BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

dokumen-dokumen yang mirip
Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

MANAJEMEN PROYEK PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN KAIN ENDEK DI DESA KALIANGET KEC. SERIRIT, KAB. BULELENG UNTUK PENGANGGURAN GUNA MENYONGSONG MEA 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Bali. Tantangan ini merupakan dampak dari meleburnya batas-batas geografi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

SESELET BALI. Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

ESTETIKA KOMODIFIKASI PADA BUDAYA ADU ZATUA NIAS SELATAN-SUMATERA UTARA

KOMODIFIKASI KAIN TENUN SONGKET BALI DI TENGAH PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF FESYEN DI DENPASAR

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KAIN ENDEK BALI SEBAGAI INDUSTRI PARIWISATA KREATIF (STUDI KASUS DENPASAR)

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian terhadap komodifikasi kain tenun songket Bali di tengah perkembangan industri kreatif fesyen di Denpasar dengan menggunakan teori secara ekletik telah menghasilkan simpulan sebagai berikut: 8.1 Simpulan Kain songket Bali merupakan kain tradisional yang penting dalam kegiatan seremonial maupun ritual di Bali. Selain berfungsi sebagi wastra ataupun kemben penutup tubuh, songket Bali diapresiasi sebagai petanda status bagi masyarakat triwangsa. Secara khusus songket Bali dibuat dari bahan berkualitas baik dengan penambahan benang emas dan perak yang memberikan kesan mewah bagi pemakainya. Ragam motif yang digunakan juga merupakan refleksi keyakinan hidup yang mendalam pada filsafat Hindu. Beberapa motif seperti motif wayang, naga, singa mengampid merupakan songket rerajaan yang secara eksklusif digunakan oleh raja dan orang terdekatnya. Dalam konteks kesejarahan, songket Bali adalah salah satu karya budaya adiluhung Bali yang dahulunya hanya dapat diakses oleh kalangan terbatas, yakni diantara kelompok masyarakat bangsawan dan pimpinan keagamaan. Keahlian menenun songket Bali hanya diturunkan didalam keluarga dan oleh garis keturunan. Tetapi melemahnya hubungan tradisional dan eksklusivitas hubungan antara songket dengan status masyarakat kalangan atas dan pengaruh ideologi demokrasi yang menguat didalam masyarakat, menyebabkan hak-hak privilege 186

187 produksi konsumsi songket mulai memudar. Puncak momentumnya pada tahun 1980, saat Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra dan seorang Brahmana, mendorong masyarakat untuk membeli produk-produk tekstil Bali termasuk songket dan mengenakannya sebagai busana upacara. Kapitalisasi budaya Bali merambah keseluruh artefak budaya Bali tidak terkecuali kain tenun tradisional songket. Keunikan songket Bali merupakan sumber inspirasi untuk mendulang keuntungan rupiah. Kapitalisasi menjadikan songket Bali sebagai komoditi yang layak jual dengan harga yang tak tergolong murah. Komodifikasi songket Bali terjadi mulai dari hulu kehilir, yakni pada mulai dari tahapan produksi, distribusi sampai pada tahapan konsumsi. Pada tahapan produksi komodifikasi terjadi pada motif, warna, desain, pakem. Perubahan warna, motif dan desain merupakan tuntutan pasar khususnya konsumen fesyen yang selalu memintah karya-karya up to date, modern, stylish, dan berbeda. Perubahan trend, musim dan preferensi masyarakat sangat kuat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam warna, motif dan desain. Para desainer mengaktualisasikan permintaan ini dalam karya-karya yang menabrak pakem atau keluar dari pola-pola lama yang sudah ajeg sebelumnya. Dalam proses distribusi, terjadi perluasan rantai tataniaga sehingga menjadi semakin kompleks. Kegiatan distribusi juga memperlihatkan eksploitasi hasrat terutama untuk mendorong tindakan mengkonsumsi melalui pendekatan pasar yang agresif, eksploitasi seksualitas dan sensualitas, serta propaganda melalui citra-citra visual. Pada tingkat konsumsi, komodifikasi songket Bali

188 terjadi dalam bentuk produk fesyen. Konsumsi songket Bali menjadi simbol diferensiasi dan status kelompok tertentu. Komodifikasi terjadi seiring dengan perubahan struktur masayarakat Bali yang dahulu agraris menjadi non agraris (jasa). Modernitas menjangkau Bali melalui pariwisata, pendidikan, dan teknologi informasi yang menyebar luas di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, peningkatan jumlah kelas menengah di Bali menyebabkan kebutuhan akan benda-benda simbolik melebihi kebutuhan dasar. Dampak komodifikasi songket Bali secara sosial budaya memperkuat kecenderungan terbentuknya masyrakat komoditas (commodity society)..masyarakat komoditas ditandai dengan kondisi masayarkat yang mengutamakan citra dan gaya hidup (life styles). Hal ini di perlihatkan dengan permintaan akan kebutuhan simbolik salah satunya melalui busana. Selain itu komodifikasi songket Bali adalah bagian dari proses erosi budaya yang terus berlangsung. Gejala komodifikasi songket Bali dalam masyarakat Bali mengungkapkan berbagai makna-makna baru. Komodifikasi tidak hanya dipandang sebagai sebuah fenomena komersialisasi artefak budaya yang destruktif tetapi mampu mengungkap makna-makna lain seperti makna dari sakral ke profan, makna egalitarian, makna kesejahteraan, makna kreativitas, makna pelestaraian, makna identitas dan makna estetika. Pemaknaan baru tersebut memberikan arahan bagi pemerintah dan masyarakat Bali dalam pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan komodifikasi budaya Bali.

189 8.2 Saran Dari kajian terhadap fakta dan dan data dilapangan ada beberapa hal yang yang menjadi catatan bagi komodifikasi kain tenun songket Bali di tengah perkembangan industri kreatif fesyen di Denpasar. Oleh karena itu ada beberapa saran disampaikan berkaitan penelitian ini. Kepada pihak Pemerintah sebagai pengambil kebijakan khsususnya Pemerintah Daerah Bali: (1) Membuat kebijakan-kebijakan strategis untuk melidungi benda-benda warisan budaya khusunya songket Bali, melalui peraturan-peraturan yang mendukung upaya pelestarian songket Bali, melakukan inventarisasi motif-motif songket Bali baik yang otentik maupun setelah mengalami modifikasi. Selain itu pemerintah harus mendaftarkan ragam motif songket Bali sebagai kekayaan intelektual masyarakat Bali. (2) Mendukung industri hulu dan hilir songket Bali, melalui penciptaan kondisi usaha yang kondusif untuk berkembang secara sehat. (3) Melakukan monitoring terhadap perkembangan industri kreatif fesyen, melakukan pembinaan dan memberikan ruang seluas-luasnya untuk berkarya dengan mengintegrasikannya dengan local wisdom dalam tatanan masyarakat Bali.

190 Untuk Asosiasi desainer dan para desainer sebagai penggerak industri fesyen: (1) Agar memperhatikan suara masyarakat khususnya masyarakat adat Bali saat mengeksplorasi kain-kain tradisional Bali khususnya songket Bali. (2) Menjadikan kain tenun tradisional Bali sebagai tuan rumah, sebagai busana yang mampu mengangkat nilai-niai tradisional Bali dalam konteks kekinian.