BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

ANALISA BIAYA PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

[Type the document title]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan pada bidang bisnis di

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya, hal ini terlihat dari lahirnya lembaga-lembaga pendidikan baru dan. kegiatannya dan berkembang semakin besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial. keputusan. Salah satu informasi akuntansi diferensial sangat diperlukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.10, No Februari 2015 ISSN

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

TITIK PULANG POKOK SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PERUSAHAAN

Analisis Perilaku Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biaya

Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis

ANALISA BREAK EVENT POINT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

BAB II LANDASAN TEORI

Melda Darika Dua Sri Mangesti Rahayu Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka masalah yang dihadapi

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN (Studi Pada Ud. Karya Pala Kediri)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point 2.1.1. Pengertian Break Even Point Break even point atau titik impas merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan sama dengan total pengeluaran. (Horngren et.all 2006:448). Menurut Henry Simamora (2012:170) Titik Impas adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun rugi bersih. Menurut Hansen dan Mowen (2011:4) Titik Impas (break even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Impas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi usaha, pada saat perusahaan tidak memperoleh laba tetapi tidak menderita rugi (Halim, dkk. 2011:74). Pengertian tersebut seperti dikatakan Mulyadi (1997:230) Impas (break-even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dapat disimpulkan bahwa break even point merupakan suatu titik, dimana jumlah biaya sama dengan jumlah pendapatan. Analisis Impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi

juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol). Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan melebihi biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas. Analisis break even point tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan impas atau tidak, namun analisis break even point sangat membantu manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. 2.1.2. Manfaat Analisis Break even point Analisis Break even point digunakan manajer dalam mengambil keputusan. Manfaat lain dari break even point adalah sebagai berikut: 2.1.2.1 Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi. 2.1.2.2 Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang

diproduksi, harga jual dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi perusahaan akan diketahui. 2.1.2.3 Sebagai alat perencanaan jumlah penjualan produk agar memperoleh keuntungan tertentu. 2.1.2.4 Untuk mengetahui informasi penjualan minimum serta seberapa jauh berkurangnya volume penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. 2.1.2.5 Untuk mengetahui akibat perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap laba yang dihasilkan. 2.1.2.6 Sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berhenti atau melanjutkan usaha memproduksi produk tertentu untuk kemajuan perusahaan. 2.1.3. Asumsi Dasar Analisis Break Even Point Dalam Asumsi yang mendasari analisis break even point menurut Horngren et all. (2006:447) adalah sebagai berikut: 2.1.3.1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume. 2.1.3.2. Manajer menggolongkan setiap biaya ( atau komponen biaya gabungan ) baik sebagai biaya variabel maupun biaya tetap. 2.1.3.3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya.

2.1.3.4. Tingkat persediaan tidak akan berubah. 2.1.3.5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan merupakan kombinasi produk yang membentuk total penjualan. Analisis break even adalah penting bagi manajemen untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba, khususnya informasi mengenai jumlah penjualan minimum dan besarnya penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Bila asumsi dasar salah satunya mengalami perubahan, maka akan berpengaruh pada posisi titik impas, sehingga perubahan tersebut akan berpengaruh juga terhadap laba perusahaan. Analisis break even point digunakan oleh manajer sebagai sebuah perkiraan bukan kepastian, karena banyak perusahaan yang tidak memenuhi asumsi-asumsi dasar secara tepat. 2.1.4. Metode Perhitungan Break Even Point Break even point umumnya dapat dihitung dengan tiga metode yaitu metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafis. Ketiga metode tersebut pada dasarnya adalah pendekatan yang mempunyai hasil akhir sama, akan tetapi ketiga metode tersebut memiliki perbedaaan pada bentuk dan variasi dari persamaan laporan laba rugi kontribusi. Dibawah ini akan diuraikan tiga metode, sehingga akan jelas perbedaanya:

2.1.4.1. Metode Persamaan Metode Persamaan ( equation method) adalah metode yang berdasarkan pada pendekatan laporan laba rugi. Dengan persamaan dasar sebagai berikut menurut Halim, (2011:75) : Penghasilan total = Biaya total Penghasilan total = Biaya variabel + Biaya tetap Persamaan tersebut dapat diuraikan dalam rumus berikut : px = a + bx Keterangan:p = Harga jual per unit produk X= Unit produk yang dijual/yang diproduksi a= Total Biaya Tetap b= Biaya variabel setiap unit produk Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus break even point sebagai berikut : 1. Break even point dalam satuan uang penjualan BEP (rupiah) = ` 1 Total biaya tetap Biaya variabel per unit Harga jual per unit

2. Break even point dalam unit produk BEP (unit) Total biaya tetap = Harga jual per unit produk - Biaya variabel per unit ` Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol, sehingga akan menghasilkan jumlah produk ( dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan ) yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap. 2.1.4.2. Metode Kontribusi Unit Menurut Simamora (2012:171) Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin kontribusi. Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan dengan biaya variabel. Untuk mencari titik Impas rumusnya adalah sebagai berikut:

Titik Impas (unit) = Biaya Tetap Margin Kontribusi per unit Titik Impas (rupiah) = Biaya Tetap Rasio Margin Kontribusi 2.1.4.3. Metode Grafis Manajer dapat menggambarkan titik impas melalui grafis, grafis titik impas akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas akan terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya. Garis sebelah kiri garis impas menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi kanan menunjukkan sisi laba usaha. Dengan menggunakan metode grafis manajer dapat menghindari metode matematis pada waktu tingkat penjualan yang berbeda tengah dipertimbangkan. Metode grafis akan membantu manajer dalam mengevaluasi akibat perubahan volume tahun lalu dan dapat memproyeksikan volume penjualan pada tahun yang akan datang.

Menurut Simamora (2012:173) Grafis titik impas mempunyai beberapa hal penting yaitu selama harga jual melebihi biaya variabel ( margin kontribusinnya positif), maka penjualan yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik dengan meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena itu, perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian mereka akan lebih besar lagi jika perusahaan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya, hal ini pada umumnya sering terjadi pada bisnis musiman. 2.1.5. Dampak Perubahan Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Break Even Point Perencanaan laba berkaitan dengan penggunaan budget perusahaan. Budget yang sudah direncanakan kadangkala tidak sesuai dengan realisasi yang ada. Hal tersebut ada karena faktor faktor yang mempengaruhi analisis break even point berubah. Manajemen harus mengetahui faktor perubahan dan dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk masa yang akan datang. 2.1.5.1. Dampak Perubahan Harga Jual Menurut Kotler dan Armstrong, (2001:439) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu

produk atau jasa atau jumlah dari nilai yag ditukar kosumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk jasa tersebut. Penetapan Harga jual didasarkan pada laba yang ingin dicapai. Dengan strategi perusahaan harga jual dapat mengalami perubahan sesuai dengan kodisi pasar dan perusahaan. Akan tetapi perubahan tersebut tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan. Perusahaan menginginkan laba yang tinggi dengan menurunkan harga jual dan menambah volume pejualan dengan alasan selera konsumen yang cenderung memilih harga murah. Hal tersebut akan memicu pesaing meniru strategi penurunan harga, sehingga harga di pasar akan sama. Jadi tidak jaminan dalam menurunkan harga jual perusahaan akan mendapatkan laba yang diinginkan. Sama halnya perusahaan menaikkan harga jual, volume penjualan akan menurun. Jadi bisa disimpulkan bahwa kenaikan harga jual per unit dapat menurunkan titik impas penjualan, sedangkan penuruan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan. Manajemen harus cepat merubah volume penjualan setelah perusahaan menurunkan harga jual, sehingga laba yang diinginkan tetap dapat tercapai.

2.1.5.2. Dampak Perubahan Volume Penjualan Perubahan volume penjualan akan menimbulkan perubahan pada total biaya dan laba perusahaan. Volume penjualan yang meningkat akan menimbulkan biaya yang tinggi dan laba perusahaan akan meningkat, Sehingga margin kontribusi juga akan meningkat hal ini akan mengakibatkan break even mengalami penurunan. Dan sebaliknya volume penjualan mengalami penurunan, maka break even akan naik. 2.1.5.3. Dampak Perubahan biaya Variabel Seiring dengan perkembangan pasar global. Persaingan dalam lingkungan bisnis akan semakin kompetitif. Selera konsumen akan barang dan jasa semakin tinggi dan kecenderungan konsumen terhadap produk murah menjadi alasan sebuah bisnis tak mampu menaikan harga jual suatu produk. Manajemen harus memiliki strategi lain untuk tetap dalam titik impas, misalnya memangkas biayabiaya seperti membeli bahan baku dalam jumlah besar sehingga biaya operasional menjadi lebih hemat, Pengurangan biaya variabel akan menambah laba yang signifikan bagi perusahaan. Biaya variabel yang tinggi akan berpengaruh pada naiknya nilai titik impas.,

Sedangkan Penurunan biaya variabel akan berpengaruh pada turunnnya nilai titik impas. 2.1.5.4. Dampak Perubahan Biaya Tetap Biaya tetap yang konstan sangat diharapkan oleh perusahaan, namun dalam perkembangan sebuah bisnis, perlu adanya inovasi baru dalam produk sehingga, produk yang dihasilkan dapat menarik masyarakat untuk tetap membeli. Manajemen akan mengembangkan produk tersebut, misalnya dalam pemasaran, biaya iklan akan meningkat, biaya riset dan pengembangan dapat pula dikurangi. Perubahan biaya tetap akan mengakibatkan perubahan pada titik impas. Apabila biaya tetap dinaikkan maka titik impas akan meningkat, sedangkan biaya tetap yang mengalami penurunan akan mengakibatkan titik impas menurun. 2.1.5.5. Dampak Perubahan Komposisi Produk Break even akan lebih mudah diterapkan terhadap perusahaan yang memiliki satu jenis produk yang dijual. Akan tetapi Perusahaan umumya memiliki lebih dari satu produk yang dijual. Untuk mengetahui break even manajemen harus menganalisis satu per satu produknnya, dari masing-masing biaya yang dikeluarkan

dan laba masing-masing yang dicapai, Karena di setiap produk akan berbeda dalam harga jual, biaya dan labanya. Produk yang mempunyai margin kontribusi yang lebih tinggi meyumbang lebih banyak kepada biaya tetap dan laba bersih daripada produk yang margin kontribusinya lebih rendah (Simamora, 2012:185). Jadi kenaikan nilai margin kontribusi dan laba akan mengakibatkan turunya break even, sedangkan penurunan nilai margin kontribusi dan laba akan mengakibatkan naiknya break even. 2.1.6. Margin Of Safety (MOS) Salah satu aspek penting yang harus dievaluasi dalam analisis break even point adalah perubahan dalam satu atau lebih faktor yang mempengaruhi analisis. Perubahan faktor tersebut bisa diakibatkan oleh kondisi ekonomi seraca global sehingga perilaku konsumen berubah, ataupun bisa disebabkan oleh persaingan bisnis, faktor tersebut akan muncul secara tidak terduga dan akan menimbulkan kendala bagi perusahaan. Manajer harus mengetahui bagaimana akibat dari sebuah prediksi awal tidak tercapai jika asumsi yang mendasarinya berubah. Margin keamanan (margin of safety) adalah satu aspek analisis sensitivitas. Menurut Garisson (2006) Margin keamanan

adalah kelebihan dari penjualan yang dianggarkan diatas titik impas volume penjualan. Margin keamanan dapat dirumuskan dengan satuan unit maupun satuan uang. Margin keamanan yang bernilai tinggi akan menggambarkan perusahaan dalam kondisi yang cukup aman dan risiko kerugian akan semakin kecil. Margin ini merupakan bantalan atau turunnya penjualan yang dapat diterima oleh suatu perusahaan tanpa menimbulkan suatu kerugian. Semakin tinggi tingkat margin aman, semakin besar bantalan yang dapat menyerap kerugian dan semakin berkurang risiko perencanaan bisnisnya (Horngren et, all 2006:459). Selain memberikan informasi seberapa jauh penuruan realisasi penjualan terhadap perencanaan penjualan, sehingga perusahaan tidak rugi. margin keamanan akan digunakan manajer dalam menilai suatu risiko dari kegiatan operasi perusahaan yang dijalankan dengan risiko rencana operasi yang akan datang. Jadi margin keamanan adalah berapa unit atau satuan uang dari penjualan yang boleh turun tanpa menimbulkan kerugian. Dapat disimpulkan bahwa margin keamanan adalah sebuah risiko perusahaan yang harus dievaluasi oleh manajer agar perusahaanya tetap dapat memperoleh laba dan berkembang. 2.2. Biaya 2.2.1. Pengertian Biaya Menurut Simamora (2012: 40) Biaya (cost) adalah kas atau

setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau dimasa depan bagi perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2005) biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi. Mulyadi (2005) biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sehingga terdapat empat unsur pokok dalam biaya tersebut yaitu Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, Diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Menurut Hongren, Foster, dan Datar (2005:28), biaya yaitu sebagai sumber daya yang dikorbankan atau dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Mursyidi (2008: 7) menyatakan bahwa cost adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainya untuk mencapai tujuan, baik yang dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Sedangkan expense adalah biaya yang telah terjadi yang dikurangkan dari penghasilan atau dibebankan pada periode yang bersangkutan dimana pengorbanan terjadi. Adapun pendapat beberapa ahli mengenai perbedaan antara biaya ( cost) dengan

beban ( expense). Menurut Hansen dan Mowen (2005), biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa depan. Pada perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expire). Biaya yang kadaluarsa disebut beban. Definisi di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa cost merupakan sejumlah nilai yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa, dimana pengorbanan tersebut diukur dengan berkurangnya harta atau bertambahnya kewajiban pada saat perolehan dalam satuan moneter (rupiah). Expense didefinisikan sebagai biaya yang telah memberikan manfaat dan ketika manfaat tersebut digunakan. Cost yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang dicatat sebagai aktiva ( asset) dan dicantumkan dalam neraca, sedangkan cost yang telah memberikan manfaat dicatat sebagai expense dan dicantumkan dalam laporan laba rugi. Sehingga dapat disimpulkan, biaya dapat dianggap sebagai aktiva atau beban. Biaya dianggap sebagai aktiva saat biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan. Biaya dianggap sebagai beban jika biaya tersebut telah habis digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang akan menghasilkan pendapatan di masa

mendatang. 2.2.2. Klasifikasi Biaya Biaya berkaitan erat dengan berbagai tipe organisasi baik organisasi bisnis, nonbisnis, manufaktur, eceran maupun jasa. Pengklasifikasian biaya akan disesuaikan pada tipe organisasi yang dijalankan. Klasifikasi biaya diperlukan untuk mengetahui metode yang tepat untuk menghimpun dan mengalokasikan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahan. Menurut Mulyadi (2012: 13) Biaya dapat digolongkan menjadi: 2.2.2.1 Biaya Menurut Objek Pengeluaran Penggolongan ini memberikan keterangan yang jelas bahwa nama objek pengeluaran menjadi dasar peggolongan biaya, sehingga akan mudah dan jelas untuk digunakan. Perusahaan mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku, maka biaya tersebut akan dinamakan biaya bahan baku. 2.2.2.2 Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang maufaktur, biasanya mengelompokkan biaya kedalam tiga klasifikasi berikut : 1. Biaya Produksi Biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan

baku dari pemasok serta mengubahnya menjadi produk jadi yang siap dijual, yang termasuk biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya Pemasaran Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk jadi. Biaya ini meliputi biaya iklan, biaya gaji untuk para pramuniaga, biaya angkut barang, dan biaya gaji manajer pemasaran. 3. Biaya Administrasi dan Umum Adalah biaya yang dikeluarkan untuk administrasi secara umum, seperti gaji para eksekutif, biaya penyelenggaraan akuntasi, gaji pegawai bagian administrasi, dan biaya habis pakai. 2.2.2.3 Biaya Menurut Hubungan biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Dalam hubungannya dengan sesuatu produk yag dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya Langsung Adalah biaya yang dapat ditelusuri atau diidentifikasi ke suatu objek biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat objek biaya itu sendiri. 2. Biaya Tidak Langsung

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari suatu objek biaya dan tak dapat ditelusuri ke salah satu objek biaya tertentu, karenanya biaya tersebut bersifat umum disebut common cost. 2.2.2.4 Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas. 1. Biaya Variabel Adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proporsional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap. Biaya bahan baku, komisi berdasarkan persentase penjualan, dan biaya telepon berdasarkan lamanya penggunaan merupakan beberapa jenis biaya variabel. 2. Biaya Semivariabel Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3. Biaya Semifixed Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4. Biaya Tetap Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu. Biaya tidak akan naik ataupun turun meskipun volume

kegiatannya bervariasi. Jadi, biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap untuk suatu perioda tertentu dan per unitnya berubah ubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan. 2.2.2.5 Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaatnya. Berdasarkan jagka waktu manfaatnya biaya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Adalah biaya yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal akan dibebankan sebagai biaya pada saat terjadi pengeluaran dan tahun-tahun yang menikmati manfaatnya akan dibebankan biaya tersebut, dengan cara didepresiasikan, diamortisasi atau dideplesi. 2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Adalah biaya yang mempunyai nilai manfaat pada saat pengeluaran itu terjadi dalam periode akuntansi. Pegeluaran pendapatan diperoleh dari pengeluaran biaya, sehingga akan dibebankan menjadi biaya. 2.2.3. Perilaku Biaya Menurut Simamora (2012:136) Perilaku biaya (cost behavior) berarti bagaimana suatu biaya akan bereaksi atau merespon perubahan tingkat aktivitas usaha. Perilaku biaya ialah

istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Perilaku biaya adalah bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan adanya beberapa tingkat aktivvitas bisnis ( Garrison, 2009). Perilaku biaya dapat diartikan perubahan biaya sebagai akibat dari perubahan volume tertentu. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output dengan berbagai macam cara. Beberapa biaya jumlah totalnya bervariasi secara langsung terhadap perubahan dalam aktivitas, sedangkan biaya lain relatif tidak terpengaruh. Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: 2.2.3.1 Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah. Pada umumnya, jika biaya tetap mempunyai proporsi yang tinggi bila dibandingkan dengan biaya variabel, kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahanperubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. Seringkali keengganan manajemen untuk mengeluarkan biaya tetap mencerminkan ketidakberanian manajemen dalam mengambil risiko, sehingga menyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh laba. Total biaya tetap akan berubah pada tingkat aktivitas dan

rentang yang berbeda. Gambar 2.1 menggambarkan perubahan tersebut. Rentang yang relatif Jumlah biaya Tingkat aktivitas Gambar 2.1 Perubahan Biaya tetap terhadap aktivitas produksi 2.2.3.2 Biaya Variabel Biaya variabel termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya tersebut. Hubungan antara biaya variabel dengan aktivitas bisnis yang terkait biasanya dianggap linier, yaitu total biaya variabel diasumsikan meningkat dalam jumlah yang konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam aktivitas. Gambar 2.2 menunjukkan perilaku biaya variabel yang konstan.

Jumlah biaya Tingkat aktivitas Gambar 2.2 Perilaku biaya variabel 2.2.3.3 Biaya Semivariabel Biaya semivariabel disebut juga biaya campuran merupakan biaya yang mengandung usur-unsur biaya variabel dan biaya tetap biaya variabel bisa diperlakukan menjadi sebagian biaya tetap dan sebagian biaya variabel atau biaya tetap dan juga seluruhya biaya variabel. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh tingkat variabilitas dan aktivitas suatu biaya. Perilaku Biaya semivariabel dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Jumlah biaya Tingkat aktivitas Gambar 2.3 Perilaku biaya semivariabel 2.3. Pemisahan Biaya Semivariabel Biaya semivaribel dapat dipisah menjadi bagian dari biaya tetap dan biaya variabel secara seluruhnya atau sebagian. Dengan menggunakan salah satu metode yang umum digunakan (Carter 2012: 72), yaitu sebagai berikut: 2.4.1. Metode tinggi-rendah Metode ini adalah suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah di masa yang lalu ( Mulyadi 2015:471) 2.4.2. Metode Scattergraph Metode ini menganalisis biaya dengan variabel dependen dan diplot di sepanjang garis vertikal atau sumbu y, sumbu x sebagai variabel independen atau aktivitas terkait 2.4.3. Metode kuadrat terkecil

Menurut carter (2012: 77) Metode kuadrat terkecil menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis regresi linier, melalui sekelompok titik. Dengan persamaan garis regresi sebagai berikut: y = a + bx Keterangan : y = variabel tidak bebas X = variabel bebas a = biaya tetap b = biaya variabel Dari persamaan garis regresi dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: 2.4. Perencanaan Laba 2.4.1. Pengertian Perencanaan Laba Menurut Halim (2011; 5) Perencanaan adalah proses penentuan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi pada masa yang akan datang, termasuk di antaranya adalah penetapan tujuan organisasi dan metode atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Perencanaan Laba merupakan sebuah estimasi kerja yang berperan penting bagi masa depan perusahaan dengan kegiatan perhitungan

yang cermat dalam proyeksi pendapatan dan biaya dalam perhitungan laba rugi, neraca, kas dan modal kerja jangka pendek. 2.4.2. Manfaat Perencanaan Laba Perencanaan laba memiliki manfaat penting bagi masa depan perusahaan. Beberapa manfaat perencanaan laba antara lain: 1. Perencanaan laba merupakan proyeksi yang terarah, dengan pendekatan tersebut, perencanaan laba dapat memecahkan masalah dalam perusahaan akan kegiatan operasi yang dijalankan. 2. Tercipta organisasi yang terkoordinasi dalam mencapai laba, dengan mengendalikan anggaran. 3. Menciptakan manajemen yang kritis terhadap masalah yang dihadapi perusahaan. 4. Mendorong kinerja manajemen, untuk merencanakan anggaran. Karena anggaran merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi kinerja..

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Masalah Hasil Alat Uji Dewi Analisis Break even Bagaimana Break even point dalam Metode Oktaviana Point Pada UD. Big perhitungan break satuan rupiah pada UD Big kualitatif Stone Enterprise even point pada Stone Enterprise selalu Magelang UD. Big Stone mengalami peningkatan. Enterprise Prosentase tahun 2008 Magelang dari sebesar 29,20 %, tahun tahun 2008 2009 meningkat menjadi sampai tahun 32,72 % dan tahun 2010 2010 mengalami peingkatan lagi menjadi 38,08 %. Suci Mulya Analisis Break even Bagaimana PT Ultrajaya Milk Industry kuantitatif Wijayanti, point sebagai salah penerapan analisis & Trading Company, telah deskriptif Darminto, satu alat perencanaan break even point, menerapkan analisis BEP, M. Saifi penjualan dan bagaimanakah dengan perencanaan laba.(studi pada PT. gambaran penjualan yang meningkat Ultrajaya Milk perencanaan dari tahun ketahun dengan Industry &Trading penjualan serta batas MOS sebesar 44%. Company, Tbk.) penjualan minimal yang

harus dipertahankan oleh PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company. Rinda Analisis hubungan Apakah terdapat Terdapat hubungan yang kuantitatif Christina Break even point hubungan antara positif antara Break even deskriptif dan Rini dengan perencanaan Break even dengan perencanaan laba Aprilia laba jangka pendek dengan jangka pendek. pada CV. Adi Putra perencanaan laba Utama Palembang jangka pendek. 2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mendeskripsikan tentang Klasifikasi biaya tetap dan biaya variabel yang akan digunakan sebagai komponen analisis break event point dalam perencanaan laba jangka pendek, sehigga hasilnya akan dibuat sebagai alat evaluasi atas hubungan biaya, harga jual dan volume penjualan. Manajemen akan mengambil sebuah keputusan dari hasil tersebut yang sebelumnya perusahaan harus mengetahui titik aman dimana perusahaan tidak akan menderita kerugian. Penulis mendeskripsikan pemikiran tersebut kedalam sebuah kerangka sebagai berikut.

Analisis BEP Perencanaan laba jangka pendek Biaya Tetap Biaya Variabel Volume Penjualan Harga Jual Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis break evet point