KONSULTASI PUBLIK DAN RENCANA AKSI PPA OLEH PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN MALUKU TENGAH. Nining Liswanti, Thomas Silaya, Marthina Tjoa

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Diskusi SKPD Kabupaten Maluku Tengah: Tindak Lanjut dan Rencana Aksi PPA

Hasil Diskusi dengan SKPD-SKPD di Masohi (6 Mei 2013) Sebagai Tindak Lanjut Lokakarya di Masohi (30 Agustus 2012) Terkait Rencana Aksi sebagai

Proyek Kolaboratif Perencanaan Penggunaan Lahan (CoLUPSIA) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Maluku Tengah

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

Lokakarya PPA Proyek CoLUPSIA

Lokakarya PPA: MEMBANGUN KESEPAKATAN DALAM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN PARTISIPATIF DI MASA DEPAN DI PULAU SERAM, KABUPATEN MALUKU TENGAH

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tindak Lanjut dan Monitoring: PROSES PROSPEKTIF PARTISIPATIF ANALISIS (PPA) DI KABUPATEN KAPUAS HULU

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BAB VI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BANYUASIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB V TEMUAN STUDI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Laporan Hasil Lokakarya Prospektif Partisipasi Analisis (PPA) Tahap Oktober 2011, Aston - Natsepa, Maluku

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih.

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG ZONA NILAI TANAH

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

MODEL KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara selalu melakukan upaya untuk meningkatkan. kesejahteraan masyarakatnya yang salah satunya melalui pembangunan

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan

VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

RENCANA STRATEGIS TAHUN

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

Transkripsi:

KONSULTASI PUBLIK DAN RENCANA AKSI PPA OLEH PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN MALUKU TENGAH Nining Liswanti, Thomas Silaya, Marthina Tjoa

Konsultasi Publik Skenario PPA di Tingkat Masyarakat Januari, 2012 Desa Studi Sawai, Horale Seti, Aketernate, Wailoping, Sariputih, Manusela, Roho, Kanikeh, Kaloa, Air Besar Skenario 1: Matahari Bersinar di Pulau Seram Pilih SKENARIO 1: karena dapat mensejahterakan dan menjawab semua ketidakpastian yang ada pada skenario 2,3,4. Harapan : Matahari itu dapat terpancar untuk semua orang tanpa membeda-bedakan. Namun apakah pemerintah mau dan bisa memperhatikan yang sudah tertinggal ini??. Pilih SKENARIO 1: bila dilaksanakan maka tidak akan terjadi kondisi seperti skenario 2, 3, 4. Harapan : - Perlu kejelasan peran adat, mana yang diatur adat dan mana yang diatur pemerintah - Aturan adat sering bertentangan dengan aturan hukum - Keputusan pemerintah diharapkan dapat menyenangkan dan memperhatikan kesejahteraan - Contoh, pal batas negeri Kobi dan Seti, yang merupakan batas dengan desa transmigrasi, batas tersebut tidak jelas sehingga membuat transmigrasi menjadi bingung Mosso, Saunulu, Tehoru Pilih SKENARIO 1: karena mengakomodir dan penting bagi - Program pemberdayaan jangan diseragamkan untuk semua negeri, karena beda kondisi dan permasalahan, dan sebaiknya disosialisasikan dulu - Perlu koordinasi PEMDA, PEMPUS, dan - Pelaksanaan kebijakan pengelolaan lahan dan pemberdayaan, dan Perda terkait pengelolaan lahan perlu disosialisasikan dulu ke Amahai, Waraka, Watludan, Amahai, Tamilouw Pilih SKENARIO 1: bila dilaksanakan maka tidak akan terjadi kondisi seperti skenario 2, 3, 4. Harapan : - Peta kawasan hutan perlu disesuaikan dengan kondisi terkini di lapangan. Peta yang ada saat ini, seperti peta kawasan HL, HP, HK sudah banyak mengalami perubahan - Perlu sosialisasi tentang peruntukan lahan untuk HL, HP, dan HK karena sebagian besar desa/negeri di Malteng tidak tahu. Misal negeri Waraka, baru tahu lahan di Waraka diperuntukkan untuk HL, HP, dan HK - Terkait Hak Ulayat, pemda harus memberitahu adat bila memberikan rekomendasi penggunaan lahan ke pihak lain - Pembuatan PERDA terkait Hak Ulayat adat harus melibatkan Majelis Latupati - Majelis Latupati dilibatkan dalam proses perencanaan penggunaan lahan kedepan, terkait hak adat - Sebelum PERDA dibuat, dilakukan 2

sosialisasi hak ulayat ke Skenario 2: Miskin di negeri sendiri Skenario ini bisa terjadi bila pemerintah tidak mengatur SDA dengan baik, akibatnya miskin terus. Perlu perhatian pemerintah apa yang dibutuhkan. Contoh, bila pemerintah telah mengalokasikan lahan untuk TNM, bagaimana kebutuhan lahan ke depan? mengingat jumlah penduduk yang bertambah dari tahun ke tahun. - Bagi di pegunungan Manusela, hasil SDA melimpah namun tidak bisa dijual karena tidak ada sarana dan prasarana transportasi - Skenario 2 jangan sampai terjadi di masa depan, perlu antisipasi dengan memperhatikan hak adat dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada - Kegiatan pemberdayaan sering tidak sesuai dengan kondisi, misalnya: program simpan-pinjam, padahal yang diinginkan bantuan bibit tanaman keras (jati, tanamana buah, dll). Terkait penggunaan lahan, banyak lahan pertanian dimanfaatkan oleh investor untuk perkebunan. - Tidak ada keterbukaan bagi hasil (perusahaan dan ), perlu badan hukum untuk mengawal hak - Dalam pemberdayaan, perilaku sangat penting. Perlu pembinaan dan pemahaman persepsi dan Setiap negeri memiliki potensi komoditi unggulan (coklat, kelapa, cengkeh, pala), jadi program pemberdayaan untuk komoditi jenis lain sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan - Kondisi ini terjadi karena SDA yang ada di setiap negeri tidak dapat dinikmati, contoh: pertambangan (bahan galian C), bila ada perusahaan yang memanfaatkan bahan galian C, maka retribusinya dibayar ke pemda sedangkan pemerintah negeri atau tidak dapat apa-apa. - Terkait legalitas lahan, pemda melakukan peruntukan lahan tidak melalui koordinasi dengan - Lahan yang dijadikan HGU oleh perusahaan di Sahulau tidak jelas fungsi kawasannya, apakah HL atau APL - Sering terjadi bila mengambil kayu di petuanannya sendiri untuk dijual maka kayu tersebut di sita petugas, sedangkan di pihak lain perusahaan dapat mengambil kayu tanpa memperhitungkan hak - Agar jangan terjadi menjadi miskin di negeri sendiri maka harus Peraturan Daerah tentang Hak Ulayat adat 3

Skenario 3: Perjuangan yang seng berujung Skenario 4: Kebijakan yang seng bijak Kebijakan pemberdayaan yang diinginkan adalah program yang terkait pertanian dan perkebunan, misalnya: PIR Skenario ini bisa terjadi bila kondisi sekarang berlangsung terus dan akan jalan sendiri, atau bila keluhan tidak diabaikan pemerintah maka bisa terjadi berbagai masalah pengelolaan lahan perilaku sebelum program dilaksanakan. Contoh di Seti, dulu hanya berharap dari hasil SDA, tetapi sekarang harus kerja keras untuk memperoleh berbagai kebutuhan hidup - Di Aketernate, banyak lahan dijual, jadi harus dibuat peraturan negeri bahwa tanah tidak boleh dijual. Sedang untuk perjanjian bagi hasil (70:30) harus ada kejelasan. - Tenaga kerja lokal pada perusahaan, umumnya memiliki skill yang kurang dan etos kerja yang rendah untuk itu mereka perlu diberdayakan, perusahaan perlu memberikan pelatihan dan pembinaan kepada mereka, bukan sebaliknya mereka langsung di PHK. - Dalam pelaksanaan pengelolaan lahan hutan, perusahaan harus memperhatikan peraturan negeri. Pemerintah tidak perhatikan hak, mis: penetapan batas kawasan TN dan HLY tidak disosialisasi dan dikoordinasi dengan ; Pemerintah perlu mengawasi HPH, agar tidak menebang dekat air/sungai, untuk mencegah longsor/banjir, dan tanaman di lahan hanyut Pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan, kebijakan ditetapkan sepihak. Diharapkan kebijakan yang dibuat dapat meningkatkan kesejahteraan Agar kondisi skenario 3 tidak terjadi maka harus adanya koordinasi bersama antara Pemerintah Daerah dan pemerintah negeri (Raja dan Saniri negeri) untuk merencanakan penggunaan lahan kedepan. 4

Catatan Semua skenario mencerminkan kondisi, masalahnya bagaimana scenario yang diharapkan bisa diwujudkan?. Masyarakat umumnya pesimis dengan berbagai program baik oleh pemerintah maupun pihak lain. Masyarakat menganggap program itu hanya sekedar menyenangkan saja dan pelaksanaannya tidak ada. Bahkan merasa disingkirkan dari lahan petuanan. - Skenario 3 & 4 tidak diinginkan: karena tetap pada kondisi keterbelakangan, jadi perlu upaya antisipasi. Bila terjadi, tidak menutup kemungkinan akan menolak semua aturan dan akan mengelola lahan adatnya tanpa peduli aturan pemerintah. Peserta setuju dengan Skenario yang dihasilkan karena sesuai dengan keadaan yang terjadi pada negeri dan adat saat ini. Semua skenario tercermin pada kondisi saat ini, diperlukan koordinasi, antara PEMDA dan PEMPUS dengan pemerintah negeri/desa dan Skenario telah sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi di negerinegeri dan adat. 5

Hasil Konsultasi Publik Rencana Aksi PPA di Tingkat Masyarakat dan Pemerintah Daerah Ambon dan Masohi, 16 & 18 April 2012 RENCANA AKSI/TINDAKAN ANTISIPASI SKENARIO Dari hasil diskusi pada umumnya skenario yang diinginkan terjadi di masa depan adalah Skenario 1, namun karena skenario 1 ini merupakan suatu scenario yang sangat optimis, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi scenario-skenario yang lain di masa depan (Skenario 2, 3, dan 4). Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan antisipasi atau rencana aksi sehubungan dengan scenario yang diinginkan dan tidak diinginkan. Bagaimana scenario 1 ini dapat diimplementasikan dan scenario yang lain diminimalkan dampaknya, mengingat beberapa scenario yang dihasilkan sudah mencerminkan kondisi saat ini. Dengan adanya rencana aksi berikut ini, diharapkan proses perencanaan penggunaan lahan di masa depan dapat mengakomodir keinginan dari semua pemangku kepentingan seperti yang tertuang dalam Skenario 1. USULAN TERKAIT RENCANA AKSI: 1. Keterlibatan Masyarakat Sudah dilakukan oleh pemda terkait perencanaan dan pelaksanaan berbagai program pembangunan di tingkat desa, yaitu melalui musyawarah perencanaan pembangunan (MUSREMBANG) di tingkat desa dan kecamatan yang diwakili oleh para kepala desa. Namun kadang tidak menyadari ada proses partisipasi yang sedang berjalan sesuai regulasi. Kendala lain dalam pelaksanaan pemberdayaan adalah sering terjadi aspirasi yang disampaikan desa dengan bahasa yang sederhana tidak dapat disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi melalui kepala desa. Kepala desa terkadang tidak mampu menterjemahkan keinginan di level kecamatan. Jadi perlu diberi pemahaman terkait dengan proses yang sudah berjalan. Untuk memperbaiki proses ini, perlu pendekatan ke untuk menjelasan program pembangunan dan harus ada campur tangan pemda atau fasilitator dalam implementasi. Pembangunan kapasitas sangat dibutuhkan agar bisa mandiri dan mampu menjalankan program yang diberikan di masa depan. 2. Hak Ulayat dan Kearifan Lokal Untuk mendorong adanya perda yang mengatur tentang hak ulayat dan kearifan local, bisa dimulai dengan membuat peraturan negeri pada setiap desa adat yang mengatur hal tersebut, sehingga terlihat adanya suatu kebutuhan akan peraturan daerah yang berkaitan dengan hak ulayat tersebut. Tindakan aksi yang lain dapat dilakukan melalui otonomi daerah yang sudah berjalan saat ini, dimana pemda dapat 6

mendorong regulasi yang mengatur tentang Kepastian tanah adat dan hak ulayat. Agar desa tidak menjadi miskin, langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah upaya-upaya semacam pengembangan hutan desa, hutan adat, hutan negeri. Bila hal ini didorong dan didukung oleh pemda, maka dapat membantu meningkatkan pendapatan. Perda Hak Ulayat, bisa dibuat dengan pendekatan PPA, karena selama ini pendekatan yg dibuat tidak bisa berjalan dengan baik. Sudah dicoba dibuat oleh DPRD dan Bagian Hukum, namun belum ada partisipasi dari terutama Latupati. Kalau hanya satu lembaga saja tidak akan jalan. Yang harus diperhatikan adalah metode apa yang akan kita buat itu yang penting. Masalah hak ulayat ini paling krusial, sudah dicoba dengan berbagai cara untuk menyusun perda tapi untuk membuat satu dokumen itu sangat sulit, karena ada banyak tantangan yg dihadapi. Kesulitan dalam pembuatan perda hak ulayat ini disebabkan karena sulitnya mendapatkan kesepahaman pihak-pihak yang memiliki batas hak ulayat, namun kita tetap memasukannya dalam rencana tindak lanjut karena ini merupakan salah satu variable kunci, dan ini menajdi tantangan bagaimana pemerintah menyikapi masalah ini atau adakah cara untuk menyatukan kesepahaman terkait dengan hak ulayat ini. 3. Pemanfaatan Lahan Sosialisasi terkait pemanfaatan lahan (mis. tata ruang) wajib dilakukan ke. Saat ini tata-ruang Kabupaten Maluku Tengah sudah diperdakan (23/12/2011). Perda lain termasuk zonasi TNM juga sedang dalam proses. Jika semua peraturan sudah ada tahun ini (2012), maka perencanaan ke depan bisa memasukan rencana sosialisasi tentang peraturan perundangan dalam setiap SKPD. Terkait zona pemanfaatan di TNM, harus ditetapkan oleh aturan yang sah dan jelas, bukan secara spasial karena ada kawasan-kawasan tertentu yang terlupakan, sehingga terdapat pemanfaatan yang tidak maksimal oleh. Pada saat sosialisasi, yang perlu diperhatikan adalah sosialisasi dari draft program yang akan dilaksanakan, bukan produknya. Tujuannya adalah agar kebutuhan dapat diakomodir. Jadi perlu ada kajian dengan pihak akademisi dalam penetapan kebijakan. Pembuatan perda terkait penggunaan lahan sebenarnya adalah sudah melalui prosedur melibatkan. Dimana semua tahapan yang dibuat sudah dilakukan konsultasi public untuk perbaikan Perda. Masalah need assessment, terkait salah penentuan lokasi, bisa terjadi karena perencanaan pada dinas-dinas yang tidak memperhatikan kebutuhan. Juga penting dipertimbangkan bahwa penggunaan lahan tidak hanya untuk pemanfaatan saja, tapi juga untuk kelestarian ekologi. Hal ini perlu dijelaskan ke agar tidak terjadi masalah. Selain itu perlu dilakukan pendekatan androgodi, jangan pendekatan seakan-akan kita lebih tahu dari. 7

4. Pemanfaatan lahan hutan yang proporsional Harus benar-benar mempertimbangkan kebutuhan akan lahan di masa yang datang. Saat ini banyak tidak bisa memanfaatkan lahan hutan karena di batasi oleh Taman Nasional, Hutan Lindung atau penggunaan fungsi kawasan hutan lainnya. Jadi perlu adanya regulasi khusus terkait pemanfaatan lahan, terutama untuk masa depan. Yang perlu dipertimbangkan adalah aspek sosial ekonomi dan juga ekologi. Potensi wisata perlu dipertimbangkan melalui kerjasama dengan balai TNM. 5. Tata Batas Pihak terkait untuk masalah tata batas adalah BPKH, jadi TN tidak punya wewenang atau sebatas menjaga lahan saja. Pada prinsipnya, setelah melakukan tata batas maka BPKH harus mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait lainnya yaitu TN dan pihak desa. Untuk saat sekarang, pelaksanaan tata batas yang sudah selesai dibuat oleh BPKH di Seram bagian utara itu sudah ditandatangani oleh desa, jadi tidak bisa mengatakan bahwa penetapan batas itu belum ada koordinasi. Untuk itu nanti dalam workshop besar kita perlu mengundang pihak BPKH juga supaya lebih jelas tentang masalah penetapan batas. Terkait pelaksanaan tata batas, saat ini sudah dibentuk panitia tata batas yang terdiri dari Bupati, SEKDA, Pemerintahan, dan Hukum. Namun yang penting adalah prosesnya disosialisasikan ke, mis: Kasus tata batas di Roho telah membatasi pemanfaatan lahan oleh. Pada dasarnya Pembangian hutan berdasarkan fungsi kawasan itu diperuntukan bagi kesejahteraan kita bersama, namun ada image bahwa ketika batas kawasan ditetapkan maka tidak boleh ada kegiatan dalam kawasan lagi seperti hutan produksi, hutan lindung, dll. Padahal sebenarnya semua aturan sudah mengakomodir kepentingan pemanfaatannya untuk, baik di dalam maupun diluar kawasan. Jadi tetap perlu adanya sosialisasi terkait dengan keluhan yang sering disampaikan bahwa mereka dibatasi dalam pemanfaatan lahan. 6. Rencana tindak lanjut memasukan hasil skenario dalam RPJM Bisa dilaksanakan oleh masing-masing SKPD karena sekarang ini sedang disusun dokumen RPJMD 2012-2017, untuk itu perlu menyusun rencana aksi terkait dengan issue yg akan dimasukan dalam RPJMD. Setelah pelantikan bupati baru, maka dalam waktu 3 bulan sudah harus menetapkan RPJM 2012-2017, untuk itu masing-masing SKPD perlu kerja keras guna memasukan issue skenario sebagai bahan dasar penyusunan RPJM. Rencana aksi supaya hasil scenario dimasukan RPJMD itu bagus, namun kita juga harus buat dalam bentuk buku dan dibagikan kepada semua pihak yang terkait, ini akan mudah dipahami mengingat dokumen RPJM umumnya sulit dimengerti. Bila didokumentasikan dalam bentuk buku, maka disarankan dapat dicetak setiap 5 tahun 8

sekali supaya jika ada pergantian bupati atau kepala bappeda masih bisa ditindaklanjuti. Tim kecil PPA memiliki kekuatan untuk menyarankan saja yang sudah kita buat untuk. Hasil PPA dapat diterima oleh, namun yang penting adalah bagaimana sosialisasi tim PPA kepada pengambil kebijakan untuk melaksanakan semua yang disarankan. Pengambil kebijakan terkait penggunaan lahan ini bukan hanya pemerintah daerah saja tapi juga pemerintah pusat dan pihak lain yaitu TNM. Saran dan Masukan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMDA Provinsi Maluku menetapkan Rumput Laut sebagai program prioritas dan diupayakan dapat disesuaikan dengan kondisi desa terutama yang lokasinya memungkinkan untuk pengembangan program rumput laut (mis. Sawai). Untuk itu dibutuhkan peran semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya. Desa-desa di pegunungan Manusela merupakan desa-desa yang terlupakan dalam pembangunan selama ini, jadi perlu diperhatikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Adanya Co-Management (manajemen yang collaborative) sangat diperlukan untuk mengembangkan desa tersebut. Desa-desa di pegunungan Manusela yang lahannya masuk dalam kawasan Taman Nasional Manusela sebaiknya mendapat perhatian lebih atau bila memungkinkan dicarikan lahan lain untuk pemukiman agar tidak menjadi permasalahan dalam pengelolaan TNM kedepan. Sering terjadi program-program dari pusat atau provinsi ternyata tidak sesuai dengan kondisi, namun program tersebut harus diterima, kalau tidak program itu dialihkan ke tempat lain. Jadi pemda harus memiliki dokumen tentang kondisi setiap desa sehingga program pemberdayaan yang terkesan datangnya mendadak tersebut dapat diarahkan ke desa yang membutuhkan. Namun pola pikir desa juga perlu perubahan untuk bisa menerima dan melaksanakan program tersebut. Program pemberdayaan seharusnya disosialisasikan lebih dulu kepada seluruh komponen sebelum dilaksanakan, perlu dilakukan identifikasi permasalahan terkait program tersebut, dan perlu adanya transparansi dalam pelaksanaannya sehingga tidak menimbulkan permasalahan di desa. Namun, seringkali sosialisasi ini tidak dapat dilaksanakan karena kendala Sumber daya manusia (SDM) dan juga keterbatasan dana. PEMANFAATAN LAHAN Terkait pemanfaatan lahan, perlu dicari bentuk penggunaan lahan yang spesifik bagi setiap desa sesuai dengan sifat dan karakteristik desa, sehingga dapat disesuaikan 9

dengan program yang akan dilaksanakan. Masyarakat desa mempunyai banyak kepentingan akan lahan namun kepentingan mereka tergantung pada kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam perencanaan penggunaan lahan kedepan. Jadi perlu adanya keterpaduan antara kepentingan akan lahan dan kebijakan pemerintah terhadap penggunaan lahan di masa yang akan datang. Desa-desa disekitar Taman Nasional Manusela mulai khawatir tentang pemanfaatan lahan mereka di masa depan. Untuk mengantisipasi kekhawatiran, maka pihak TNM melakukan sonafikasi kawasan TNM. Namun, hal ini perlu disosialisasikan kepada seluruh desa yang berada di sekitar TNM supaya mereka memahami dan tidak terjadi salah paham. POSTER DAN HASIL SKENARIO PPA Terkait dengan apa yang sudah dihasilkan dalam PPA berupa poster yang terlihat sederhana tapi ini sesuatu yang maksimal karena proses untuk menghasilkan ini cukup panjang. Untuk itu ini sangat baik jika metode PPA bisa dipakai juga dalam pembuatan perda. Karena selama ini prosesnya hanya menjaring input dari atau melihat Perda daerah lain dan membuat suatu konsep untuk diperdakan. Sehingga mengakibatkan banyak perda yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan. Selain itu juga pengalaman selama ini kita menilai kebutuhan menurut pikiran kita dan tidak ada need assessment sehingga pada saat penerapan program semuanya tidak dapat dinikmati oleh dan itu selalu diabaikan saja. Contoh renstra yang dibuat oleh pejabat eselon 3 dan 4 tidak menggunakan langkah-langkah seperti yg kita buat ini sehingga bisa muncul hal terburuk yaitu tidak adanya sinkronisasi dalam peraturan yang dibuat. Hasil skenario PPA bisa didokumentasikan dalam bentuk buku, tapi dalam setiap scenario perlu dijelaskan disitu apa yang perlu diwujudkan oleh pemerintah terkait dengan harapan dalam mewujudkan scenario 1, sedangkan scenario 2 merupakan keadaan yang harus dihindari, scenario 3 merupakan keadaan yang harus diperhatikan, dan scenario 4 merupakan keadaan yang perlu dipertimbangkan oleh pengambil kebijakan. Selain itu juga saran masukan bahkan harapan itu dapat dimasukan sebagai rekomendasi kepada pemerintah dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan. Selain itu, langkah-langkah sampai menghasilkan scenario juga harus termuat dalam buku, karena dirasa akan sangat membantu dalam pelaksanaan. Untuk semua poin skenario yang ada, kita dihadapkan pada satu masalah, yaitu bagaimana menentukan metode perencanaan dan hasilnya seperti apa?. Metode PPA tidak bisa dimasukkan dalam perencanaan karena tidak akan sinkron atau kalaupun masuk hanya akan muncul sebagai dokumen. 10