Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

KATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini.

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB III LANDASAN TEORI

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab-6 EVALUASI DAMPAK PENTING

NIZLAWATI MS. KONO / D

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

NIZLAWATI MS. KONO / D

Bab-3 RENCANA PENGELOLAAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus

TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

CATATAN : - Peraturan Daerah ini memiliki 7 halaman penjelasan. - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 25 Februari 2015.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

PB 9 PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN MENGENAI AMDAL

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 71 /KUM/2013

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

RKL- RPL Tambahan. PT. Pertamina EP PPGM

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1996 Tentang : Program Pantai Lestari

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISA MASALAH DAMPAK LINGKUNGAN AMDAL DWI ASTUTY. G

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN SAMPAH

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

Transkripsi:

PT PERTAMINA EP - PPGM Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT. PERTAMINA EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-1

PT PERTAMINA EP - PPGM PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012. Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG. Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO 2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur yang lainnya. 1.2. TUJUAN DAN MANFAAT 1.2.1. Tujuan Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat) ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas Pemrosesan Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Berikut ini adalah cakupan rencana kegiatan pengembangan Lapangan Gas Matindok. ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-2

PT PERTAMINA EP - PPGM 1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang (work over) dengan perincian: No. Lapangan Jenis Kegiatan Pemboran Wilayah 1. Donggi 4 sumur work over 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili Barat 2. Minahaki 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili 3. Sukamaju 2 sumur pengembangan Kecamatan Batui 4. Matindok 4 sumur pengembangan Kecamatan Batui 5. Maleoraja 3 sumur pengembangan Kecamatan Batui 2. Pembangunan Block Station (BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melalui Manifolding Station (MS); 3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) akan ditempatkan satu area dengan Block Station yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan Matindok; 4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta fasilitas pendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom. 5. Pemasangan pipa: a. Pemasangan pipa flow line berdiameter 4 s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan; b. Pemasangan pipa gathering line diameter 16 dan 18, sepanjang 40 km dari BS ke GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui. c. Pemasangan pipa trunk line penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar 23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom, yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom 6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi, Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo. 7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur, pemasangan pipa, pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya sekitar 595 ha. ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-3

PT PERTAMINA EP - PPGM 1.2.2. Manfaat Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain: 1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan belerang (sulphur) 2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur). 3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional 4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas. Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP PPGM bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan. 1.3. PERATURAN Tabel 1.1 berikut ini disajikan daftar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan rencana kegiatan dan peraturan sebagai dasar pelaksanaan Studi AMDAL. ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok I-4

Tabel 1.1. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Sebagai Dasar Pelaksanaan Studi AMDAL PPGM di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah A. Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1985 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Pokok-pokok Agraria Perikanan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya Terkait dengan pengadaan lahan Terkait dengan kegiatan pemasangan pipa di dasar laut Terkait dengan keberadaan berbagai ekosistem alam dan adanya SM Bakiriang di sekitar rencana kegiatan 4. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan umum untuk kegiatan proyek 5. Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 Pelayaran Terkait dengan adanya rencana pengangkutan LNG dengan moda kapal laut 6. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Kesehatan Terkait dengan pemeliharaan kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar rencana kegiatan 7. Undang-Undang No. 26 Penataan Ruang Tahun 2007 8. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 9. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Pengesahan Konvensi Internasional mengenai Keanekaragaman Hayati Perseroan Terbatas Terkait dengan kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang Terkait dengan upaya pengelolaan keanekaragaman hayati yang ada di beberapa bagian lokasi proyek Terkait dengan status hukum institusi pemrakarsa 10. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup Terkait dengan arti penting Studi AMDAL 11. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Kehutanan 12. Undang-Undang No. 22 Minyak dan Gas Bumi Tahun 2001 13. Undang-Undang No. 65 Tahun 2001 Pajak Daerah 14. Undang-Undang No. 13 Ketenagakerjaan Tahun 2003 15. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara Terkait dengan keberadaan lahan yang akan digunakan oleh proyek yang dikuasasi oleh Departemen Kehutanan dan perkebunan Terkait dengan operasional usaha peminyakan dan gas bumi Terkait dengan kewajiban pemrakarsa untuk membayar pajak untuk daerah Terkait dengan tatacara dan pengaturan rekrutmen dan hak serta kewajiban pemrakarsa terhadap tenaga kerja Terkait dengan status pemrakarsa sebagai Badan Usaha Milik Negara ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-5

A. Undang-Undang Republik Indonesia 16. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 17. Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 18. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Sumberdaya Air Perikanan Pemerintah Daerah Terkait dengan hubungan Pemrakarsa menggunakan sungai untuk kegiatan pemboran gas Terkait dengan hubungan pemrakarsa menggunakan air laut sebagai tempat pelabuhan gas Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengan kewenangan pemerintah daerah sebagai daerah otonom 19. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 20. Undang-Undang No.51 Baku Mutu Air Laut Tahun 2004 Peraturan B. Pemerintah Republik Indonesia 1. PP No. 19 Tahun 1973 Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan Terkait dengan pengaturan kewajiban pemra-karsa untuk membayar pajak untuk daerah dan pemerintah pusat Terkait dengan rencana pembangunan pelabuhan khusus Terkait dengan tata cara pengaturan dan pengawasan untuk keselamatan kerja di bidang pertambangan 2. PP No. 11 Tahun 1979 Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengelolaan Migas Terkait dengan keselamatan pekerja 3. PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Terkait dengan keberadaan banyak sungai yang terpotong oleh pemasangan pipa dan penggunaan air sungai dalam kegiatan proyek. 4. PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan moda angkutan darat yang digunakan dalam proyek 5. PP No. 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalulintas Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan prasarana dan lalulintas kendaraan darat yang digunakan dalam proyek 6. PP No. 47 Tahun 1997 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 7. PP No. 62 Tahun 1998 Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Kehutanan Kepada Daerah 8. PP No. 68 Tahun 1998 Swaka Margasatwa dan Kawasan Pelestarian Alam 9. PP No. 7 Tahun 1999 Pengelolaan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar 10. PP No. 18 Tahun 1999 Pengelolaan Limbah Bahan jo PP No. 85 Thun 1999 Berbahaya dan Beracun Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang Terkait adanya kemungkinan penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang kehutanan kepada daerah yang terkait dengan rencana kegiatan Terkait dengan rencana kegiatan yang terletak di sekitar Suaka Margasatwa Lokasi kegiatan terkait dengan kawasan SM Bakiriang Terkait dengan pengaturan dan pengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh rencana kegiatan ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-6

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 11. PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut 12. PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 13. PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara Pengaturan dan pengendalian pencemaran dan/atau perusakan laut yang terkait dengan kegiatan di pantai Terkait dengan arti penting pelaksanaan studi AMDAL Terkait dengan pengaturan dan pengendalian pencemaran udara yang mungkin ditimbulkan oleh rencana kegiatan 14. PP No. 82 Tahun 1999 Angkutan di Perairan Pengaturan dan pengawasan tentang lalulintas kapal laut yang digunakan dalam rencana kegiatan 15. PP No. 25 Tahun 2000 Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Batas kewenangan Pemerintah Daerah dan Provinsi sebagai daerah otonom yang terkait dengan realisasi dan operasionalisasi PPGM di Kab. Banggai, SULTENG. 16. PP No. 81 Tahun 2000 Kenavigasian Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 17. PP No. 150 Tahun 2000 Pengendalian Kerusakan Terkait dengan pengaturan dan pengendalian kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa tanah yang ditimbulkan oleh proyek untuk produksi biomasa 18. PP No. 69 Tahun 2001 Kepelabuhanan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan operasional pelabuhan khusus 19. PP No. 74 Tahun 2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 20. PP No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Terkait dengan pengaturan, penanganan dan pengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh rencana kegitan Terkait dengan pengaturan dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air oleh rencana kegiatan, terutama pada tahap operasional. 21. PP No. 42 Tahun 2002 Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Terkait dengan hak dan kewajiban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dalam pembinaan kegiatan migas oleh pemrakarsa. 22. PP No. 51 Tahun 2002 Perkapalan Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 23. PP No. 20 Tahun 2006 Irigasi Pengaturan dan pengawasan terhadap pemboran yang akan mencemari irigasi masyarakat 24. PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan serta Pemanfaatan Hutan Pengaturan yang terkait dengan adanya penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kegiatan migas ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-7

Keputusan Presiden C. Republik Indonesia 1. Keppres No. 18 Tahun 1978 Ratifikasi International Conventional on Civil Liability for gulangan pencemaran minyak Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan penang- Oil Pollution Damage 1969 (CLC 1969) 2. Keppres No. 46 Tahun 1986 3. Keppres No. 32 tahun 1990 Pengesahan Convention for Terkait dengan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian the Prevention of Pollution pencemaran air laut yang diakibatkan oleh kegiatan from Ships (Marpol 1973/1978 lalulintas kapal laut. Annex I & II) Pengelolaan Kawasan Lindung Terkait dengan pengaturan pengelolaan kawasan lindung yang terpengaruh oleh rencana kegiatan. 4. Keppres No. 43 Tahun 1991 Konservasi Energi Terkait dengan upaya-upaya konservasi energi yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam operasionalisasi proyek. 5. Perpres No. 109 Tahun 2006 6. Perpres No. 65 Tahun 2006 Penanggulangan Keadaan Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan Darurat Tumpahan Minyak di penanggulangan pencemaran minyak Laut Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk pemrakarsa yang terkait untuk kepentingan umum. Pengaturan dan pengawasan pengadaan tanah bagi Kepentingan Umum D. Peraturan Menteri 1. Per.Men.Kes No. 416/ Syarat-Syarat Pengawasan MenKes/Per/IX/1990 Kualitas Air 2. Per.Men.Hub. No. KM 7 Sarana Bantu Navigasi Tahun 2005 Pelayanan (SBNP) Sebagai acuan dalam pengawasan kualitas air Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 3. Per.Men.Neg. L.H. 08 Pedoman Penyusunan Analisis Pedoman ini digunakan acuan dalam penyusunan dok. Tahun 2006 Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL Hidup. 4. Per.Men.Neg. L.H No. 11 Tahun 2006 5. Per.Men. ESDM No. 045 tahun 2006 6. Per.Men.LH No. 4 Tahun 2007 7. Per.Men.Hut No.14/ Menhut-II/2006 jo No 64/Menhut-II/2007 Jenis Rencana Usaha dan atau Berdasarkan Peraturan ini rencana kegiatan PPGM termasuk Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dokumen AMDAL dalam rencana kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Dampak Lingkungan Hidup Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi Pinjam pakai kawasan hutan Sebagai acuan dalam pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur dan serbuk bor yang dihasilkan kegiatan ini Pedoman dalam pengelolaan air limbah yang dihasilkan saat kegiatan berlangsung Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang baru ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan menggunakan kawasan hutan untuk dipakai untuk kegiatan migas ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-8

E. Keputusan Menteri 1. Kep.Men Perhubungan No. 215/N.506/PHB-87 Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari Kapal Terkait adanya kewajiban pemrakarsa untuk mengadakan fasilitas penampungan limbah dari kapal-kapal. 2. Kep.Men.Neg Kependudukan dan Lingkungan Mutu Lingkungan berbagai parameter lingkungan yang harus diacu oleh Pedoman Penetapan Baku Terkait dengan batas Baku Mutu Lingkungan untuk Hidup No. 02/MEN pemrakarsa KLH/I/ 1988 3. Kep.Men.Hub. No. KM 23 Tahun 1990 4. Kep.Men Perhubungan No. KM 86 Tahun 1990 5. Kep. MPE No. 06P/0746/ M.PE/ 1991 6. Kep. MNLH No. Kep-35/ MENLH/10/1993 7. Kep.Men PU No. 63/PRT/ 1993 Usaha Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air (PBA) Terkait dengan pekerjaan pemasangan pipa Pencegahan Pencemaran Terkait dengan upaya-upaya pengaturan, pengawasan dan Minyak dari Kapal-kapal pencegahan terjadinya pencemaran minyak dari kapalkapal. Pemeriksaan Keselamatan Adanya kewajiban untuk melakukan pemeriksaan Kerja Untuk Instalasi, keselamatan kerja untuk instalasi, peralatan dan teknis Peralatan, dan Teknis secara rutin. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Adanya batasan emisi gas buang bagi kendaraan bermotor yang digunakan oleh pemrakarsa Batas Badan Sungai, Peruntukan Sungai, Daerah badan dan air sungai yang digunakan oleh pemrakarsa Terkait dengan pengaturan dan pengawasan penggunaan Pengawasan Sungai dan Bekas Sungai 8. Kep.Men.Hub No. KM 60/1993 Marka Jalan Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan 9. Kep.Men.Hub No. KM 61/1993 10. Kep.Men.Hub No. KM 62/1993 11. Kep.Men Hub No. KM 67/ 1993 Rambu-Rambu Lalulintas di Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan Jalan Alat Pemberi Syarat Lalu Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan Lintas Tata Cara Pemeriksaan Teknik Terkait dengan pemeriksaan kelaikan jalan kendaraan dan Laik Jalan Kendaraan bermotor yang digunakan oleh pemrakarsa Bermotor di Jalan 12. Kep.Men Hub No. KM 69/ 1993 Penyelenggaraan Barang di Jalan Angkutan Adanya pedoman yang harus diikuti oleh pemrakarsa dalam penyelenggaraan angkutan barang di jalan 13. Kep.Men Hub No. KM 3/ 1994 14. Kep. MPE No. 103.K/ 008/ MEM/ 1994 Alat Pengendali dan Pengaman jalan Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Dalam Bidang Pertambangan dan Energi Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan RKL dan RPL nanti akan dilaksanakan dan dilaporkan dengan tertib oleh pemrakarsa, karena pelaksanaan dan laporan itu akan selalu dievaluasi oleh institusi pembina Lingkungan kegiatan migas. ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-9

E. Keputusan Menteri 15. Kep.Men LH No. 13/ MENLH/1995 16. SK Men.Hut No. 41/Kpts/II/ 1996 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Perubahan Pasal 16 SK Men.Hut No. 41/Kpts/II/ 1996 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ini akan diacu dalam setiap operasi alat non mobil yang mengeluarkan emisi Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan menggunakan kawasan hutan untuk dipakai kegiatan migas 17. Kep. MNLH No. Kep-48/ MENLH/ 11/1996 18. Kep. MNLH No. Kep-49/ MENLH/ 11/1996 19. Kep. MNLH No. Kep-50/ MENLH/ 11/1996 20. SK Men.Hut No. 641/ Kpts/ II/1997 Baku Tingkat Kebisingan Baku Mutu Tingkat Getaran Kebauan Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Baku mutu tingkat kebisingan ini akan diacu dalam setiap operasi alat yang mengeluarkan kebisingan Baku mutu tingkat getaran ini akan diacu dalam setiap operasi alat atau kegiatan penyebab getaran. Baku mutu kebauan ini akan diacu dalam setiap operasi kegiatan yang menimbulkan kebauan. Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang baru ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan menggunakan kawasan hutan untuk dipakai untuk kegiatan migas 21. Kep. MPE No. 300.K/38/ M/PE/ 1997 Keselamatan Kerja Pipa Pedoman ini akan dijadikan acuan bagi pemrakarsa dalam Penyalur Minyak dan Gas Bumi pemasangan pipa 22. Kep. MESDM No. 1457 K/38/MEM/2000 23. Kep.Men.Neg. LH No. 4 Tahun 2001 24. Kep.Men.Hub. No KM 13/2001 25. Kep.Men.Kes. No. 876/ Men. Kes/SK/VII/2001 Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi Kriteria Baku & Pedoman Penentuan Kerusakan Terumbu Karang Kelas Jalan di Pulau Sulawesi Pedoman Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan Pedoman ini akan menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan Dokumen AMDAL Terumbu karang merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan Sebagai acuan dalam operasional transportasi saat kegiatan Pedoman untuk mengkaji aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL 26. Kep.Men.Hub. No. 24 Tahun 2002 Penyelenggaraan Pemanduan Sebagai acuan dalam operasional pelabuhan khusus 27. Kep.Men.Hub. No. KM 53 Tahun 2002 Tatanan Kepelabuhanan Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 28. Kep.Men.Hub. No. KM 55 Tahun 2002 Pengelolaan Pelabuhan Khusus Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 29. Kep.Men.Hub. No. KM 63 Tahun 2002 Organisasi Tata Kerja Kantor Pelabuhan (KANPEL) Terkait dengan operasional pelabuhan khusus ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-10

E. Keputusan Menteri 30. Kep.Men Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/ 2002 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Terkait dengan syarat-syarat pengawasan kualitas air untuk air minum bagi kesehatan pekerja dan masyarakat 31. Kep. MNLH No. 112 Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik Terkait dengan pengaturan mutu air limbah domestik yang keluar dari IPAL rencana kegiatan 32. Kep. MNLH No. 128 Tahun 2003 33. Kep. MNLH No. 129 Tahun 2003 Tatacara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Pedoman ini akan digunakan oleh pemrakarsa dalam penanganan tanah yang kemungknan terkontaminasi oleh kegiatan Pedoman ini akan dijadikan acuan dalam upaya pengendalian emisi dari kegiatan operasional 34. Kep.Men.LH No. 51 Tahun 2004 35. Kep.MN.LH No. 45 Tahun 2005 36. Kep.Men.Hub. No KM 14 Tahun 2006 Baku Mutu Air Laut Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Pedoman dalam pengelolaan kualitas air laut Pedoman dalam penyusunan laporan pelaksanaan RKL dan RPL Terkait dengan aspek transportasi pada saat kegiatan Keputusan/Peraturan F Kepala BPN, Bapedal dan lainnya 1. Petunjuk Pelaksanaan No. Pol. Juklak 29/VII/ 1991 2. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 3. Keputusan Kepala BPN No. 22 Tahun 1993 Pengawasan, Pengendalian dan Pengamanan Bahan Peledak Non Organik ABRI Tatacara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak-Hak Atas Tanah Untuk Perusahaan Petunjuk Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 Bahan peledak kemungkinan akan digunakan terutama dalam pelaksanaan konstruksi. Prosedur yang harus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanah untuk perusahaan Petunjuk ini merupakan penjelasan dari tatacara yang harus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanah untuk perusahaan 4. Kep.Ka. Bapedal No. 56/ Pedoman Mengenai Ukuran BAPEDAL/ 1994 Dampak Penting Pedoman ini akan diacu untuk menentukan dampak penting dalam studi AMDAL 5. Kep.Ka. Bapedal No. 01/ BAPEDAL/09/1995 Tatacara dan Persyaratan Akan diacu oleh pemrakarsa dalam penyimpanan sementara Teknis Penyimpanan dan dan pengumpulan limbah B3 Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3 ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-11

Keputusan/Peraturan F Kepala BPN, Bapedal dan lainnya 6. Kep.Ka. Bapedal No. 02/ BAPEDAL/09/1995 7. Kep.Ka. Bapedal No. 03/ BAPEDAL/09/1995 Dokumen Limbah B3 Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 Akan diacu dalam sistem pelaporan penyimpanan dan penanganan limbah B3 Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratan teknis pengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten. 8. Kep.Ka. Bapedal No. 04/ BAPEDAL/09/1995 Tatacara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3 Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratan teknis pengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten 9. Kep.Ka. Bapedal No. 05/ Simbol dan Label Limbah B3 Simbol dan label limbah B3 yang akan diacu oleh BAPEDAL/09/1995 pemrakarsa 10. Kep.Ka. Bapedal No. 255/ Tata Cara & Persyaratan Sebagai pedoman dalam pengelolaan minyak pelumas BAPEDAL/01/1995 Penyimpanan dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas bekas 11. Kep.Ka. Bapedal No. 205 Tahun 1996 Metode Pemantauan Emisi Udara Pedoman dan metode ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalam pelaksanaan pemantauan emisi udara akibat rencana kegiatan dan tertuang dalam dokumen RPL 12. Kep.Ka. Bapedal No. 229 Tahun 1996 13. Kep.Ka. Bapedal No. 255/ BAPEDAL/08/ 1996 14. Kep.Ka BAPEDAL No. 124/12/ 1997 15. Kep. Ka BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL Tatacara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL Prosedur ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalam mekanisme penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL Pedoman ini diacu dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan konsultasi masyarakat 16. Kep.Dirjen Perhubungan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Terkait kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan Alat Berat di Jalan Darat No. SK 726/As.307/ material DRJD/2004 17. Peraturan Daerah Prop. Rencana Tata Ruang Sebagai acuan dalam penetapan tata batas wilayah studi Sul.Tengah No. 2 Tahun Wilayah Provinsi Sulawesi AMDAL 2004 Tengah 18. Kep Dirjen Per.Hub Darat Penyelenggaraan Pengangkutan Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pengangkutan B3 B3 No. SK.725/AJ/302/DRJD/ 2004 ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-12

G Lain-lain 1. Panduan Pengelolaan Lumpur Bor PERTAMINA-BPPKA Tahun 1994 Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam penanganan lumpur bor 2. Standard Pertambangan Sistem Perpipaan Transmisi Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam Migas No. 50.54. 2- dan Distribusi Gas pembangunan dan pemeliharaan sistem perpipaan transmisi 1994 dan distribusi gas 3. Codes and Standards Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam pelaksanaan kegiatan dalam proyek PGM. (Lihat Lampiran List of Code...) 4. Protokol 1996 atas Konvensi tentang Pencegahan Pencemaran Laut oleh Dumping Limbah dan Bahan lain, 1972 dan Resolusi yang diadopsi oleh Sidang Khusus Pedoman dalam upaya pencegahan pencemaran laut oleh berbagai bahan pencemar 5. Mijn Politie Regkment No. 341 Tahun 1930 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang Peroman dalam upaya keselamatan kerja pertambangan ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindo I-13