Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Asparagus Sayur (Asparagus officinalis L.) di Desa Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

dokumen-dokumen yang mirip
338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

III. BAHAN DAN METODE

Kajian Potensi Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Hortikultura Di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

IV. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

III. BAHAN DAN METODE

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (19):

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KLASIFIKASI KAPABILITAS KESUBURAN TANAH DI KAWASAN KEBUN INDUK POLOHUNGO KABUPATEN BOALEMO

BAB III METODE PENELITIAN

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

ANALISIS KELAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA PASARAN PARSAORAN KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

Lampiran 1. Deskripsi Profil

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI DAN PADI LADANG DI DESA BILA TALANG KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TATA CARA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

III. METODE PENELITIAN

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Asparagus Sayur (Asparagus officinalis L.) di Desa Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur WAHYUDI DAMOPOLII (1), FITRIA S. BAGU (2), NURDIN (3) 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 Email : wahyudi.damopolii@gmail.com 2 Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Uneversitas Negeri Gorontalo. Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 3 Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan tanaman Asparagus Sayur, faktor pembatas dan upaya perbaikannya. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan (Maret - Mei) dengan menggunakan pendekatan parametrik dengan indeks lahan akar kuadrat Khiddir (1986). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual di Desa Mooat adalah N (tidak sesuai) dan kelas kesesuaian lahan potensial S2 (sesuai marginal). Faktor pembatas yang membatasi kelas kesesuaian lahan tersebut meliputi curah hujan, lereng, bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kedalaman tanah dan ph. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan, yaitu: curah hujan: dengan cara pembuatan irigasi/pengairan (pembuatan sprinkle), lereng, bahaya erosi: dengan cara pembuatan teras atau guludan, bahaya banjir: dengan cara pembuatan/perbaikan saluran drainase, kedalaman tanah: dengan cara pembajakan (pengolahan tanah), ph tanah: dengan cara pengapuran. Kata Kunci : Kesesuaian, lahan, Asparagus officinalis L. Wahyudi Damopolii, 613410046, Fitria S. Bagu, Nurdin, Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

PENDAHULUAN Sulawesi Utara (Sulut) merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian utara Indonesia yang berbatasan dengan Filipina, memiliki luas wilayah 14.544,36 Km 2 dan jumlah penduduk sebanyak 2.319.916 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,15%/Tahun (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, 2013). Sulut memiliki total luas lahan 1.463.056 hektar (ha), pada tahun 2012 luas tersebut terdiri atas lahan sawah 60.037 ha (4,10%), lahan pertanian bukan sawah 800.473 ha (54,71%) dan lahan bukan pertanian 602.546 ha (41,19%) (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, 2013). Dengan adanya eksistensi luas lahan pertanian yang melebihi setengah luas lahan keseluruhan, maka kebijakan pemerintah terhadap kondisi tersebut sangat dibutuhkan. Salah satu kebijakan yang dimaksud berupa perencanaan penggunaan lahan pertanian yang sesuai fungsi dan karakteristik lahan aktual dan berdasarkan kesesuaian lahan. Perencanaan tersebut sangat tepat diterapkan di daerah-daerah baru yang mempunyai lahan pertanian yang luas serta potensi yang besar. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur merupakan daerah baru di Sulut dengan luas lahan pertanian 69.647 ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Sulut, 2013) memiliki potensi untuk pengembangan pertanian ke depan. Desa Mooat adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi pengembangan pertanian hortikultura. Kondisi lahan terletak di kawasan volkan (Gunung Ambang) yang kaya akan bahan organik serta iklim Sulawesi Utara yang termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin muson, membuat wilayah tersebut memiliki lahan subur untuk ditanami tanaman hortikultura berupa kubis, kentang, wortel dan bawang yang merupakan komoditas lokal daerah tersebut. Menurut Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (2013) pertanian hortikultura merupakan salah satu sub sektor penting dalam pembangunan pertanian. Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar, potensi produksi tinggi dan mempunyai peluang pengembangan teknologi (Nopiana dan Balkis, 2011). Salah satu faktor penentu pengembangan pertanian adalah kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dipengaruhi oleh faktor pembatas yaitu kualitas/karakteristik lahan meliputi iklim, topografi, kebasahan, sifat fisik dan kesuburan tanah, serta sodisitas. Salah satu komoditi pertanian unggulan yang dapat dikembangkan adalah Asparagus Sayur. Asparagus Sayur adalah tanaman sayuran yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Asparagus Sayur merupakan menu wajib restoran dan hotel berbintang di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut merupakan peluang bagi petani Asparagus Sayur untuk meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan mereka, karena selain memenuhi permintaan dalam negeri juga dapat diekspor ke luar negeri. Salah satu daerah yang sedang mengembangkan Asparagus Sayur di Indonesia adalah Kabupaten Badung, Bali (Sutika, 2014). Dari hasil wawancara dengan warga di daerah penelitian bahwa tanaman Asparagus Sayur sebelumnya sudah pernah ditanam di daerah tersebut. Namun,

hanya dilakukan oleh satu-dua orang saja, dalam populasi tanaman dengan jumlah yang sedikit tanaman Asparagus Sayur ditanam hanya untuk konsumsi pribadi bukan untuk dikomersilkan seperti tanaman hortikultura lain di daerah itu. Tanaman Asparagus Sayur itu sendiri tidak bertahan lama karena kurangnya ketertarikan warga untuk membudidayakannya. Warga hanya tertarik dengan tanaman hortikultura berupa kentang, wortel, kubis dan bawang batang yang berlangsung hingga sekarang dan merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat setempat. Prospek cerah Asparagus Sayur serta potensi lahan yang tersedia, maka dipandang perlu dilakukan penilaian kesesuaian lahan karena tanaman Asparagus Sayur belum pernah dibudidayakan di Desa Mooat, untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan, faktor pembatas dan upaya perbaikannya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari penelitian lapang dan selanjutnya data sampel tanah dari lapang dianalisis di laboratorium. Penelitian lapang terbagi atas pengambilan sampel tanah yang dilakukan di Desa Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan pengambilan data iklim berupa data curah hujan di Stasiun Curah Hujan Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur serta data suhu di Stasiun Iklim Kayuwatu - Manado. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanah Bogor. Selanjutnya, untuk pengolahan data dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Pelaksanaan penelitian pada bulan Maret Juli 2014. Bahan yang diteliti adalah lahan pertanian berupa tanah volkan yang ada di kawasan Gunung Ambang dan sampel tanah dari masing-masing profil lahan tersebut. Sampel tanah untuk analisis di laboratorium berasal dari masing-masing horison pada setiap profil tanah. Alat yang digunakan terdiri dari pisau, buku warna tanah (munsell soil colour chart), blangko pengamatan profil tanah, lup, meteran, ring sampel, bor tanah, pacul, sekop, parang, teropong, permeameter, altimeter, clinometer, GPS (Global Positioning System), kompas, kantong plastik, karet gelang, kertas label, Laptop (intel core i3) dan printer (canon ip2700 series), program pengolah data Microsoft Excel, dan program Microsoft Word. Pelaksanaan kerja lapang didasarkan pada lokasi contoh profil (pedon) yang telah ditetapkan. Profil tanah akan dibuat dan diambil contohnya sesuai dengan prinsip-prinsip survei tanah (NSSC-NCRS USDA, 2002 dalam Abdullah, 2006 dan Soil Survey Division Staff, 1993). Data iklim akan diambil dari stasiun curah hujan Kecamatan Modayag (Data curah hujan 3 tahun terakhir) data tersebut sesuai data arsip stasiun curah hujan BP3K Kecamatan Modayag, dan untuk data suhu (0C) diambil dari Publikasi Badan Pusat Statistik bersumber dari Stasiun Iklim Kayuwatu Manado selama 8 tahun (2003-2010), Sedangkan data evapotranspirasi akan dihitung dengan menggunakan program NSM (newhall simulation model). Berdasarkan data curah hujan, suhu udara, posisi lintang-bujur, dan elevasi kemudian diolah dengan program NSM (newhall simulation model), menurut Van Wambeke et al. (1986) dalam Nurdin (2010) untuk menentukan rejim kelembaban tanah dan rejim suhu

tanah daerah penelitian. Sebagai kontrol terhadap hasil analisis suhu tanah dengan alat bantu program NSM. Sampel tanah dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Parameter sifat-sifat tanah yang diamati adalah Tekstur, Kerapatan Lindak, Permeabilitas, ph H 2 O dan KCL, C-Organik, KTK, Kation-Kation Basa (C 2+, Mg 2+, K +, Na + ), Fe-Mg-Al-Si bebas, N total, P 2 O 5 tersedia, K 2 O dapat ditukar, Kejenuhan Basa, Salinitas, Sodisitas. Data yang diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Selanjutnya, data tersebut dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif serta diinterpretasi sesuai dengan tujuan penelitian. Khusus dalam penelitian potensi lahan dilakukan analisis kesesuaian lahan tersebut berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan (FAO, 1976) dan kriteria kesesuaian lahan (Dajenudin dkk., 2011) dengan tetap mempertimbangkan keadaan aktual di lapang. Kelas Kesesuaian Lahan ditentukan berdasarkan nilai Indeks Lahan. Indeks Lahan ditetapkan berdasarkan kualitas lahan yang dihitung dengan menggunakan metode indeks lahan akar kuadrat (Khiddir, 1986 dalam Sys et al., 1991) berikut: I = Rmin x Dimana: I = Indeks Lahan Rmin = minimum kualitas lahan A, B = kualitas lahan lainnya selain rating kualitas lahan minimum Nilai Indeks Lahan yang diperoleh disesuaikan dengan Tabel 1. untuk menentukan Kelas Kesesuaian Lahan. Tabel 1. Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Indeks lahan Indeks Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Keterangan 100-75 S1 Sangat Sesuai 75-50 S2 Agak Sesuai 50-25 S3 Sesuai Marjinal 0-25 N Tidak Sesuai Sumber : Sys et al. (1991) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian kelas kesesuaian lahan tanaman asparagus sayur berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan pada kriteria kesesuaian lahan asparagus sayur dengan faktor pembatas dan upaya perbaikannya disajikan pada tabel 2, 3 dan 4.

Tabel 2. Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Asparagus Sayur secara Parametrik pada Pedon PW1 Iklim (c) Karakteristik Lahan Data Aktual Pedon PW1 Potensial Temperature 19,73 84 84 Curah Hujan 215,57 25 75 ++ Topografi (t) Lereng (%) 15 53 100 ++ Bahaya Erosi (eh) Sedang 50 100 ++ Kebasahan (w) Bahaya Banjir F0 100 100 Drainase Sedang 75 100 ++ Sifat Fisik Tanah (s) Tekstur Halus 100 100 Kedalaman Tanah (cm) 50 50 75 ++ Sifat Kesuburan Tanah (f) KTK liat (cmol) 18,65 100 100 Kejenuhan Basa (%) 75,75 100 100 ph H2O 5,3 50 100 ++ C-organik (%) 3,17 100 100 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) 2,48 88 88 Nilai Indeks Lahan % 5 56 Kelas Kesesuaian Lahan Nctehfs S2cs Keterangan: + perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) ++ kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) Tabel 2 menunjukkan bahwa kelas kesesuian lahan aktual pedon PW1 (N) dengan faktor pembatas yang paling penting, yaitu: rendahnya curah hujan, tingginya nilai kemiringan lereng, bahaya erosi, kedalaman tanah dan ph yang masam. Upaya perbaikan adalah sebagai berikut : a. Curah Hujan : dilakukan dengan usaha perbaikan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Pembuatan sprinkle b. Lereng/Bahaya erosi : pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. c. Kedalaman tanah : umumnya tidak dapat diakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah. Dilakukan

dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Dibajak d. ph masam : dilakukan pengapuran dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Hasil analisis kesesuaian lahan potensial dan upaya perbaikan yang bisa dilakukan pada Pedon PW1 tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisis kesesuaian lahan potensial dan upaya perbaikan yang terdapat pada Pedon PW2 dikarenakan kedua Pedon tersebut memiliki nilai faktor pembatas lahan yang relatif sama. Hal tersebut disajikkan pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Asparagus Sayur secara Parametrik pada Pedon PW2 Iklim (c) Karakteristik Lahan Data Aktual Pedon PW2 Potensial Temperature 19,73 84 84 Curah Hujan 215,57 25 75 ++ Topografi (t) Lereng (%) 15 53 100 ++ Bahaya Erosi (eh) Sedang 50 100 ++ Kebasahan (w) Bahaya Banjir F0 100 100 Drainase Sedang 75 100 + Sifat Fisik Tanah (s) Tekstur Halus 100 100 Kedalaman Tanah (cm) > 50 75 100 + Sifat Kesuburan Tanah (f) KTK liat (cmol) 20,03 100 100 Kejenuhan Basa 74,5 100 100 ph H2O 5,2 50 100 ++ C-organik (%) 3,83 100 100 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) 2,41 88 88 Nilai Indeks Lahan % 6 64 Kelas Kesesuaian Lahan Nctehfs S2c Keterangan: + perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) ++ kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

Tabel 4. Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan Asparagus Sayur secara Parametrik pada Pedon PW3 Iklim (c) Karakteristik Lahan Data Aktual Pedon PW3 Potensial Temperature 19,73 84 84 Curah Hujan 215,57 25 75 ++ Topografi (t) Lereng (%) 3 91 91 Bahaya Erosi (eh) sangat rendah 100 100 Kebasahan (w) Bahaya Banjir 75 100 + Drainase agak terhambat 75 100 + Sifat Fisik Tanah (s) Tekstur Halus 100 100 Kedalaman Tanah (cm) 30 50 75 + Sifat Kesuburan Tanah (f) KTK liat (cmol) 17,61 100 100 Kejenuhan Basa 61,3 100 100 ph H2O 5,1 50 100 ++ C-organik (%) 3,7 100 100 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) 3,63 82 82 Nilai Indeks Lahan % 7 51 Kelas Kesesuaian Lahan Ncwsf S2cs Keterangan: + perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) ++ kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) Tabel 3 menunjukkan bahwa kelas kesesuian lahan aktual pedon PW2 adalah (N) dengan faktor pembatas yang paling penting, yaitu: rendahnya curah hujan, tingginya nilai kemiringan lereng, bahaya erosi, kedalaman tanah dan ph yang masam. Upaya perbaikan adalah sebagai berikut : a. Curah Hujan : dilakukan dengan usaha perbaikan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Sprinkle b. Lereng/Bahaya erosi : pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. c. Kedalaman tanah : umumnya tidak dapat diakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis

dengan membongkarnya saat pengolahan tanah. Dilakukan dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Dibajak d. ph masam : dilakukan pengapuran dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Pada Pedon PW3 ada sedikit perbedaan dengan Pedon PW1 dan PW2 karena tidak memiliki faktor pembatas (lereng) seperti pada kedua pedon tersebut sehingga memiliki nilai sedikit lebih tinggi. Hal tersebut disajikkan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa kelas kesesuaian aktual pedon PW3 tergolong ke dalam kelas (N) dengan faktor pembatas curah hujan, bahaya banjir, drainase, kedalaman tanah dan ph tanah. Kelas tersebut dapat dapat dinaikkan dengan memperbaiki faktor-faktor pembatas yang ada seperti pada lampiran 5 dan 6. Upaya perbaikan adalah sebagai berikut : a. Curah Hujan : dilakukan dengan usaha perbaikan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Pembuatan sprinkle b. Bahaya banjir : pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase dengan tingkat pengelolaan sedang. c. Drainase : upaya yang dilakukan seperti pada pengelolaan bahaya banjir dengan memperbaiki sistem drainase. d. Kedalaman tanah : umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah. Dilakukan dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Contoh : Dibajak e. ph masam : dilakukan pengapuran dengan tingkat pengelolaan yang tinggi. Dari masing-masing uraian pada ketiga pedon pada tabel 2, 3 dan 4, semua faktor pembatas tergolong pada tingkat pengelolaan sedang dan tinggi. Pada tingkat sedang, upaya perbaikan dapat dilakukan pada tingkat petani menegah yang memerlukan modal cukup besar dan teknik pertanian sedang. Sedangkan pada tingkat pengelolaan yang tinggi pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah (Rayes, 2007). KESIMPULAN 1. Kelas kesesuaian lahan aktual di daerah penelitian tergolong N (tidak sesuai) untuk semua pedon pewakil. Sedangkan untuk kesesuaian lahan potensial semua pedon pewakil tergolong tingkat kesesuaian lahan S2 (sesuai marginal). 2. Faktor pembatas yang membatasi kelas kesesuaian lahan meliputi curah hujan, lereng, bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kedalaman tanah dan ph.

3. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Curah hujan : pembuatan irigasi/pengairan (pembuatan sprinkle) b. Lereng, bahaya erosi : pembuatan teras atau guludan c. Bahaya banjir, drainase : pembuatan/perbaikan saluran drainase d. Kedalaman tanah : pembajakan (pengolahan tanah) e. ph tanah : pengapuran. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, TS. 2006. Buku Lapang untuk Pendeksripsian dan Pengambilan Contoh Tanah Berdasarkan Taksonomi Tanah USDA. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2013. Sulut Dalam Angka 2013. Sulawesi Utara. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. http://sulut.bps.go.id/index.php?hal=publikasi_detil&id=3 [10 Agustus 2014]. Dirjen Hortikultura. 2013. Sejarah Hortikultura. Jakarta : Kementrian Pertanian. http://hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article& id=449&itemid=335 [20 Nopember 2013]. Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p Food and Agriculture Organization, the United Nation. 1976. A framework for land evaluation. Soils Bulletin 32:12-16 Nopiana, Sinta dan Siti Balkis. 2011. Analisis Pendapatan Pola Tanam Beruntun Tanaman Hortikultura Di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Analisis Pendapatan Pola Tanam Beruntun Tanaman Hortikultura, Vol 8. No.1. Hal. 30 Nurdin. 2010. Perkembangan, Klasifikasi dan Potensi Tanah Sawah Tadah Hujan dari Bahan Lakustrin Paguyaman, Gorontalo. Tesis. Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Rayes, ML. 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan. Yogyakarta : ANDI Sutika, IK. 2014. Asparagus Jadi Komoditas Ekspor. Antara News Bali. http://bali.antaranews.com/berita/48509/asparagus-jadi-komoditas-ekspor [3 Maret 2014] Sys, C. E. Van Ranst. J. Debaveye dan F. Beernaert. 1991. Land evaluation part I: principles in land evaluation and crop calculations. Part II: methods in land evaluation. Brussel-Belgium: Agricultural publication no. 7