikan gurame. Dewasa ini permintaan ikan gurame baik benih maupun ukuran konsumsi cukup tinggi. Pembesaran gurame yang dilakukan petani umumnya masih tradisional, petani beranggapan bahwa ikan gurame lambat tumbuh sehingga umumnya dianggap sebagai "ikan tabungan" yang akan dipanen 1 tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari hari besar. Pakan yang diberikan selama pemeliharaannya terbatas pada daun daunan sedang penggunaan pakan buatan relatif masih rendah dan tidak kontinyu. Dewasa ini keterbatasan lahan dan air dirasakan menjadi suatu kendala bagi pengembangan sektor agribisnis, peruntukan lahan yang potensial untuk usaha di bidang agribisnis umumnya banyak yang beralih fungsi dimana peruntukannya berubah menjadi areal pemukiman. Salah satu alternatif usaha agribisnis pada kondisi tersebut adalah budidaya gurame. Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalahmendapatkan satu teknik produksi benih gurame di lahan sempit. Jenis BIOLOGI Jenis ikan gurame yang banyak terdapat di petani ikan umumnya adalah Blue safer (wama agak keunguan) ; Angsa/Paris (warna agak cerah) ; 174

Bastar (warna cerah kearah keputihan) dan Batu (warna kehitaman). Kebanyakan para pembudidaya hanya menggunakan 3 jenis tersebut kecuali batu karena petani beranggapan jenis batu sangat lambat pertumbuhannya. Habitat Digolongkan ikan dataran rendah. Tumbuh optimal pada ketinggian < 300 m dpl. Habitat alami sungai, danau dan rawa. Temperatur optimum 27-30 C, ph 7-8, DO 4-5 ppm ; Lebih menyukai kolam tanah untuk tempat pemeliharaan dengan dasar kolam tidak terlalu berlumpur ; Menyukai stagnant water/ air tenang; Peka terhadap cahaya terutama pada malam hari dan perubahan kualitas air mendadak terutama temperatur air ; dan Kebiasaan makan menyukai pakan yang ada dipermukaan serta mempunyai sifat yang cenderung kearah nocturnal (aktif saat gelap). Man ini digolongkan kedalam ikan omnivora. PERKEMBANGBIAKAN Perkembang biakan dapat dilakukan secara massal dengan ratio 1 jantan : 2-3 betina. Dapat memijah 4-5 kali dalam setahun. Jumlah telur bervariasi 3000-7000 butir untuk jenis Bastar dan Paris sedang untuk Blue safir jumlah telur dapat mencapai 12.000 butir. Kondisi telur terapung. Pemijahan dominan terjadi pada awal musim penghujan. PEMILIHAN INDUK Secara umum, ciri induk yang baik : Sisik besar-besar, teratur, licin dan tidak ada luka ; Warna cerah merata. Sehat dan gerak lincah. Pematangan gonad induk Kegiatan pematangan gonad induk merupakan kegiatan yang cukup menentukan dan berpengaruh terhadap produksi benih baik kualitas maupun kuantitas. Salah satu aspek yang berpengaruh adalah pakan induk. Di tingkat petani umumnya induk dipelihara hanya dengan pemberian daundaunan saja tapa penambahan pakan buatan. ANONIM (2003) mengatakan bahwa penggunaan daun-daunan saja tanpa pakan buatan/pellet untuk pakan diakui mengakibatkan pertumbuhan benih ikan sampai dengan ukuran konsumsi lebih lambat dibanding dengan pakan kombinasi pellet dan daun-daunan. TEKNIK PEMBENIHAN Tabel 1. Perbedaan jantan dan betina Jantan Betina Memiliki tonjolan Tidak memiliki tonjolan jelas di dahi Sirip ekor rata Sirip ekor membulat Bibir tebal Bibir tipis Gerak lincah, bentuk Gerak lamban, bentuk tubuh/perut langsing tubuh/perut gendut Jika diletakkan di Ekor hanya bergerak-gerak tempat datar, ekor akan naik Tabel 2. Persyaratan Khusus Untuk Pembenihan Jantan Berat 2-2,5 kg/ekor Umur minimal 2 tahun Tonjolan terlihat jelas Kekar dan lincah Betina Berat 2,5-3 kg/ekor Umur minimal 2 tahun Perut membulat Alat kelamin memerah Menurut HALVER, (2002) bahwa pakan induk mempunyai peranan penting bagi pematangan gonad dalam menghasilkan telur dan perkembangan larva dengan kualitas baik (daya tetas tinggi, tingkat kelangsungan hidup tinggi). Disamping itu ikan gurame pada pada semua tahap pemeliharaan tidak dapat terlepas dari kebutuhannya terhadap bahan alami terutama hijauan. Pembesaran gurame secara intensif tanpa pemberian hijauan umumnya mengakibatkan ketahanan terhadap penyakit yang relatif rendah. Pemberian pakan yang berkualitas baik pakan buatan maupun hijauan pada tahapan produksi telur gurame merupakan satu hal yang penting. Disamping mutu (aspek genetik) dan kesehatan induk, kualitas dan kuantitas pakan induk merupakan faktor penting dan berpengaruh 1 7 5

terhadap kematangan gonad, jumlah telur, kualitas dan kuantitas larva yang dihasilkan serta tingkat sintasan larva (SUHENDA 1991). Hal ini sesuai juga dengan pendapat MOREAU (2003) yang mengatakan bahwa peningkatan nilai gizi pakan induk akan berpengaruh bukan saja pada peningkatan kualitas telur dan sperma tapi juga pada produksi benih. Secara umum dalam pematangan gonad induk hal yang perlu diperhatikan antara lain : Dipelihara secara terpisah jantan dan betina dalam kolam tanah, luas minimal 50 m2. Kepadatan 2-4 ekor/10 m2 ; Pakan diberikan berupa pellet terapung 2%/hari dan daun sente 2-3%/hari. Kandungan protein pakan 30-35%. PERSIAPAN KOLAM PIJAH Luas minimal 16 m2 untuk 4 pasang induk, kedalaman air 70-80 ; Sisi pematang kolam bagian dalam dibiarkan berumput ; Disediakan meja dari anyaman bambu di tengah kolam untuk menempatkan bahan sarang. Bahan sarang berupa ijuk atau serat karung plastik ; Air diusahakan tenang dan jernih. PEMIJAHAN Masukkan induk pada sore hari ; Pakan yang diberikan berupa pellet terapung 1% + Sente 2-3% perhari, frekuensi pemberian pellet 2 kali (pagi dan sore hari). CIRI SARANG BERISI TELUR Terdapat lapisan minyak di atas permukaan air dekat sarang ; Mulut sarang tertutup. Tercium bau amis menyengat ; Biasanya induk jantan berada dekat sarang ; Jika sarang ditusuk dengan jari, telur akan terlihat keluar terapung di permukaan. PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Kegiatan penetasan telur dan perawatan larva merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus. Keberhasilan dalam kegiatan ini yaitu masa perkembangan awal sangat dipengaruhi salah satunya oleh keberhasilan pemberian pakan. Perlu juga diperhatikan masalah masa kritis benih. Masa kritis benih adalah saat kuning telur mulai habis dan larva mulai mengambil makanan dari luar, ditandai dengan larva sudah mulai berenang, jika 50% larva sudah mulai berenang merupakan saat yang tepat untuk mulai diberikan pakan (SUHENDA. 1991). Pada ikan gurame, kuning telur habis pada hari 8-10 dari sejak menetas. Kegiatan yang dilakukan dalam penetasan telur dan perawatan larva adalah : Setelah sarang berisi telur, sarang diangkat dari kolam selanjutnya dilakukan kegiatan : Pemisahan telur dari sarang secara hati-hati ; Memasukkan telur ke dalam bak plastik yang berisi air bersih dengan kepadatan 50-100 butir/liter air, wadah yang digunakan umumnya berupa bak plastik diameter 60 cm, volume air diisi sekitar 10 liter. Setelah 2 hari telur akan menetas ; Telur yang tidak menetas dibuang setiap hari ; Penggantian air dalam bak dilakukan setiap hari 2/3 volume, akan lebih baik jika kedalam bak diberi tetesan air agar terjadi proses difusi oksigen sehingga kandungan oksigen terlarut dalam wadah bertambah. Lama pemeliharaan dalam bak 8-10 hari ; Selanjutnya larva dipindah ke kolam pendederan yang sebelumnya sudah dipersiapkan (diolah dan dipupuk). PEMELIHARAAN BENIH Pada tahapan ini benih lepas bak dipelihara sampai ukuran sekitar 50 gram/ekor, lama pemeliharaan pada tahapan ini sekitar 5 bulan. Benih hasil tahapan ini digunakan sebagai benih pada tahapan pendederan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sbb : Sebelum benih ditebar, kolam dipersiapkan terlebih dahulu dengan pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan dan pengapuran serta perapihan pematang dengan kedok teplok (secara rinci lihat pada persiapan kolam tahapan pendederan). Setelah persiapan kolam selesai dilakukan, benih dimasukkan ke dalam hapa yang dipasang di dalam kolam sebagai langkah adaptasi benih terhadap lingkungan kolam, dibiarkan selama 1 minggu, kedalaman air pada tahapan ini sekitar 40-50 cm. Pemeliharaan benih sebaiknya dibagi dalam 3 1 76

tahapan untuk mengatur kepadatan ikan dan jumlah pakan yang diberikan (Lampiran). Agar memperoleh hasil yang optimal dalam pemeliharaan benih pada tahapan pendederan perlu diperhatikan hal-hal sbb : Pakan Makanan atau pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Menurut ELLIOT, (1979) Pakan mempengaruhi laju pertumbuhan, produksi, kesehatan, kelangsungan hidup, dan reproduksi ikan Keberhasilan usaha perikanan budidaya dapat terwujud apabila tiga faktor penentu yang saling berpengaruh diperhatikan yaitu ketersediaan benih yang tepat kualitas dan kuantitasnya, ketersediaan pakan sesuai kebutuhan serta lingkungan yang mendukung. LANNAN et al. (1983) mengatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan produksi ada 3 aspek penting yang perlu diperhatikan yaitu pemupukan, padat penebaran dan pakan tambahan. Penggunaan pakan tergantung dari sistim usaha yang dijalankan, pada budidaya ekstensif, praktis tidak menggunakan pakan tambahan. Dalam budidaya semi-intensif, pakan tambahan/buatan digunakan sebagai pelengkap terhadap pakan alami yang ada dalam perairan dan pakan tambahan ini umumnya hanya berupa sisa dari salah satu bahan pangan tanpa melalui proses pengolahan dulu dan sudah jelas tanpa komposisi khusus yang terencana. Namun pakan dalam kegiatan budidaya intensif keadaannya sangat berbeda, pada sistim intensif jumlah ikan yang ditebar tinggi jauh melebihi kemampuan perairan menyediakan pakan alami, sehingga makanan alami secara kuantitatif tidak berperan nyata lagi bagi pertumbuhan, kesehatan dan kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, dalam budidaya intensif seluruh kebutuhan zat makanan '(nutrien) baik kualitatif maupun kuantitatif harus dipenuhi dengan pemberian pakan buatan dengan komposisi nutrisi yang lengkap dan jumlah pemberian yang sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhan. Pada sistem ini pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya intensif. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan relatif besar mencapai 35-60% dari total produksi. Dalam budidaya ikan, penyediaan pakan sering menjadi kendala, di samping faktor biaya yang tinggi, kualitas pakan yang tersedia juga tidak selalu sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan ikan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat, akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. TAL (1970) mengatakan bahwa teknik pemeliharaan ikan yang dapat dilakukan agar pertumbuhan relatif lebih cepat adalah dengan pemberian pakan tambahan yang sesuai dengan proporsi pakan alami. HEPHER dan PRUGIN1N (1983) juga mengatakan bahwa usaha pemeliharaan benih secara intensif perlu dilakukan antara lain dengan pemberian pakan buatan yang lengkap dan seimbang serta meningkatkan padat penebaran. Pemberian pakan pada semua tahapan budidaya perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada usaha budidaya yang dilakukan secara intensif karena pakan merupakan salah satu faktor penentu keberlanjutan usaha, kualitas dan kuantitasnya harus sesuai dengan yang dibutuhkan ikan yang dipelihara. Menurut LANNAN et al. (1983) pemberian pakan dalam jumlah kurang akan mengakibatkan kemampuan untuk tumbuh terbatas sebaliknya pemberian pakan dalam jumlah terlalu banyak mengakibatkan tidak hanya pemborosan juga dapat merusak kualitas air. Hal ini membuktikan bahwa peranan pakan dalam kegiatan budidaya merupakan sarana vital yang dibutuhkan. Akibat lain dari pemberian pakan yang tidak sesuai adalah dampak yang buruk terhadap lingkungan akibat banyaknya sisa pakan yang terbuang. Untuk menentukan dan mendapatkan pakan yang baik dan berkualitas yang secara tidak langsung sangat menentukan dan berpengaruh terhadap produktivitas usaha, perlu diketahui beberapa hal antara lain : o Secara umum kriteria pakan yang baik adalah yang memiliki kandungan nutrien/ gizi dan memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, mempunyai sifat yang disesuaikan dengan kebiasaan dan 1 77

Dukungan Teknologi Ui:tuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat o biologi ikannamun produknya efisien dan berdampak kecil terhadap pencemaran lingkungan serta harganya bersaing di pasaran. Kualitas pakan yang baik dapat ditentukan antara lain : - Tidak mudah hancur dalam air, minimal 10 menit tahan dalam air dengan tidak hancur - Untuk pakan tenggelam, tidak terlalu cepat sampai dasar ada fase melayang - Memiliki aroma yang merangsang ikan -Dapat disimpan minimum 2 bulan tanpa merusak kualitas o Kualitas pakan yang kurang baik dapat dipastikan dengan : - Jika dipegang terasa banyak butiran debu -Warna keputihan karena terdapat jamur. Mudah hancur dalam air -Aroma berkurang dari yang seharus-nya (AzwAR, 2003) Pada usaha budidaya gurame, pada tahapan pendederan dan pembesaran seperti pada pemeliharaan induk, disamping pakan buatan, ikan gurame tidak dapat terlepas dari kebutuhannya terhadap hij auan. Jenis hij auan yang umum diberikan dan berdampak cukup baik adalah daun sente, talastalasan, limbah pasar (terutama daun Cay Sin) dan lain-lain. SULHI (2005) pemberian pakan berupa pellet terapung 3% + daun sente 2% memberikan dampak yang terbaik terhadap pertumbuhan populasi, kelangsungan hidup, konversi pakan dan daya cerna dibanding perlakuan lainnya. Penambahan daun sente pada pemeliharaan ikan gurame secara umum mempunyai kecenderungan meningkatkan berat populasi, kelangsungan hidup, daya cerna serta menekan konversi pakan. Pada tahap pendederan (dapat diterapkan pula pada tahapan pembesaran) beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : - Pakan yang diberikan terdiri dari dua macam yaitu pakan buatan dan pakan hijauan - Pakan buatan yang diberikan sebaiknya pakan terapung (grower) dengan jumlah pemberian sebanyak 2-3%/hari dari berat populasi -Frekuensi pemberian 2 kali yaitu pagi (06.00) dan sore hari (17.00) - Hijauan yang dapat diberikan berupa daun jenis talas-talasan, Lemna minor (daun mata lele) dan Azolla. Jumlah pemberian sekitar 5% dari bobot populasi diberikan 2 had sekali. Pemanenan Waktu pemanenan sebaiknya pagi/sore hari. Penangkapan tidak dalam kondisi hujan. Kedalaman air kolam masih setinggi 20-30 cm ; Penangkapan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan lepasnya sisik ; Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan dapat dimasukkan daun pisang ke dalam kolam, umumnya ikan-ikan akan berkumpul dibawah daun tersebut. DAFTAR PUSTAKA ANONIMus. 2003. Budidaya pendederan dan pembesaran ikan gurame. Tim Penelitian dan Pengembangan Biro Kredit Bank Indonesia. Jakarta. 113 him. ELLIOT, J.M. 1979. Energetic of freshwater teleost, p. 9-61. dalam P.J. MILLER (Ed). Fish phenology adaptive. Acad. Press. Inc. London. HALVER, E. JOHN and RONALD W. WARDY. 2002. Fish Nutrition. 3 1 Edition. Academic press. Tokyo. 822 p. HANDAYANI, SRI.1997. Dosis optimum 3, 5,3'Triyodotironin (T3) dalam pakan untuk pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac). Desertasi. Pasca Sarjana. institut Pertanian Bogor, Bogor. HEPHER, B. and Y. PRUGININ. 1983. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons. Inc.Canada., 261 p. LANNAN J.E., R. ONEAL SMITHERMAN and GEORGE ICHOBANOGLAUS. 1983. Principles and Practices of Pond aquaculture. Oregon State University. p. 103-115. SUHENDA N. dan WAHYU HIDAYAT. 1991. Pengaruh pemberian pakan dengan kandungan protein berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan gurame. Prosiding Seminar Hasil Perikanan Air Tawar 1991/1992. Balitkanwar, Bogor. Him. 112-116. SULHI. MUHAMAD, JOJO SUBAGJA dan ZAFRIL 1. AZWAR. 2005. Studi daya cerna dan pertumbuhan benih 1 78

gurame dengan menggunakan kombinasi pakan buatan dan bahan alami. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. TAL, 5.1970. Fish Culture Prospect in The 80-S Bamidgeh 22(2). p. 7-32. Lampiran. Kapita selekta budidaya gurame Lama Target Ukuran tebar Pakan Mortalitas Densitas Kebutuhan wadah pemel iharaan Benih 50 gram, 5 gram Pupuk + pakan benih 3 Kolam 2,5 bulan 10+20% 50 ekor/m 12.000 ekor 15.000 ekor 5 + 10% + daun/lemna 100 m2 Benih 5 gram, 0,5 gram Pupuk + pakan benih 2 Kolam 2 bulan 20% 100 ekor/m 15.000 ekor 18.000 ekor 5 + 10% 100 m2 Benih 0,5 gram, Larva lepas yolk I bulan Pupuk + pakan benih 2 Kolam 20% 150 ekor/m 18.000 ekor sac. 22000 ekor 10% 100 m2 Larva lepas yolk Induk 8 betina + 10 hari Pakan induk 1%+ 20 m2/pasang I Kolam indukl6 m2 sac. 22000 ekor 4jantan daun sente 10% induk. 1000 bak plastik D 60 cm, butir telur/bak 20 bh