UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN TEORI VYGOTSKY PADA MATERI GEOMETRI DI SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Jambi, Jambi , Universitas Jambi, Jambi 2 ABSTRACT

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JKPM VOLUME 3 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. yaitu membekali diri dengan pendidikan. Terdapat pengertian pendidikan menurut

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

Penerapan Metode Pemecahan Masalah Model Polya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika. Toheri,Nia Yuniawati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 BATU PADA MATERI SEGI EMPAT

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1130 ISSN:

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

PENERAPAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MATRIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA FKIP UNIB lvna Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

Juli Mania Sembiring 1, Edy Surya 2

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

PEMBELAJARAN MELALUI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN SISWA SMP. Abstract

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

KAJIAN KESULITAN MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA ELEMENTER

Tarmizi, Upaya Meningkatkan Kemampuan

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR ATEMATIKA DENGAN METODE MULTIPLE INTELLIGENCE SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 SANDEN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1 No 1, November 2013

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL SFE PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 15 PURWOREJO

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Implementasi Pendekatan Guided discovery dalam Game Edukasi Matematika untuk Siswa SMP

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN TEORI VYGOTSKY PADA MATERI GEOMETRI DI SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN Feri Tiona Pasaribu*) *) Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNJA email : rieviona@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) Menentukan tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan teori Vygotsky pada pokok bahasan kubus dan balok, (2) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan menerapkan teori Vygotsky dapat meningkat pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas IX SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh informasi rata-rata bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan memecahkan masalah masih rendah dengan nilai rata-rata kelas 69,18. Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 73,32 dengan 31 siswa atau 72,1% dari seluruh siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 78,86 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sebanyak 40 orang atau 93,02% dari seluruh siswa. Berdasarkan analisis penelitian tersebut, diperoleh gambaran bahwa penerapan teori Vygotsky pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas IX SMP Negeri 3 Padangsidimpuan dapat meningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Kata kunci: pembelajaran, teori Vygotsky, pemecahan masalah A. PENDAHULUAN Pendidikan Indonesia mendapat sorotan tajam. Betapa tidak, Indonesia dibanding dengan Negara-negara ASEAN hanya unggul dengan Myammar dan Kamboja, lainnya di atas Negara kita. Hal ini dapat kita lihat dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), menunjukkan bahwa : Peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Nilai total EDI yang diperoleh Indonesia juga turun 0,003 poin, dari 0,938 menjadi 0,935. Sesuai laporan UNESCO edisi ke 6 mengenai "Education for All Global Monitoring" menyebutkan bahwa : Education Development Index (EDI) Indonesia 0.935, di bawah Malaysia (56) dan Brunei Darussalam (43), dengan EDI 0.945 dan 0.965. Sedangkan menurut hasil survei TIMSS 2003 (Trends in International Mathematics and Sciencies Study) di bawah payung International Association for Upaya Meningkatkan...Page 11

Evaluation of Educational Achievement (IEA) bahwa : Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang matematika dan pada posisi ke-36 untuk bidang sains dari 45 negara yang disurvei. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan : Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Pemerintah selalu melakukan penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan. Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum terbaru ini adalah dinyatakannya pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), dan menghargai kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman konsep yang sudah dikenal guru. Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lerner dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa : kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah. Dari kedua pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Suryadi, dkk (Suherman, Erman, dkk UPI, 2003: 83) dalam surveinya tentang current situation on mathematics and science education in Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan penemuan bahwa : pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang guru matematika SMP Negeri 3 Padangsidimpuan, Ibu Damria Siregar mengatakan bahwa : Siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan kubus dan balok, ini terjadi karena tingkat konsentrasi siswa yang tidak maksimal, yang mungkin disebabkan karena metode yang digunakan tidak cocok atau metode sebelumnya tidak membuat siswa termotivasi sehingga kebanyakan siswa kurang mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi tersebut. Dari hasil survei peneliti, berupa pemberian tes diagnostik kepada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Padangsidimpuan menunjukkan bahwa 86,7% dari jumlah siswa kesulitan mengerjakan soal penerapan rumus-rumus Kubus dan Balok, 67,1% dari jumlah siswa Upaya Meningkatkan...Page 12

kesulitan mengerjakan soal cerita bentuk aplikasi rumus Kubus dan Balok yang terkait dunia nyata,sedangkan 78,9% dari jumlah siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan masalah terkait dunia nyata. Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah. Dengan demikian, tugas guru bukan sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi membantu siswa belajar. Tekanan pembelajarannya harus pada aktivitas siswa untuk belajar, aktif secara mental maupun fisis. Tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam belajar. Menurut Suparno dkk (2002) menyatakan bahwa : dalam pembelajaran yang bermakna perlu ada dua aktivitas, yakni aktif dalam kegiatan berpikir dan aktif dalam berbuat. Artinya, perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir siswa terhadap obyek belajar dan pengalaman hasil perbuatan siswa itu sendiri, untuk diolah dalam kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan penerapan teori vygotsky. Teori vygotsky lebih menekankan pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan menerapkan empat prinsip dalam proses pembelajarannya, yaitu sosiokultural, konsep zone of proximal development, scaffolding, dan perkembangan mental berangkat dari bidang sosial ke bidang individu. Sehingga dengan menerapkan cara tersebut, siswa akan lebih mudah, cepat, dan mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Mereka juga mampu memotivasi diri sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuan dan berusaha mencapai tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa akan semakin baik. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan penerapan teori Vygotsky pada materi geometri di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Adapun alasan memilih lokasi penelitian adalah karena pada pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok menunjukkan kemampuan siswa memecahkan masalah kurang optimal. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif yang berguna untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan penerapan teori vygotsky pada pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok pada siswa kelas IX di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pemilihan jenis PTK karena peneliti terlibat langsung dan sudah merupakan tugas peneliti sebagai calon pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada di dalamnya. Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subyek penelitian. Dari 8 kelas yang ada siswa kelas IX di SMP Negeri 3 Padangsidimpuan T.A 2008/2009 diambil satu Upaya Meningkatkan...Page 13

kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas IX-I yang berjumlah 43 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan penerapan teori Vygotsky pada materi geometri di kelas IX SMP Negeri 3 Padangsidimpuan. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, wawancara, dan observasi. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), maka secara lebih rinci prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut model Mc.Kernan (dengan modifikasi dari Hopskin, 1993:53) dalam Wiriatmadja (2000:69) sebagai berikut: Tindakan Siklus 1 Tindakan Siklus 2 Tindakan yang membutuhkan Perbaikan Situasi a Keputusan Definisi Masalah Keputusan Definisi Ulang Masalah Evaluasi Asesmen Kebutuhan Evaluasi Asesmen Kebutuhan Implementasi Hipotesis/Gagasan Implementasi Hipotesis/Gagasan Revisi Rencana Tindakan Revisi Rencana Tindakan Dst... T1 T2 Setelah dilakukan tes kemampuan pemecahan masalah kepada siswa, untuk mengetahui sejauh mana persentasi kemampuan siswa memecahkan masalah dapat digunakan : 1) Penentuan ketuntasan pemecahan masalah secara individu. Dengan kriteria : 0 % DSP < 65 % ; siswa belum mampu memecahkan masalah 65 % DSP 100% ; siswa telah mampu memecahkan masalah pengolongan besarnya persentase kemampuan memecahkan masalah menurut Nurkancana (1986:89) adalah sebagai berikut: 0% DSP 54%, kemampuan pemecahan masalah sangat rendah 55% DSP 64%, kemampuan pemecahan masalah rendah 65% DSP 79%, kemampuan pemecahan masalah sedang 80% DSP 89%, kemampuan pemecahan masalah tinggi 90% DSP 100%, kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi 2) Penentuan Persentase Siswa Mampu Memecahkan Masalah Secara Klasikal Dengan kriteria: 0% DSK < 85 % ; kelas belum mampu memecahkan masalah 85 % DSK 100% ; kelas telah mampu memecahkan masalah Upaya Meningkatkan...Page 14

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Pada Siklus I a. Hasil Penelitian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes kemampuan pemecahan masalah I dideskripsikan tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa memahami masalah, dalam hal ini tingkat kemampuan siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal (kategori I) pada lampiran 23, terdapat 5 orang dari 43 siswa atau 11,63 % yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 10 siswa atau 23,26 % yang memiliki kemampuan tinggi, 25 siswa atau 58,12 % yang memiliki kemampuan sedang, 2 siswa atau 4,65 % yang memiliki kemampuan rendah, dan 1 orang atau 2,33 % yang memiliki kemampuan sangat rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa memahami masalah pada tes kemampuan pemecahan masalah I adalah 6,3 dengan persentase mencapai 78,78 %. 2. Dilihat dari kemampuan siswa merencanakan pemecahan masalah (kategori II) pada lampiran 23, terdapat 5 orang dari 43 siswa atau 11,63 % yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 8 siswa atau 18,61 % yang memiliki kemampuan tinggi, 21 siswa atau 48,84 % yang memiliki kemampuan sedang, 8 siswa atau 18,61 % yang memiliki kemampuan rendah, dan 1 orang atau 2,33 % yang memiliki kemampuan sangat rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa merencanakan pemecahan masalah adalah 10,36 dengan persentase mencapai 74 %. 3. Dilihat dari kemampuan siswa melaksanakan pemecahan masalah (kategori III) pada lampiran 23, terdapat 4 orang dari 43 siswa atau 9,30 % yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 8 siswa atau 18,61 % yang memiliki kemampuan tinggi, 20 siswa atau 46,51% yang memiliki kemampuan sedang, dan 11 siswa atau 25,58% yang memiliki kemampuan rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa melaksanakan pemecahan masalah adalah 20,02 dengan persentase mencapai 71,34%. Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah I yang diberikan kepada 43 siswa diperoleh 12 siswa atau 27,9 % yang belum mencapai ketuntasan belajar, sehingga 31 siswa atau 72,1 % telah mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 65 atau lebih) dengan nilai rata-rata kelas 73,32. Secara keseluruhan, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah pada tes kemampuan pemecahan masalah I adalah sedang dengan nilai rata-rata 73,32 dan jumah siswa yang telah mencapai ketuntasan 31 orang (72,1%). b. Deskripsi Hasil Observasi Pada kegiatan siswa, hasil observasi dapat ditunjukkan dari tabel di bawah ini : Tabel 1: Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran Pada Siklus I Aspek Yang Dinilai Pertemuan I Pertemuan II Rata-Rata 1. Masalah yang Berada Pada ZPD 1,67 2 1,835 2. Aspek Sosiokultural Siswa 2 2,25 2,125 3. Scaffolding 2 2,33 2,165 4. Penyajian / Presentase Hasil Kerja 2 2,5 2,25 Pada kegiatan siswa, kekompakkan antar anggota kelompok kurang baik sehingga antusias mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) masih kurang, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah belum maksimal karena masih banyak siswa yang belum Upaya Meningkatkan...Page 15

memahami langkah-langkah pemecahan masalah, antusias siswa untuk bertanya masih kurang, pertanyaan dan jawaban yang disajikan pada saat diskusi dan presentasi kurang memuaskan, siswa juga kurang berani mengemukakan pendapat/ide-ide pada saat diskusi maupun presentasi. 2. Hasil Penelitian Pada Siklus II 1. Hasil Penelitian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II Berdasarkan data pada tes kemampuan pemecahan masalah II, dapat dilihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sebagai berikut : 1. Kemampuan siswa memahami masalah, dalam hal ini tingkat kemampuan siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal (kategori I) pada lampiran 24, terdapat 8 orang dari 43 siswa atau 18,60% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 14 siswa atau 32,56% yang memiliki kemampuan tinggi, 20 siswa atau 46,51% yang memiliki kemampuan sedang, dan 1 siswa atau 2,33% yang memiliki kemampuan rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa memahami masalah pada tes kemampuan pemecahan masalah II adalah 6,64 dengan persentase mencapai 82,27%. 2. Kemampuan siswa merencanakan pemecahan masalah (kategori II) pada lampiran 24, terdapat 8 orang dari 43 siswa atau 18,60% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 10 siswa atau 23,26 % yang memiliki kemampuan tinggi, 23 siswa atau 53,49% yang memiliki kemampuan sedang, dan 2 siswa atau 4,65% yang memiliki kemampuan rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa merencanakan pemecahan masalah adalah 10,99 dengan persentase mencapai 78,57%. 3. Kemampuan siswa melaksanakan pemecahan masalah (kategori III) pada lampiran 24, terdapat 8 orang dari 43 siswa atau 18,60% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 11 siswa atau 25,58% yang memiliki kemampuan tinggi, 22 siswa atau 51,16% yang memiliki kemampuan sedang, dan 3 siswa atau 6,98% yang memiliki kemampuan rendah. Jadi, diperoleh rata-rata skor kemampuan siswa melaksanakan pemecahan masalah adalah 21,78 dengan persentase mencapai 77,78%. Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah II yang diberikan kepada 43 siswa diperoleh 3 siswa atau 6,98 % yang belum mencapai ketuntasan belajar, sehingga 40 siswa atau 93,02 % telah mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 65 atau lebih) dengan nilai rata-rata kelas 78,86. Secara keseluruhan, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah pada tes kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata-rata 78,86 dan jumah siswa yang telah mencapai ketuntasan 40 orang (93,02%). b. Deskripsi Hasil Observasi II Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, diperoleh bahwa pada kegiatan siswa, hasil observasi dapat ditunjukkan dari tabel di bawah ini : Tabel 2 : Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran Pada Siklus II Aspek Yang Dinilai Pertemuan I Pertemuan II Rata-Rata 1. Masalah yang Berada Pada ZPD 2,67 3,17 2,92 2. Aspek Sosiokultural Siswa 3,25 3,5 6,75 3. Scaffolding 3 3,67 3,335 4. Penyajian / Presentase Hasil Kerja 3 3,5 3,25 Upaya Meningkatkan...Page 16

Pada kegiatan siswa, kekompakkan antar anggota kelompok sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini terlihat dari antusias siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sudah baik, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat karena jumlah siswa dalam memahami langkah-langkah pemecahan masalah bertambah, antusias siswa untuk bertanya sudah semakin baik dan lebih terarah. Pertanyaan dan jawaban yang disajikan pada saat diskusi dan presentasi sudah memuaskan, siswa juga sudah berani mengemukakan pendapat/ide-ide pada saat diskusi maupun presentasi. Berdasarkan hasil analisa data, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan siswa memecahkan masalah mengalami peningkatan dan siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar seperti yang diharapkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemberian tindakan pada siklus II. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil tes awal (pretes), diperoleh informasi rata-rata bahwa siswa memiliki tingkat kemampuan memecahkan masalah masih rendah dengan nilai ratarata kelas 69,18. Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 73,32 dengan 31 siswa atau 72,1 % dari seluruh siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 78,86 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 40 orang atau 93,02 % dari seluruh siswa. 2. Berdasarkan analisis penelitian, diperoleh gambaran bahwa penerapan teori Vygotsky pada materi geometri di kelas IX SMP Negeri 3 Padangsidimpuan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan. Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu : 1. Kepada guru matematika khususnyaguru matematika SMP Negeri 3 Padangsidimpuan, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar karena pembelajaran ini lebih inovatif. Untuk itu disarankan hendaknya guru matematika dapat menerapkan teori belajar Vygotsky sebagai alternatif. 2. Kepada siswa SMP Negeri 3 Padangsidimpuan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran. 3. Kepada Kepala SMP Negeri 3 Padangsidimpuan, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan teori yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sehingga penerapan teori belajar Vygotsky sebagai salah satunya. Upaya Meningkatkan...Page 17

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, S., dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Edward, dkk., (2005), Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Medan, Unimed Medan. Hamalik, O., (2006), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta. Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta. Nurkancana,W., (1986), Menjadi Guru Professional, bumi Aksara, Jakarta. Ruseffendi, E.T., (1991), Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini, Tarsito, Banadung. Suherman, E., dkk., (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Suparno, P., (1997), Filsafat Krontruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta. Winkel, W.S., (1987), Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta. Wiriaatmadja, R., (2007), Metode Penelitian Tingkatan Kelas, Remaja Rosdakarya, Bandung. Upaya Meningkatkan...Page 18