BAB I PENDAHULUAN. usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. RPJMN yaitu menurunkan tingkat pengangguran terbuka dibawah

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang termasuk Negara Indonesia di dalamnya. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

1.1 Latar Belakang Masalah

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam usaha memajukan pembangunan bangsa karena terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Menurut Suroto dalam Tindaon (2010), tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan, yang berperan sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang/jasa, serta sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Oleh sebab itu, ketenagakerjaan dijadikan salah satu prioritas utama pembangunan oleh pemerintah yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014. Permasalahan yang akan selalu dihadapi sektor ketenagakerjaan nasional adalah tingginya angka pengangguran. Pengangguran merupakan dampak dari jumlah angkatan kerja yang tumbuh lebih cepat dari pada kesempatan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 diketahui bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 9.394.515 jiwa, 2009 jumlahnya 8.962.617 jiwa, 2010 sebanyak 8.319.779 jiwa, 2011 dan 2012 adalah 7.700.086 jiwa dan 7.244.956 jiwa. Walaupun angka pengangguran 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan, namun penurunan tersebut tidak cukup signifikan. Karena hingga tahun 2012, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia masih berkisar pada 6,32%. Angka tersebut masih belum sesuai dengan 1

2 target pemerintah dalam RPJMN 2010 2014 yaitu menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5% hingga 6%. Persoalan pengangguran tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah di tingkat nasional tetapi juga pemerintah di tingkat daerah. Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah juga dituntut untuk mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan menekan angka pengangguran di daerah mereka masing-masing. Namun kenyataannya, masih banyak provinsi yang memiliki angka pengangguran yang tinggi bahkan melebihi angka pengangguran nasional, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Barat. Menurut data BPS, dari 4.957.719 jiwa jumlah penduduk Sumatera Barat tahun 2012, 2.179.826 jiwa adalah angkatan kerja yang terdiri dari 2.037.642 jiwa penduduk bekerja dan 142.184 jiwa pengangguran terbuka, dengan persentase tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,52%. Padahal pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang dicerminkan oleh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat hampir setiap tahun mengalami perttumbuhan. Pada tahun 2011, pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat berdasarkan harga konstan tahun 2000 adalah 6,25% dan meningkat menjadi 6,35% pada tahun 2012. Dengan membandingkan data nilai PDRB Provinsi Sumatera Barat dengan data tingkat pengangguran terbuka, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat belum mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia secara maksimal. Kondisi ideal dari pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi mampu mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara lebih besar. Berdasarkan data BPS, pada tahun 1996 tiap 1% pertumbuhan

3 ekonomi mampu menyerap tenaga kerja baru sekitar 400.000 500.000, namun mulai tahun 2000 hanya mampu menyerap sekitar 200.000 300.000 tenaga kerja baru bahkan mungkin kurang dari angka itu. Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Barat pada tahun 2012 dari sisi penawaran jumlah angkatan kerja mencapai 2.179.826 orang dari jumlah penduduk usia kerja. Penawaran tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh faktor demografi, sosial dan ekonomi. Salah satu demografi yang mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja adalah jumlah penduduk usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja semakin besar pula penawaran tenaga kerja. Selama rentang tahun 2008 sampai 2012 pertumbuhan penduduk usia kerja rata-rata pertahunnya relatif rendah yaitu sekitar 1%. Pada tahun 2012 jumlah penduduk usia kerja di Sumatera Barat tercatat sebanyak 3.380.892 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 64,47%. TPAK ini berkaitan dengan faktor sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan yang tersedia, kesetaraan gender dan lain-lain. Dari sisi permintaan tenaga kerja di Sumatera Barat, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2012 sektor ini menyerap 40,60% tenaga kerja, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, restoran yang menyerap tenaga kerja sebesar 24,27 % dan kemudian sektor jasa yang menyerap 18,32% tenaga kerja. Upaya menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah yang besar telah dilakukan melalui pengembangan industri, baik tahap pemulihan ekonomi maupun upaya pengembangan industri-industri baru dan perluasan.

4 Berdasarkan data BPS Sumatera Barat, beberapa sektor yang memberikan kontribusi cukup besar pada PDRB Sumatera Barat tahun 2012 adalah sektor pertanian sebesar 22,47%, perdagangan perhotelan & restoran (pariwisata) sebesar 18,16% dan sektor jasa sebesar 17,25%. Sektor jasa semakin memegang peranan penting dalam perekonomian, karena sektor ini merupakan sektor penunjang dalam membantu peningkatan dan pertumbuhan ekonomi. Peran sektor jasa berkembang dengan pesat beberapa tahun terakhir dan termasuk 3 besar sektor yang menyerap tenaga kerja cukup besar. Menurut data BPS Sumatera Barat, selama tahun 2012 sektor jasa di Sumatera Barat mampu menyerap 325.927 orang tenaga kerja. Peningkatan sektor jasa disebabkan adanya peningkatan kompleksibilitas kebutuhan masyarakat sehingga konsumsi akan barang-barang, selain kebutuhan primer semakin beragam dan meningkat. Begitu juga dengan kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan (Lupiyadi, 2006). Masyarakat semakin membutuhkan layanan-layanan yang memberikan kemudahan, kenyamanan dan kepuasan. Misalnya saja dalam berurusan dengan administrasi pemerintahan, masyarakat sebagai pelanggan/konsumen pemerintah menginginkan sistem yang cepat dan mudah dalam menyelasaikan urusan-urusannya. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sektor jasa ini, sudah tentu dapat menyerap atau menampung tenaga kerja yang cukup banyak dan untuk pelayanan yang makasimal, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas.

5 1.2. Perumusan Masalah Sektor jasa-jasa memainkan peranan yang cukup penting dalam perekonomian di Sumatera Barat, disamping sektor pertanian dan industri. Hal ini terlihat dari meningkatnya kontribusi sektor jasa-jasa ini dalam pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Barat setiap tahunnya. Namun, peningkatan ini belum diikuti oleh peningkatan yang positif dalam penyerapan tenaga kerja. Fakta memperlihatkan bahwa kontribusi sektor jasa-jasa ini dalam menyerap tenaga kerja pada tahun 2011 adalah sebesar 16,79% dan terjadi penurunan sebesar 0,79% pada tahun 2012 menjadi 16%. Sedangkan kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 kontribusi sektor jasa adalah sebesar 17% dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 17,25%. Fenomena ini menarik untuk diteliti, karena pada dasarnya kenaikan kontribusi sektor dalam pembentukan PDRB akan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Artinya, setiap kenaikan kontribusi sektor jasa-jasa dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat juga akan diikuti oleh kenaikan penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Sumatera Barat. Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Provinsi Sumatera Barat? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Provinsi Sumatera Barat?

6 3. Bagaimana proyeksi penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Provinsi Sumatera Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor jasajasa di Provinsi Sumatera Barat. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Provinsi Sumatera Barat. 3. Memproyeksikan penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa di Provinsi Sumatera Barat. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teori, peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam memahami dan mengatasi permasalahan yang terkait dengan ekonomi ketenagakerjaan. 2. Manfaat metodologi, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tinjauan literatur bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang juga tertarik untuk mengkaji permasalahan ketenagakerjaan 3. Manfaat kebijakan, peneliti berharap penelitian dapat memberikan kontribusi dalam proses pembuatan kebijakan ketenagakerjaan. Sehingga

7 kebijakan tersebut tepat sasaran dan mampu menjawab persoalanpersoalan ketenagakerjaan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Permasalahan ketenagakerjaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Penelitian ini menganalisis perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor jasajasa di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 1993 sampai tahun 2012. Penelitian ini mengkaji penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa dari sisi permintaan tenaga kerja untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Analisis dibatasi pada beberapa variabel yang diduga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor jasa-jasa, yaitu jumlah angkatan kerja terdidik, investasi sektor jasajasa, produk domestik regional bruto (PDRB) sektor jasa-jasa, dan upah rata-rata sektor jasa-jasa. 1.6. Sistematika Penulisan bab, yaitu : Secara garis besar sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 7 Bab I : Adalah bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Adalah bab tinjauan pustaka, mengemukakan pendapat dan pernyataan para ahli dari berbagai literatur yang menjadi landasan penelitian, hasil penelitian terdahulu dan informasi-informasi yang

8 mendukung penelitian. Bab III : Adalah bab metodologi penelitian, berisikan tentang lokasi dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisa data serta definisi operasional variabel yang diuji. Bab IV : Adalah bab gambaran umum lokasi penelitian, memuat deskripsi gambaran umum objek penelitian dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat umum sebagai wacana pemahaman yang terkait dengan penelitian. Bab V : Adalah bab hasil dan pembahasan, berisikan temuan-temuan Bab VI Bab VII : : penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisis data yang diperoleh serta implikasinya terhadap perencanaan kebijakan. Adalah bab Implikasi kebijakan, mencakup kebijakan-kebijakan yang direkomendasikan dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini Adalah bab kesimpulan dan saran, mencakup kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran atas analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.