Kebijakan Moneter dan Fiskal

dokumen-dokumen yang mirip
Suku Bunga dan Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

2013 Pengantar Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

1. Tinjauan Umum

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

Bab 2. Otoritas Moneter dan Kebijakan Moneter

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 7

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

Perekonomian Indonesia

SISTEM EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MODEL SEDERHANA PERMINTAAN AGREGAT PENAWARAN AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

A. Indeks Harga dan Inflasi

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

III. KERANGKA TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

Pasar Uang Dan Kurva LM

Sistem Moneter Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

Permintaan dan Penawaran Uang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Keseimbangan di Pasar Uang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

II. KERANGKA PEMIKIRAN. Uang didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima secara umum dalam

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

Transkripsi:

Kebijakan Moneter dan Fiskal A lecturing note Mayang Adelia Puspita, SP. MP Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. MP

Referensi Bank Indonesia, 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter. Diakses dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/default.aspx https://www.economicsnetwork.ac.uk/slides/macro7_ad_as_shortrun_lob.ppt http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/chapter%20ii.pdf

Akses Kebijakan Moneter dan Fiskal Kebijakan Fiskal http://www.fiskal.kemenkeu.go.id Kebijakan Moneter http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan

Kebijakan Fiskal dan Moneter Kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dibedakan menjadi dua, yakni kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Secara definitif kebijakan fiskal adalah kebijakan yang digunakan untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Yang membuat kebijakan adalah kementrian keuangan. Instrument kebijakan fiscal meliputi : pengeluaran publik, pajak, piutang publik. Sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Yang membuat kebijakan adalah Bank Indonesia. Instrumen kebijakan moneter meliputi operasi pasar terbuka, fasilitas diskonto, rasio cadangan wajib, serta himbauan moral.

Kebijakan Fiskal dan Moneter Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumeninstrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.

Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Inflasi Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain: Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id] Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. Pengelompokan Inflasi Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu : Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau Kelompok Perumahan Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan dan Olah Raga Kelompok Transportasi dan Komunikasi.

Inflasi Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah

http://centralfutures.com/inilah-pengaruh-peredaran-jumlah-uang-terhadaptingkat-inflasi/?=ota-trading=4100001

Kebijakan Moneter Jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya : jalur suku bunga jalur kredit jalur nilai tukar jalur harga asset jalur ekspektasi.

Instrumen Kebijakan Moneter Operasi pasar terbuka Menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah, dhi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. Fasilitas diskonto (discount rate) Tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka tingkat suku bunga pinjaman (diskonto) diturunkan, sehingga tingkatbunga pinjama lebih murah. Dan bank umum akan semakin banyak meminjam uang untuk disalurkan, sehingga jumlah uang yang beredar makin banyak Rasio cadangan wajib Mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio. Himbauan moral Dilakukan oleh pejabat yan berwenang untuk mengarahkan persepsi public atas kondisi ekonomi yang diharapkan. kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi Bahan Ajar kredit Kebijakan untuk berhati-hati Moneter dan dalam Fiskal-Mayang mengeluarkan Adelia kredit Puspita, untuk SP. mengurangi MP jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Kebijakan Moneter Kontraktif Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Mendorong suku bunga dalam negeri meningkat dan nilai tukar akan cenderung apresiatif. Nilai tukar yang apresiasif akan mendorong impor dan menurunkan ekspor sehinga neraca transaksi berjalan akan memburuk.

Kebijakan Moneter Ekspansif Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. pada saat munculnya kontraksional gap. Berikut grafik kebijakan moneter ekspansif. Dari gambar dibawah dapat dilihat kondisi awal penawaran uang (Ms1) dan tingkat suku bunga adalah kurva (R1). Pada kurva R1 tingkat suku bunga yang peka terhadap pengeluran adalah I=(a+Ip), rencana pengeluaran agregat menjadi AEp(R1) dan Produk Domestik Bruto adalah (Y1). Selain itu kurva PDB pada Y1 membantu menetukan posisi kurva permintaan uang pada kurva L(R, Y1) dimana besama-sama dengan kurva (Ms1) menentukan tingkat suku bunga (R1). Ketika Ms1 meningkat menjadi Ms2 maka tingkat suku bunga turun karena pendapatan dan pengeluaran naik menjadi menjadi (R1), AEp (R1) dan Y1. Mendorong menurunnya suku bunga dan nilai tukar cenderung depresiatif. Nilai tukar yang depresiatif akan menurunkan impor sehingga neraca perdagangan membaik.

a. Jalur suku bunga dan kredit Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

b) Jalur Nilai tukar Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

c) Jalur Harga Aset Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.

d) Jalur Ekspetasi Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga. Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.

Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen kebijakan fiscal meliputi : Pengeluaran pemerintah untuk membangun fasilitas publik Pajak Rangsangan fiscal berupa subsidi, insentif dan piutang public pada sector usaha tertentu

Kebijakan Fiskal Ekspansif suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output potensial lebih tinggi dibandingkan dengan output Actual. Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran. Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y) Adapun mekanismenya disaat pengeluaran pemerintah ( G) naik atau selisih pajak ( T) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf). Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/chapter%20ii.pdf

Kebijakan Fiskal Kontraktif Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output potensial lebih kecil dibandingkan dengan output Actual. Adapun mekanisme dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah ( G) turun atau selisih pajak ( T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf) Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/chapter%20ii.pdf

Pergeseran Kurva IS akibat Kebijakan Fiskal Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan melalui perubahan perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T) yang terkait dengan kebijakan fiskal.

Kebijakan Fiskal dan Kurva IS (pengeluaran pemerintah) Peningkatan Pengeluaran Pemerintah menggeser kurva IS ke kanan. Kurva IS bergeser ke kanan sebesar ΔG/(1-MPC),... r Y=C(Y-T)+I(r)+G M/P=L(r,Y) LM...IS...LM...dan tingkat suku bunga. r 2 r 1 IS 2 yang meningkatkan pendapatan Y 1 Y 2 IS 1 Y

Kebijakan Fiskal dan Kurva IS (penurunan pajak) Penurunan pajak akan menggeser kurva IS ke kanan Kurva IS bergeser ke kanan sebesar ΔTxMPC/(1 MPC),... r Y=C(Y-T)+I(r)+G M/P=L(r,Y) LM...IS...LM Dan tingkat suku bunga r 2 r 1 IS 2 Yang meningkatkan pendapatan Y 1 Y 2 IS 1 Y

Contoh kebijakan fiscal : Peningkatan pajak Kenaikan pajak membuat konsumen mengurangi pengeluarannya sehingga membuat pendapatan berkurang. Berkurangnya pendapatan membuat permintaan akan uang berkurang, bank sentral akan merespon berkurangnya permintaan uang dengan menurunkan tingkat bunga, sehingga keseimbangan kurva IS-LM bergeser dari a ke b. Adanya penurunan pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan pajak menyebabkan resesi.

Pergeseran Kurva LM akibat Kebijakan Moneter Pergeseran dan pergerakan dalam kurva LM, secara umum dapat dilakukan melalui perubahan perubahan pada variabel jumlah uang yang beredar (Md) yang terkait dengan kebijakan moneter.

Kebijakan moneter dan kurva LM (peningkatan jumlah penawaran uang) Peningkatan penawaran uang akan menggeser kurva LM ke kanan Y=C(Y-T)+I(r)+G M/P=L(r,Y)...IS...LM r LM 1 LM 2 Suku bunga yang lebih rendah r 1 r 2 Yang meningkatkan pendapatan Y 1 Y 2 IS 1 Y

Interaksi kebijakan fiscal dan moneter Bagaimana ekonomi merespon kenaikan pajak berdasarkan respon dari penawaran uang Suku Bunga dan output menurun. r LM 1 Jika penawaran uang diasumsikan konstan, maka kurva LM akan tidak berubah. IS 1 IS 2 Y

Interaksi kebijakan fiscal dan moneter Bagaimana ekonomi merespon kenaikan pajak berdasarkan respon dari penawaran uang r Untuk mempertahankan suku bunga di level konstan, penawaran uang harus dikurangi (kontraksi) LM 2 LM 1 Hanya output yang menurun IS 1 IS 2 Y

Interaksi kebijakan fiscal dan moneter Bagaimana ekonomi merespon kenaikan pajak berdasarkan respon dari penawaran uang r Jika pendapatan dipertahankan konstan, maka suku bunga harus diturunkan LM 1 LM 2 Hanya tingkat suku bunga yang menurun IS 1 IS 2 Y

Dampak Kebijakan Moneter dan Fiskal Terhadap Keseimbangan Kurva IS-LM Kebijakan/dampak Pergeseran IS Pergeseran LM Perubahan Output Perubahan Suku Bunga Peningkatan Pajak Kiri Tidak ada Bawah Bawah Penurunan Pajak Kanan Tidak ada Atas Atas Peningkatan Belanja Pemerintah Kanan Tidak ada Atas Bawah Penurunan Belanja Pemerintah Kiri Tidak ada Bawah Bawah Peningkatan Peredaran Uang Tidak ada Bawah Atas Bawah Penurunan Peredaran Uang Tidak ada Atas Bawah Atas

Teori Fluktuasi Jangka Pendek Keynesian Cross IS Curve IS-LM Model AD Curve Money Market LM Curve AD-AS Model Short-run Fluctuations Explanation AS Curve

IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat Pada level harga P yang lebih tinggi akan menggeser kurva LM keatas r LM(P 2 ) LM(P 1 ) Dan membuat Y lebih rendah Kemungkinan tingkat harga yang bervariasi dalam model IS-Lm menjelaskan teori posisi dan kemiringan kurva AD. P Y 2 Y 1 IS 1 Kurva AD merangkum hubungan antara P dan Y Y P 2 P 1 Y 2 Y 1 AD Y

IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat Ekspansi moneter menggeser kurva LM ke bawah r LM(P 1 ) LM(P 1 ) Dan meningkatkan Y. Jika harga dipertahankan konstan maka bias dilihat efek fiscal dan moneter pada AD melalui IS-LM P Y 1 Y 2 IS 1 Peningkatan AD di berbagai tingkat harga Y P 1 AD 2 Y 1 Y 2 AD 1 Y

IS-LM sebagai teori Permintaan Agregat r LM(P 1 ) Ekspansi fiscal menggeser kurva IS ke atas IS 2 Meningkatkan Y Y 1 Y 2 IS 1 Y P Peningkatan AD di setiap level harga P 1 AD 2 Bahan Ajar Kebijakan Moneter dan Fiskal-Mayang Adelia Puspita, SP. Y MP 1 Y 2 AD 1 Y

IS-LM dan AD-AS pada jangka pendek dan jangka panjang Diasumsikan bahwa perekonomian dalam kondisi full employment output. r LRAS LM(P 1 ) LM(P 2 ) Ketika harga turun, permintaan uang menurun dan LM akan bergeser ke bawah Pada jangka pendek, harga akan tetap di P 1 keseimbangan ada titik 1. 1 2 Y IS Y P Pada jangka panjang, harga turun di P 2, jumlah barang yang diminta meningkat, dan keseimbangan akan bergeser ke titik 2. hal ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva SRAS. P 1 SRAS 1 P 2 1 2 SRAS 2 Keseimbangan jagka panjang ada di titik 2. Y AD 1 Y

Persamaan matematis IS-LM yang menjelaskan AD Jika kurva IS terbentuk sesuai persamaan berikut Kurva LM terbentuk sesuai persamaan sbb Memasukkan r ke persamaan IS untuk mendapatkan nilai Y a c 1 b d Y G T r 1 b 1 b 1 b 1 b r ( e / f ) Y (1/ f ) M / P z( a c) z zb d M Y G T 1 b 1 b 1 b (1 b)[ f de /(1 b)] P