GAMBARAN PERUBAHAN DERAJAT DISMENORRHEA PADA WANITA USIA SUBUR YANG PERNAH MELAHIRKAN DI DUSUN SIDOKUMPUL DESA BLIMBING KECAMATAN PACIRAN Puji Rahayu*, Dian Nur Afifah**, Mu ah***.......abstrak....... merupakan masalah yang paling sering dialami oleh kebanyakan wanita, dismenorrhea adalah nyeri saat menstruasi. Pengaruh prostaglandin yang berlebih menyebabkan terjadinya dismenorrhea. Pada umumnya derajat dismenorrhea akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia dan kelahiran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perubahan derajat dismenorrhea pada wanita usia subur yang pernah melahirkan. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu Wanita Usia Subur yang pernah melahirkan di Dusun, dengan besar sampel 112 responden, pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, waktu penelitian vember-. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kemudian dianalisis dan dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan responden yang mengalami penurunan derajat dismenorrhea sebanyak 38 responden (33,93%) dan sudah tidak mengalami dismenorrhea (menghilang) sebanyak 58 responden (51,79%). Dari penelitian di atas diharapkan responden harus aktif dalam memperoleh informasi tentang kejadian dismenorrhea selain itu bagi petugas kesehatan agar mengoptimalkan perannya sehingga dapat menurunkan kejadian dismenorrhea. Kata Kunci : Paritas, PENDAHULUAN... Dalam menjalani hidupnya, wanita akan melewati beberapa fase perubahan alami di tubuhnya serta masalah yang menyertainya, yaitu saat mengalami menstruasi pertama, pertama kali berhubungan seksual, mengandung dan melahirkan, hingga menopause (berhentinya menstruasi). Salah satu masalah yang paling sering menjadi keluhan oleh kebanyakan wanita adalah nyeri saat menstruasi (). Sebenarnya nyeri saat menstruasi merupakan hal yang lumrah dialami oleh setiap wanita, akan tetapi yang membedakannya adalah apabila hal tersebut mengganggu aktivitas dan kehidupan sehariharinya. Tidak sedikit wanita yang mengeluh nyeri saat menstruasi atau dismenorrhea yang terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah menarche (biasanya mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15 dan 25). merupakan sakit menjelang atau selama menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-sehari bahkan ada yang membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. dibagi menjadi 3 yaitu dismenorrhea ringan jika berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari, dismenorrhea sedang jika tanpa perlu meninggalkan kerjanya tetapi diperlukan obat penghilang rasa nyeri, dan tergolong dismenorrhea berat jika perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan mual muntah. Faktor faktor yang mempengaruhi dismenorrhea meliputi 1) Usia, nyeri haid sering terjadi pada wanita usia muda, karena belum mencapai kamatangan biologis (khususnya alat reproduksi yaitu pertumbuhan endometrium masih belum sempurna), psikologis (gadis yang emosinya masih labil) maupun sosial. Frekuensi nyeri akan menurun sesuai SURYA 27
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan dengan bertambahnya usia. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan (Llewellyn, 2001); 2) Perkawinan, Perempuan yang sudah kawin memiliki resiko nyeri saat menstruasi yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang belum kawin. Hal Ini karena perkawinan membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun perubahan psikis pada wanita yang sudah menikah (Galya Junizar, 2001); 3) Paritas, pada umumnya keram menstruasi berat yang sering terjadi pada wanita muda sering menghilang setelah kehamilan pertama (Ganong, 2002). Hal ini diduga terjadi karena hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan (IMCW, 2007); 4) Konsumsi Alkohol, nyeri akan bertambah pada wanita yang sering mengkonsumsi alcohol, kopi dan juga coklat karena dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya dapat memicu lepasnya prostaglandin. (Kumalasuci, 2007); 5) Pemakaian IUD, pemasangan AKDR dalam rahim dapat merangsang uterus sehingga menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi (IMCW, 2007). Llewellyn (2001:216) menuliskan bahwa frekuensi dismenorrhea akan menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan. Keram menstruasi berat yang sering terjadi pada wanita muda sering menghilang setelah kehamilan pertama (Ganong, 2002:431). Ditegaskan pula oleh Galya Junizar (2001) sering kali segera setelah perkawinan dismenorrhea hilang dan jarang masih menetap. menjadi satu masalah tersendiri yang banyak dialami kaum wanita. Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan yang menstruasi di setiap negara mengalami nyeri haid. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama haid. spasmodik atau dismenorrhea primer dialami 60-75% wanita muda. Pada tiga perempat wanita yang mengalaminya, intensitas kram ringan atau sedang, tetapi pada 25 % nyerinya berat dan membuat penderita tidak berdaya (Llewellyn,2001). Berdasarkan survei awal di Dusun Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan didapatkan hasil bahwa dari total 5 responden primipara semua mengalami dismenorrhea, 5 responden multipara semua mengalami dismenorrhea, dan 5 responden grandemultipara semua pernah mengalami dismenorrhea. Dari data survei awal menunjukan adanya masalah. Masalah tersebut adalah banyaknya wanita usia subur yang mengalami nyeri saaat menstruasi (dismenorrhea). Dengan demikian masih perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui perubahan derajat dismenorrhea pada setiap wanita usia subur yang mempunyai keluhan dismenorrhea pada siklus haidnya setelah melahirkan. Karena dismenorrhea ini sudah dianggap masalah yang serius apabila mengganggu kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian diatas untuk mengetahui gambaran perubahan derajat dismenorhea pada wanita usia subur yang pernah melahirkan di Dusun Sidokumpul Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang pernah melahirkan di Dusun Lamongan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian wanita usia subur yang pernah melahirkan yang memenuhi kriteria inklusi dengan besar sampel 112 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah derajat dismenorhea pada wanita usia subur yang pernah melahirkan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi. SURYA 28
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan HASIL.PENELITIAN 1. Data Umum 1) Karakteristik responden berdasarkan umur Klasifikasi umur dari responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Distribusi umur ibu di Dusun. Umur Frekwensi Prosentase 1. < 20 tahun 25 22,32 2. 20-35 tahun 82 73,22 3. > 35 tahun 5 4,46 Jumlah 112 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 82 responden (73,22%) dan sebagian kecil berusia > 35 tahun yaitu sebanyak 5 responden (4,46%). 2) Karakteristik responden berdasarkan paritas Karakteristik ibu berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Distribusi paritas ibu di Dusun. Paritas Frekwensi Prosentase 1. 2. 3. Primipara Multipara Grandemultipara 48 55 9 42,86 49,11 8,03 Jumlah 112 100 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dari 112 responden sebagian besar ibu multipara yaitu 55 responden dengan prosentase 49,11% dan sebagian kecil ibu grandemultipara yaitu sebesar 9 responden dengan prosentase 8,03%. 2. Data Khusus 1) Karakteristik responden berdasarkan derajat dismenorrhea sebelum melahirkan. Tabel 3 Distribusi pada Primipara sebelum melahirkan di Dusun 1 2 3 Berat 24 50 Sedang 19 39,58 Ringan 5 10,42 Jumlah 48 100 Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden ibu primipara 50% mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sejumlah 24 responden, dan sebagian kecil mengalami derajat dismenorrhea ringan yaitu sebanyak 5 responden dengan prosentase 10,42%. Tabel 4 Distribusi pada Multipara sebelum melahirkan di Dusun 1 2 3 Berat 23 41,82 Sedang 22 40 Ringan 10 18,18 Jumlah 55 100 Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 112 responden sebagian besar ibu multipara mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sejumlah 23 responden dengan prosentase 41,82%, dan sebagian kecil ibu multipara mengalami derajat dismenorrhea ringan yaitu sebanyak 10 responden dengan prosentase 18,18%. SURYA 29
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan Tabel 5 Distribusi pada Grandemultipara sebelum melahirkan di Dusun 1 2 3 Berat 2 22,22 Sedang 4 44,44 Ringan 3 33,33 Jumlah 9 100 Dari tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari 9 responden ibu grandemultipara sebagian besar mengalami derajat dismenorrhea sedang yaitu sebanyak 4 responden dengan presentase 44,44%, dan sebagian kecil ibu grandemultipara mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sebanyak 2 responden dengan prosentase 22,22%. 2) Karakteristik responden berdasarkan derajat dismenorrhea setelah melahirkan Tabel 6 Distribusi pada Primipara setelah melahirkan di Dusun 1. 2. 3. 4. Berat 4 8,33 Sedang 13 27,08 Ringan 17 35,42 Tidak 14 29,17 mengalami dismenorrhea Jumlah 48 100 Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara mengalami derajat dismenorrhea ringan yaitu sebanyak 17 responden dengan presentase 35,42% dan sebagian kecil ibu primipara mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sebanyak 4 responden dengan prosentase 8,33%. Tabel 7 Distribusi pada Multipara setelah melahirkan di Dusun 1. 2. 3. 4. Berat 3 5,45 Sedang 7 12,73 Ringan 10 18,18 Tidak 35 63,64 mengalami dismenorrhea Jumlah 55 100 Dari tabel 7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu multipara tidak mengalami dismenorrhea setelah melahirkan anak yaitu sebanyak 35 responden dengan presentase 63,64%, dan sebagian kecil ibu multipara mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sebanyak 3 responden dengan prosentase 5,45%. Tabel 8 Distribusi pada Grandemultipara setelah melahirkan di Dusun 1. 2. 3. 4. Berat 0 0 Sedang 0 0 Ringan 0 0 Tidak 9 100 mengalami dismenorrhea Jumlah 9 100 Dari tabel 8 di atas menunjukkan bahwa semua responden tidak mengalami dismenorrhea setelah melahirkan. SURYA 30
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan 3) Distribusi perubahan derajat dismenorrhea di Dusun Sidokumpul bulan vember-. Distribusi perubahan derajat dismenorrhea pada WUS yang pernah melahirkan dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Distribusi perubahan derajat dismenorrhea pada WUS yang pernah melahirkan di Dusun Lamongan bulan vember- 1 2 3 Perubahan Dismenorea Paritas Meningkat Tetap Menurun Menghilang Jumlah Primipara 3(6,25%) 6(12,5%) 25(52,08%) 14(29,17%) 48(100%) Multipara 2(3,64%) 5(9,09%) 13(23,64%) 35(63,63%) 55(100%) Grande multipara 0 0(0%) 0 ( 0% ) 9(100%) 9(100%) Jumlah 5(4,46%) 11(9,82%) 38(33,93%) 58(51,79%) 112(100%) Dari tabel 9 di atas menunjukkan bahwa dari 112 responden, dimana 48 responden primipara sebagian besar mengalami penurunan derajat dismenorrhea yaitu sebanyak 25 responden dengan presentase 52,08%. Dan dari 55 responden multipara sebagian besar dismenorrhea menghilang yaitu sebanyak 35 responden dengan presentase 63,63%, Sedangkan pada grandemultipara semua tidak mengalami dismenorrhea setelah melahirkan anak. PEMBAHASAN.. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 112 responden terdapat 48 responden (42,86%) primipara, terdapat 55 responden (49,11%) multipara dan terdapat 9 responden (8,03%) grandemultipara. Bobak (2005) mengemukakan bahwa paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang dilahirkan hidup atau mati setelah viabilitas (28 minggu atau lebih) dicapai. Klasifikasi paritas meliputi primipara yaitu seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara yang merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali (sampai 5 kali). Dan grandemultipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. Di wilayah Dusun Sidokumpul Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagian besar paritas ibu adalah multipara (49,11%), hal ini dikarenakan ibu didaerah penelitian banyak yang menikah pada usia muda dan sudah sering melahirkan. Dan sebagian besar umur responden antara 20-35 tahun yaitu sebanyak (73,21%). 1. dismenorrhea pada primipara, multipara, dan grandemultipara sebelum melahirkan merupakan sakit menjelang atau selama menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari-sehari bahkan ada yang membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur, nyeri haid yang timbul bisa dalam derajat ringan, sedang maupun berat. Hal ini dapat dinilai dari keluhan atau gejala yang timbul dari tiap penderita. Dikatakan derajat ringan apabila nyeri haid berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan aktivitas sehari sehari-hari tanpa diberi obat penghilang rasa nyeri, derajat sedang apabila nyeri haid berlangsung beberapa jam dan dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari setelah minum obat penghilang rasa nyeri, dan derajat berat apabila penderita memerlukan istirahat beberapa hari, tidak hilang walaupun telah mengkonsumsi obat, penderita sudah tidak mampu lagi bekerja, biasanya disertai sakit kepala, kemeng / nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan. SURYA 31
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor hormonal (prostaglandin), anatomis fisiologis organ reproduksi, kelainan pada organ reproduksi, dan faktor psikis. ini merupakan masalah yang sangat penting karena dampak dari dismenorrhea ini mengakibatkan terhambatnya aktivitas sehari-hari dengan angka kejadian 15% dari 60-70% wanita yang mengalami dismenorrhe (Llewellyn, 2001). Selain itu jika tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk pada kesehatan dan produktifitas wanita tersebut. Tetapi resiko terjadinya dismenorrhea ke arah yang lebih berat dapat diminimalkan dengan bertambahnya jumlah anak ataupun bertambahnya usia (Kumalasuci, 2007). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada ibu primipara dan multipara sebelum melahirkan sebagian besar mengalami derajat dismenorrhea berat yaitu sebanyak 24 responden pada ibu primipara dengan prosentase 50% dan 23 responden pada ibu multipara dengan prosentase 41,82% sedangkan pada ibu grandemultipara sebagian besar mengalami derajat dismenorrhea sedang yaitu sebanyak 4 responden dengan prosentase 44,44%. Hal ini dikarenakan dismenorrhea berat sering terjadi pada wanita usia muda, karena belum mencapai kematangan biologis atau pertumbuhan endometrium uterus masih belum sempurna (Ganong, 2002) dan dimungkinkan karena faktor psikogenik, stress emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri (Taber, 1994). 2. dismenorrhea pada primipara, multipara, dan grandemultipara setelah melahirkan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada ibu primipara setelah melahirkan sebagian besar mengalami derajat dismenorrhea ringan yaitu sebanyak 17 responden dengan prosentase 35,42%, dan pada ibu multipara setelah melahirkan sebagian besar sudah tidak mengalami dismenorrhea yaitu sebanyak 35 responden dengan prosentase 63,64%, sedangkan pada grandemultipara semua sudah tidak mengalami dismenorrhea. Pada wanita yang berstatus perkawinan menikah dan pernah melahirkan anak cenderung mengalami dismenorrhea ringan dan bahkan sudah tidak mengalami dismenorrhea. Menurut Galya Junizar (2001) sering kali segera setelah perkawinan dismenorrhea hilang dan jarang masih menetap. Kemungkinan kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun perubahan psikis (Galya Junizar, 2001). Kemunduran saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan menyebabkan penurunan derajat dismenorrhea sampai menghilangnya derajat dismenorrhea (IMCW, 2007). Hal ini sesuai dengan pendapat ozzy bahwa kelahiran bayi sering mengubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita dan sering menjadi lebih baik. 3. Perubahan derajat dismenorrhea pada WUS yang pernah melahirkan Llewellyn (2001) menuliskan bahwa frekuensi dismenorrhea akan menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan. Hal ini ditegaskan pula oleh IMCW (2007) bahwa pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangya dismenorrhea primer. Perubahan derajat dismenorrhea dapat mengalami peningkatan yang berarti dari derajat ringan menjadi sedang/berat atau dari derajat sedang menjadi berat, dan bisa juga mengalami penurunan yang berarti dari derajat berat menjadi sedang/ringan atau dari derajat sedang menjadi ringan, dan dapat pula tetap yaitu tidak mengalami perubahan derajat dismenorrhea serta menghilang yaitu tidak mengalami derajat dismenorrhea. Perubahan derajat dismenorrhea yang dialami oleh beberapa responden dikarenakan oleh beberapa sebab diantaranya adalah karena dengan bertambahnya usia, penambahan jumlah SURYA 32
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan anak, status perkawinan, konsumsi alkohol dan penggunaan AKDR. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perubahan derajat dismenorhea pada WUS yang pernah melahirkan anak adalah mengalami penurunan sebanyak 38 responden (33,93%) dan menghilang 58 responden (51,79%). Namun masih ada ibu primipara dan multipara yang masih mengalami dismenorrhea yaitu sebanyak 11 responden (9,82%). Berdasarkan tabel 9 penurunan derajat dismenorrhea banyak terjadi pada primipara sebanyak 25 responden (52,08%) dan menghilang pada multipara dan grandemultipara yaitu sebanyak 35 responden (63,63%) pada multipara dan sebanyak 9 responden (100%) pada grandemultipara. Hal ini dikarenakan telah terjadi perubahan dari segi anatomis dan fisiologis pada multipara dan grande multipara sehingga menurunkan derajat dismenorrhea. Dari segi anatomis yakni diduga adanya perubahan ukuran dan posisi rahim yang tidak terlalu fleksi (hiperantefleksi maupun hiperretrofleksi) yang lebih memungkinkan darah haid dapat keluar dengan lancar. Sedangkan dari segi fisiologis yakni perubahan suplai syaraf adrenergik pada rahim seorang wanita yang sudah pernah melahirkan dengan berkurangnya stimulasi nyeri haid sebagai akibat dari aktivitas hormon prostaglandin yang menimbulkan kontraksi otot-otot rahim (IMCW, 2007). merupakan masalah yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan akibat dismenorrhea ini adalah dengan melakukan teknik relaksasi, mengambil nafas dalam-dalam secara perlahan, mengambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah, sehingga nyeri haid akan berkurang. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kesimpulan 1) Sebagian besar wanita usia subur yang belum pernah melahirkan mengalami derajat dismenorrhea berat. 2) Sebagian besar wanita usia subur yang sudah pernah melahirkan anak sudah tidak mengalami dismenorrhea 3) Perubahan derajat dismenorrhea yang paling banyak adalah menghilang dan paling banyak terjadi pada multipara, sedangkan pada grandemultipara tidak ada satupun responden yang masih mengalami nyeri saat menstruasi (dismenorrhea). 2. Saran Hasil penelitian menyarankan bagi masyarakat khususnya wanita yang mengalami dismenorrhea untuk segera melakukan konsultasi ke tenaga kesehatan dalam upaya mendeteksi adanya dismenorrhea dengan tingkatannya sehingga dapat diberikan penanganan dan pengobatan yang tepat dan cepat guna mencegah terjadinya bahaya yang serius atau komplikasi terhadap organ reproduksi yang dapat menimbulkan kemandulan, dan sebagai informasi bahwa derajat dismenorrhea akan berkurang dan menghilang seiring dengan bertambahnya usia dan jumlah kelahiran anak....daftar PUSTAKA.. Ahmad Fauzi.(2005).Nyeri Menstruasi (Dismenore).Situs.mitrainti.org Arif M Mansjoer.(2000).Kapita Selekta Kedokteran Edisi III.Jakarta:Media Aesculapius Bobak, Irene M.(2005).Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi IV.Jakarta:EGC Galya Junizar.(2001).Pengobatan Dismenore Secara Akupuntur. www.kalbe.co.id Ganong, William F.(2002).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC SURYA 33
Gambaran Perubahan Pada Wanita Usia Subur Yang Pernah Melahirkan Hacker, Neville F.(2001).Esensial Obstetri & Ginekologi.Jakarta:Hipokrates Hembing Wijayakusuma.(2008).Mengatasi Sakit Menstruasi (Dismenore) Secara Alamiah. http://obatherbal.wordpress.com Ida Bagus Gde Manuaba.(1998).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & keluarga Berencana untuk Pendidikn Bidan.Jakarta : EGC Ida Bagus Gde Manuaba.(2001).Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginkologi dan KB.Jakarta : EGC Llewellyn-Jones, Derek.(2001).Dasar- Dasar Obstetri dan Ginekologi.Jakarta: Hipokrates Ninik Dwi Astuti.(2005).an ordinary People_Dismenore alias Nyeri Menstruasi.niexklaten.blogspot.com Nursalam.(2003).Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika Price, Sylvia Anderson.(2005).Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC IMCW.(2007).Dismenore (N Haid).www.blogdokter.net yeri Rustam Mochtar.(1998).Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC Info Sehat.(2005).Cepat Kawin Kurangi Risiko Nyeri Haid. http://www.infosehat.com/content.ph p?s_sid=775 Info Sehat.(2005).Herbal Alami Atasi Nyeri Haid. http://www.infosehat.com/content.ph p?s_sid=805 Kumalasuci.(2007).Nyeri Saat Menstruasi, rmalkah?. http://www.tanyadokteranda.comarti kel Soekidjo toatmodjo.(2002).metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:PT. Rineka Cipta Suharsimi Arikunto.(2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:PT.Rineka Cipta Taber, Ben-Zion.(1994).Kpita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC SURYA 34