BAB VI TRANSPORTASI dan PENANGANAN CARGO

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II LANDASAN TEORI

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB V BILL OF LADING (B/L)

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

BAB II LANDASAN TEORI. Perdagangan Internasional atau International Business dapat

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB II LANDASAN TEORI. terutama mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

BAB II LANDASAN TEORI

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

PERUBAHAN KETENTUAN MANIFES. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.04/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

PERMINTAAN KONTAINER UNTUK EKSPOR BARANG PADA PT. ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK CABANG SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI TRANSPORTASI LAUT BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM MENUNJANG AKTIVITAS EKSPOR PADA PT. ARINDO JAYA MANDIRI SEMARANG

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI LAUT DENGAN LESS THAN CONTAINER LOAD ( LCL ) ( STUDI KASUS ASA CARGO DI SURAKARTA )

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen produksi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

Peranan freight forwarder dalam proses pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB II 2 KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengenal Jasa Transportasi Laut dan Udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor. Pertemuan ke-5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PELAKSANAAN EKSPOR PADA PT PURINDO LOGISTICS DI SUKOHARJO

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke - 10

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB:

Role of Freight Forwarder In Import Export Business At PT.Jasa Trans Samudera Sulut. Vinnita Laloma Johny. R.E. Tampi Danny D.S Mukuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE DENGAN KERANGKA KERJA TOGAF (THE OPEN GROUP ARCHITECTURE FRAMEWORK) PADA PT PUMA LOGISTICS INDONESIA

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

MENELAAH WAKTU TERJADINYA RESIKO ( KEHILANGAN / KERUSAKAN BARANG ) DALAM PRAKTIK PROSES PENGANGKUTAN LAUT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II INDUSTRI FORWARDER DAN TEKNIK CONJOINT

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

Transkripsi:

BAB VI TRANSPORTASI dan PENANGANAN CARGO Pada umumnya seller atau penjual tidak menangani sendiri proses pengiriman barang tersebut, ada banyak pihak yang terkait didalamnya. Selain eksportir ada perusahaan jasa pengiriman barang, perusahaan pelayaran, kepabeanan, importir di negara tujuan dan institusi-institusi lain yang berkaitan dengan ekspor-impor baik di negara asal maupun negara tujuan. Semua pihak yang terkait tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mekanisme ekspor-impor. Berkaitan dengan pengiriman barang mulai dari seller hingga barang sampai ke tangan buyer diperlukan dokumen-dokumen pendukung. Dokumendokumen tersebut merupakan tanda terima pengalihan barang atau pemilikan barang dari satu pihak ke pihak lain. Dalam hal pengalihan barang tersebut ada beberapa pihak yang akan terlibat selain seller dan buyer, diantaranya carrier dan maskapai pelayaran / mualim kapal. Karena transaksi ekspor-impor merupakan kegiatan perdagangan yang melibatkan antara satu negara dengan negara lain, diperlukan suatu aturan yang mengatur pengiriman barang antar negara tersebut. Peraturan internasional tersebut mengatur tanggung jawab, biaya dan asuransi dari barang yang akan dikirim dilihat dari sisi seller maupun buyer. Agar pembaca mudah memahami materi transportasi dan cargo pada kegiatan ekspor-impor ini, pada bagian awal akan dijelaskan mengenai tipe pengiriman barang dengan angkutan laut conventional, dan angkutan laut dengan menggunakan container. Kedua angkutan tersebut sangat umum digunakan dalam transaksi ekspor impor untuk jumlah barang yang cukup banyak. Pembahasan berikutnya adalah mengenai dokumen-dokumen pendukung pengiriman barang yang menggunakan angkutan laut, termasuk Bill of Lading (B/L) yang merupakan syarat pencairan dana dari pembukaan Letter of Credit (L/C) oleh importir. Selanjutnya akan dibahas mengenai angkutan barang dengan transportasi udara termasuk dokumen pendukungnya. Karena pada 1

beberapa negara pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan beberapa alat transportasi, maka di sini juga akan dibahas mengenai intermodal transportation. Terakhir akan dibahas mengenai INCOTERM 2000 sebagai peraturan internasional yang mengatur batas tanggung jawab, biaya dan pertanggungan asuransi dari barang yang dikirim yang menjadi kewajiban seller maupun buyer dalam melakukan kegiatan ekspor-impor. 6.1. Alat Angkutan Laut dengan Kapal Conventional Dalam kegiatan pengiriman barang, ada beberapa pihak yang saling terkait satu sama lain yaitu Shipper (pengirim barang) Carrier (jasa pengangkutan) Consignee (penerima barang). Untuk mengakomodasikan pengiriman barang tersebut diperlukan alat atau sarana transportasi. Ada berbagai alat transportasi, baik melalui darat, laut dan udara yang digunakan untuk mengirim barang dari suatu negara ke negara lain. Namun yang sering digunakan sebagai alat angkut barang untuk kegiatan ekspor-impor adalah angkutan laut. Dalam hal ini alat angkut laut memiliki kelebihan dapat memuat lebih banyak barang. Secara umum ada beberapa tipe kapal laut : - Conventional Liner Vesell, adalah jenis kapal pengangkut yang belum menggunakan container - Semi Container Vesell, adalah jenis kapal pengangkut yang sebagian menyediakan tempat untuk container - Full Container Vesell, adalah jenis kapal yang khusus mengangkut barang-barang yang dikemas dalam container dan berlabuh di dermaga atau pelabuhan peti kemas. Sedangkan bila dilihat dari Jenis Layanan dari Kapal Pengangkut tersebut, dapat terbagi menjadi : 1. Conference Line, yaitu jenis pelayanan kapal yang memiliki jadual tetap berdasarkan persetujuan di antara anggota-anggota perusahaan pelayaran dan adanya kesamaan dalam penentuan tarif B/L. 2

2. Non Conference Line, perusahaan pelayaran yang tidak bergabung dalam kelompok perusahaan pelayaran dan tarif ditentukan berdasarkan harga pasar 3. NVOCC (Non Vessell Operating Common Carrier), yaitu perusahaan yang tidak memiliki armada pelayaran namun menyediakan jasa pengurusan transportasi. Kapal yang digunakan bisa kelompok 1 maupun 2. Dengan cara ini tarif yang dibayarkan oleh eksportir dapat lebih rendah, karena perusahaan ini biasanya mendapat potongan harga dari perusahaan pelayaran asalkan dapat menjamin banyaknya barang yang dapat diangkut oleh perusahaan pelayaran tersebut dalam 1 tahun. 4. Tramper Service, jenis pelayanan kapal carter untuk melayani pengiriman barang dalam jumlah besar dan homogen. Untuk mengatur kewajiban dan tanggung jawab dari perusahaan pelayaran dibuatlah perjanjian internasional. Adapun perjanjian-perjanjian tersebut adalah : - The Hague Rules 1924 (The International Convention For The Unification Of Certain Rules Of Law Relating To Bill Of Lading) Dalam perjanjian ini diatur bahwa tanggung jawab dari carrier atau perusahaan pengangkutan barang adalah sampai batas GB 100 / package - Hague Visby Rules 1977 (The Protocol To Amend The Brussels International Convention For The Unification Of Certain Rules Of Law Relation To Boll Of Lading) Batas tanggung jawab dari carrier atau perusahaan pengangkutan barang adalah sampai batas 30 point care france = SDR 2 per kilo atau 10.000 point care france = SDR 666.67 per package / unit - Hamburg Rules 1978 untuk pengganti Hague Visby Rules (The United Nations Convention For The Carriage Of Goods By Sea) Batas tanggung jawab dari carrier atau perusahaan pengangkutan barang adalah sampai batas SDR 836 / package / unit atau SDR 2.6 per kilo SDR : Special Drawing Right 3

Ketentuan IMF ; 1,4 US$ = 1 SDR Mekanisme dari arus barang dari shipper hingga barang siap untuk dibawa menggunakan kapal laut dapat digambarkan sebagai berikut : 3 4 5 2 6 1 7 GAMBAR 6.1 : DIAGRAM ARUS BARANG Keterangan gambar : 1. Gudang pengiriman (shipper consignee) 2. EMKL / pengangkutan (forwarder) 3. Kantor perusahaan pelayaran (shipping company) 4. Gudang (warehouse) 5. Pabean (customs) 6. Jasa bongkar / muat (slavedoring company) 7. Kapal laut pengangkutan (carrier) B / L MR Shipper S / I Shipping line Gudang S / O Via gudang S/O + barang Langsung ke kapal GAMBAR 6.2 : SKEMA PEMUATAN KAPAL CONVENTIONAL 4

1 2 3 4 GAMBAR 6.3 : KONDISI PENGAPALAN (TERM OF SHIPMENT) Keterangan gambar : 1. Liner term 2. Free In Liner Out 3. Liner In Free Out 4. Free In Out Stowages Free In Out Stowages and Trim Dalam mengangkut barang dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar atau pelabuhan tujuan, dikenal adanya uang tambang (freight), yaitu sejumlah uang yang harus disetorkan pihak carrier kepada maskapai pelayaran. Untuk conventional vessel dasar perhitungan uang tambang adalah Revenue Ton (RT) atau Freight Ton (FT), Volume (m 3 ) atau Berat (Ton), tergantung mana yang lebih besar. Contoh : 1 peti, berat = 3 ton Volume = 6 m 3 Uang tambang dihitung 6 F/T (R/T) Jakarta / Ujung Pandang Rp 40.000,- / FT Maka uang tambang yang harus dibayar = 6 x Rp 40.000,- = Rp 200.000,- A. Angkutan Laut dengan Container / Peti Kemas Container atau suatu peti empat persegi panjang, tahan cuaca, digunakan untuk mengangkut dan menyimpan sejumlah muatan kemasan dan barang- 5

barang curah yang melindungi isinya dari kehilangan dan kerusakan, dapat dipisahkan dari alat transport, diperlakukan sebgai satuan muat dan jika pindah kapal tanpa harus dibongkar isinya. Dilihat dari jenisnya, ada beberapa tipe container, yaitu : 1. General Cargo Container (Dry / General Purpose Container) Container jenis ini umum digunakan untuk memuat barang-barang padat dan kering, baik yang telah dikemas dalam kotak sebelum dimuat di container maupun yang menggunakan alat bantu lain seperti hanger untuk garment. Ukuran panjang dari container jenis ini : Standar : 20 kaki (twenty footer) 40 kaki (forty footer) Perkembangan terakhir : 45, 48 dan 53 Ukuran lebar : 8 Ukuran tinggi : Standar : 8 6 High Cube (jumbo) : 9 dan 9 6 Satuan hitung Container adalah : TEU : Twenty Footer Equivalent Unit 20 FEU : Forty Footer Equivalent Unit 40 Misal : 6 x 20 = 6 TEUS = 3 FEUS 4 x 40 = 4 FEUS = 8 TEUS Kelompok kapal container : - First Generation 600 1000 TEU - Second Generation 1100 2000 TEU - Third Generation 2000 3000 TEU - Fourth Generation 3000 4000 TEU Ada beberapa jenis general cargo, diantaranya : Closed Container, container yang paling banyak dijumpai, dengan pintu dibagian belakang. 6

Open Container, container yang bagian atapnya terbuka. Open Sided Container, container yang bagian sisinya terbuka Open Top Open Sided, container yang bagian atas dan sisinya terbuka Open Top End Container, container yang bagian atas dan bagian belakangnya terbuka Half Height Container, container yang tingginya ½ dari tinggi standard. Biasanya digunakan untuk memuat barang yang berat jenisnya tinggi. Ventilated Container, container yang memiliki jendela untuk sirkulasi udara Special Container, container yang digunakan untuk memuat barangbarang khusus. Jenisnya : - Cattle Container, container yang digunakan untuk memuat binatang hidup dan dilengkapi dengan sangkar/ kerangkeng - Hanging Container, container yang digunakan memuat pakaian jadi dan dilengkapi dengan hanger untuk menggantung pakaian - Meat Rall Container, container yang digunakan memuat daging tanpa pendingin 2. Thermal Container Container yang dilengkapi dengan alat pendingin sehingga suhunya dapat diatur, contohnya adalah perishable dan refrigator cargo, yaitu container yang digunakan untuk memuat udang, ikan, daging atau buah-buahan. 3. Bulk Container Container yang digunakan untuk memuat barang curah, seperti kopi, dan kacang-kacangan. Container ini dilengkapi dengan alata hidrolik yang dapat mengangkat satu sisinya pada saat barang yang dimuat akan dicurahkan. 4. Tank Container Disebut juga liquid cargo, yang digunakan untuk mengangkut barang cair / likuid. 7

Ada beberapa istilah umum yang digunakan dalam pengangkutan menggunakan container atau peti kemas : Muat barang - STUFFING - VANNING Bongkar barang - UNSTUFFING - DEVANNING - STRIPING / Mengosongkan LO-LO - LIFT ON : Menaikkan container ke atas alat angkut - LIFT OFF : Menurunkan container dari alat angkut CY: Container Yard, tempat penumpukkan container kosong dan berisi CFS : Container Freight Station, gudang tempat stuffing dan stripping container FCL : Full Container Load, container berisi barang yang semuanya dimiliki oleh 1 orang atau 1 perusahaan LCL : Less Container Load, container berisi barang yang dimiliki oleh beberapa orang atau beberapa perusahaan SOC : Shipper Own Container, container milik shipper COC : Carrier Own Container, container milik carrier atau armada pengangkutan Detention : pungutan biaya yang dikenakan karena pemilik barang mengembalikan container melewati batas free time Demurrage : pungutan biaya yang dikenakan karena pemilik barang mengambil container isi di pelabuhan setelah melewati batas free time Konsorsium : kelompok container operator yang melayani rute khusus, sling melakukan slot charter antara satu sama lain Container Depot : lapangan tempat penyimpanan container kosong Container Leasing : perusahaan yang menyewakan container 8

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat persiapan pemuatan barang (stuffing) 1. Memeriksa container : Light test, bersih, bebas bau, kering dan bebas hama, pintu dapat ditutup dengan baik dan atap tidak berkarat 2. Stuffing dengan baik - maksimumkan kapasitas container - berat terbagi rata - peraturan umum pemuatan barang dalam karton - yang ringan di atas yang berat di bawah - ruang kosong harus didunage (diganjal) - kemasan mudah pecah jangan tertekan di dinding - susunan jangan runtuh menimpa pintu container - peraturan spesial kargo harus diperhatikan - muatan berbahaya harus diperhatikan 3. Mengurangi kondensasi - harus ditata di tempat yang lebih lapang - container harus kering - pergunakan silica gel - dunage harus kering - besi telanjang harus dicat atau dibungkus pipa PVC Berikut ini akan dijelaskan mengenai Moda Angkutan Container : Unsur-unsur yang terkait dengan moda angkutan container ada 4, yaitu : CY : Container Yard CFS : Container Freight Station FCL : Full Container Load LCL : Less Than Container Load 9

Keempat moda angkutan container tersebut kemudian akan dipasangkan sebagai berikut : CY / CY = FCL / FCL CFS / CFS = LCL / LCL CY / CFS = FCL / LCL CFS / CY = LCL / FCL CFS/CFS - LCL/LCL CY/CY - FCL / FCL Container Yard Container Yard CFS CFS Container Depot Container Depot Consignee Shipper stuffing Gambar 6.4 : Mode of Container Transport Uang tambang yang berlaku untuk angkutan laut dengan menggunakan container, terbagi 2, yaitu : - Full Container Load (FCL) Dasar perhitungan per Box (Box Rate) yaitu per 20 FT atau 40 FT Contoh : Jkt / Sin = US$ 350 20 FT US$ 650 40 FT Freight dapat berupa : - Comodity Rate, dibebankan setiap comodity yang berlebihan 10

- Freight All Kinds (FAK), dibebankan sama untuk semua jenis barang - Less than Container Load (LCL) Dasarnya tetap seperti conventional yaitu RT / FT B. Dokumen dokumen yang dibutuhkan untuk Angkutan Laut 1. Shipping Instuction, yaitu dokumen yang berisi instruksi dari shipper kepada agen pengangkut/carrier untuk mengangkut barang yang telah ditentukan 2. Shipping Order, yaitu dokumen order pengapalan dari agen pengangkutan ke armada pelayaran dalam hal ini diwakili oleh kapten kapal 3. Mate s Receipt, yaitu tanda terima yang diberikan oleh mualim kapal sebagai tanda bahwa barang telah diterima di kapal 4. Bill of Lading, surat pengangkutan. Untuk bagian ini akan dijelaskan tersendiri 5. Manifest, yaitu rekapitulasi muatan dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar 6. Delivery Order, yaitu dokumen yang diberikan agen pengangkutan kepada penerima barang sebagai tanda bahwa barang telah dapat diambil di pelabuhan Bill of Lading Bill of Lading (B/L) merupakan tanda terima barnag-barang yang diberikan oleh si pengangkut (carrier) kepada pengirim barang (Shipper). Isinya menyatakan bahwa barang-barang tersebut telah diterima dan disetujui untuk diangkut ke pelabuhan tujuan dan diserahkan di tempat tujuan kepada penerima barang (consignee) yang ditunjuk oleh pengirim barang. Fungsi dari B/L adalah : 1. Tanda bukti penerimaan barnag-barang (receipt of goods) 2. Perjanjian pengangkutan (a contract of affreightment) 3. Tanda bukti hak milik ( a document of tittle) Jenis-jenis B/L dapat dilihat dari beberap segi : 11

a. Pemilikan B/L 1. Bearer B/L (B/L atas pemegang) 2. Straight B/L (B/L atas nama) 3. B/L order,yaitu B/L yang mencantumkan kata-kata : - CONSIGNEE TO ORDER OF - TO THE ORDER OF - TO ORDER b. Pernyataan dalam Pemuatan 1. RECEIVED FOR SHIPMENT 2. ON BOARD / SHIPPED ON BOARD / RECEIVED ON BOARD 3. ON DECK c. Bentuk-bentuk B/L 1. Short Form B/L 2. Long Form B/L 3. Through B/L 4. Combined Transport B/L 5. Liner B/L 6. Charter B/L 7. Container B/L 8. Gropage B/L 9. House B/L d. Kondisi-kondisi B/L 1. Clean B/L 2. Unclean B/L, Foul B/l, Dirty B/L 3. Stale B/L e. Full Set B/L 1. Original B/L 2. Copy Non Negotiable 3. One For All, All For One Beberapa Tanggal penting dalam B/L : 1. Tanggal penerbitan (date of issue) 12

2. Tanggal barang dimuat (on board ship) Kegunaan tanggal B/L : 1. Last shipment date L/C 2. Syarat L/c dokumen 21 hari setelah terbit B/L 3. Asuransi mulai pada tanggal pengapalan. C. Angkutan Udara Secara umum angkutan udara dapat dikategorikan seabagai berikut : 1. Passenger Aircraft, barang disimpan di lower deck 2. All Cargo Aircraft, angkutan udara yang khusus mengangkut cargo 3. Mixed / Combined Airfreight, kapal terbang yang dapat membawa cargo / passenger pada main deck. Konvensi Internasional mengenai angkutan udara, yaitu : - Warsawa Convention 1929 - The Hague Protocol 1956 - Guadalajara Convention 1961 - Nibtreak Convention Protovol 1975 Pada dasarnya konvensi internasional tersebut membahas mengenai tanggung jawab pengangkutan udara, yaitu : Periode ditetapkannya Tanggung jawab atas kerusakan, keterlambatan Jika ada kerusakan mengadu paling lambat 14 hari dan keterlambatan paling lambat 21 hari setelah kapal tiba Hilang, rusak dan keterlambatan, tanggung jawab terbatas 17 SDR per kg Periode claim 2 tahun setelah kapal tiba. Dokumen-dokumen angkutan udara : - Airway Bill (AWB) - Master AWB) / House AWB 13

- Shipping Instruction - Commercial Invoice - Shipper s Declaration of Dangerous Cargo - Shipper s Certificate for Arms and Ammunition Fungsi AWB : - Kontrak angkutan - Bukti penerimaan barang - Sertifikat asuransi - PEB - Petunjuk bagi staff penerbangan Special Cargo - Live animal - Dangerous cargo - Valuable cargo Barang-barang yang memerlukan special handling : 1. alat-alat kesehatan khusus 2. alat-alat berbahaya 3. pathological specimen 4. air mail 5. barang cepat rusak 6. barang mudah rusak 7. mayat Uang tambang untuk angkutan udara (air freight) didasarkan pada perhitungan berat dalam kilogram atau berat volume (voleme weight) tergantung mana yang lebih besar. Contoh : - Berat ditimbang - Volumetric weight - Dikalkulasikan : P x L x T cm 6000 0,6 cm atau lebih dibulatkan jadi 1 cm kurang dari 0,6 cm dihapus 14

Struktur rate air line General Cargo Rate (GCR) Special Commodity Rate (SCR) Freight All Kinds ULD Rate (Unit Load Device) D. INTERMODAL TRANSPORT Intermodal transport adalah sistem transport yang dioperasikan dengan menggabungkan lebih dari dua moda transport di bawah kontrol dan tanggungjawab satu operator. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam intermodal transport : 1. Multimodal Transport Opertaion 2. Thorugh Transport 3. Combined Transport 4. Integrated Transport 5. Door To Door Transport 6. Angkutan Terpadu 7. House to House Transport Keuntungan digunakannya Intermodal Transport : 1. Mengurangi waktu terbuang di tempat-tempat transhipment 2. Menghasilkan transit time pendek 3. Mengurangi penggunaan dokumen 4. Mengurangi cost 5. Penanggung jawab angkutan hanya 1 tangan 6. Mengurangi biaya-biaya ekspor Tipe-tipe operasional Intermodal : 1. Sea / Air 2. Air / Road 3. Rail / Road / Inland Waterways Sea atau Rail / Road / Inland Waterways 4. Mini Bridge 15

5. Land Bridge 6. Piggyback 7. Sea Train Tipe-tipe operator Intermodal : 1. Vessel Operating Intermodal Transport Operators 2. Non Vessel Operating Intermodal Transport Operators Ruang lingkup Pelayanan Intermodal : 1. FCL 2. LCL 3. CFS 4. Consolidation 5. Booking Space 6. Container Yards 7. Liasion with customs 8. Insurance coverage 9. Return of Leased Containers 10. Communication Jenis Dokumen : 1. COMBIDOC : berdasarkan Baltic and International Maritime Conference (BIMCO) 2. FIATA : Combined Transport Bill of Loading (FBL) 3. MULTIDOC : dibuat UNCTAD (PBB) GAMBAR : PENGAPALAN MELALUI MTO ATAU FREIGT FORWARDER GAMBAR : INTERMODAL 16

BAGAN : HUBUNGAN MTO DENGAN BERBAGAI PIHAK E. INCOTERM 2000 INCOTERM atau International Commercial Terms 2000 bertujuan : Menciptakan seperangkat peraturan itnernasional, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah yang umum dipergunakan dalam perdagangan internasional, supaya tidak terjadi mis interpretasi di negaranegara yang berbeda. ICC (International Chamber of Commerce) menerbitkan INCOTERM pertama tahun 1936, penambahan dan perbaikan tahun 1953, 1967, 1980, 1990 dan 2000. INCOTERM 2000 terbagi ke dalam 4 kelompok : Kelompok E F C D Terms Seller menyerahkan barang di tempatnya sendiri Seller menyerahkan barang di tempat yang ditunjuk buyer Seller menandatangani kontrak angkutan tanpa menanggung resiko kehilangan atau kerusakan Seller menanggung biaya dan resiko yang diperlukan / akan timbul dalam pengankutan, kehilangan atau kerusakan Masing-masing kelompok tadi kemudian diperinci lagi menjadi : Group E EXW (Ex Works) Departure Group F FCA (Free Carrier) Main Carriage Unpaid FAS (Free Alongside Ship) FOB (Free On Board) Group C Main Carriage Paid CFR (Cost and Freight) CIF (Cost, Insurance and Freight) CPT (Carriage Paid To ) CIP (Carriage and Insurance Paid To ) Group D DAF (Delivered At Frontier) 17

Arrival DES (Delivered Ex Ship) DEQ (Delivered Ex Quay) DDU (Delivered Duty Unpaid) DDP (Delivered Duty Paid) EXW (Ex Works) 1. Penjual hanya menyediakan barang di tempatnya (pabrik / gudang) penjualan prangko gudang 2. Pembeli harus mengatrur pengangkutannya berarti menanggung biaya dan resiko, termasuk izin Export 3. Tanggung jawab penjual minim karena buyer membeli barang di gudang seller (cash and carry) 4. Bagi buyer cara ini kurang disenangi karena resiko ditanggung semua oleh buyer FAS (Free Alongside Ship) 1. Kewajiban seller untuk menyerahkan barangnya cleared for export di sisi kapal, dermaga atau tongkang di pelabuhan muat 2. Buyer menanggung biaya dan resiko hilang atau kerusakan yang timbul saat barang tiba di sisi kapal 3. Seller memberitahukan kedatangan barang dan menyerahkan dilimnedokumen penyerahan yang diperlukan. FCA (Free Carrier) 1. Untuk memenuhi persyaratan dari modern transprt seperti multi modal transport, container, roll on/off dengan trailer danf eey 2. Mirip FOB, hanya disini seller menyerahkan barang di tempat yang ditunjuk buyer dalam keadaan clear for export 3. Disebut juga Free Carriage Name Point, di tempat (titik) tersebut tanggung jawab seller berakhir 4. Seller tidak menanggung asuransi 18

FOB (Free On Board) 1. Seller menyerahkan barangnya di atas kapal clean on board 2. Buyer mengurus angkutan, membayar freight dan menanggung asuransi 3. Resiko pindah dari selledr ke buyer pada waktu barang lewat pagar kapal 4. Keuntungan seller - pelabuhan pemuatan di negerinya sendiri, dimana seller sudah mengenal kondisi, pertauran perpajakan dan pabean - menghindari fluktuasi freight rate dan valuta asing CFR (Cost and Freight) 1. Seller menanggung biaya freight sampai tempat tujuan yang ditunjuk buyer 2. Resiko kerusakan / kehilangan dipindahkan ke buyer mulai saat barang melewati pagar kapal 3. Menguntungkan seller bila exportir besar, karena dapat memilih term yang lebih baik dari carrier 4. Dapat menguntungkan buyer karena seller dapat mengurusi angkutannya dan menghindari fluktuasi rate. CIF (Cost, Insurance and Freight) 1. Sama dengan CFR hanya ditambah seller menanggung asuransi 2. Seller mengapalkan barang dalam keadaan clear for export CPT (Carriage Paid To ) 1. Carriage Paid To. (Name of Destination) menunjukkan kewajiban seller seperti C&F dan membayar freight hingga ketempat tujuan. Tapi resiko kerusakan barang dipindah ke buyer 2. Seller menyerahkan barangnya clear for export. Carrier, dalam hal ini semua orang menandatangani kontrak angkutan dan melaksanakannya dengan multi modal transport. CIP (Carriage and Insurance Paid To Name Place of Destination) 19

1. Kewajiban seller menyiapkan barangnya Clear for export 2. Membayar freight + asuransinya DAF (Delivery At Frontier) 1. Angkutan yang digunakan kereta api atau truck (land transport) 2. Kewajiban seller menyerahkan barang sampai batas negara sebelum batas pabean dengan menyerakhkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk customs clearance. 3. Biasanya dilakukan di Eropa DES (Delivery Ex Ship) 1. Seller menyerahkan barang ke buyer di atas kapal di pelabuhan tujuan, atas biaya dan resiko seller 2. Buyer menerima penyerahan barang dari kapal, menanggung biaya bongkar, izin import, bea masuk, pajak dan biaya lain-lain. 3. Hnaya untuk penyerahan barang melalui laut atau sungai atau dengan intermodal di atas kapal di pelabuhan tujuan DEQ (Delivery Ex Quay) 1. Kewajiban utama seller mengangkut barangya dan menyerahkan barang tersebut kepada buyer di dermaga pelabuhan tujuan (uncleared for import) 2. Seller menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi 3. Pembeli mengurus formalitas import, membayar semua biaya resmi, bea masuk, pajak dan biaya-biaya import lainnya. DDU (Delivery Duty Unpaid) 1. Seller menyerahkan barangnya di pelabuhan tujuan dan menanggung biaya angkutan dan resikonya 2. Menanggung biaya pembongkaran sampai di darat unclear for import 3. Kewahiban buyer menerima barang dalam keadaan unclear for import 20

DDP (Delivery Duty Paid) 1. Kewahiban seller adalah maksimum, seller menyerahkan barang di pelabuhan tujuan dengan menanggung semua biaya import di negara buyer. 2. Buyer menerima barangnya di pelabuhan bongkar clear for import 21