BAB II PEMBAHASAN. Gambar 1. Megaloblastic change. 3

dokumen-dokumen yang mirip
Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

oleh K/DOQI sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/men/1,73 m 2, selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

R S. D R. H I. A B D O E L M O E L O E K B A N D A R L A M P U N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Anemia mempengaruhi secara global 1,62 miliar penduduk dunia,

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

Transkripsi:

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Hematologis Anemia Megaloblastik Defisiensi Vitamin B12 Gambaran hematologis digunakan untuk mendiagnosis anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12, terutama dalam menguatkan kesimpulan, walaupun bukan merupakan tes yang spesifik, karena hanya dapat menentukan jenis anemianya, yaitu anemia megaloblastik. 3 Gambaran hematologis anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 dapat diketahui dengan pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi, reticulocyte count, pemeriksaan sumsum tulang (bone marrow aspiration). 4 Pada pemeriksaan darah lengkap menunjukkan kadar hemoglobin menurun, dari ringan sampai berat (3-4 g/dl). MCV meningkat 110-125 fl, dan kadang-kadang dijumpai trombositopenia dan leukopenia, RDW meningkat, poikilositosis, dan anisositosis. Reticulocyte count rendah, yaitu <1% dari total eritrosit. Hal ini disebabkan oleh eritropoesis inefektif pada sumsum tulang (hemolisis intramedular). 1,4 Pada pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan oval macrocyte pada eritrosit dan menunjukkan megaloblastic change, yaitu kesenjangan antara pematangan inti dan sitoplasma. Selain itu, dijumpai polymorphonuclear neutrophils (PMNs) hypersegmentation, yaitu neutrofil dengan lobus nucleus yang melebihi normal atau hipersegmentasi neutrofil, berupa 5% dari PMNs dengan 5 lobus atau 1 PMN dengan 6 lobus. Temuan sebanyak tiga atau lebih PMN dengan 5 lobus mengindikasikan anemia megaloblastik. 1,3,4 Gambar 1. Megaloblastic change. 3

Gambar 2. Polymorphonuclear neutrophil (PMN) hypersegmentation. Pada pemeriksaan sumsum tulang dijumpai hiperseluler dengan proliferasi dan maturasi dari seluruh myeloid cell line serta hyperplasia sumsum tulang. Selain itu, dijumpai prekursor eritrosit dengan eritroblas megaloblastik besar yang jumlahnya meningkat di dalam sumsum tulang, dan elemen myeloid lainnya yang abnormal, misalnya metamyelosit dan prekursor granulosit yang berukuran besar. 4 Pada sumsum tulang terjadi eritropoesis inefektif, yaitu sel-sel megaloblast yang fungsinya tidak normal ini dihancurkan dalam sumsum tulang (hemolisis intramedular), sehingga mengakibatkan peningkatan kadar serum indirek bilirubin dan LDH (lactate dehydrogenase) dalam serum. Selain itu, pada pengecatan dengan Prussian Blue, menunjukkan cadangan besi yang meningkat. 1 Keuntungan mempereloh gambaran hematologis adalah dapat membuktikan terjadinya anemia megaloblastik. Kelemahannya adalah tidak dapat menentukan secara spesifik penyebab dari anemia megaloblastik tersebut (defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat). 6 2.2 Pemeriksaan Level Serum Vitamin B12 Pemeriksaan level serum vitamin B12 merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis defisiensi vitamin B12 dan memantau efektivitas dari penatalaksanaan yang dilakukan. Selain itu, ini merupakan starting point dalam laboratorium klinis. 4 Ada tiga jenis tes yang telah berkembang dalam memeriksa level serum vitamin B12 selama 60 tahun terakhir. Tahun 1950an, tes mikrobiologi adalah tes yang pertama kali berkembang, yaitu jika bakteri (cobalamin-dependent bacteria) yang dimasukkan dalam tubuh berkembang dengan baik, maka dikatakan bahwa 4

vitamin B12 yang ada dalam tubuh mencukupi. Namun tes ini sudah ditinggalkan karena vitamin B12 yang dipakai oleh bakteri tidak pasti jumlahnya (banyak atau sedikit) dan bakteri tersebut juga menggunakan vitamin B12 dalam tubuh, sehingga pasien menjadi semakin kekurangan vitamin B12. Tes yang berkembang kemudian adalah prosedur radioisotop yang menggunakan 57 Cyanocobalamin dan specific binder, kemudian diuukur radioaktivitasnya. Tes ini kemudian ditinggalkan karena risiko radiasi. Tes yang digunakan saat ini mencakup automated non-isotopic procedure yang menggunakan chemiluminescence, deteksi energy cahaya sebagai indikator dari konsentrasi vitamin B12, dengan menggunakan alat berupa ACS:180 dan ACCESS Immunoassay. Dalam memeriksa serum vitamin B12, sample harus didinginkan dan dijauhkan dari cahaya serta tidak disimpan lebih dari 4 jam, karena vitamin B12 bersifat termolabil dan fotosensitif sehingga mudah rusak. 3,5 Indikasi anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 ditunjukkan jika level serum vitamin B12 <100 pg/ml. Tetapi, penurunan level serum vitamin B12 juga terjadi pada anemia megaloblastik defisiensi asam folat, kehamilan, oral contraceptive. Selain itu, level serum vitamin B12 dapat menunjukkan peningkatan, tetapi tidak dapat digunakan, misalnya pada penyakit ginjal, hati, myeloproliferatif, dan chronic myelogenous leukemia. Level serum vitamin B12 juga dapat menunjukkan hasil yang normal, padahal sebenarnya terjadi defisiensi vitamin B12. Hal ini terjadi akibat interaksi non-spesifik sample dengan beberapa komponen dari alat-alat yang digunakan. Jadi, pemeriksaan level serum vitamin B12 belum tentu menunjukkan hasil bahwa benar-benar terjadi defisiensi vitamin B12 secara spesifik. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik dalam menentukan terjadi defisiensi vitamin B12. 1,3,5 Keuntungan melakukan pemeriksaan ini adalah mudah dilakukan dan murah. Kelemahannya adalah adanya variasi referensi interval dikarenakan metode yang berbeda, sensitivitas dan spesifisitasnya masih diperdebatkan, false positive jika haptokorin menurun, dan false negative jika haptokorin meningkat (misalnya pada chronic myeloid leukemia). 6 5

2.3 Pemeriksaan Level Serum Total Homosistein (thcy) Pemeriksaan level serum total homosistein (thcy) adalah pemeriksaan metabolit yang dapat menegakkan diagnosis anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 bersama-sama dengan pemeriksaan level serum asam metilmalonik. Kedua jenis pemeriksaan ini dikatakan sebagai indikator sensitif dalam menentukan status vitamin B12 dalam tubuh daripada pemeriksaan level serum vitamin B12. Level serum total homosistein biasanya meningkat sebelum level serum vitamin B12 menurun atau gejala muncul. Pemeriksaan level serum total homosistein dapat dilakukan dengan liquid chromatography-tandem mass spectrometry (LC-MS/MS) stable isotope dilution analysis. Sample yang digunakan berupa serum atau urin. Serum tersebut didapatkan dari darah yang tidak ditambahkan antikoagulan yang disentrifugasi setelah mengalami koagulasi selama 30 menit dan kemudian didinginkan pada suhu 2-8 0 C sebelum dapat digunakan. Pemeriksaan level serum total homosistein yang terbaru adalah menggunakan enzim dan immunoassay. 3 Vitamin B12 adalah kofaktor dalam metabolisme homosistein. Bentuk hidroksilat dari vitamin B12 berupa metilkobalamin (MeCbl) berperan penting dalam mengubah homosistein menjadi metionin, dimana berperan dalam mentransfer gugus metil pada homosistein sehingga menjadi metionin. Defisiensi vitamin B12 mengakibatkan terjadinya peningkatan level serum total homosistein. 6 Indikasi anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 ditunjukkan jika level serum total homosistein >13 µmol/l (dengan catatan tidak adanya gagal ginjal). 2 Tetapi peningkatan level serum total homosistein juga terjadi pada anemia megaloblastik defisiensi asam folat, kehamilan, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, pemakaian obat-obatan seperti statin (HMG-CoA reductase inhibitor), diuretik, dan levodopa. Makanan yang kaya protein dapat menurunkan hasil pemeriksaan sebesar 10-15%. Pengambilan sample pada pasien dalam posisi supinasi juga dapat menurunkan hasil sebesar 10%. Selain itu, penurunan level serum vitamin B12 tidak berarti menunjukkan peningkatan level serum total homosistein, sehingga dikatakan pemeriksaan ini bersifat non-spesifik untuk defisiensi vitamin B12. Level serum total homosistein normal menjadi dua kali lipat pada orang tua dibandingkan 6

anak-anak. Maka, pada pemeriksaan level serum total homosistein harus memperhatikan umur, jenis kelamin, kehamilan, gaya hidup, penyakit, dan obatobatan yang dikonsumsi. 3,4 Keuntungan melakukan pemeriksaan ini adalah mempunyai sensitivitas tinggi. Kelemahannya adalah membutuhkan prosedur yang spesial untuk penyediaan sample, spesifisitasnya rendah, dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, serta menunjukkan false positive pada defisiensi asam folat dan penurunan fungsi ginjal. 6 2.4 Pemeriksaan Level Serum Asam Metilmalonik Pemeriksaan level serum asam metilmalonik merupakan pemeriksaan metabolit yang digunakan dalam menegakkan diagnosis anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12. Seperti halnya dengan pemeriksaan level serum total homosistein, pemeriksaan level serum asam metilmalonik dilakukan dengan liquid chromatography-tandem mass spectrometry (LC-MS/MS) stable isotope dilution analysis. Sample yang digunakan berupa serum, urin, atau cairan amnion pada janin dalam mengetahui terjadinya neural tube defect sejak awal. Serum tersebut didapatkan dari darah yang tidak ditambahkan antikoagulan yang disentrifugasi setelah mengalami koagulasi selama 30 menit dan kemudian didinginkan pada suhu 2-8 0 C sebelum dapat digunakan. 3 Pemeriksaan level serum asam metilmalonik dapat membedakan defisiensi vitamin B12 dengan defisiensi asam folat, sehingga dikatakan sebagai indikator yang sensitif bersama-sama dengan pemeriksaan level serum total homosistein dalam menentukan defisiensi vitamin B12. Hal ini dikarenakan pada anemia megaloblastik defisiensi asam folat tidak terjadi peningkatan level serum asam metilmalonik. Pemeriksaan level serum asam metilmalonik adalah indikator yang sensitif meskipun meskipun dalam kondisi defisiensi vitamin B12 yang ringan. 5 - Deoksiadenosilkobalamin (AdoCbl) adalah bentuk hidroksilat dari vitamin B12 yang berperan dalam mengubah L-metilmalonil-KoA menjadi suksinil Ko-A, senyawa intermediet dalam siklus asam sitrat. Kekurangan AdoCbl akan menurunkan aktivitas enzim metilmalonil-koa mutase yang menyebabkan pemecahan L-metilmalonil- 7

KoA dan prekursornya, D-metilmalonil-KoA, menjadi koenzim A dan asam metilmalonik oleh hidrolase, dan mengakibatkan peningkatan asam metilmalonik dalam darah dan urin. 3,4,6 Pemeriksaan level asam metilmalonik pada serum lebih sensitif dibandingkan dengan urin, karena pemeriksaan pada urin dapat dipengaruhi oleh pola makan dan pengumpulan sample. Tetapi, pemeriksaan level asam metilmalonik pada serum dapat dipengaruhi hasilnya oleh adanya penyakit ginjal, tetapi pada urin tidak. 5 Indikasi anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 ditunjukkan jika level serum asam metilmalonik >0,4 µmol/l (dengan catatan tidak ada gagal ginjal). 2 Jika level serum asam metilmalonik menunjukkan peningkatan tetapi level serum vitamin B12 normal, ini berarti bahwa sensitivitasnya tinggi untuk mendeteksi sejak dini atau hanya dipengaruhi oleh waktu dan status kesehatan. Namun, pasien dengan level serum asam metilmalonik yang tinggi tanpa adanya gejala klinis harus diinvestigasi lebih lanjut sebelum memutuskan diagnosis. Keuntungan melakukan pemeriksaan ini adalah sensitivitasnya tinggi. Kelemahannya adalah susah untuk dilakukan, mahal, spesifisitasnya masih diperdebatkan, menunjukkan false positive paa pasien dengan penurunan fungsi ginjal. 6 2.5 Pemeriksaan Level Serum Holotranskobalamin II (HoloTC II) Pemeriksaan level serum holotranskobalamin II adalah sebuah metode yang memungkinkan para klinisi untuk menentukan jumlah vitamin B12 yang dibawa ke sel. 3 Selain itu, pemeriksaan level serum holotranskobalamin II dapat menegakkan diagnosis defisiensi vitamin B12 sejak dini meskipun terdapat pertentangan hasil antara level vitamin B12 dengan metabolitnya, yaitu antara level serum vitamin B12, level serum total homosistein, dan level serum asam metilmalonik. Pemeriksaan level serum holotranskobalamin II dapat digunakan pada kasus gagal ginjal atau myeloproliferative disease dimana konsentrasi vitamin B12 dapat menunjukkan hasil yang tinggi secara semu. 4 Ada beberapa metode yang berkembang dalam melakukan pemeriksaan level serum holotranskobalamin II. Metode yang pertama kali berkembang adalah 8

penghitungan level serum vitamin B12, kemudian seluruh holotranskobalamin II dihilangkan, dan menghitung level serum vitamin B12 kembali. Perbedaan antara hasil penghitungan level serum vitamin B12 ini menunjukkan konsentrasi vitamin B12 yang berikatan dengan transkobalamin II. Metode yang lain adalah dengan memisahkan holotranskobalamin II dari serum dengan solid-phase capture technique, kemudian antibodi monoklonal yang spesifik untuk transkobalamin II manusia dikonsentrasikan pada transkobalamin II dalam kondisi magnetic microsphere, setelah itu vitamin B12 dilepas dari transkobalamin II dan dihitung dengan competitive binding protein immunoassay. Keuntungannya adalah mendapatkan sample holotranskobalamin II yang tinggi pada serum. Metode yang lain adalah memisahkan holotranskobalamin II dengan menggunakan magnetic beads untuk mengikat vitamin B12 dengan apotranskobalamin II (fraksi dari transkobalamin yang tidak mengikat vitamin B12). ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) kemudian digunakan langsung untuk menghitung holotranskobalamin II, tanpa perlu memisahkan vitamin B12 dari transkobalamin II. 3 Indikasi anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12 ditunjukkan dengan penurunan level serum holotranskobalamin II, yaitu <35 pmol/l. Keuntungan menggunakan pemeriksaan ini adalah mempunyai sensitivitas yang tinggi. Kelemahannya adalah spesifisitasnya perlu ditinjau lebih lanjut. 6 9