PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI NON SPESIFIK EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

dokumen-dokumen yang mirip
Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

Penetapan Kadar Sari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

STANDARISASI EKSTRAK DAUN SOM JAWA (Talinum paniculatum (Jacq) Gaertn) UNTUK MENJAMIN MUTU PENGGUNAAN SEBAGAI OBAT HERBAL

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

FITOFARMAKA Re R t e n t o n W a W hy h un u i n n i g n ru r m u

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Bab III Bahan dan Metode

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

MATERIA MEDIKA HERBAL

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

Transkripsi:

PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI NON SPESIFIK EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) Zainab 1*, Faril Gunanti 1, Hardi Astuti Witasari 1, Citra Ariani Edityaningrum 1, Mustofa 2, dan Mimiek Murrukmihadi 3 1 Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 55164 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281 3 Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281 *Corresponding author email: zainab@pharm.uad.ac.id Abstrak Latar belakang: Produk obat-obat herbal yang berkualitas ditentukan oleh mutu dari bahan baku yang digunakan. Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai salah satu bahan baku utama dalam produk herbal perlu dilakukan penetapan parameter non spesifik sebagai langkah peningkatan mutu produk. Tujuan: menetapkan parameter non spesifik ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh. Metode: Desain penelitian non eksperimental. Ekstrak daun belimbing wuluh dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 60% hingga diperoleh ekstrak kental. Uji parameter non spesifik kadar air menggunakan metode destilasi toluen, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam menggunakan metode gravimetri, penetapan batas logam timbal (Pb) dan cadmium (Cd) menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), serta cemaran mikroba meliputi Angka Lempeng Total (ALT) dan identifikasi mikroba patogen. Hasil penelitian: penetapan parameter non spesifik ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh menunjukan susut pengeringan simplisia 9,22±0,17%, kadar air ekstrak 6,45±0,16%, kadar abu total 7,68±0,20%, kadar abu tidak larut asam 3,49±0,18%, kadar logam Pb 0,46±0,25 ppm dan Cd 0,03±0,006 ppm, angka lempeng total < 10 CFU/gram dan tidak terdapat mikroba patogen E. coli, Salmonella, S. aureus. Kesimpulan: ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh dari desa Hargobinangun, Pakem, Sleman memenuhi persyaratan secara umum berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Kata kunci: Averrhoa bilimbi L., daun belimbing wuluh, ekstrak etanol 60%, parameter non spesifik. 1. PENDAHULUAN Tanaman belimbing wuluh digunakan sebagai obat tradisional untuk banyak gejala penyakit, antara lain untuk pengobatan demam, gondok, jerawat, peradangan pada rectum dan diabetes, gatal, bisul, rematik, sifilis, kolik empedu, batuk rejan, hipertensi, sakit perut, maag dan sebagai minuman pendingin (1). Belimbing wuluh memiliki berbagai sifat yang bermanfaat termasuk antidiabetes dan aktivitas antioksidan (2). Melihat besarnya potensi tanaman Averrhoa bilimbi L. sebagai tanaman obat, maka perlu dilakukan standardisasi ekstrak daun belimbing wuluh. Standardisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang dapat menjamin aktivitas farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi merupakan proses penjaminan produk akhir (simplisia, ekstrak, produk atau produk herbal) agar mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (3). Parameter non spesifik berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, cemaran logam berat, dan cemaran mikroba. 2. BAHAN DAN METODE 2.1. Bahan Bahan-bahan yang diperlukan meliputi: serbuk daun belimbing wuluh (dari Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman), etanol farmasetis 60%v/v, asam nitrat pekat (Merck KGaA 64271), asam klorida pekat (Merck KGaA 64271), NaCl fisiologis steril, toluen p.a (Merck 210

KGaA 64271), etanol p.a ((Merck KGaA 64271), aquadest, media Muller Hinton Agar, media EC Broth, media Rappaport-Vassiliadis, media Geolity, media Tryptone Bile X-glucoronide (TBX) Agar, media Baird Parker Agar, dan media Salmonella Shigella (SS) Agar. 2.2. Metode 2.2.1. Penetapan Kadar Air Ekstrak ditimbang seksama 5 gram, dimasukkan ke dalam labu kering. Dimasukkan lebih kurang 200 ml toluen jenuh air ke dalam labu, pasang rangkaian alat. Dimasukkan toluen jenuh air ke dalam tabung penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, atur penyulingan dengan kecepatan lebih kurang dari 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima didinginkan sampai suhu ruang. Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b (4). 2.2.2. Penetapan Kadar Abu Ekstrak ditimbang 2 gram dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar pada suhu 600 C dan telah ditara. Ekstrak dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring dipijarkan beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b (4). 2.2.3. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, kemudian dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap/ konstan. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan uji dinyatakan dalam % b/b (4). 2.2.4. Penetapan batas angka logam Timbal dan Kadmium Penetapan angka logam Timbal dan Kadmium dilakukan oleh Laboratorium Penguji Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Yogyakarta menggunakan metode destruksi basah pada ekstrak kemudian diukur dengan SSA berdasarkan cara kerja penetapan batas angka logam yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi III. 2.2.5. Cemaran mikroba 2.2.5.1. Uji angka lempeng total Sebanyak 500 mg ekstrak dimasukkan secara aseptik ke dalam tabung dan ditambah 4,5 ml larutan NaCl 0,9 % steril (pengenceran 10 kali) campur homogen, selanjutnya dilakukan pengenceran 1 : 10, 1 : 100, 1 : 1000, 1 : 10000 dengan NaCl 0,9 % steril. Diambil 100 µl tuangkan pada media Mueller Hinton untuk masing-masing pengenceran. Kemudian ratakan dengan spreader berulang-ulang hingga cairan merata pada petri. Diinkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam. Dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing petri pada berbagai pengenceran. 2.2.5.2. Identifikasi Mikroba Patogen Sedikit ekstrak ditambah NaCl 0,9% steril kemudian dihomogenkan dengan stomacher (230 rpm 30 detik), sebanyak satu ml diinokulasikan ke dalam media penyubur (EC Broth untuk Escherichia coli, Rappaport- Vassiliadis Broth untuk Salmonela sp., Geolity untuk Staphylococcus aureus) dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Kemudian digoreskan pada media selektif (TBX agar untuk Escherichia coli, Salmonella Shigella agar untuk Salmonela sp., Baird Parker agar untuk Staphylococcus aureus). Diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam, lihat pertumbuhan koloni bakteri bandingkan dengan kontrol. 3. HASIL Parameter standardisasi ekstrak meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter non spesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan ekstrak. Penetapan parameter non spesifik ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dilakukan terhadap susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, cemaran logam berat dan cemaran mikroba. Hasil penetapan parameter standarisasi non spesifik dapat dilihat pada tabel I. Hasil penetapan parameter standarisasi ekstrak diperoleh: susut pengeringan (%) 9,22%±0,17, kadar air (%) 6,45±0,16, kadar abu (%)7,68±0,20, kadar abu tidak larut asam(%) 3,49±0,18, batas logam Pb (ppm) 0,46±0,25, 211

batas logam Cd (ppm) 0,03±0,006, cemaran mikroba (CFU/g) > 10, dan tidak ditemukan koloni mikroba patogen E. coli, Salmonella dan S. aureus. 4. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan parameter standardisasi non spesifik dari ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sehingga kedepannya dapat memberikan informasi ilmiah dari Averrhoa bilimbi L. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena belum adanya batasan standar dari ekstrak Averrhoa bilimbi L. Parameter standardisasi ekstrak meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter non spesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan ekstrak. Hasil penetapan parameter non spesifik ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat disimpulkan telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam Farmakope Herbal Indonesia secara umum. Proses hilangnya kandungan air pada saat pengeringan dapat diketahui dari kadar susut pengeringan serbuk daun belimbing wuluh yaitu sebesar 9,22±0,17%. Penetapan susut pengeringan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam standarisasi tanaman yang berkhasiat obat. Dengan mengetahui susut pengeringan dapat memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (5). Hasil penetapan parameter non spesifik ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil parameter non spesifik ektrak etanol 60% daun belimbing wuluh Penetapan Ekstrak Kental Hasil Rendemen (%) 22,16 Susut Pengeringan (%) 9,22±0,17 Kadar air (%) 6,45±0,16 Kadar abu (%) 7,68±0,20 Kadar abu tidak larut asam (%) 3,49±0,18 Batas logam Timbal (ppm) 0,46±0,25 Batas logam Kadmium (ppm) 0,03±0,006 Jumlah mikroba (CFU/g) <10 Escherichia coli Salmonella Staphylococcus aureus Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air. Nilai maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (5). Metode yang digunakan yaitu metode destilasi toluen. Hasil dari penetapan kadar air ekstrak diperoleh 6,45±0,16%, hal ini sesuai dengan kadar air yang dipersyaratkan yaitu < 10%. Penetapan kadar abu dan abu tidak larut asam bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak dan untuk mengontrol jumlah pencemaran benda-benda anorganik. Metode yang digunakan yaitu metode gravimetri. Hasil dari penetapan kadar abu yaitu 7,68±0,20% sedangkan kadar abu tidak larut asam yaitu 3,49±0,18%. Penetapan kadar cemaran logam berat timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat melebihi nilai yang ditetapkan, karena berbahaya untuk kesehatan. Metode yang digunakan yaitu spektrofotometri serapan atom (SSA) karena lebih selektif dalam menentukan kadar logam sampel. Kadar timbal (Pb) yang diperoleh sebesar 0,46 ppm dan Kadmium (Cd) sebesar 0,03 ppm. Sedangkan cemaran mikroba meliputi uji angka lempeng total dan identifikasi mikroba patogen. Uji angka lempeng total merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Metode yang digunakan adalah metode cawan sebar, didapatkan hasil jumlah bakteri <10 CFU/ml. Hasil pengamatan uji angka lempeng total dapat dilihat pada Gambar 1. 212

Gambar 1. Hasil Uji Angka Lempeng Total Pada identifikasi bakteri E. coli digunakan media kromogenik TBX adanya E. coli ditandai dengan koloni biru kehijauan seperti pada kontrol positif E. coli sedangkan untuk sampel ekstrak tidak ditemukan koloni biru kehijauan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2. Hasil Uji adanya cemaran Escherichia coli dengan menggunakan media TBX : 1) kontrol positif, 2) sampel ekstrak Pada identifikasi bakteri Salmonella digunakan media SS (Salmonella Shigella) yang merupakan media selektif untuk Salmonella dan Shigella. Pada identifikasi S. aureus digunakan media Baird Parker adanya koloni S. aureus ditandai dengan koloni warna hitam seperti pada kontrol positif sedangkan untuk sampel ekstrak tidak ditemukan koloni warna hitam seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. 213

Gambar 3. Hasil Uji adanya cemaran Salmonella dengan menggunakan media Salmonella dan Shigella: 1) kontrol positif, 2) sampel ekstrak Gambar 4. Hasil Uji adanya cemaran S.aureus dengan menggunakan media Baird Parker : 1) kontrol positif, 2) sampel ekstrak 5. KESIMPULAN Secara umum dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 60% daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memenuhi persyaratan berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Hasil penetapan parameter non spesifik ekstrak belimbing wuluh diperoleh kadar air 6,45±0,16%, kadar abu 7,68±0,20%, kadar abu tidak larut asam 3,49±0,18%, kadar logam timbal (Pb) 0,46 ppm, logam kadmium (Cd) 0,03 ppm, jumlah cemaran bakteri <10 CFU/g, serta tidak terdapat bakteri patogen. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hibah PEKERTI yang di danai oleh Kemenristekdikti No: 011/HB-LIT/III/2015. DAFTAR PUSTAKA 1. Kumar KA, Gousia SK, Anupama M, Latha JNL. A review on phytochemical constituents and biological assays of Averrhoa bilimbi. Int J Pharm Pharm Sci Res. 2013;3:136 9. 2. Chauhan JB, Kapfo W. Effect of Traditional Sun-Drying on Phenolic Antioxidants of Averrhoa Bilimbi L. Int J Appl Biol P [Internet]. 2013 [cited 2016 Jul 22]; Available from: http://www.ijabpt.org/appliedbiology/effect-of-traditional-sundrying-onphenolic-antioxidants-of-averrhoa-bilimbil.php?aid=4747 3. Arifin H, Anggraini N, Handayani D, Rasyid R. Standarisasi ekstrak etanol daun Eugenia cumini Merr. J Sains Tek Far. 2006;11(2):88 93. 4. Direktorat Jendral POM. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Dep Kesehat RI Jkt Hal. 2008;174 5. 5. Direktur Jenderal POM. Parameter Standarisasi Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2000. 214