BAB I PENDAHULUAN. Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN GORONTALO

PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

PROSEDUR PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA PADA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

DAFTAR ISI. HALAMAN DEDIKASI... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. PRAKATA... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR LAMPIRAN... x. DAFTAR TABEL...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Tahun Anggaran 2006 s.d 2010, adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB 1 INTRODUKSI. Pengakuan merupakan proses pemenuhan kriteria pencatatan suatu

: Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah selesai. Dari hasil pemeriksaan BPK pada tahun sampai tahun 2014 ditemukan banyak penyimpangan-penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 24 SERI E

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca selain aset lancar, investasi. dibandingkan dengan komponen neraca lainnya.

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

ANALISIS PENILAIAN ASET TETAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BLITAR PERIODE 2014 DAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penunjang dan sarana pendukung dalam instansi pemerintah adalah. oleh masyarakat umum. (PSAP No. 7 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

53. Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang

Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan. reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset daerah atau aktiva merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah. oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk dapat mengelola aset secara memadai. Dalam pengelolaan aset, pemerintah daerah harus menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindah tanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu memberika kontribusi optimal bagi pemerintah daerah yang bersangkutan, (Sutaryo, 2008). Melihat pernyataan tersebut, untuk melakukan pengelolaan aktiva/aset daerah sangat dibutuhkan sebuah standar akuntansi sebagai wujud pedoman pertanggungjawab keuangan pemerintah. Terbitnya Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang sekarang telah dirubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang terdiri dari 12 pernyataan standar akuntansi pemerintah mejadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam hal pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Salah satu dari sekian banyak standar akuntansi pemerintah tersebut, terdapat salah satu standar yang mengatur pengelolaan aktiva tetap, standar tersebut adalah Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.07 mengenai akuntansi Aset tetap/aktiva tetap. Tujuan dari pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk aktiva tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat serta penentuan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat aktiva tetap. Aktiva tetap merupakan salah satu bagian utama dari aktiva yang dimiliki oleh pemerintahan. Aktiva tetap dilingkungan komersial merupakan aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan operasional sehari-hari, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sedangkan aktiva tetap dilingkungan pemerintahan merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum, (Septiana, 2011). Arif, dkk (2009: 250) menjelaskan aktiva tetap pemerintah pada hakekatnya sama seperti aktiva tetap perusahaan, yang terdiri dari tanah, gedung, banguan, peralatan, mesin dan sebagainya. Namun aktiva tetap pada pemerintah tidak sematamata digunakan untuk menghasilkan pendapatan, tetapi Aktiva tetap tersebut untuk kegiatan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Seperti disebutkan pada akuntansi persediaan, aktiva tetap dan persediaan kemungkinan memiliki bentuk atau jenis aktiva yang sama seperti kenderaan. Perbedaan aktiva tersebut terletak pada peruntukan dan masa manfaat aktiva tersebut. Apabila aktiva tersebut diperuntukan untuk dijual atau diberikan kepada masyarakat dan aktiva tersebut habis digunakan dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca, maka aktiva tersebut termasuk persediaan. Namun, apabila aktiva tersebut digunakan untuk kegiatan pemerintah dan

memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dari tanggal neraca, maka aktiva tersebut termasuk aktiva tetap. Aktiva tetap merupakan komponen aktiva/aset operasi pemerintah yang sangat penting dalam menjalankan operasional pemerintahan. Aktiva tetap memiliki sifat yang rentan terhadap penurunan kapasitas sejalan dengan penggunaan atau pemanfaatannya. Oleh karena itu pemerintah harus menyajikan informasi tentang nilai aktiva tetap secara memadai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan aktiva, yang meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pertukaran, pelepasan dan penghapusan, (Mursyidi, 2009: 211). Simatupang (2005) menjelaskan, segal hal yang terkait dengan aktiva tetap, mulai dari pengadaannya sampai penarikannya haruslah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan. Hal-hal yang terkait dengan aktiva tetap yaitu penentuan nilai dari aktiva tetap yang akan di catat dalam laporan keuangan, baik diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, ataupun merupakan sumbangan dari pihak lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah membutuhkan informasi tentang nilai aktiva tetap yang memadai. Menurut Mursyidi (2009: 211) penyusutan memungkinkan pemerintah mendapatkan suatu informasi tentang keadaan potensi aktiva tetap yang dimilikinya. Nilai aktiva tetap harus disusutkan setiap periodennya oleh perusahaan, sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari aktiva tetap tersebut. Berbagai literatur akuntansi komersial mendefinisikan penyusutan (depreciation) adalah metode pembebanan atas biaya pembelian awal suatu aktiva fisik selama masa

manfaatnya. Seirama dengan itu Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan no 7 yang terdapat dalam Lampiran I PP 71 tahun 2010 juga menganut pemahaman seperti itu. Paragrap 8 PSAP no 7 yang terdapat dalam lampiran I PP 71 tahun 2010 mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Penyusutan aktiva tetap merupakan penyesuaian nilai akitva tetap sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaan dari suatu aktiva tersebut. Kapasitas manfaat suatu aktiva tetap semakin lama semakin menurun karena digunakan dalam kegiatan operasi pemerintah dan sejalan dengan itu maka nilai Aktiva tetap juga semakin menurun. Tujuan dilakukan penyusutan pada dasarnnya adalah untuk menyesuaikan nilai Aktiva tetap untuk mencerminkan nilai wajarnya. Margono (2013) juga mengungkapkan penyusutan Aktiva tetap ini memiliki tujuan antara lain menyajikan nilai aktiva tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan pemerintah. Margono (2013) menjelaskan terdapat beberapa alasan mengapa aktiva tetap pemerintah perlu disusutkan, alasan pertama yaitu aset tetap perlu disusutkan karena aset tetap dengan berlalunya waktu akan mengalami penurunan kapasitas dalam memberikan jasa. Alasan yang kedua adalah agar suatu entitas mengalokasikan cost dari aset tetap ke masa manfaat dari aset tetap yang bersangkutan. Penyusutan Aset Tetap pemerintah dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan nilai aset tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan pemerintah pusat, mengetahui potensi BMN/D dengan memperkirakan sisa

masa manfaat suatu BMN/D yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun kedepan, memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah dimiliki.. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penyusutan dialakukan untuk memperoleh nilai wajar dari aktiva tetap t. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketentuan penyusutan telah dijelaskan dalam PSAP 07 pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan yang menyangkut penyusutan aktiva tetap aktiva tetap pemerintah, dengan objek penelitian pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo, dengan mencoba membandingkan keadaan dilapangan dengan teori yang ada. Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo maupun pada satuan kerja pemerintah daerah lainnya, Aset daerah merupakan salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Nilai aktiva tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun lain pada laporan keuangan. Keberadaan Aktiva tetap sangat mempengaruhi kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan. Aktiva tetap tetap daerah memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sering kali terdapat berbagai persoalan. Sebagaimana permasalahan yang terjadi pada pemerintah Kabupaten Gorontalo, dalam siaran pers penyerahan LHP manajemen aset pemerintah Kabupaten Gorontalo, untuk tahun 2011 laporan keuangan pemerintah Kabupaten Gorontalo

mendapatkan Opini WDP (wajar dengan pengecualian), hal ini cenderung menurun dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya dimana LKPD pemerintah Kabupaten Gorontalo mendapatkan opini WTP (wajar tanpa pengecuwalian). Salah satu penyebab diberikannya opini WDP atas LKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 ini disebabkan oleh pengelolaan aset daerah. Dalam LHP BPK terdapat beberapa temuan diantaranya Pemda kabupaten Gorontalo belum menatausahakan BMD atau aktiva tetap daerah secara memadai sesuai ketentuan yang berlaku. kurangya rekonsiliasi antara SKPD pada dinas pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah (DPPKAD) dalam pencatatan aset serta kurangnya bukti kepemilikan serta perolehan aset tetap yang meyulitkan dalam hal penyusutan aset tetap. Adapun perkembangan aktiva tetap pada pemerintah Kabupaten Gorontalo selama 5 tahun adalah sebagai berikut: Tabel 1: Perkembangan aktiva tetap pada pemerintah Kabupaten Gorontalo TA. 2008-2012 Aktiva Tetap 2008 2009 2010 2011 2012 Tanah 79.705.322.350 79.705.322.550 79.705.322.550 79.705.322.550 65.051.909.850 Peralatan 102.027.864.231,21 127.731.100.433,21 150.667.355.549,53 181.932.890.089,44 211.566.514.619,65 Gedung 296.819.702.192 343.375.073.347 364.139.935.484,47 389.467.851.785,47 368.924.815.956,47 Jalan 662.959.662.304 765.538.271.361 801.309.475.201 846.851.677.663 900.452.716.435 Kontruksi 36.425.417.835 14.652.000.000 18.675.575.721 14.652.639.023 11.539.505.557 Aset Tetap lainnya 14.321.740.820,79 15.065.251.946,79 16.223.441.946,79 27.506.036.570,79 35.966.621.963,79 Sumber:Laporan keuangan Pemda Kabupaten Gorontalo Dari tabel tersebut dapat dilihat tanah untuk 4 tahun terakhir nilai aset tetap tanah cenderung tetap namun pada tahun 2012 nilai tanah tersebut menurun, untuk peralatan terlihat peralatan pemerintah kabupaten Gorontalo mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk aset tetap gedung selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan nilai gedung. Namun berbeda dengan aset tetap kontruksi terlihat setiap tahunnya nilainnya semakin menurun sedangkan aset tetap lainnya untuk lima tahun terakhir nilainya cenderung meningkat.

Banyaknya permasalahan yang sering terjadi dalam Aset tetap/aktiva tetap, Disebutkan oleh Septiana (2011) seperti pengamanan atas aset kurang memadai selain itu nilai aktiva tetap pemerintah di neraca sulit diyakini kewajarannya. Semua permasalahan tersebut terjadi salah satu faktornya dikarenakan kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia dalam menangani aset, sehingga akan menimbulkan banyak permasalahan yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai aktiva tetap dalam neraca atau laporan keuangan suatu entitas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis penyusutan aktiva tetap Pemerintah Pada Dinas Pengelolaan Pedapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian permasalah yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: pengelolaan akitva tetap pada pemerintah Kabupaten Gorontalo, masih ditemukan berbagai persoalan dalam pengelolaan aktiva tetap, persoalan tersebut antaran lain: 1. Pemda kabupaten Gorontalo belum menatausahakan BMD atau aktiva tetap daerah secara memadai sesuai ketentuan yang berlaku. 2. kurangya rekonsiliasi antara SKPD pada dinas pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah (DPPKAD) dalam pencatatan aset serta kurangnya bukti kepemilikan serta perolehan aset tetap yang meyulitkan dalam hal penyusutan aset tetap.

1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penyusutan aktiva tetap pada Dinas Pengelolaan Pedapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis penyusutan aktiva tetap pada Dinas Pengelolaan Pedapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang penulis lakukan, penulis mengharapkan akan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti secara pribadi dan juga bagi masyarakat luas. Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu secara pribadi penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pemahaman lebih lanjut terhadap teori yang telah diperoleh sehingga dapat lebih mengerti dan memahami bagaiman melakukan analisis penyusutan aktiva tetap berdasarkan peraturan yang berlaku. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan khususnya tentang penetapan penyusutan dan penilaian aktiva tetap pada pemerintah daerah selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk pertimbangan dan saran yang diperlukan dalam mengambil keputusan serta dalam penyajian aktiva tetap pada Neraca.