BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin lama dirasakan

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

pada perusahaan sektor pertambangan dan otomotif di Indonesia Disusun Oleh : Alif Puspo Ardianto F BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi


BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi perokonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

Dian Wahyu Anita NIM. F UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder.

BAB I PENDAHULUAN. korporasi tersebut menunjukkan bahwa organ-organ perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat dari harga

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, sehingga muncul konflik yang dinamakan Agency Conflict. (Richardson, (1998);

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan (Lusiyanti, 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price to

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan laba (profit oriented) agar dapat going concern. Namun,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator dalam nilai perusahaan, yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi (Fama & French 1998, dalam Hasnawati 2005). Fama (1978) menyatakan bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan (Modigliani & Miller 1958). Keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar. Studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi oleh Meyrs (1977) yang memperkenalkan IOS (Invesment Opportunity Set). IOS memberi pentunjuk yang lebih luas terhadap nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang datang, sehingga prospek perusahaan dapat ditaksir dari IOS. Menurut Gaver & Gaver (1993) dalam Lela & Muhammad (2007), IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaranpengeluaran yang ditetapkan manajemen masa yang akan datang, pada saat ini 1

2 merupakan pilihan-pilihan investasi yang lebih besar. Dari pendapat ini dan sejalan dengan Smith & Watts (1992) dalam Lela & Muhammad (2007) bahwa IOS komponen nilai perusahaan merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan yang dapat mengukur nilai perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan, baik pihak internal perusahaan, yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan, investor dan kreditor. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan, adanya suatu kesempatan berinvestasi diperusahaan tersebut. Perusahaan berperan sebagai pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan perekonomian masyarakat luas, sehingga perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga kepada golongan masyarakat luas yang lain Suwardjono (1989) dalam Suwaldiman (2000). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) bahwa tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya terdapat pelanggan (customer), pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier, bahkan kompetitor. Muhammad (2007) menyatakan bahwa pada umumnya implementasi dari etika bisnis yang berkembang sekarang ini diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Merupakan sebuah bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan itu beroperasi.

3 Heru (2008) menyatakan bahwa kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR menjadi tren global, seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan, serta diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaiah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Fenomena CSR di Indonesia sendiri sudah mengemuka sejak tahun 2001 (Nurlela dan Islahuddin, 2008) dan kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan telah diatur oleh pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas (PT) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Banyak perusahaan yang telah melakukan CSR, akan tetapi tingkat pengungkapannya relatif rendah. Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan merupakan untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi perusahaan kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan CSR, lingkungan dan sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin, 2007) dalam Machmud dan Djakman (2008). Perusahaan tidak hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), tetapi sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut sinergi tiga elemen (triple bottom line)

4 merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Siregar, 2007). Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) Single bottom line merupakan nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, sedangkan triple bottom line yaitu finansial, sosial dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin sebuah perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungna hidupnya. Retno (2006) dalam Rika & Islahuddin dari hasil penelitian menemukan bahwa variabel prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR. Selain itu Damsetz (1986) dalam Junaidi (2006) berargumen bahwa kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan dan kosentrasi kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency teory. Dalam kerangka agency teory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agen dan

5 principal, Manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal (Schroeder et.al, 2001). Dalam agency teory adanya konfliks kepentingan antara pemegang saham dan manajer, yang menyebabkan masing-masing pihak memiliki kepentingan untuk memaksimalkan tujuannya, Manajer memiliki resiko untuk tidak ditunjukan lagi sebagai pengelolah perusahaan jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer, kondisi ini merupakan konsikuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan (Yulius dan Josua, 2007). Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga diri sendiri. Kepemilikan manajerial juga membantu memecahkan masalah moral hazard sehingga menyelaraskan kepentingan manajer dengan shareholder (Himmelberg, 1997), dengan kepemilikan saham oleh manajer, maka akan meningkatkan kemakmuran hubungan antara manajer dan shareholder, sehingga tidak mungkin manajer bertindak opportunistik, dengan demikian kepemilikan saham oleh manajer merupakan intensif bagi manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan menggunakan hutang dengan optimal sehingga meminimalkan biaya keagenan. Dalam kerangka keagenan

6 kepemilikan saham oleh manajer mengurangi agency cost dalam perusahaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Bathala et al. 1994). Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile menurut Robert (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan perusahaan high profile sebagai perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat resiko politik yang tinggi atau tingkat konpensasi yang ketat. Perusahaan low profile perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masayarakat manakala operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian dengan judul PENGARUH INVESMENT OPPORTUNITY SET, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN, TIPE INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008). Pengembangannya tersebut terletak pada penambahan variabel Independen yaitu Invesment Opportunity Set dan penambahan periode penelitian satu tahun 2005 dan 2006.

7 B. Batasan Masalah 1. Invesment Opportunity Set diproksi berdasarkan berbasis harga saham yaitu Proksi yang digunakan sebagai dasar untuk mengukur set kesempatan investasi Market to Book Value of Equity Ratio (MVEBVE). 2. Item yang terdapat dalam komponen CSR antara lain tema kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan, dan lingkungan hidup. 3. kepemilikan manajemen adalah Saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan komisaris. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah invesment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah kepemilikan manajemen memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan? 4. Apakah tipe industri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan?

8 D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah invesment opportunity set berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Untuk mengetahui apakah corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajemen memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan. 4. Untuk mengetahui apakah tipe industri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating dalam hubungan antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi-kontribusi dalam berbagai hal, seperti: 1. Bidang teoritis a) Menambah kontribusi ilmu pengetahuan mengenai CSR, IOS, Kepemilikan Manajemen. b) Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang CSR, IOS, Kepemilikan Manajemen.

9 2. Bidang praktis Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan betapa pentingnya CSR, karena pada dasarnya perusahaan adalah bagian dari suatu lingkungan dan masyarakat yang tidak hanya berorientasi pada laba (profit oriented) semata. Sehingga tercipta hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan, dan CSR bukanlah suatu paksaan karena telah ditetapkan dalam pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas (PT) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.