BAB II DASAR TEORI QQ =... (2.1) Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI ...(2.1) Dimana: nn pp = Jumlah pompa

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB II DASAR TEORI. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat cair melalui saluran tertutup. Atas dasar kenyataan tersebut maka pompa harus

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA SISTEM PEMIPAAN DAN PEMILIHAN POMPA

PERHITUNGAN HEAD DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK UNIT PRODUKSI JARINGAN AIR BERSIH

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

ANALISIS PENGARUH KEKENTALAN FLUIDA AIR DAN MINYAK KELAPA PADA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

Penentuan dimensi perpipaan sistem pompa paralel

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

BAB II LANDASAN TEORI

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT

PERBANDINGAN KINERJA POMPA REKONDISI TIPE VERTIKAL API 610 OH-4 MODEL 3900L DI PT.Y DENGAN CAE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pompa

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

BAB 1 PENDAHULUAN. beroperasi maksimal dan tahan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, hal ini tidak

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Jurnal Kajian Teknik Mesin Vo. 2 No. 1 April

BAB II DASAR TEORI Teknologi Concentrated Solar Power (CSP) tipe parabolic trough

ANALISA KEBUTUHAN JENIS DAN SPESIFIKASI POMPA UNTUK SUPLAI AIR BERSIH DI GEDUNG KANTIN BERLANTAI 3 PT ASTRA DAIHATSU MOTOR

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB IV PENGOLAHAN DATA

PERHITUNGAN PRESSURE DROP SISTEM PLAMBING AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MICROSOFT EXCEL SEBAGAI DATABASE PADA GEDUNG X JAKARTA SELATAN

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

Transkripsi:

4 BAB II DASAR TEORI 1.1 Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatanhambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek (Setiawan, 2013). Pompa sentrifugal merupakan pompa yang paling banyak digunakan karena daerah operasinya yang luas, dari tekanan rendah sampai tekanan tinggi dan dari kapasitas rendah sampai kapasitas tinggi. Pada pengoperasian pompa sentrifugal terjadi rugi-rugi yang disebabkan berbagai hal diantaranya karena instalasi atau sistem perpipaan dan konstruksi pompa (Bramantya, Sugiyono, & Doni, 2007). 2.2 Karakteristik Pompa Performansi pompa yang utama adalah kapasitas (discharge) atau laju aliran (Q), dan head total pompa (H). Kedua karakteristik itu harus diketahui untuk memilih pompa disamping karakteristik lainnya seperti efisiensi, daya, putaran dan lain sebagainya. 2.2.1 Kapasitas (Q) Kapasitas adalah jumlah fluida yang di alirkan oleh pompa dalam satu satuan waktu (m 3 /dt atau m 3 /menit). Kapasitas dihitung berdasarkan kebutuhan air yang harus ditransmisikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk, atau berdasarkan kapasaitas sumber air yang ada. Maka kapasitas pompa dapat dihitung dengan persamaan 2.1. VV QQ =... (2.1) tt oooo nn pp Dimana: VV = kebutuhan air (mm 3 /hari) tt oooo = lama operasi pompa (jam/hari) nn pp = jumlah pompa

5 2.2.2 Head (H) Head merupakan energi spesifik yang dihasilkan oleh pompa. Head pada umumnya dinyatakan dalam tinggi kolom air dan umumnya dalam satuan meter. Pressure gauge, vacuum gauge, atau compound gauge digunakan untuk mengukur tekanan pada pompa dalam operasinya. v d p d h Ld z d v o p o z s h Ls v i p i titik ref., z=0 v s p s Gambar 2.1 Head pompa adalah: Persamaan energi per satuan berat fluida untuk sistem pompa seperti Gambar 2.1 ZZ ss + pp ss + vv 2 ss γγ 2gg + HH pp = ZZ dd + pp dd + vv 2 dd γγ 2gg + HH LL... (2.2) Dimana: z s = head statis elevasi isap/suction pompa (m) z d = head statis elevasi buang/discharge pompa (m) p s = head statis tekanan isap/suction pompa (N/m 2 ) p d = head statis tekanan buang/discharge pompa (N/m 2 ) v s = head dinamis kecepatan fluida pada ujung isap/suction pompa (m/dt) v d = head dinamis kecepatan fluida pada ujung buang/discharge pompa (m/dt) H p = head pompa (m) H L = head losses total instalasi perpipaan sistem pompa (m) Persamaan head total pompa adalah:

6 HH pp = (ZZ dd ZZ ss ) + pp dd pp ss γγ + vv dd 2 vv 2 ss + HH 2gg LL... (2.3) 2.2.3 Head Losses Head Losses adalah kerugian yang terjadi pada instalasi pompa yang diakibatkan oleh gesekan di dalam pipa dan head kerugian di dalam aksesoris perpipaan seperti belokan, reducer/diffuser, katup-katup dan lain sebagainya. a. Major Losses Major losses adalah kerugian yang di akibatkan oleh adanya gesekan di dalam pipa. Untuk menghitung kerugian gesek didalam pipa dapat di gunakan persamaan sebagai berikut: LL vv2 HH MM = ff... (2.4) DD 2 gg Dimana: H M = Head kerugian gesek dalam pipa (m) f = Koefisien kerugian gesek g = Percepatan gravitasi L = Panjang pipa (m) D = Diameter dalam pipa (m) b. Minor Losses Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah. Kerugian head di tempat-tempat transisi yang demikian itu dapat dinyatakan secara umum dengan persamaan, yaitu: HH mm = KK vv22 2222... (2.5) Dimana: H m = Kerugian head dalam jalur pipa (m) K = Koefisien kerugian dalam jalur pipa v = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/dt)

7 g = Percepatan gravitasi (9.8 m/dt 2 ) 2.3 Pembesaran dan Pengecilan Pipa Pembesaran dan pengecilan pipa ikut menyumbang losses dalam bentuk minor losses. Pembesaran ataupun pengecilan pipa dapat dibedakan menjadi dua yaitu pembesaran dan pengecilan secara tiba-tiba seperti pada gambar 2.2 atau seperti pada gambar 2.3 pembesaran atau pengecilan secara gradual (membentuk sudut). D 1 D 2 (a) D 1 D 2 (b) Gambar 2.2 Pengecilan pipa (a) dan pembesaran pipa (b) secara tiba tiba Sumber : (E. Shashi Menon, 2005) Tabel 2.1 Koefisien pembesaran pipa secara tiba-tiba A 1 /A 2 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 Cc 0,585 0,624 0,632 0,643 0,695 0,681 0,712 0,755 0,813 0,892 1,000 Sumber : (Menon, E.S, 2005) Tabel 2.2 Koefisien pengecilan pipa secara tiba-tiba A 1 /A 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 2 Cc 0,50 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0 Sumber : (Sularso dan Haruo Tahara, 1983) Pada pembesaran dan pengecilan pipa secara gradual dapat dilihat seperti pada gambar 2.3.

8 D1 D2 (a) D1 D1 (b) Gambar 2.3 Pengecilan pipa (a) dan pembesaran pipa (b) secara gradual Untuk head loss dapat dicari dengan persamaan : hff = cccc (vv 1 vv 1 ) 2 gg....(2.6) 2.3.1 Kerugian Energi pada Pintu Masuk dan Keluar Fluda Fluida yang akan memasuki atau keluar dari suatu benda (apakah itu pompa, storage tanks atau reservoir) akan mengalami kerugian energy. Besarnya kerugian dihitung berdasarkan koefisien K yang diberikan. Tabel 2.3 Koefisien pada bagian masuk dan keluar pipa Deskripsi Nilai koefisien K Pada bagian masuk pipa 0.5 Pada bagian keluar pipa 1.0 Sumber : (E. Shashi Menon, 2005) 2.4 Sistem Perpipaan Pada Pompa

9 Menurut Evans, bahwa kebanyakan permasalahan pada pompa adalah disebabkan karena ketidak sesuaian pada pipa hisapnya. Kerugian gesek pada pipa hisap pompa harus dikontrol dalam batasan yang diijinkan. Ukuran minimum pipa hisap dapat ditentukan dengan membandingkan TDSL (total dynamic suction lift) dari pompa (dari kurva performansi pompa) dengan TDSL yang dihitung pada sistem pompa. Kecepatan aliran fluida dalam pipa header hisap agar tidak melebihi 0,9 meter/detik, dan cabang keluarnya lebih baik membentuk sudut 30 sampai 45 terhadap pipa utama header dengan pipa hisap harus minimal satu atau dua tingkat lebih besar dari ukuran mulut hisap. Gambar 2.4 Pipa header dengan cabang keluaran membentuk sudut 45 2.5 Tekanan, Daya dan Efisiensi Pompa 2.5.1 Tekanan Pada Pompa Besarnya tekanan yang terjadi pada sistem akibat mengalirnya fluida yang dipompakan, dapat diperoleh secara langsung melalui alat ukur seperti pressure gauge yang umumnya memiliki nilai baca minimal 1 bar. Apabila nilai dari tekanan berada dibawah nilai baca tersebut, kita dapat menggunakan alat ukur lainnya seperti sphygmanometer tekanan darah yang menggunakan skala milimeter merkuri (mmhg). Untuk penggunaan pipa U dengan fluida ukur, tekanan yang bekerja pada sistem dapat dicari sebagai berikut: PP = ρρ gg h...(2.6) PP = tekanan (Pa) ρρ = massa jenis (kg/mm 3 ) gg = percepatan gravitasi (m/dt 2 )

10 h = perbedaan ketinggian 2.5.2 Daya Listrik Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik. Daya listrik satu fasa : WW = VV II cos φφ... (2.7) Daya listrik tiga fasa : WW = 3 VV II cos φφ... (2.8) WW = daya listrik (W) VV = tegangan (volt) II = arus listrik (ampere) ϕ = sudut faktor daya 2.5.3 Daya Air (Water Horse Power) Menurut Sularso dan Tahara (1987) energi yang secara aktif diterima oleh air dari pompa per satuan waktu disebut daya air, yang dapat ditulis sebagai berikut: WWWWWW = γγ QQ HH... (2.9) WWWWWW = daya air (kw) γγ = berat air per satuan volume (kg/m 2 /dt 2 ) QQ = kapasitas (m 3 /dt) HH = head pompa (m) 2.5.4 Daya Poros

11 Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya pada poros pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut: SSSSSS = WW mmmmmmmmmm η MM... (2.10) Atau η oooo = WWWWWW WW mmmmmmmmmm... (2.11) SSSSSS = daya poros sebuah pompa (kkkk) WWWWWW = daya air (WW) WW mmmmmmmmmm = daya listrik pada motor (W) η MM = efisiensi motor pompa η oooo = efisiensi overall 2.5.5 Effisiensi Pompa Merupakan rasio antara daya air pompa terhadap daya poros pompa, yang dirumuskan dengan : η pppppppppp = WWWWWW SSSSSS 100 %... (2.12) WWWWWW = daya air (W) SSSSSS = daya poros pompa (kw) 2.6 Aliran Fluida Dalam Pipa Karakteristik struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari kecepatan rata- rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter pipa. Aliran fluida (cairan atau gas) dalam pipa mungkin merupakan aliran laminer atau turbulen. Partikel - partikel fluida pada aliran laminer seolah - olah bergerak sepanjang lintasan yang halus dan lancar dengan

12 kecepatan fluida rendah dan viskositasnya tinggi, sedangkan aliran turbulen, partikel - partikel fluida bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan viskositasnya rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh percobaan Osborne Reynolds. Percobaan tersebut dilakukan menginjeksikan zat pewarna ke dalam pipa yang dialiri fluida dengan kecepatan rata- rata tertentu seperti Gambar 2.2 (Ardhelas, 2012). Gambar 2.5 Ilustrasi jenis aliran Menurut hasil percobaan Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan b ilangan Reynold. Bilangan ini dihitung dengan persamaan berikut : RRRR = vv DD νν... (2.13) Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi ) vv = Kecepatan rata- rata (ft/s atau m/s) D = Diameter pipa (ft atau m) νν = Viskositas kinematik (mm 2 /s) Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer. Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen. Pada Re = 2300-4000 terdapat daerah transisi, dimana aliran dapat bersifat laminer atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan aliran. 2.6.1 Kavitasi Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir karena tekanannya turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. ketika zat cair terhisap pada sisi isap pompa, tekanan pada permukaan zat cair akan turun. Bila tekanannya turun sampai pada tekanan

13 uap jenuhnya, maka cairan akan menguap dan membentuk gelembung uap. Selama bergerak sepanjang impeler, kenaikan tekanan akan menyebabkan gelembung uap pecah dan menumbuk permukaan pompa. Jika permukaan saluran/pipa terkena tumbukan gelembung uap tersebut secara terus menerus dalam jangka lama akan mengakibatkan terbentuknya lubang - lubang pada dinding saluran atau sering disebut erosi kavitasi. Pengaruh lain dari kavitasi adalah timbulnya suara berisik, getaran dan turunnya performansi pompa. 2.7 Hukum Kekekalan Energi Penjabarkan prinsip Hukum Kekekalan Energi yang diaplikasikan pada aliran fluida melalui pipa dsetiap titik sepanjang jalur pipa, energi total dari fluida dihitung berdasarkan pertimbangan energi fluida terhadap tekanan, kecepatan dan ketinggian yang dikombinasikan dengan semua energi masukan, energi keluar dan kerugian energi. Energi keseluruhan dari fluida yang terdapat pada jalur pipa pada setiap titik adalah konstan. Ini juga dikenal dengan prinsip Hukum Kekekalan Energi (Menon, 2005). Gambar 2.6 Aliran fluida dalam pipa Sehingga energi total: EE = zz + PP γγ + vv2 2gg... (2.14) Z = energi potensial (m) P = tekanan (Pa) γ = berat spesifik (kg/m 2 /dt 2 ) = berat jenis (kg/m 3 ) x percepatan gravitasi (m/dt 2 ) v = kecepatan (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s 2 )

14 Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka: HHAA = HHBB 2 v A P A ZZAA + + γ 2g = ZZBB + P V + B 2g B γ 2 +... (2.15) 2.8 Hukum Kontinuitas Pada sistem perpipaan dikenal Hukum Kontinuitas, dimana hukum ini memaparkan bahwa besarnya fluida yang mengalir pada suatu bidang merupakan hasil kali dari kecepatan fluida dengan luas penampang bidang tersebut. QQ = vv AA......(2.16) Q = Kuantitas fluida (m 3 /dt) v = Kecepatan fluida (m/dt) A = Luas penampang bidang (m 2 ) Hukum ini berhubungan langsung dengan persamaan Bernoulli dan perhitungan kerugian energi karena variabel kecepatan yang dimilikinya merupakan fungsi kuadrat pada kedua persamaan dan perhitungan tersebut. 2.9 Rangkaian Pompa Paralel Pada dasarnya pompa digunakan pada sistem perpipaan adalah untuk memberikan sejumlah energi (head) ke dalam sistem sehingga fluida kerja mampu mencapai tempat tujuan dengan jumlah yang diinginkan. Apabila sebuah pompa telah mampu memberikan head yang cukup, maka hal tersebut sangatlah bagus. Namun dalam kenyataannya, karena keterbatasan energi (head) ataupun laju aliran (flowrate) sebuah pompa, penggunaan dua atau lebih pompa pada suatu rumah pompa diperlukan untuk mencapai tekanan dan aliran kecepatan yang diperlukan sehingga dibuatkanlah rangkaian pompa tertentu yaitu rangkaian paralel. Rangkaian paralel digunakan untuk mencapai kapasitas yang lebih besar untuk dialirkan. Susunan paralel pada Gambar 2.5 dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar

15 yang tidak dapat digunakan oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama rusak atau diperbaiki. Gambar 2.7 Susunan sistem Pompa Paralel Gambar 2.8 Kurva performa rangkaian pompa paralel